You are on page 1of 10

DAR IZZAH

ISLAMIC STUDIES – TOPIC DETAILS

Topic 1 (Aqeedah)

1.1.1 AHAMIYAH MA’RIFATULLAH

Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita,
dimanakah kedudukan kita berbanding mahluk-mahluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan
binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggung jawab kita dan kemanakah kesudahan hidup
kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul -betul Allah sebagai
Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghi-dupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Tema perbincangan:
I) Mengenal kebesaran/kekuasaan/kehebatan/keesaan Allah
II) Mengenal kehendak Allah
III) Mengenal perintah dan larangan Allah

(I) Mengenal kebesaran/kekuasaan/kehebatan/keesaan Allah

Objektif Utama:
1. Mengubah dari kebesaran/kehebatan makhluk kepada KEBESARAN/KEHEBATAAN ALLAH
2. Memahami segalanya milik Allah

Kaedah Pembelajaran:

(A) Kelas
(a.1) Kehebatan dan kekuasaan Allah
40;57 – penciptaan langit dan bumi lebih hebat dari penciptaan manusia
Kita tahu bahawa Allah SWT telah menciptakan manusia dengan cara yang menakjubkan dan pelabagai
sistem di dalam tubuh manusia dapat bekerja dengan begitu harmoni antara satu sama lain.
Hakikatnya, tubuh manusia hanyalah satu rangkaian kecil daripada alam semesta dan pengetahuan
lengkap mengenai alam semesta ini adalah di luar jangkauan kita.
Ayat al-Quran di atas bagaimanapun menyedarkan bahawa penciptaan langit dan bumi adalah jauh
lebih hebat daripada penciptaan manusia. Contoh dari Quran: 45:6-11, 31:10, 67:3-4, 2:164, 6:96-97)

Ya, sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih rumit dan lebih menakjubkan berbanding
penciptaan manusia. Allah SWT menjelaskan hakikat ini untuk menyatakan kepa da kita bahawa Dia
yang menciptakan alam semesta yang begitu rumit pasti mampu menghidupkan semula manusia
daripada tulang belulang yang telah hancur dan serpihan daging.
(46:33)
Oleh itu, kita mengagumi penciptaan langit dan bumi dan meyakini dengan sungguh -sungguh akan
kebangkitan semula manusia sekali gus kita akan dihisab pada hari pembalasan. Saya berpendapat,
cara terbaik mengakhiri artikel ini ialah dengan memiti firman Allah ta’ala: (45:36-37)

(a.2) Semua yang ada di alam tunduk kepada Allah


(2:116, 3:83, 16:49, 22:18)

(a.3) Pengakuan keesaan Allah adalah fitrah


(7:172) (30:33)

(B) Praktikal
Pelajar akan membuat pemerhatian alam dan akan membuat catatan pada setiap hari. Panduan dan
soalan akan diberikan untuk membantu pelajar.
CONTOH: Pemerhatian pada waktu pagi
adakah ada cacat cela?

(II) Mengenal kehendak Allah


Ayat Tema: 2:286, 2:216, 4:19

(a) Khalifah dan ibadah


(2:30; 51:56)

(b) Qada’ dan qadar


- ujian (nikmat dan musibah) – 21:35
- istidraj – 6:44, hadith nabi
- rancangan Allah adalah lebih baik – 3:54-58

Melalui hati dan perasaan yang kita selami ketika kita dengan pelbagai jenis UJIAN, kita akan kenal
sifat-sifat sebenar yang bertapak dalam diri kita seperti di mana sabar kita, di mana sombong kita, di
mana hikmah kita, di mana ikhlas kita, dimana tawaduk kita dan lain lain, dan setelah melalui semua
itu, barulah kita kenal siapa diri kita yang sebenar dan setelah kita kenal diri kita, maka kita akan kenal
Allah…

'Barang siapa yang kenal dirinya maka kenallah dia akan Tuhannya'

Ingatlah sahabat!!!!ALLAH sebaik-baik perancangan!!!Setiap manusia akan di uji dan terus di uji dan
yang menentukan kita adalah TAQWA kita pada ALLAH dalam ujian tersebut dan pandulah ujian itu
dengan panduan yang di redhoi ALLAH…
(III) Mengenal perintah dan larangan Allah

Baik, sekarang kita pergi pada tahap ketiga:


Aku ambik satu lagi contoh iaitu kisah kita yang kenal bini kita, kenalnya kita dengan bini kita adalah
kenal melalui apa yang bini kita suka dan apa yang bini kita tak suka..

Kalau kita cakap kita kenal bini kita tapi tak tahu apa yang bini kita suka dan apa yang bini kita tak
suka.., maka kita sebenarnya Belum kenal bini kita lagi..

Aku kalau pergi pasar malam, aku tahu apa bini aku suka makan dan apa benda yang bini aku tak suka
makan..

Kadang kadang bila nampak apa yang bini aku suka,, aku akan terbayang wajah bini aku yang comel
pada benda yang menyukakannya.., macam jugak bini aku yang akan nampak kehenseman aku di
sebalik teh tarik misalnya atau korang yang tersenyum tengok kereta mayat lalu terbayang aku yang
comel dan qiut.. woha!

Atau macam kita yang kenal bos kita, bila kita duduk asyik baca blog waktu pejabat tiba t iba bos kita
berdiri kat belakang, kita akan rasa gelabah sebab kita kenal bos kita!

Woha!

Jadi, peringkat ke tiga dalam mengenal Allah, adalah apabila kita kenal apa yang Allah suka dan kenal
apa yang Allah tak suka, pendek kata, tahu perintah Allah dan tahu larangan Allah, serta tunai
mengikut keutamaan.. ini perlu lepada ilmu, maka pergilah belajar..

* Boleh juga masukkan isu ucapan Hari Krismas dan berpakaian mengikut ‘sesuatu’ boleh rosakkan
aqidah
* isu beraqidah tetapi x beramal
1.1.2 MA’NA LA ILAHAILLALLAH

Objektif utama:
1. Memahami bahawa La ilahaaillallah itu bukan sekadar ucapan
2. Mengtahui bahawa ucapan syahadah itu ada consequences (syahadah tu macam kontrak kerja)
3. Membetulkan pemahaman La ilaha illallah

Kita sering mendengar orang mengartikan, laa ilaaha illallah dengan tiada tuhan selain Allah. MAKNA
INI PERLU DIBETULKAN.

Ketika kita mendengar ungkapan, tiada roti kecuali enak, berarti semua roti enak. Seperti itu pula
kalimat

“Tiada Tuhan selain Allah”. Konsekuensi terburuknya, berarti setiap yang disembah oleh manusia,
itulah Allah. Maha suci Allah dari yang demikian.

Karena itulah, para ahli bahasa meluruskan bahwa laa nafiyah lil jins pada kalimat laa ilaaha illallah
butuh khabar (predikat). Pada kalimatlaa ilaaha [‫]إلـه ال‬, kata ilaah sebagai isim laa, sementara khabar
laa (predikatnya) mahdzuf (tidak dimunculkan), yang jika dinyatakan berwujud kata haqqun [ ٌّ‫] َح ق‬.
Sehingga jika kita baca lengkap menjadi: laa ilaaha haqqun illallaah, yang artinya Tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah. (At Tanbihaat Al Mukhtasharah, Ibrahim al-Khuraishi)

Di sekitar kita banyak tuhan. Semua yang disembah oleh orang kafir, itulah tuhan mereka. Namun
semua itu tidak berhak disembah. Satu-satunya yang berhak disembah hanya Allah.

Ayat Quran 31:30

Dalam kalimat La ilahaa illallah, ada dua perkara penting yang perlu dilakukan supaya Aqeedah jadi
suci:
(a) Penolakkan/Penafian
- harus menolak dan menafikan semua bentuk sesembahan dan sasaran/tujuan apapun
bentuknya, Baik dia manusia, benda mati, orang soleh, nabi, maupun Malaikat. Tidak ada
yang berhak untuk dijadikan sembahan, sasaran ibadah, dan tujuan hidup . Perkara ini boleh
termasuk dalam segala aspek kehidupan.

(b) Penetapan
- harus mengakui satu-satunya yang berhak dijadikan sasaran beribadah adalah Allah dan
segala tujuan hidup, segala amal, segala perbuatan adalah untuk Allah. Sehingga dia harus
beribadah kepada Allah.

Dalil Quran tentang adanya Ilah lain: 7:127; 45:23-27

Segala macam perkara dalam hidup boleh menjadi ilah, namun harus difahami bahawa segala ilah lain
TIDAK LAYAK DAN TIDAK BERHAK untuk dijadikan tujuan dan disembah dan hanya ALLAH adalah ILAH
YANG BENAR DAN BERHAK.
1.1.4 JAHILIYYAH

Jahiliyyah yang biasa difahami ialah JAHIL = TIADA ILMU


JAHILIYYAH = Does not know and does not think
AQAL = Think and also self control (2:67-74)

Jahiliyah berasal dari kata jahal, merupakan kebalikan dari al-ilm dan al-‘aql. Jahiliyah bisa berarti
ignorance yang juga berarti mindlessness.

Secara bahasa, jahil punya dua arti yang spesifik. Jahil bisa diartikan sebagai tidak tahu, atau tidak
punya pengetahuan (Knowing), dan ini tidak selalu buruk. Arti yang lain dari Jahil adalah tidak berpikir
(Thinking).

Ada perbedaan mendasar antara tidak tahu (not Knowing) dengan tidak berpikir (not Thinking). Ini
terlihat nyata dari bagaimana Alquran menggunakan kata “berpikir” dan bukan kata “tahu”. Alquran
sering bertanya “Tidakkah kau berpikir ?”.

Alquran sering bicara mengenai orang yang tahu (Knowing) tapi tetap saja mengerjakan hal buruk,
tentu ini adalah akibat dari tidak berpikir (Jahil).

Ada orang yang punya sedikit ilmu (knowledge), tapi punya alur berpikir yang jelas (clear way of
thinking). Namun ada juga orang yang punya banyak ilmu/pengetahuan, tapi tidak jelas alur
berpikirnya. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa mengetahui banyak ilmu (knowing) tidak selalu
sejalan dengan mampu berpikir (thinking).

Quran banyak sebut orang yang tak FIKIR, sebab itu lebih bahaya. ILMU dan FIKIR tak sama dan tak
semestinya seiring (kadang-kadang). TAK TAHU tak semestinya tak bagus, tapi TAK FIKIR..?? BAHAYA.

Contoh lagi zaman sekarang: bebas ikut TREND apa pun, walaupun tak tau dan tak faham pun TREND
tersebut. TREND ni termasuk PAKAIAN, UCAPAN, GAYA, TARIAN, MUZIK dan macam-macam
Objektif utama:

1. Memahami jahiliyyah sebenar berdasarkan al-quran


2. Jahiliyyah zaman moden (jahiliyah ni sifat, so takde berkaitan dengan zaman)
4 JENIS JAHILIYYAH

(1) Hukmul Jahiliyyah 5:49-50


- membuat keputusan tanpa : ilmu, tak fikir, mengikut emosi (lack of self control) , tanpa bergantung
kepada ALLAH
- contoh: Seorang DOKTOR cakap: ‘I think’ macam ni cara nak merawat penyakit ni… berasaskan ‘RASA’
- MASALAH zaman sekarang: Zaman sekarang banyak MERAIKAN ‘rasa’, MERAIKAN ‘kebebasan’ tanpa
batasan
contoh: Justru negara yang malah mengatur mereka harus diberi tahu bahwa apapun yang mereka
rasakan, itu benar. THEY CAN DO WHATEVER THEY FEEL RIGHT. Disini idea kebebasanlah yang dianut.
EVERYBODY DESERVE FREEDOM. Tidak bergantung pada apapun. BE YOURSELF = JADI DIRI SENDIRI
YANG KITA RASA DIRI KITA. DO WHAT YOU THINK IS RIGHT. Inilah antara idea-idea yang sering
diraikan, dan kadang-kadang diaraikan oleh umat islam sendiri (sekolah, dakwah dll).

Contoh lagi zaman sekarang: bebas ikut TREND apa pun, walaupun tak tau dan tak faham pun TREND
tersebut. TREND ni termasuk PAKAIAN, UCAPAN, GAYA, TARIAN, MUZIK dan macam -macam

INILAH HUKMUL JAHILIYYAH, buat sesuatu berdasarkan apa kita rasa dan kita fikir tanpa meletakkan
ALLAH SEBAGAI PENENTU HUKUM.

(2) Dzonnul Jahiliyyah 3:154, 49:12


SANGKAAN BURUK KEPADA ALLAH (ikut hati, tanpa kawalan,)
Contohnya : ketika perang Uhud. Kaum muslimin mengalami kekalahan, namun Allah berikan rasa
tenang dan aman. Sementara kaum munafik yang ada di antara kaum muslimin merasa begitu cemas
dan takut. Dzonnul jahiliyah telah masuk ke pikiran mereka.

“Mestinya saya memilih jalan yang lain, tidak usah ikut kaum muslimin. Kalau begini kan saya tidak
yakin saya selamat.”

DI ZAMAN INI, KONDISI INI SERUPA DENGAN BANYAK EKSPRESI KERAGUAN YANG BIASA KITA TEMUI
SEHARI-HARI.

- “Kenapa juga saya harus resign dari tempat kerja dengan riba itu ? Kalau saya masih disana kan
income saya besar. Justru dengan kerja halal begini, income masyuk.”
- “Aku dah solat, doa…tapi kenapa masih susah nak score? Kenapa masih susah nak faham?”
- “Aku nak buat bisnes jujur, sebab itu ALLAH NAK. TAPI, kurang masyuk. TIpu-tipu sikit xpe kot.
Lagipun untuk ekonomi orang islam jugak.”

Inilah antara contoh DZONNUL JAHILIYYAH. Kita buat sesuatu dan yakin apa kita buat adalah ikut apa
ALLAH nak, tetapi kita BERPRASANGKA BURUK bila ada masalah dan berpaling balik dari cara ISLAM.
(2) Tabarruj Jahiliyyah Al-Ahzab:33
Tabarrujal Jahiliyah adalah mempercantik diri untuk menarik perhatian. Tabarrujal jahiliyah dibahas di
surat Al-Ahzab ayat 33.

Perempuan dan Tabarruj


Pembahasan tabarrujal jahiliyah memang spesifik untuk kaum perempuan.

Ustadz Nouman Ali Khan mengingatkan perempuan untuk memperhatikan cara dirinya menampikan
dirinya sendiri. Karena seringkali perempuan tidak menyadari apa pengaruh pakaian/tampilan itu pada
dirinya, juga apa pengaruhnya bagi orang lain.

Kita hidup di zaman dimana semua orang dianggap berhak bebas melakukan apapun, berpakaian
seperti apapun. Sekali lagi, justru inilah konsep jahiliyah. Menjunjung tinggi nilai nilai kebebasan yang
akhirnya kebinasaan.

Di zaman ini, orang tidak berhak berpendapat atas cara berpakaian tertentu, sekali pun sud ah masuk
kategori mengganggu. Tak ada batasan, karena batasan hanya akan mengekang manusia dari
kebebasan. Freedom is a right for all.

But you’re not actually free, aren’t you ?

Even the way we dress is affected by fashion. You’re not free from fashion, … yet.

More often than not, fashion affects women in such an emotional way. Sometimes it leads to another
mindlessness (jahiliyah) like hukmul jahiliyah.

Yang Mendorong Tabarruj Terjadi


Ustadz Nouman Ali Khan memberikan contoh yang beliau alami sendiri. Ada seorang perempuan
hendak bertanya ke Ustadz Nouman Ali Khan, perempuan ini berpakaian terbuka, hingga Ustadz
menundukkan pandangan.

Perempuan : “Saya tahu Anda menganggap saya bukan orang baik.”


Ustadz : “Saya tidak berpikir begitu. Bukan hak saya menilai, itu hak Allah SWT.”
Perempuan : “Saya tahu cara saya berpakaian ini tidak baik.”
Ustadz : “Jika Anda berpikir ini tidak baik, mengapa Anda berpakaian begitu ?”
Jawaban dari perempuan ini membuat Ustadz NAK tercenung.
Perempuan : “Saya ingin merasa cantik, karena pacar saya sering bilang saya jelek”
Ustadz : “Jadi kamu berpakaian begini bukan untuk dirimu sendiri ? Kamu hanya ingin memuaskan
selera orang lain ?”
Perempuan : “Ya, begitulah”
Yang khas dari tabarrujal jahiliyah adalah berusaha keras MENGHIAS DIRI UNTUK MENGIKUTI
STANDARD YANG DITERAPKAN PIHAK DI LUAR DIRI KITA. Yang membuatmu merasa cantik, bukan
datang dari dirimu sendiri, justru datang dari standar dan selera orang lain atau bahkan zaman. Ini
membuat perempuan tersebut mati-matian mempercantik diri sehingga bisa dianggap menarik bagi
orang lain.

Pandangan Islam tentang Menghias Diri


Tabbarruj berasal dari kata burj yang artinya menara . Sesuai sifat menara, tujuan tabarruj memang
menjadi pusat perhatian.

Lalu bagaimana Islam memandang hal terkait mempercantik diri ?


Apakah mempercantik diri didorong oleh agama kita ? Ya.

Apakah Allah menyimpan keinginan mempercantik diri ini pada setiap wanita ? Ya
Ini bukan produk feminis. Ini fitrah dari Allah.

Namun ini semua harusnya dipenuhi oleh Ayah ketika perempuan itu masih lajang, atau oleh Suami
ketika perempuan itu sudah menikah.

Mereka lah yang harus menyediakan pengakuan dan apresiasi atas kecantikan sang perempuan,
sehingga perempuan ini tidak harus mencari pengakuan dari pihak lain

(4) Hamiyyatal Jahiliyyah

Hamiyyatal jahiliyah adalah emosi fanatisme yang kuat (kesetiaan, kebahagiaan, kesedihan,
kemarahan, dll) pada sesuatu yang jahiliyah. Sesuatu yang sebenarnya not worth it at all.

Hamiyatal Jahiliyah dibahas di surat Al-Fath ayat 26.

Hamiyyah, Kesombongan dalam Fanatisme Golongan


Berikut saya kutip penjelasan bahasa dari kata “hamiyyah” dari imania.web.id dan
sabilulilmi.wordpress.com.

(‫ )حمية‬mempunyai beberapa arti. Al Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud
adalah (‫)أنفة‬: tinggi hati atau kesombongan. Untuk menjelaskan hal ini, Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya memberikan contoh,

“Yaitu ketika mereka tidak mau menulis: ‫ الرحيم الرحمن هللا بسم‬Mereka juga menolak untuk menulis: Ini
perjanjian yang dibuat oleh Muhammad Rasulullah.”

Kisah yang dicontohkan oleh Ibnu Katsir ini adalah kisah dalam perjanjian damai Hudaibiyyah tahun 6
H, antara muslimin dan Quraisy. Mereka menolak asmaul husna Ar Rahman dan Ar Rahim sert a kata
Rasulullah. Kesombongan dan fanatisme jahiliyyah lah yang membuat mereka tetap menolak semua
kebenaran yang semakin hari semakin terbukti itu.
Reputasi semu ke-kaum-an yang mereka banggakan membuatnya merasa tidak pantas memakai
sesuatu di luar tradisinya. Sikap pembelaan atas dasar kelompoknya telah membutakan hati mereka
dari kebenaran.

Itulah kaum musyrikin Quraisy dulu yang sombong, angkuh dan keras kepala. Watak buruk itulah yang
menghalangi sampainya hidayah dan ilmu kepada mereka.

Kata (‫ )حمية‬juga digunakan Nabi untuk menjelaskan amal jihad yang tertolak jika niatnya hal tersebut,

ٌّ‫ع ن‬َ ‫س ى أَبِي‬ َ ‫سو ُلٌّ سُئِ َلٌّ ق َا َلٌّ ُمو‬ َ ‫ص ل َى‬
ُ ‫ّللاٌِّ َر‬ َ ٌُّ‫ّللا‬ َ ٌّ‫س لَ َم‬
َ ٌّ‫ع ل َي ِه‬ َ ‫ع نٌّ َو‬ َ ٌّ‫ع ةٌّ ي ُقَاتِ ُل‬
َ ٌّ‫الر ُج ِل‬ َ ٌّ‫ِكٌّ أ َيٌّ ِري َاءٌّ َو ي ُق َاتِ ُلٌّ َح ِم ي َةٌّ َو ي ُق َاتِ ُل‬
َ ‫ش َج ا‬ َ ‫س بِي ِلٌّ فِي ذَل‬ َ ٌّ‫فَق َا َل‬
َ ٌِّ‫ّللا‬
َ ‫ص ل َى‬
ٌّ‫ّللاٌِّ َر سُو ُل‬ َ ٌّ‫س لَ َمٌّ عَ ل َي ِه‬
َ ٌُّ‫ّللا‬ َ ُ‫ّللاٌِّ كَ ِل َم ةٌُّ ِلت َك‬
َ ‫ونٌّ ق َات َ َلٌّ َم نٌّ َو‬ َ ‫ّللاٌِّ سَ بِي ِلٌّ فِي فَ ُه َوٌّ ال ع ُل ي َا ه‬
َ ٌّ‫ِي‬ َ

Dari Abu Musa berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang seseorang yang
berperang karena ingin menunjukkan keberanian, berperang karena hamiyyah (fanatisme dan
kesombongan) dan berperang karena riya’. Manakah dari kesemua itu yang fi sabilillah (di jalan
Allah)? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: Siapa yang berperang dengan tujuan agar
kalimat Allah menjadi tinggi, maka itulah yang fi sabilillah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi menjelaskan kata berperang karena hamiyyah, yaitu kesombongan, kemarahan dan
perlindungan terhadap keluarganya.

Sayyid Quthub dalam Dzilal berkata, Hamiyyah bukan karena aqidah bukan juga karena manhaj. Tetapi
hamiyyah kesombongan, kebanggaan, kebencian dan perlawanan.

Hamiyyah di Dunia Modern


Di zaman ini, kita juga menemukan bentuk-bentuk Hamiyyatal Jahiliyyah.

Contohnya : orang-orang yang begitu gandrung ke tim sepak bola sampai-sampai berani tawuran antar
suporter.

Contoh lain adalah rasisme kaum tertentu sampai membentuk fanatisme golongan. Ras tertentu
menganggap dirinya lebih tinggi dan berhak atas sesuatu, sementara golongan lain dianggap lebih
rendah dan tidak berhak.

Ini jelas bertentangan dengan konsep Islam, dimana semua manusia itu sama derajatnya, dan hanya
dibedakan di hadapan Alah SWT berdasarkan ketaqwaannya.

Contoh lain; turut serta dalam pesta memperingati kematian artis KOREA
Fanatisme dengan Cara Jahiliyyah pada Obyek yang Mulia
Hamiyyatal Jahiliyyah juga bisa terjadi pada kaum muslimin. Bahkan dalam konteks kecintaan kaum
muslimin pada Rasulullah saw.

Misalnya, kita mendengar Rasulullaah saw dihina. Tentu kita berhak merasa marah. Namun ternyata
respon yang kita pilih malah respon yang sama sekali bertentangan dengan teladan Rasulullaah saw.
Jauh dari sikap Rasulullaah saw. Dengan begitu, kita justru telah bersikap seperti Hamiyyatal Jahiliyah.

Terkait ini, kita juga perlu belajar bagaimana mengambil sikap yang tepat atas setiap situasi, dalam
konteks sebagai muslim. Jika kita tidak tahu bagaimana harus bersikap dan merasa, jadikan sikap
ulama yang lurus sebagai rujukan. Karena ulama adalah pewaris nabi, dan petunjuk mereka bisa kita
jadikan rujukan.

You might also like