You are on page 1of 27

LAPORAN KASUS

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia

Peserta Internsip: dr. Krisma Putri Pratiwi

Pendamping: dr. Galih Satriyo Hutomo

Narasumber: dr. H. Miftah Sp.PD

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

WAHANA RUMAH SAKIT UNIPDU MEDIKA JOMBANG

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2018

0
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................... 1
1. LAPORAN KASUS ..................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. .. 13
2.1 Definisi ………………………………………………............ 13
2.2 Etiologi …………………………………………………….... 13
2.3 Epidemiologi…………………………………………………. 15
2.4 Patogenesa ………………………………………………… .. 16
2.5 Klasifikasi Klinis……………………………………………. 19
2.6 Diagnosis ………………………………………………. ....... 19
2.7 Diagnosis Banding …………………………………… ......... 20
2.8 Penatalaksanaan ……………………………………… .......... 20
2.9 Prognosis .................................................................................. 22
2.10 Pencegahan ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

1
BAB 1
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mlaras- Sumobito
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Tanggal MRS : 11 Januari 2018
Tanggal pemeriksaan : 11 Januari 2018
Tanggal KRS : 15 Januari 2018

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang : ± 6 hari SMRS pasien mengeluhkan demam tinggi,
muncul mendadak, terus menerus dan naik turun,
tidak menggigil, keringat dingin (+), otot dan
persendian pegal-pegal (+) tetapi tidak hebat, nyeri
dibelakang mata (-), badan terasa lemas,sakit kepala
(+), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri
tidak berkurang setelah makan, batuk berdahak (-),
sesak napas (-), nafsu makan berkurang, tidak ada
sakit tenggorokan, perdarahan dari gusi (-),
sariawan (-) bintik-bintik kemerahan pada
tubuh. Pasien mengeluh sering bersendawa. 5 hari
terakhir ini pasien mengeluh BAB berwarna hitam
seperti petis. Konsistensi lembek, jumlah banyak,
sehari BAB 1 kali. BAK tidak ada keluhan.

2
Riwavat Penyakit Dahulu : Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti
ini. Riwayat perdarahan lama, mudah berdarah, dan
mudah memar tidak ada. Riwayat malaria dan
tifus tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang lain dan
tetangga sekitar yang menderita keluhan yang sama.
Riwayat gangguan pembuluh dan pembekuan darah
disangkal.

Riwayat Pengobatan : Sehari sebelumnya pasien datang berobat ke PKU


Muhammadiyah Mojoagung dan disarankan untuk
MRS namun karena kamar rawat inap penuh
akhirnya pasien pulang dan baru keesokan harinya
pasien datang ke IGD RSUM dengan membawa
hasil laboratorium dari PKU Muhammadiyah
Mojoagung.

Riwayat Sosial & Kebiasaan : Riwayat pekerjaan yaitu sebagai ibu rumah tangga,
tinggal di lingkungan rumah cukup padat namun
bersih, parit rumah pernah sesekali mampet.
Riwayat berpergian jauh tidak ada dalam 1 bulan
terakhir.

3
PEMERIKSAAN FISIK
Kamis, 11 Januari 2018
KU : Tampak sakit sedang Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 76 x/menit tº : 36,7ºC
Status generalis:
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O

Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-
Abdomen:
I: flat
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, H/L tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

4
Ekstremitas:
Akral hangat - - Oedem - -
- - - -
Ptekie (+), akral hangat, capiler refilling time <2 detik, sianosis(-),turgor kulit
normal, uji tourniket : rumpleed (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi (10/01/2018) saat di PKU Muhammadiyah Mojoagung
Haemoglobin : 10,4 gr/dl
Hematokrit : 30,0 %
Leukosit : 2.300 /mm3
Trombosit :104.000 /mm3

Pemeriksaan Hematologi (11/01/2018)


Haemoglobin : 11,2 gr/dl
Hematokrit : 34,5 %
Leukosit : 2.300 /mm3
Trombosit : 71.000 /mm3

Widal Test (11/01/2018)


Salmonella O : (+) 1/80
Salmonella H : (+) 1/320
Parathypi A : Negatif
Parathypi B : Negatif

DIAGNOSIS
DHF Grade II + Thypoid Fever

PLANNING
-IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin 3 x 1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp

5
- PO :
- Lesipar 3 x tab I
- Psidi 3 x tab I
-Diit rendah serat
-Observasi trombosit,ttv,ku (jika perlu transfuse trombosit/plasma concentration)

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

6
FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
11-1-2018 S : Demam (-), pusing (+), nyeri perut (+) , makan minum (+),
BAB (+) hitam 1x, BAK (+) seperti teh.
O : Kesadaran : CM GCS : 456
TD: 110/70mmHg N: 100x/mnt RR: 22x/mnt T: 36,4oC
Kepala/Leher: A-/I-/C-/D-
Thoraks : C : S1 S2 tunggal
P : vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) N, Soefl (+), nyeri tekan (+)
epigastrium, Hepar/Lien tidak teraba
Abdome Ekstremitas : Akral hangat kering merah (+), CRT < 2’’,
sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan Hematologi (11/01/2018)
Haemoglobin : 11,2 gr/dl
Hematokrit : 34,5 %
Leukosit : 2.300 /mm3
Trombosit : 71.000 /mm3
Widal Test (11/01/2018)
Salmonella O : (+) 1/80
Salmonella H : (+) 1/320
Parathypi A : Negatif
Parathypi B : Negatif

A : DHF Grade II + Thypoid Fever

P : -IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin 3 x 1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp

7
- PO :
- Lesipar 3 x tab I
- Psidi 3 x tab I
-Diit rendah serat
-Observasi Trombosit,TTV, KU
-Cek Urine lengkap besok pagi

S : Demam (-), pusing (-), nyeri perut (-) , makan minum (+),
12-1-2018 BAB (-), BAK (+) normal, keluhan lain (-)
O : Kesadaran : CM GCS: 456
TD: 100/60 N : 84x/menit RR : 20x/menit T : 36,2oC
Kepala/Leher: A-/I-/C-/D-
Thoraks : C : S1 S2 tunggal
P : vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) N, Soefl (+), nyeri tekan (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Abdome Ekstremitas : Akral hangat kering merah (+), CRT < 2’’,
sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan laboratorium (12/01/2018)
Darah Lengkap
Haemoglobin : 11,6 gr/dl
Hematokrit : 35,1 %
Leukosit : 5.100 /mm3
Trombosit : 90.000 /mm3

Urine Lengkap

-PH Urine : 6,5


-Berat Jenis : 1.005
- Protein : Negatif
- Reduksi : (+) 2
-Bilirubin : Negatif
-Urobilin : Negatif
- Urobilinogen : Negatif
-Aseton/keton bodies : Negatif
8
-Nitrit : Negatif
SEDIMEN
- Eritrosit : 2-3/lp
- Lekosit : 3-4/lp
- Ephitel : 2-3/lp
KRISTAL
- Ca Oxsalat : Negatif
- Uric Acid : Negatif
- Amorph : Negatif
Bakteri : Negatif
Jamur : Negatif
Parasit : Negatif
Silinder : Negatif
-Granular : Negatif
-Hialin : Negatif
-Waxi : Negatif
-Eritrosit : Negatif
-Lekosit : Negatif

A : DHF Grade II + Thypoid Fever + UTI

P : -IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin 3 x 1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp
- PO :
- Lesipar 3 x tab I
- Psidi 3 x tab I
-Diit rendah serat
-Observasi trombosit

S : Demam (-), pusing (-), nyeri perut (-) , makan minum (+),
belum BAB (-), BAK (+) normal, keluhan lain (-)
13-1-2018 O : Kesadaran : CM GCS: 456

9
TD: 110/70 N : 88x/menit RR : 20x/menit T : 36,7oC
Kepala/Leher: A-/I-/C-/D-
Thoraks : C : S1 S2 tunggal
P : vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) N, Soefl (+), nyeri tekan (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Abdome Ekstremitas : Akral hangat kering merah (+), CRT < 2’’,
sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan laboratorium (13/01/2018)
Darah Lengkap
Haemoglobin : 11,4 gr/dl
Hematokrit : 34,7 %
Leukosit : 11.000 /mm3
Trombosit : 122.000 /mm3

A : DHF Grade II + Thypoid Fever + UTI

PLANNING
-IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin 3 x 1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp
- PO :
- Lesipar 3 x tab I
- Psidi 3 x tab I
-Diit rendah serat
-Observasi Trombosit,TTV,KU

10
S : Demam (-), pusing (-), nyeri perut (-) , makan minum (+),
BAB (+), BAK (+) normal, keluhan lain (-)
O : Kesadaran : CM GCS: 456
TD: 110/70 N : 88x/menit RR : 20x/menit T : 36,2oC
14-1-2018 Kepala/Leher: A-/I-/C-/D-
Thoraks : C : S1 S2 tunggal
P : vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) N, Soefl (+), nyeri tekan (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Abdome Ekstremitas : Akral hangat kering merah (+), CRT < 2’’,
sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan laboratorium (14/01/2018)
Darah Lengkap
Haemoglobin : 12,0 gr/dl
Hematokrit : 36,3 %
Leukosit : 9.700 /mm3
Trombosit : 147.000 /mm3

A : DHF Grade II + Thypoid Fever + UTI

PLANNING
-IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Transamin stop
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp
- PO :
- Lesipar 3 x tab I
- Psidi 3 x tab I
-Diit rendah serat

11
S : Demam (-), pusing (-), nyeri perut (-) , makan minum (+),
BAB (+), BAK (+) normal, keluhan lain (-)
O : Kesadaran : CM GCS: 456
TD: 110/70 N : 88x/menit RR : 20x/menit T : 36,2oC
Kepala/Leher: A-/I-/C-/D-
15-1-2018 Thoraks : C : S1 S2 tunggal
P : vesikuler/vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : BU (+) N, Soefl (+), nyeri tekan (-),
Hepar/Lien tidak teraba
Abdome Ekstremitas : Akral hangat kering merah (+), CRT < 2’’,
sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan laboratorium (15/01/2018)
Darah Lengkap
Haemoglobin : 12,2 gr/dl
Hematokrit : 37,6 %
Leukosit : 8.000 /mm3
Trombosit : 175.000 /mm3

A : DHF Grade II + Thypoid Fever + UTI

PLANNING
-IVFD RL : D5 500cc:1000cc
-Adona drip 3 x 1 amp
-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Antrain p.r.n
- Inj. Dexametasone 3 x 1 amp
- PO : -Lesipar 3 x tab I
-Psidi 3 x tab I
- Pasien minta Pulang (atas permintaan sendiri)
- Kontrol Poli penyakit dalam

12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe

I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan

bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. Pada keadaan yang lebih

parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan

syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome

(DSS).4

Bagan 1. Dengue virus infection.14

2.2 Etiologi

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini terdiri atas 4

serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini ditularkan melalui

13
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,

tergantung dari serotipe virus Dengue. 5

Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Struktur antigen ke-4

serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-

masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi

genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar

serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri, tergantung waktu dan daerah

penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe

dapat mencapai 2,6 – 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 – 7,7 % untuk

tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi

dalam sifat biologis dan antigenitasnya. 5

Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun

dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari

protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan

25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang

terbesar (75%) terdiri dari NS-1 – NS-5. Dalam merangsang pembentukan

antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein

E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural

yang paling berperan adalah protein NS-1. 6

Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia

(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue

didalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan
14
mengalami replikasi (memecah diri/kembang biak), kemudian akan migrasi yang

akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat

siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. 7, 8

Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus

kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana

virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah

virus sudah cukup, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan

pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan

adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi.

Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia

yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan

perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. 7, 8

2.3 Epidemiologi

Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh

propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak

389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta

(11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)1. KLB

DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per

100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar

10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99

(tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003)1.

Tidak tertutup kemungkinan peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang

cepat disebabkan oleh virus dengue jenis baru karena dengue adalah virus RNA
15
(virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya). Virus RNA bermutasi jauh

lebih cepat dibanding dengan virus DNA. 9

Morbiditas penyakit DHF menyebar di negara-negara Tropis dan

Subtropis. Disetiap negara penyakit DHF mempunyai manifestasi klinik yang

berbeda. Demam berdarah dengue termasuk self-limiting disease dengan angka

mortalitas yang sangat rendah. Dengan penanganan yang benar, angka mortalitas

DBD sebesar 5%, dan bila tidak dilakukan penangan maka angka mortalitas DHF

meningkat sampai dengan 50%. 10, 11

2.4 Patogenesa Dengue Hemorrhagic Fever

Menurut sejarah perkembangan patogenesis DHF kurun waktu hampir

seratus tahun ini dapat dibagi menjadi dua teori patogenesis, yaitu: pertama, virus

dengue mempunyai sifat tertentu, dan yang ke dua, pada manusia yang terinfeksi

mengalami suatu proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan,

dan pelbagai manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran

dari kedua mekanisme tersebut. 13

Patogenesis DHF belum sepenuhnya dapat dipahami, namun terdapat dua

perubahan patofisiologis yang mencolok, yaitu : 12, 13

1) Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya

plasma, hipovolemia, dan terjadinya syok. Pada DHF terdapat kejadian

unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan

rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).

16
2) Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni,

dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

Infeksi virus dengue

Demam,
anoreksia, hepatomegali trombositopenia
muntah Manifestasi
perdarahan
Permeabilitas vaskular naik
Dehidrasi

Kebocoran plasma:
hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi pleura, dan asites.

hipovolemia

syok

Perdarahan anoksia
saluran cerna

meninggal

Bagan 2. Patogenesa infeksi virus dengue.

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan the secondary heterologous

infection hypothesis dapat dilihat pada bagan 3. Hipotesis ini menyatakan bahwa

DHF dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali

mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Akibat

infeksi ke-2 oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan

17
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan

terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi


15
limf osit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibodi Ig G anti dengue.

Secondary Heterologous Dengue infection

Virus replication Annamnestic antibody response

Virus antibody complex

Complement activation Complement ↓

Anaphylatoxin (C3a C5a


↑ histamin level in
24 – hours urine
↑ vascular permeability

> 30% in shock cases Leakage of plasma  Ht ↑


24 – 48 hours  Na+ ↑
 Fluid in the serous cavities

Hypovolemia

SHOCK

Anoxia Acidosis

Bagan 3. Patogenesis syok pada Dengue Hemorrhagic Fever.

18
2.5 Klasifkasi Klinis

Derajat penyakit DHF dalam 4 derajat, yaitu sebagai berikut:14

 Derajat 1: demam diikuti gejala tidak khas. Satu-satunya tanda

perdarahan adalah tes torniquet positif atau mudah memar.

 Derajat 2: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan.

Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.

 Derajat 3: terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi

yang cepat dan lemah , hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab

dan penderita gelisah.

 Derajat 4: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan

darah yang tidak dapat diperiksa.

2.6 Diagnosis.5, 13, 15

Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO

tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini

dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).

Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus


selama 1-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
 Petekia, ekimosis, purpura
 Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
 Hematemesis dan atau melena
 Hematuria
 Uji tourniquet positif

19
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Manifestasi syok / renjatan

Kriteria Laboratoris :

1. Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)

2. Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit > 20%)

Ditemukannya dua atau tiga gejala klinis yang disertai dengan

trombositopenia dan peningkatan hematokrit dapat digunakan sebagai dasar untuk

menegakkan diagnosa demam berdarah dengue.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding mencakup demam chikungunya,malaria dan tipoid 16, 17

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF tanpa penyulit antara lain :17, 18, 19
1. Tirah baring

2. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum banyak 1,5-2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar ditambah

dengan garam saja.

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan

kompres kepala, ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya bukan dari

golongan asetosal dan ibupropen.

4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.

20
Terapi cairan DHF derajat II : 19

Inisial kristaloid 6 cc/kgbb/jam


Selama 1-2 jam

Membaik Tidak Membaik

Turunkan 3cc/kgbb/jam Naikkan 10cc/kgbb/jam


Kristaloid selama 6-12 jam Kristaloid selama 2 jam

Membaik Tidak Membaik Membaik

Hentikan cairan IV Turunkan 6cc/kgbb/jam


dalam 24 jam kemudian 3cc/kgbb/jam
Hentikan setelah 48 jam

Hematokrit naik Hematokrit turun

IV koloid Dextran 40 atau Transfusi darah


plasma 10cc/kgbb/jam 10cc/kgbb/jam
selama 1 jam selama 1 jam

Membaik

Ganti dengan kristaloid


Turunkan 10 ke 6 ke 3cc/kgBB/jam
Dan hentikan setelah 48 jam
21
- Monitor vital sign tiap 4-6 jam

- Monitor hematokrit dan trombosit minimal tiap hari

- Balans cairan ketat

Kriteria membaik dan tidak membaik:

Membaik :

1. Tidak gelisah

2. Nadi kuat

3. Tekanan darah stabil

4. Diuresis cukup

(12 ml/kgbb/jam)

5. Ht turun (2 kali pemeriksaan)

Tidak Membaik

1. Distress pernafasan

2. Frekuensi nadi meningkat

3. Hematokrit tetap tinggi/meningkat

4. Tekanan darah <20 mmHg

5. Diuresis kurang/tidak ada

2.9 Prognosis.

Prognosa penderita demam berdarah dengue tergantung pada beberapa

faktor seperti: 20

1) Lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, serta adekuat tidaknya


penangan.
2) Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
setelah pemberian cairan parenteral dimulai.
22
3) Adanya demam selama renjatan berlangsung, menunjukkan prognosa
yang lebih buruk.
4) Ada tidaknya tanda-tanda penurunan fungsi serebral, dimana
mengarahkan pemikiran kita pada terjadinya ensefalopati.

2.10 Pencegahan

Belum ada vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue, dan

belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya. Dengan demikian

pengendalian Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever tergantung pada

pemberantasan nyamuk Aedes aegypty. 13

Untuk mencapai program pemberantasan vektor yang optimal, sangat

penting untuk memusatkan pembersihan pada sumber larva dan harus

bekerjasama dengan sektor non-kesehatan seperti organisasi non-pemerintahan,

organisasi swasta, dan kelompok masyarakat, untuk memastikan pemahaman dan

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannnya. 13

Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit demam berdarah

dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk

penularnya di tempat perindukannya dengan melakukan “3M”, yaitu: 13

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-


kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalmnya.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Mengubur / menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung


air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lainnya

23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: EGC,


2000; 432-4.

2. R, Marshall JS. Dengue Virus Selectively Induces Human Mast Cell


Chemokine Production. Jour of virology 2002; 76 (16): 8408–19

3. Sri RHH dan Hindra IS. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.h.1-64.King CA,
Anderson

4. Ditjen PP&PL. DBD terus ancam warga Banjarmasin, dua balita meninggal,
(online) (www.ppmplp.depkes.go.id, diakses 4 November 2006)

5. Warta Mikael. Demam berdara dengue, (online) (http://wartamikael, diakses


5 Februari 2002)

6. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever : diagnosis,


treatment, prevention, and control. 2nd Ed. Geneva: WHO Library
Cataloguing in Publication Data, 1997.p.1-42.

7. Henchal, Erik A., J. Robert Putnak. 1990. “The Dengue Virus”.Clinical


Microbiology Reviews. Vol.3 No.4. p.376-396..

8. John GA. Dengue fever. Inf. Dis [serial online] 2004 April [cited 2004 Feb
5;11screens]. Available from:
http://www.emedicine.com/derm/dengue_fever.htm

9. Robert W T. Viral haemorrhagic fever. Inf Dis [serial online] 2003


December [cited 2004 March 5; 8 screens]. Available from:
http://www.emedicine.com/derm/viral haemorrhagic fever.htm

10. Kristina, Isminah, Leni Wulandari. “Kajian Kesehatan Demam Berdarah


Dengue”. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Jakarta, 2004.

11. World Health Organization. Communicable disease bulletin. Available from:


http://www.who.com/communicable_disease.htm
12. Rebecca George. Consensus statement on the management of dengue
infection in the paediatric population. Malaysia: Chapter of paediatric,
Academy of Medicine of Malaysia, 2002.p.1-14.
13. Agus Sjahrurachman. Kinetika respon imun pada infeksi dengue : suatu
kajian serosurvai pada kasus infeksi dengue sekunder. Dalam: Agus
Sjarurachman, Pemeriksaan serologi pada penyakit infeksi, penyunting.
Jakarta: Bagian Mikrobiologi FKUI, 1994.h.63-73.
14. Thomas Suroso et al. Pencegahan dan penanggulangan penyakit demam
dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2000.h.13-71.
15. Goel A, et al. Dengue Fever – A Dangerous Foe. Review Article JIACM
2004; 5(3): 247-58
16. Sumarmo S.P.S. Demam berdarah (dengue) pada anak. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 1988.h.29-33.
17. Hadinegoro SRH, Satari HI. Demam berdarah dengue naskah lengkap
pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak dan dokter spesialis dalam dalam
tatalaksana kasus DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2005.

18. Mansjoe A, Triyanti, Savitri R, Warhani WI, Setiowulan W, ed. Demam


Berdarah Dengue. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Jakarta :
Media Auesculapius, FKUI, 2000

19. Hendarwanto. Dengue. Dalam :Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 1998
20. Yunanto A, Hartoyo E, Andayani P. Standar pelayanan medis pedoman
diagnosa dan terapi bagian/smf.ilmu kesehatan anak edisi II. Banjarmasin :
Bagian/ SMF Anak FK. UNLAM/RSUD Ulin, 2006
21. Nelson, WE. Demam Berdarah Dengue. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak
(Nelson Text Book of Pediatrics). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2000.h.296-8.
22. Affandi MB, Agusman S, Dahlan A, Aminullah A, Bakry F, Hassan R, dkk.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI,1997; 593-8.
23. Samsi T K. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RS Sumber Waras
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara, Jakarta Cermin Dunia Kedokteran. 2000; 126: 5-13.
24. Brahm U (et al). Pedoman Klinis Pediatri/ M Schwartz (editor). Jakarta:
EGC, 2004; 432-4.

You might also like