You are on page 1of 5

TEORI AKUNTANSI POSITIF

DEFINISI TEORI AKUNTANSI POSITIF


Teori positif merupakah teori yang berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena tertentu.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986), teori akuntansi positif:
Berkaitan dengan menjelaskan praktik akuntansi. Ini dirancang untuk menjelaskan dan
memprediksi perusahaan mana yang akan dan perusahaan mana yang tidak akan
menggunakan metode tertentu. Tetapi tidak dikatakan metode apa yang akan digunakan.
Teori akuntansi positif berfokus pada hubungan antara berbagai individu dan bagaimana
akuntansi digunakan untuk membantu dalam memfungsikan hubungan ini. Contoh hubungan:
antara pemilik dan manajer, manajer dan perusahaan penyedia hutang. Asumsi yang mendasari
PAT bahwa semua tindakan individu didorong oleh kepentingan pribadi dan individu akan
bertindak secara opportunistik sejauh tindakan tersebut akan meningkatkan kekayaan mereka.

ASAL-USUL DAN PERKEMBANGAN TEORI AKUNTANSI POSITIF


Penelitian positif dalam bidang akuntansi mulai terkenal sekitar pertengahan 1960-an dan
menjadi paradigma penelitian yang dominan pada 1970-an dan 1980-an. Pergeseran dihasilkan
dari laporan AS tentang pendidikan bisnis, dan peningkatan fasilitas komputasi yang
memungkinkan analisis statistik skala besar.
Peran Hipotesis Pasar Yang Efisien
Pengembangan hipotesis pasar yang efisien atau Efficient Market Hypothesis (EMH)
oleh Fama didasarkan pada asumsi, bahwa pasar modal bereaksi secara efisien dan tidak bias
terhadap informasi yang tersedia untuk umum.
Reaksi Harga Saham Terhadap Pengumuman Laba yang Tidak Terduga
Peneliti seperti Ball and Brown (1968) dan Beaver (1968) berusaha menyelidiki reaksi
pasar saham terhadap pengumuman laba akuntansi. Ball and Brown menemukan bahwa
pengumuman laba berdampak pada harga saham, bukti bahwa informasi biaya historis berguna
bagi pasar. Meskipun mendukung EMH, literatur tidak menjelaskan mengapa metode
akuntansi tertentu dipilih.
Penggunaan Teori Agensi Untuk Membantu Menjelaskan dan Memprediksi Pilihan
Manajerial dari Kebijakan Akuntansi
Teori agensi memberikan penjelasan mengapa pemilihan metode akuntansi tertentu
mungkin penting. Teori agensi berfokus pada hubungan antara prinsipal dan agen (misalnya
pemegang saham dan manajer perusahaan). Berbagai asimetri informasi menciptakan banyak
ketidakpastian seperti biaya transaksi dan biaya informasi. Jensen dan Meckling (1976)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai berikut:
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama prinsipal serta
memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
Bergantung pada literatur ekonomi tradisional (termasuk asumsi kepentingan pribadi
untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri). Dalam teori agensi, prinsipal berasumsi
bahwa agen akan didorong oleh kepentingan pribadi dan karena itu prinsipal mangantisipasi
tindakan manajer. Dengan tidak adanya mekanisme kontrak untuk membatasi perilaku agen
yang berpotensi oportunistik, prinsipal akan membayar gaji yang lebih rendah kepada agen
untuk mengkompensasi prinsipal untuk tindakan yang merugikan (disebut sebagai
perlindungan harga). Oleh karena itu, agen memiliki insentif untuk masuk ke dalam kontrak
yang tampaknya dapat mengurangi kemampuan agen untuk melakukan tindakan yang
merugikan prinsipal.

Munculnya Teori Akuntansi Positif


Pada 1990 Watts and Zimmerman mengidentifikasi tiga hipotesis kunci yang sering
digunakan dalam literatur Teori Akuntansi Positif untuk menjelaskan dan memprediksi
dukungan atau oposisi terhadap metode akuntansi diantaranya:
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan dengan rencana bonus tertentu lebih cenderung menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan yang dilaporkan. Hipotesis rencana
bonus juga disebut sebagai hipotesis kompensasi manajemen. Pilihan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang dibayarkan kepada manajemen.
2. Hipotesis Hutang/Ekuitas (The Debt/Equity Hypothesis)
Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Semakin tinggi
rasio hutang/ekuitas, semakin dekat perusahaan dengan batasan dalam perjanjian hutang.
Semakin tinggi batasan perjanjian, semakin besar kemungkinan pelanggaran perjanjian dan
menimbulkan biaya dari kegagalan teknis.
3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypotesis)
Perusahaan besar lebih cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi
laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan adalah variabel
proksi untuk perhatian politik. Mengurangi laba yang dilaporkan adalah hipotesis untuk
mengurangi kemungkinan bahwa orang akan berpendapat bahwa organisasi
mengeksploitasi pihak lain.

PERSPEKTIF EFISIENSI DAN OPORTUNISTIK


Dua perspektif yang diadopsi oleh penelitian Teori Akuntansi Positif diantaranya:
1. Perspektif Efisiensi
Dalam perspektif efisien, para peneliti menjelaskan bagaimana mekanisme kontrak
meminimalkan biaya agensi perusahaan. Perspektif efisiensi dikenal sebagai perspektif ex
ante yang berarti mempertimbangkan mekanisme apa yang diletakkan di depan untuk
meminimalkan biaya agensi dan kontrak di masa depan. Manajer mengadopsi metode
akuntansi tertentu karena metode tersebut adalah yang terbaik mencerminkan kinerja
ekonomi yang mendasari entitas. Para ahli teori akuntansi positif berpendapat bahwa
peraturan yang memaksa perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi tertentu akan
membebankan biaya yang tidak beralasan.
2. Perspektif Oportunistik
Perspektif oportunistik berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku oportunistik
yang kemudian akan terjadi. Perspektif oportunistik dikenal sebagai perspektif ex post, ex
post yang berarti menganggap tindakan oportunistik setelah fakta, karena menganggap
tindakan oportunistik dapat dilakukan setelah berbagai pengaturan kontrak telah
diberlakukan.

Terjadinya konflik kepentingan memicu biaya agensi. Jensen dan Meckling (1976)
mengidentifikasi biaya agensi menjadi tiga jenis diantaranya : 1) biaya monitoring (monitoring
cost) yaitu biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk memantau perilaku agen 2) biaya
bonding (bonding cost) yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk meyakinkan pemegang
saham bahwa manajemen perusahaan berjalan sebagaimana semestinya, 3) Biaya kerugian
residual (residual loss) yaitu kerugian menurunnya nilai pasar akibat adanya hubungan
keagenan yang ikut mempengaruhi berkurangnya kesejahteraan pemegang saham.

PEMILIK-MANAJER KONTRAK
Jika semua individu diasumsikan bertindak untuk kepentingannya sendiri, maka pemilik
mengharapkan manajer (agen) untuk melakukan tindakan tidak selalu untuk kepentingan
pemilik (prinsipal). Karena posisi mereka dalam perusahaan, manajer memiliki akses ke
informasi yang tidak selalu tersedia bagi prinsipal (masalah ini sering disebut sebagai asimetri
informasi) dan lebih lanjut dapat meningkatkan kemampuan manajer untuk melakukan
kegiatan yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri. Biaya perilaku yang berbeda yang
timbul sebagai akibat dari hubungan agensi disebut sebagai biaya agensi.
Manajer dapat diberi penghargaan atas dasar fixed basis (gaji independen terhadap
kinerja), atas dasar hasil yang dicapai, atau pada kombinasi keduanya. Jika manajer diberi
penghargaan atas dasar fixed basis, manajer tidak ingin mengambil risiko besar karena dia tidak
ingin berbagi dalam potensi keuntungan apa pun. Gaji ditambah remunerasi, terkait dengan
kinerja perusahaan dikenal sebagai skema bonus.

Skema Bonus
Remunerasi dapat dikaitkan dengan keuntungan perusahaan, penjualan perusahaan, atau
return on asset. Semua pemberian remunerasi harus didasarkan pada output dari sistem
akuntansi. Juga dapat diberi penghargaan sejalan dengan harga pasar saham perusahaan.

Rencana Bonus Berdasarkan Akuntansi


Setiap perubahan dalam metode akuntansi akan mempengaruhi bonus yang dibayarkan.
Perubahan tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari standar akuntansi yang baru dikeluarkan.
Tentu saja ada kemungkinan bahwa bonus mungkin didasarkan pada aturan akuntansi 'yang
lama' pada saat kontrak remunerasi dinegosiasikan sehingga perubahan prinsip akuntansi yang
berlaku umum tidak akan berdampak pada bonus, tapi ini tidak akan selalu terjadi. Kontrak
yang bergantung pada angka akuntansi mungkin bergantung pada 'Floating' GAAP.

Insentif Untuk Memanipulasi Angka Akuntansi


Memberi penghargaan kepada manajer atas dasar laba akuntansi dapat mendorong
mereka untuk memanipulasi angka akuntansi (perspektif oportunistik). Artinya laba akuntansi
mungkin tidak selalu memberikan ukuran objektif tentang kinerja atau nilai perusahaan. Bonus
yang berdasarkan laba akuntansi dapat mendorong manajemen untuk berfokus pada jangka
pendek daripada jangka panjang.
Healy (1985) menemukan bahwa manajer mengadopsi metode akuntansi untuk
memaksimalkan bonus jika perjanjian yang disepakati nantinya mencapai laba yang
diharapkan, akan tetapi jika laba tidak mencapai titik minimum yang ditentukan sebelumnya,
maka manajer mengalihkan laba ke periode mendatang. Lewellen, Loderer dan Martin (1987)
menemukan bahwa manajer AS yang mendekati pensiun cenderung tidak melakukan
pengeluaran R&D jika penghargaaan berdasarkan ukuran kinerja berbasis akuntansi.

Skema Bonus Berbasis Pasar


Pertambangan atau perusahaan R&D berteknologi tinggi, mungkin lebih tepat untuk
memberi remunerasi kepada manajer dalam hal nilai pasar dimana laba akuntansi sangat
berfluktuasi. Metode yang dapat dilakukan baik berdasarkan bonus kas pada setiap kenaikan
harga saham, atau dengan memberikan manajer saham, atau opsi untuk saham di perusahaan.
Manajer memiliki insentif untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dalam mempertimbangkan
penggunaan opsi saham, dan seperti skema bonus berdasarkan akuntansi, ada masalah yang
terkait dengan penghargaan manajer dengan cara yang dipengaruhi oleh harga saham. Pertama,
harga saham akan dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kendali manajemen (misalnya
pergerakan pasar umum), kedua, hanya manajer senior yang cenderung memiliki dampak
signifikan pada nilai saham.
Sloan (1993) menunjukkan bahwa gaji dan kompensasi bonus CEO tampaknya lebih
mungkin didasarkan pada laba akuntansi dimana :
1. Return saham relatif lebih sensitif terhadap pergerakan pasar umum.
2. Laba memiliki hubungan yang tinggi dengan gerakan spesifik perusahaan dalam nilai
saham perusahaan.
3. Laba memiliki hubungan yang kurang positif dengan pergerakan nilai-nilai ekuitas di
seluruh pasar.

KONTRAK HUTANG
Biaya agensi dari hutang termasuk : 1) membayar dividen yang berlebihan, yang
meninggalkan beberapa aset untuk membayar hutang, 2) organisasi dapat mengambil hutang
tambahan, dengan debtholders baru akan bersaing dengan debtholders asli untuk pembayaran,
3) investasi dalam proyek-proyek berisiko tinggi mungkin tidak menguntungkan bagi
pemegang hutang (debtholder) karena mereka memiliki klaim tetap.
Dengan tidak danya perlindungan untuk melindungi kepentingan debtholders,
diasumsikan bahwa debtholders akan meminta perusahaan untuk membayar biaya bunga yang
lebih tinggi untuk mengkompensasi debtholders atas eksposur yang berisiko tinggi (Smith dan
Warner, 1979). Jika perusahaan setuju untuk tidak membayar dividen yang berlebihan, tidak
mengambil tingkat utang yang tinggi atau tidak berinvestasi dalam proyek berisiko, maka
mereka akan menarik utang dengan biaya lebih rendah.
Sehubungan dengan kontrak hutang Australia, Cotter (1998) menemukan bahwa :
Perjanjian leverage sering digunakan dalam kontrak pinjaman bank, dengan leverage
yang paling sering diukur sebagai rasio total kewajiban terhadap total aset. Selain itu,
perjanjian biaya sebelumnya biasanya termasuk dalam perjanjian pinjaman berjangka
bagi perusahaan besar. Perjanjian biaya sebelumnya didefinisikan sebagai persentase dari
total aset.

BIAYA POLITIK
Perusahaan besar terkadang dibawah pengawasan oleh beberapa kelompok, misalnya
pemerintah, kelompok karyawan, kelompok lobi dsb. Ukuran perusahaan sering digunakan
sebagai indikasi kekuatan pasar. Konsisten dengan Watts dan Zimmerman (1978) berpendapat
bahwa untuk mengurangi kemungkinan perhatian politik yang merugikan dan yang terkait
perhatian ini (misalnya, biaya yang berkaitan dengan peningkatan pajak, peningkatan klaim
upah atau boikot produk), perusahaan besar cenderung mengadopsi metode akuntansi yang
mengurangi laba dilaporkan untuk mengurangi pengawasan politik.
Sehubungan dengan biaya politik, ada pandangan bahwa dalam pasar politik hasil
'pembayaran' yang diharapkan terbatas dari tindakan individu (Downs, 1957). Jika kelompok
kepentingan tertentu terbentuk, maka biaya informasi tersebut dibagikan dan kemampuan
untuk menyelidiki tindakan pemerintah akan meningkat. Karena PAT mengasumsikan bahwa
semua tindakan didorong oleh kepentingan sendiri, perwakilan kelompok kepentingan
diprediksi mengadopsi strategi yang memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri karena para
konstituen memiliki motivasi atau sarana yang terbatas untuk diinformasikan sepenuhnya.
Para politisi tahu bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan bisa tidak populer
dengan para anggota konstituen. Politisi dapat memenangkan suara dengan mengambil
tindakan terhadap perusahaan. Politisi juga dapat mengandalkan laba yang dilaporkan
perusahaan dalam memberikan insentif bagi perusahaan untuk mengurangi laba yang
dilaporkan.

BEBERAPA KRITIK TERHADAP TEORI AKUNTANSI POSITIF


1. Teori akuntansi positif tidak memberikan preskripsi dan oleh karena itu tidak menyediakan
sarana untuk memperbaiki praktik akuntansi.
2. Teori akuntansi positif tidak bebas nilai karena menegaskan asumsi bahwa semua tindakan
didorong oleh kepentingan pribadi.
3. Teori akuntansi positif memiliki asumsi dasar bahwa semua tindakan dikendalikan oleh
keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan seseorang. Bagi banyak peneliti asumsi
seperti itu menunjukan perspektif yang terlalu negatif dari manusia.
4. Sejak 1970-an masalah belum menunjukkan perkembangan yang bagus.
5. Dalam melakukan penelitian empiris skala besar, para peneliti mengabaikan hubungan
khusus organisasi.

You might also like