You are on page 1of 4

Literature Review

Literature Judul :
Determinan Abortus di Indonesia
Penulis :
Titik Kuntari, Siswanto Agus Wilopo, Ova Emilia

Penerbit :
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4,
No. 5

Tahun :
2010
Konsep, Model, dan Teori Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang
keluar sebelum usia kehamilan 20 minggu. Abortus spontan
adalah abortus yang terjadi secara spontan tanpa ada unsur
kesengajaan. Abortus disengaja (induced abortion) adalah
abortus yang terjadi karena tindakan yang sengaja dilakukan
untuk mengakhiri kehamilan sebelum usia 20 minggu. WHO
menetapkan bahwa abortus termasuk dalam masalah
kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan
merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.
Masalah abortus mendapat perhatian penting dalam
kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap
morbiditas dan mortalitas maternal. Setiap tahun,
diperkirakan terjadi 79 juta kehamilan yang tidak
diinginkan. Abortus spontan merupakan penyebab terbanyak
fetal loss. Delapan puluh persen fetal loss disebabkan oleh
abortus spontan. Sekitar 10-15% kehamilan berakhir dengan
abortus spontan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan
kelima. Sekitar setengahnya disebabkan oleh anomali
kromosom pada embrio.
Komplikasi seperti sepsis, perdarahan, trauma genital
dan abdominal, perforasi uterus atau keracunan dapat
berakibat fatal apabila terlambat ditangani. Kematian juga
dapat merupakan komplikasi sekunder dari gangren atau
gagal ginjal akut. Setengah dari abortus tidak aman dunia
terjadi di Asia, sepertiganya terjadi di Asia Tengah Selatan
yang juga mempunyai angka kematian ibu terkait abortus
yang besar, sekitar 29.000 kematian per tahun. Angka
abortus tidak aman di Asia Tengah Selatan dan Asia
Tenggara hampir sama besar sekitar 20 per 1000 wanita usia
reproduktif. Diperkirakan hampir 3 juta abortus tidak aman
terjadi di Asia Tenggara dan menyebabkan 8000 ibu
meninggal.
Metode Subjek :
Wanita yang memenuhi syarat. Sampel diseleksi sesuai
dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditentukan.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah berusia 15-49 tahun,
belum menopause/mengalami histerektomi, mengeluarkan
produk konsepsi pada tahun 2002, baik berupa abortus,
melahirkan ataupun stillbirth
Alat Ukur:
Penelitian menggunakan desain observasional cross
sectional. Sumber data yang digunakan adalah sumber data
sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI)
Analisis :
analisis bivariabel dan multivariable
Kesimpulan Risiko abortus berhubungan dengan usia ibu, paritas,
pekerjaan ibu dan usia ibu saat menikah. Semakin
bertambah usia ibu, semakin tinggi risiko untuk mengalami
abortus. Berdasarkan paritas, wanita dengan paritas 0-2
berisiko lebih tinggi untuk mengalami abortus dibandingkan
wanita dengan paritas 3 atau lebih (OR=5,2; IK95%=3,49-
7,89). Wanita yang bekerja berisiko lebih tinggi
dibandingkan wanita yang tidak bekerja (OR= 2,7; IK 95%=
2,10-3,58). Selain itu, risiko abortus meningkat pada wanita
yang menikah pada usia 30 tahun atau lebih (OR=1,8;
IK95%= 1,30-2,48). Risiko abortus tidak berhubungan
bermakna dengan riwayat abortus sebelumnya, tingkat
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi
Keterkaitan dengan penelitian Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang keluar
sebelum usia kehamilan 20 minggu, risiko abortus
berhubungan dengan usia ibu, paritas, pekerjaan ibu dan usia
ibu saat menikah. Semakin bertambah usia ibu, semakin
tinggi risiko untuk mengalami abortus
Ringkasan rancangan organalitas yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada
jurnal sebelumnya : Pada penelitian ini, peneliti meneliti sampel diseleksi sesuai dengan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditentukan. Kriteria inklusi penelitian ini adalah berusia
15-49 tahun, belum menopause/mengalami histerektomi, mengeluarkan produk konsepsi pada
tahun 2002
Literature Review

Literature Judul :
ANALISIS FAKTOR RESIKO PENULARAN HIV/AIDS
DI KOTA MEDAN
Penulis :
Erledis Simanjuntak

Penerbit :
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.4 No.12

Tahun :
2010
Konsep, Model, dan Teori Kasus HIV/ AIDS dewasa ini telahmengalami
peningkatan jumlah secara cepat dari tahun – ketahun. Kasus
terbanyak diperoleh di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Papua, Bali, Jawa tengah, Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat.
Dan kasus tetinggi berada di Provinsi Papua.
Beberapa faktor resiko penularan hiv/aids adalah
melalui hubungan seksual, melalui transfusi darah atau
produk darah yang sudah tercampur virus hiv, melalui jarum
suntik yang tidak steril, transplantasi organ pengidap hiv dan
penularan dari ibu ke anaknya saat di kandungan
Hingga saat ini belum ada data yang akurat tentang
jumlah kasus, dan faktor risiko yang mempengaruhi
berkembangnya penularan HIV diberbagai wilayah di
indonesia, termasuk di Kota Medan. Dengan diketahuinya
faktor resiko penularan HIV/AIDS secara jelas, diharapkan
dapat menjadi masukan terhadap pemerintah untuk membuat
perioritas program penanggulangan HIV/ AIDS secara tepat,
efektif sesuai dengan sumber daya yang ada.
Metode Subjek :
Dua kelompok yaitu penderita HIV/AIDS dan bukan
penderita HIV/AIDS yang dilakukan di ini dilakukan di
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.jumlah
sampel adalah 230, terdiri dari 115 kasus
Alat Ukur:
Angket, berupa kuesioner yang diisi langsung oleh
responden.
Analisis :
Analisis Bivariat (Uji Chi-Square), dilakukan perhitungan
terhadap Odds Ratio (OR), Analisis Multivariat (Uji
Regressi Logistik), melalui Program SPSS For Windos 17
Kesimpulan Faktor resiko yang berhubungan secara signifikan
(CI:(95%) terhadap kejadian HIV/AIDS pada sampel di
Kota Medan Adalah: Pemakai jarum suntik narkoba,
Hubungan sex bebas, Kelompok umur 15 – 24 tahun, 25-34
tahun, 35-44 tahun, jenis kelamin Laki-laki, sampel yang
tidak Tidak bekerja mempunyai resiko lebih tinggi
dibanding sampel yang bekerja, resiko pada sampel dengan
pendidikan yang lebih rendah menjadi HIV/AIDS lebih
tingggi dibanding dengan sampel berpendidikan tinggi.
Faktor resiko yang dominan terhadap penularan
HIV/AIDS di Kota Medan adalah: Pemakai jarum suntik
narkoba, hubungan sex bebas, Pendidikan, dan Pekerjaan.
Keterkaitan dengan penelitian Pentingnya pengetahuan hiv aids sangat membantu
masyarakat untuk meminimalkan penularan.
Ringkasan rancangan organalitas yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada
jurnal sebelumnya :
Pada penelitian ini, peneliti meneliti subjek di satu tempat untuk menganalisis faktor resiko
penularan HIV/ AIDS di Kota Medan dan hasilnya membuktikan bahwa faktor resiko penularan
adalah Pemakai jarum suntik narkoba, hubungan sex bebas, Pendidikan, dan Pekerjaan

You might also like