Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tujuan bangunan itu sendiri. Nilai paramater Cu (kohesi tanah) dan Ø (sudut gesr
lereng. Nilai parameter ini dapat dicari dari hasil uji laboratorium tes maupun uji
lapangan.
dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan tanah.
Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi oleh akibat
adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser pada
τ= f (σ)
dengan τ adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan atau kegagalan
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
τ = c + σ tg ϕ
dimana :
tekanan air pori. Terzaghi (1925) mengubah persamaan coulomb dalam bentuk
τ = c’ + (σ – u) tg ϕ’, maka
τ = c’ + σ’ tg ϕ’
dengan :
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan normal
σ1’ dan σ3’ pada saat keruntuhan terjadi. σ1’ adalah tegangan efektif utama mayor
Untuk mempelajari kuat geser tanah, istilah-istilah berikut ini sering di pakai:
Kelebihan tekanan air pori (excess pore pressure), adalah kelebihan tekanan air
a. Tekanan overburden adalah tekanan pada suatu titik didalam tanah akibat dari
berat material tanah dan air yang ada diatas tititk tersebut.
tegangan efektif yang membebani pada waktu sekarang, adalah nilai tegangan
tegangan efektif yang pernah membebaninya pada waktu lampau, lebih besar
sekarang. Jadi, bila OCR = 1, tanah dalam kondisi normally consolidated, dan
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
antara sampel remoulded dan undisturbe. Pada sampel remoulded, struktur dan
prilaku mekanis tanah telah berubah sehingga hasil uji sampel remouded dan
undisturbe harus dibedakan. Berdasarkan kondisi drainase, terdapat tiga jenis uji
Pada uji ini, saat bekerja tegangan normal maupun geser, drainase tidak
terjadi maupun saat terjadi geser. Untuk mencapai drainase sempurna pada tanah
runtuh.
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.1 Topografi
dalam menentukan aktivitas gerakan tanah pada masa yang lalu dan potensi
selalu berubah maka pengamatan topografi harus dilaksanakan dalam saat yang
peningkatan kestabilan kestabilan lereng yang telah ada. Pada umumnya langkah
ini adalah untuk mendapatkan kondisi umum dilapngan dan informasi geologis
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
a. Uji Lapangan
Disamping dengan uji lapangan bisa diperoleh profil tanah secara kontinu. Namun
demikian pada uji lapangan, parameter tanah yang diperoleh berdasarkan suatu
itu uji lapangan pada umumnya berlaku untuk kondisi tidak terdrainase. Salah satu
keuntungan lain dengan uji lapangan bahwa lokasi bidang gelincir pada lereng
yang telah mengalami longsor dapat dideteksi karena pada lokasi tersebut kuat
b. Uji Laboratorium
teliti dan dapat disesuaikan dengan kondisi dalam pemodelan (analisa jangka
pendek atau jangka panjang). Peranan uju laboratorium dapat juga untuk
verifikasi korelasi yang digunakan dalam hal diperlukan suatu profil kontinu dari
uji lapangan.
keseimbangan alam dan korban jiwa serta kerugian harta benda yang amat berarti.
biasanya memiliki kecepatan relatif yang rendah, tidak seketika tetapi juga dapat
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
besarnya regangan yang dibutuhkan untuk mencapai kuat geser puncak dari tanah
pada zona disekitar bidang lonsor. Perpindahan total tersebut lebih kecil pada
Zaruba dan Mecl (1968) menyimpulkan bahwa tanah-tanah lempung kaku dapat
mengalami perpindahan geser sampai 2,5 % dari tebal zona longsor. Untuk serpih
kaku (stiff shales) perpindahan geser dapat mencapai sekitar 0,8 %-nya.
disarankan oleh Broms (1975) seperti dilihatkan pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tipe Kedalaman
Longsoran permukaan (surface slide) < 1,5 m
Longsoran dangkal (shallow slide) 1,5 - 5,0 m
Longsoran dalam (deep slide) 5,0 - 20,0 m
Longsoran sangat dalam (very deep
slide) >20 m
1975).
melengkung keatas dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak dalam satu
kesatuan. Longsoran rotasional murni (slump) terjadi pada material yang relatif
homogen.
a. Penggelinciran (slips)
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
c. Longsoran berurutan
overconsolidated retak-retak.
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Longsoran terjadi dengan bidang longsor yang relati datar. Longsoran ini
banyak terjadi pada lapisan batuan, dengan bidang longsor yang bisa di prediksi
terjadi jika kemiringan lereng melampaui sudut geser dalam (ϕ) dari masa batuan
b. Longsoran pelat
terjadi dalam lereng batu lempung lapuk atau lereng yang terbentuk dari debris
keatas secara bertahap ketika tanah tanah bagian belakang scarp dipuncak
d. Sebaran Lateral
berlangsung sangat cepat. Hal ini dapat terjadi pada lereng yang tidak begitu
miring atau datar. Tipe keruntuhan ini sering terjadi pada lempung yang berlapis,
dimana tekanan air pori sangat tinggi berkembang pada lapisan pasir tipis atau
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
longsoran, gerakan tanah maupun pada infrastruktur yang dirancang oleh para
praktisii teknik sipil. Kebanyakan persoalan yang dihadapi oleh Teknik Sipil
adalah pada lereng yang dibuat oleh manusia termasuk didalamnya adalah galian
dan tmbunan untuk pekerjan jalan, galian untuk basement bangunan gedung
yang matang dan pelaksanaan yang lebih terkontrol. Para ahli geologi lebih
besar karena menyebabkan dampak yang lebih luas sedangkan para praktisi teknik
sipil melakukan rekayasa untuk lereng-lereng yang skala yang lebih terbatas
namun bisa juga luas misalnya pada pekerjaan-pekerjaan dam besar. Pekerjaan
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
karena terdapat banyak faktor yang sangat mempengaruhi hasil hitungan. Faktor-
faktor tersebut misalnya, kondisi tanah yang berlapis-lapis, kuat geser yang
anisotropis, gangguan contoh benda uji laboratorium, aliran rembesan air dalam
Dalam analisis stabilitas lereng, bila geometri lereng dan kondisi tanah
sudah diketahui, maka analisis stabilitas lereng dapat dilakukan dengan baik
batas pada model dua dimensi, walaupun ada juga yang didasarkan pada analisis
tiga dimensi.
Tujuan utama dari analisis kestabilan lereng adalah untuk memberikan suatu
tinjauan dan perencanaan lereng yang aman dan ekonomis. Metode analisis untuk
dari keruntuhan lereng. Jenis material dan asal usulnya, topografi dan kondisi
Memberikan tinjauan kestabilan lereng dari berbagai jenis lereng yang terjadi
Untuk mengkaji pengaruh dari beban yang tak terduga seperti gempa dan beban
lalu lintas.
relevan dalam analisis kestabilan lereng. Dalam analisis kestabilan lereng ini pada
intinya adalah untuk menentukan faktor keamanan pada suatu lereng. Faktor
Dimana :
mempunyai nilai faktor kemanan lebih kecil dari 1 yaitu gaya-gaya pendorong
yang bekerja pada lereng tersebut lebih besar dari kekuatan tanah untuk menahan
dikatakan terdiri dari dua bagian besar yaitu meningkatnya tegangan geser yang
bekerja pada tanah akibat gaya luar dan menurunnya kekuatan geser tanah akibat
vital dalam setiap desain lereng. Besar suatu faktor keamanan menunjukan adanya
suatu ketidakpastian dalam desain dan anlisis kestabilan lereng. Dalam penentuan
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
lereng, smakin besar faktor keamanan juga menunjukan adanya pengalaman yang
terbatas dari desainer lereng dengan kondisi tanah lereng tersebut. Pada analisis
pada shear strength pada tanah. Lereng akan mengalami keruntuhan bila gaya
yang bekerja pada tanah yang melebihi kuat geser tanah ultimate.
(force), faktor keamanan berdasarkan adanya gaya geser yang bekerja pada bidang
gelincir planar dalam suatu lereng. Lereng akan mengalami keruntuhan apabila
bekerja pada bidang gelincir circular pada suatu lereng dengan jarak momen
Analisa berdasarkan jenis lereng terbagi menjadi dua yaitu analisis pada
lereng menerus dan pada lereng terbatas. Metode analisis kstabilan lereng juga
terbagi menjadi dua bagian yaitu metode analitik dan metode grafis.
2.5. Dalam hal ini akan dievaluasi suatu nilai faktor keamanan terhadap
pergerakan tanah dari bagian atas ke bawah lereng pada bidang tersebut. Tekanan
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
Sehingga dapat dikatakan suatu nilai faktor keamanan lereng ditentukan oleh
besar kedalaman H dan lereng akan tetap stabil selama β < ф. Kedalaman kritis
pemakaian berat isi pada kondisi jenuh γsat dan adanya tekanan air pori. Selain itu
hal yang membedakan adalah pemakaian tegangan efektif bukan tegangan total.
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
Bentuk keruntuhan planar pada suatu lereng terbatas biasanya terjadi pada
lereng dengan suatu lapisan tipis daari tanah yang mempunyai kekuatan relatif
gambar dapat ditunjukkan bahwa terdapat gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya
berat tanah (W), gaya geser yang mengakibatkan pergerakan (Cm) dan gaya
normal yang tegak lurus dibidang gelincir (N) yang dibutuhkan untuk
Panjang bidang gelincir L dan berat tanah diatas bidang gelincir W di definisikan
sebagai berikut :
Bila faktor keamanan kohesi Fc dari faktor keamanan sudut geser dalam Fc
didefinisikan sebagai :
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
Maka dengan demikian persamaan analisis untuk lereng terbatas dengan bidang
bahwa tanah diatas bidang gelincir adalah kaku, blok berbentuk silinder akan
runtuh secara rotasi pada bidang lingkaran dan kuat geser sepanjang bidang
gelincir di definisikan sebagai kuat geser tak teralir (undrained shear strenght)
Dimana :
R = Radius lingkaran
X = Jarak horizontal antara titik pusat lingkaran dan titik pusat massa yang
mengalami gelincir.
homogen dengan ф > 0 dimana kuat geser tanah tergantung pada tegangan
normal. Dalam hal ini di asumsikan bahwa terjadi gaya geser friksi yang
geser kohesif akan mempunyai resultan, Cm, yang bekerja sepanjang bidang ab.
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
Dimana R adalah jari-jari lingkaran keruntuhan dan R adalah jarak tegak lurus
Metode ini menggunakan cara dengan mebagi bidang massa tanah yang
menggelincir menjadi bagian yang lebih kecil dan tiap irisan mempunyai masing-
keamanan lereng akibat adanya gaya-gaya antar potongan. Hal ini karena pada
persamaan yang tidak diketahui dalam tiap n potongan. Tabel 2.2 menunjukan
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2 Persamaan dan Anu yang berhubungan dengan metode irisan
persamaan Kondisi
n Keseimbangan momen untuk tiap potongan
2n Keseimbangan gaya-gaya dalam dua arah (Tiap potongan)
Hubungan Morh Coloumb antara kuat geser dan tegangan norman
n efektif
4n Total jumlah komponen persamaan
Anu Variabel
1 faktor keamanan lereng
n Gaya normal pada dasar tiap potongan, N'
n Lokasi dari gaya Normal, N'
n Gaya geser pada dasar tiap potongan
n-1 Gaya antar potongan, Z
n-1 Inklinasi gaya antar potongan, θ
n-1 Lokasi dari gaya antar potongan
6n-2 total jumlah anu
Beberapa persamaan untuk analisa kestabilan dan asumsi ysng digunakan dengan
kestabilan lereng. Metode ini mengasumsi bahwa resultan gaya antar potongan
untuk semua potongan adalah mempunyai sudut yang paralel dengan dasar
∑
∑∑∑
Dimana :
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
keamanan,F.
Merupakan salah satu metode analisis kestabilan lereng metode irisan yang
mengasumsikan bahwa tidak terdapat gaya geser antar potongan. Metode ini
∑
∑ ∑
Diamana :
terdapat gaya geser yang bekerja antar potongan. Metode ini memberikan definisi
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
∑
∑∑∑
Dimana :
A5= (W(1-Kv) + Uβ cos β + Q cosδ) sin α
A7= Kh W (
4. Methode Felenius
Metode ini paling sederhana diantara metode irisan. Metode ini juga
metode ini adalah resultan gaya antar irisan sama dengan nol dan bekerja sejajar
dengan permukaan bidang runtuh, serta bidang runtuh berupa sebuah busur
lingkaran. Kondisi kestimbangan yang dapat dipenuhi oleh metode ini hanya
N = W cos α – Kw sin α
Kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh semua irisan adalah sebagai
berikut ∑ ∑
Dimana hc adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan.
II-22
Bab II Tinjauan Pustaka
Gaya geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi setimbang adalah :
perubahan antara lain topografi, seismik, aliran air tanah, kehilangan kekuatan,
Akibat adanya gaya-gaya luar yang bekerja pada material pembentuk lereng
material sendiri. Meskipun suatu lereng telah stabil dalam jangka waktu yang
lama, lereng tersebut dapat menjadi tidak stabil karena beberapa faktor seperti :
lereng).
3. Penambahan kadar air pada tanah (misalnya terdapat rembesan air atau
infiltrasi hujan).
II-23
Bab II Tinjauan Pustaka
tegangan geser pada seluruh massa tanah, dan suatu gerakan akan terjadi kecuali
tahanan geser pada setiap permukaan runtuh yang mungkin terjadi lebih besar dari
Analisa stabilitas lereng menggunakan program stabil 2.3 A. Veruijtt 1986 dengan
dari system koordinat tersebut dibagi dalam area-area untuk disesuaikan dengan
perlapisan dan parameter tanah, termasuk juga muka air tanah dan beban
surcharge.
b. Titik pusat lengkung gelincir (slip circle) ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
nilai koordinat ( x , y ) dan titik ujung slip circle awal ditentukan senilai x 1,
tersebut dengan sistem iterasi secara otomatis dimulai dari x 1, hingga xn pada
sepanjang badan.
c. Titik pusat lengkung gelincir (slip circle) pada saat iterasi dilakukan akan
bergerak dalam area modul grid dan iterasi akan terus berlangsung hingga
Adapun nilai parameter-parameter tanah yang diinput dalam software ini antara
lain :
II-24
Bab II Tinjauan Pustaka
Gaya-gaya yang menahan gerakan longsor dapat ditambah dengan cara sebagai
5. Penanganan secara kimia atau yang lain (misalnya mengeraskan tanah) untuk
longsor terjadi pada daerah potensial dan stabilisasi, setelah longsor terjadi jika
belum runtuh total. Penanggulangan yang tepat pada kedua kondisi diatas dengan
memperhatikan penyebab utama longsor, kondisi pelapisan tanah dan juga aspek
geologinya.
II-25
Bab II Tinjauan Pustaka
untuk mengetahui muka air atau tekanan air porinya, dan pemasangan slope
lereng harus diteliti lebih dulu, karena sering terdapat lebih dari satu faktor
penyebab yang memicu ketidakstabilan lereng. Berikut ini akan dibahas macam-
beberapa kasus tidak demikian. Untuk itu perlu dilakukan perubahan geometri
kemantaban lereng jangka panjang, tetapi pada beberapa kasus tidak demikian.
dari massa tanah yang longsor dan menambah gaya penahan dengan cara
penimbunan pada ujung kaki lereng, sehingga faktor keamanan lereng dapat
pada lereng eksisting tersebut dan menimbulkan rasa aman yang sesuai yang
II-26
Bab II Tinjauan Pustaka
II-27
Bab II Tinjauan Pustaka
lereng, karena akan meninggikan tekanan air pori. Disamping itu aliran air
air tanah didaerah longsoran. Dalam memilih cara ini yang tepat perlu
dalam (deep well), penyalir tegak (vertical drain), penyalir mendatar (horizontal
draine), pelantar (drainage gallery), sumur pelega (relief well), penyalir pant
Air tanah dikeluarkan dari lereng penyalir, muka air tanah turun dari U0
menhadi U’’. Dengan penurunan muka air tanah tekanan air pori akan berkurang
menahan massa tanah yang bergerak, sedangkan tindakan lain dilakukan bila
tahanan geser. Bangunan penahanan dapat terdiri dari beberapa macam antara lain
bronjong, tembok penahan, sumuran, tiang pancang,bor atau turap baja, tanah
5. Tembok Penahan
batu,beton atau beton bertulang. Tipe tembok penahan terdiri dari dinding gaya
II-29
Bab II Tinjauan Pustaka
berat (gravity wall), semi gaya berat (Semi gravity) dan dinding pertebalan
(Counterfort wall).
6. Bronjong
anyaman kawat yang diisi batu belah. Konstruksinya berbentuk persegi dan
II-30
Bab II Tinjauan Pustaka
7. Tiang
longsoran. Cara ini cocok untuk logsoran yang tidak terlalu dalam, tetapi
penggunaan tiang ini terbatas oleh kemampuan tiang untuk menembus lapisan
tanah yang keras atau material yang mengandung bongka-bongkah. Cara ini
cocok untik longsoran tipe aliran, karena sifat tanahnya sangat lembek yang dapat
II-31