Professional Documents
Culture Documents
Risiko Usia dan Paritas Ibu Hamil terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini
Risk of Age and Parity Pregnant Women on Premature Rupture Membranes
Artikel history
th
Dikirim, Des 12 , 2020
Ditinjau, Jan 15th, 2021
Diterima, Jan 28th, 2021
ABSTRACT
Premature rupture of membrane (PROM) is one of the abnormalities in pregnancy. The risk
factors that arise if these problems occur are morbidity and mortality in mothers and babies,
especially in the prenatal incidence which is quite high. The aim of this study was to see the
risk factors for maternal age and parity on the incidence of premature rupture of membranes
at Salewangang Maros Regional Hospital which was conducted in May-June 2019. This
research was an observational study with a Case Control Study design, namely research risk
factors using a retrospective approach. The population in this study was 60 person with a
sampling method, namely exhautive sampling (total sample), pregnant women who
experienced premature rupture of membranes in 30 cases and 30 pregnant women with vaginal
directly. The results of this study was indicated that maternal age was 1.5 times the risk (OR
0,365) and parity is 6 times the risk (OR 2,286) of the incidence of premature rupture of
membranes. Pregnant women should maintain their health so that their children are healthy,
especially with their mothers.
Keywords: post partum, premature rupture of membranes, control case study
ABSTRAK
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membran (PROM) adalah salah satu kelainan
dalam kehamilan. Risiko yang ditimbulkan jika terjadi masalah tersebut adalah morbiditas
dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama pada kejadian prenatal yang cukup tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor risiko usia ibu dan paritas terhadap
kejadian ketuban pecah dini di RSUD Salewangang Maros yang dilaksanakan pada bulan
Mei-Juni 2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan Case
Control Study (Studi Kasus Kontrol) yaitu penelitian yang mempelajari faktor risiko dengan
menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini yaitu 60 orang dengan
metode pengambilan sampel yaitu exhautive sampling (sampel total), ibu hamil yang
mengalami kejadian ketuban pecah dini 30 kasus dan ibu hamil yang persalinan pervaginam
30 kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu 0,3 kali lipat berisiko (OR 0,365)
dan paritas 2 kali lipat berisiko (OR 2,286) terhadap kejadian ketuban pecah dini. Bagi ibu
hamil hendaknya menjaga kesehatan agar anak yang dilahirkan dapat sehat terlebih dengan
ibunya.
Kata Kunci: post partum, ketuban pecah dini, kasus control.
90
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
91
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
penelitian yang mempelajari faktor risiko dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2019.
dengan menggunakan pendekatan Pengumpulan data dilakukan menggunakan
retrospektif. Populasi pada penelitian ini kuesioner untuk mengukur variabel-variabel
yaitu 60 orang dengan metode pengambilan dalam penelitian ini, data yang diperoleh
sampel yaitu exhautive sampling (sampel kemudian diolah menggunakan Uji Statistik
total), ibu hamil yang mengalami kejadian dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
ketuban pecah dini 30 kasus dan ibu hamil dan crosstab (tabulasi silang) sesuai dengan
yang persalinan pervaginam 30 kontrol di tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai
RSUD Salewangang Maros yang penjelasan tabel.
Kelompok Usia
f %
(Tahun)
<20 dan >35 10 16,7
20-35 50 83,3
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Manuaba Ida Bagus Gde, (2015) risiko yang tinggi untuk hamil karena akan
menjelaskan bahwa usia seorang wanita membahayakan kesehatan dan keselamatan
memiliki reproduksi optimal antara 20-35 ibu hamil maupun janinnya. Ibu hamil
tahun, dibawah dan diatas dari usia tersebut dengan usia tersebut beresiko mengalami
akan meningkatkan risiko kehamilan dan gangguan kesehatan seperti anemia.
persalinan. Kesenjangan teori dengan hasil Kebutuhan terhadap gizi juga berpengaruh
yang diperoleh ini terjadi karena beberapa pada usia tersebut. Dari segi biologis fungsi
faktor yaitu persalinan di lokasi penelitian reproduksi seorang, usai dibawah 20 tahun
paling banyak terjadi pada ibu dengan usia rahim belum berkembang sempurna untuk
reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. menerima keadaan janin dan belum matang
Penelitian ini sejalan dengan Wahyuni, R., dalam menghadapi tuntutan beban moril,
Windari, AP. & Putra H, (2020) bahwa mental dan emosional dari segi psikisnya.
kejadian KPD berdasarkan usia responden Sedangkan, usia wanita di atas 35 tahun dan
terbanyak pada usia 20-35 tahun (69,6%). sering melahirkan memiliki fungsi
Sama halnya dengan penelitian Wiadnya & reproduksi yang sudah mengalami
Surya, (2016) bahwa kejadian KPD paling kemunduran (degradasi) dbandingkan
banyak ditemukan jumlah pada kehamilan fungsi reproduksi normal. Hal ini bisa
aterm yang tinggi pada pasien dengan usia menyebabkan terjadinya komplikasi pasca
produktif yaitu usia 20 – 35 tahun. persalinan terutama ketuban pecah dini
Wanita yang berumur kurang dari 20 (Purwaningtyas & Prameswari, 2017;
tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai Octavia & Fairuza, 2019).
92
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
KPD itu sendiri secara patobiologi dari dihasilkan pada selaput membran
kehamilan sampai saat ini masih belum ekstrasellular, dan aktivitas adanya
banyak diketahui. Banyak faktor dan jalur peningkatan apoptosis pada daerah robekan
yang dapat menyebabkan diantaranya selaput amnion (Rahayu & Sari, 2017).
degradasi dari matriks selaput membran
ekstrasellular berupa jumlah kolagen Distribusi Responden Menurut Paritas
diselaput membran ekstrasellular, Paritas responden dibagi menjadi dua
keseimbangan antara degradasi dan aktifitas jenis yaitu primapara dan mulitpara.
perbaikan dari komponen matriks, enzim Adapun distribusi responden berdasarkan
spesifik yang berfungsi sebagai pengendali paritas dapat dilihat pada Tabel 2 yang
dan pengatur aktivitas biofisik matriks menunjukkan bahwa jenis paritas paling
membran ekstraseluler, infeksi terkait tinggi adalah multipara (56,7%)
dengan keseimbangan enzim yang dibandingkan primipara (43,3%).
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Paritas terhadap Kejadian Ketuban
Pecah Dini di RSUD Salewanganng Maros
Jenis Paritas f %
Primipara 26 43,3
Multipara 34 56,7
Jumlah 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga bahwa ada hubungan antara paritas dengan
pada usia reproduktif biasanya relatif KPD di Rumah Sakit Martha Friska. Selain
memiliki keadaan yang lebih aman untuk itu, penelitian Wilda & Suparji, (2020) juga
hamil dan melahirkan. Dinding uterus pada menunjukkan bahwa paritas multigravida
usia tersebut memiliki masih lebih kuat mempunyai risiko 6 kali lebih besar
karena belum banyak mengalami menyebabkan KPD.
perubahan, dan serviks belum terlalu sering Maharrani, T. & Nugrahini, EY,
mengalami pembukaan yang dapat (2017) menyatakan bahwa paritas 2-3
menyanggah selaput ketuban dengan baik. merupakan paritas paling aman bila ditinjau
Sementara wanita yang sudah melahirkan dari sudut kematian maternal. Lebih tinggi
beberapa kali memiliki risiko lebih tinggi paritas maka resiko kematian maternal juga
mengalami KPD karena jaringan ikat tinggi. Pada ibu multipara dan
selaput ketuban mudah rapuh karena grandemultipara sering terjadi komplikasi
vaskularisasi pada uterus mengalami karena berkaitan dengan fungsi organ
beberapa gannguan yang mengakibatkan reproduksi yang mengalami penurunan
akhirnya selaput ketuban mengalami pecah yang mengakibatkan kelainan dalam proses
spontan (Rahayu & Sari, 2017; Wahyuni, persalinan, tetapi ini relatif karena tidak
R., Windari, AP. & Putra H, 2020). Hasil seluruhnya ibu dengan kehamilan paritas
penelitian ini sejalan dengan Octavia dan tinggi beresiko mengalami komplikasi
Fairuza, 2019 bahwa responden pada karena penyebab ketuban pecah dini (KPD)
Rumah Sakit Budi Asih Serang paling belum diketahui secara pasti.
banyak pada jenis multigrande (multipara)
sebanyak 37 responden (61,7%). Penelitian
Panjaitan & Tarigan, (2018) menunjukkan
93
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
Faktor Risiko Usia Ibu dengan Kejadian usia <20 dan >35 tahun dan terdapat 27
Ketuban Pecah Dini (45%) usia antara 20-35 tahun. Sedangkan,
Faktor risiko usia terhadap kejadi KPD 30 responden yang memiliki persalinan
dapat dilihat pada Tabel 3 yang pervaginam (Kontrol), terdapat 7 (11,7%)
menunjukkan bahwa dari 30 responden usia ibu hamil <20 dan >35 tahun dan
yang rentan mengalami KPD (Kasus), terdapat 23 (38,3%) usia antara 20-35
terdapat 3 (5%) ibu hamil yang memiliki tahun.
Tabel 3. Faktor Resiko Ibu terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Salewanganng Maros
Status
Kasus Kontrol
Usia Ibu p value OR CI
f % f %
<20 dan >35 3 5,0 7 11,7 0,085-
20-35 27 45,0 23 38,3 0,299 0,365 1,576
Jumlah 30 50,s0 30 50,0
Keterangan: p <0,05 signifikan
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan ekstrasellular. Tindakan preventif tidak
bahwa faktor risiko usia <20 dan >35 dapat dilakukan kecuali dalam usaha
setelah dilakukan pengujian hipotesis menekan infeksi (Rahayu & Sari, 2017;
menggunakan chi square tidak memiliki Octavia & Fairuza, 2019). Meskipun
hubungan yang bermakna secara statistik Manuaba Ida Bagus Gde, (2015)
dengan nilai p value=0,299 OR=0,365:CI menjelaskan bahwa usia seorang wanita
(0,0852-1,576). Hal ini berarti tidak ada memiliki reproduksi optimal antara 20-35
hubungan faktor risiko usia dengan kejadian tahun, dibawah dan diatas dari usia tersebut
KPD. Penelitian ini sejalan dengan akan meningkatkan risiko kehamilan dan
penelitian yang dilakukan oleh Irsam, M., persalinan.
Dewi, AK. & Wulandari, (2016) bahwa usia Kesenjangan teori dengan hasil yang
kelompok kontrol dan kelompok kasus tidak diperoleh ini terjadi karena dipengaruhi
memiliki hubungan yang bermakna (p= beberapa faktor yaitu persalinan di lokasi
0,347 OR=4,571) dan dengan kejadian penelitian paling banyak terjadi pada ibu
KPD di RSUD Tugurejo Semarang. Sama dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun),
halnya dengan peneltian Rahayu (2018) selain itu menurut Irsam, M., Dewi, AK. &
menyatakan bahwa usia tidak ada Wulandari, (2016) beberapa alasan yang
hubungannya dengan kejadian ketuban lain seperti perbedaan lokasi dan metode
pecah dini di RS Yogyakarta karena nilai p penelitian yang digunakan sehingga akan
value =0,671 OR=1,062: CI (0,8059-1,401). berpengaruh terhadap jumlah faktor risiko.
Sementara penelitian Wilda & Suparji, Selain itu, asupan zat gizi yang baik yang
(2020) menunjukkan bahwa usia dikonsumsi ibu selama hamil di usia muda
mempunyai risiko 7 kali lebih besar maupun lanjut sehingga akan berpengaruh
menyebabkan KPD. terhadap jumlah faktor risiko karena
KPD itu sendiri secara patobiologi dari diketahui bahwa ibu hamil dengan usia
kehamilan sampai saat ini masih belum tersebut beresiko mengalami gangguan
banyak diketahui. Banyak faktor dan jalur kesehatan seperti anemia (Irsam, M., Dewi,
yang dapat menyebabkan diantaranya AK. & Wulandari, 2016; Purwaningtyas &
degradasi dari matriks selaput membran Prameswari, 2017). Kecilnya kasus kejadian
94
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
KPD pada ibu hamil dengan usia <20 tahun Faktor risiko paritas terhadap kejadi
dan >35 tahun kemungkinan juga KPD dapat dilihat pada Tabel 4 yang
disebabkan karena semakin meningkatnya menunjukkan bahwa dari 30 responden
kesadaran masyarakat untuk tidak menikah yang rentan mengalami KPD (Kasus),
dan hamil di usia muda maupun tua, terdapat 16 (26,7%) ibu hamil yang
mengetahui bahwa hamil atau bersalin di memiliki jenis paritas multipara dan
usia muda maupun lanjut dapat terdapat 14 (23,3%) yang memiliki jenis
menimbulkan penyulit yang dapat paritas primipara. Sedangkan, 30 responden
membahayakan ibu dan bayi ( Wahyuni, R., yang memiliki persalinan pervaginam
Windari, AP. & Putra H, 2020). (Kontrol), terdapat 10 (16,7%) yang
memiliki jenis paritas multipara dan
Faktor Risiko Usia Ibu dengan Kejadian terdapat 20 (33,3%) yang memiliki jenis
Ketuban Pecah Dini paritas primipara.
Tabel 4. Faktor Resiko Ibu terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Salewanganng Maros
Status
Jenis Paritas Kasus Kontrol
p value OR CI
f % f %
Multipara 16 26,7 10 16,7 0,804-
Primipara 14 23,3 20 33,3 0,192 2,286 6,495
Jumlah 30 50,0 30 50,0
Keterangan: p <0,05 signifikan
Hasil analisis pada Tabel 4 KPD karena nilai P value = 0,000
menunjukkan bahwa faktor risiko jenis OR=2,418.
paritas setelah dilakukan pengujian Adanya kesenjangan penelitian ini bisa
hipotesis menggunakan chi square tidak disebabkan oleh faktor ibu yang ada pada
memiliki hubungan yang bermakna secara RSUD Salewangang sudah menerapkan
statistik dengan nilai p value=0,192 ANC secara baik selama kehamilan dan
OR=2,286:CI (0,804-6,495). Hal ini berarti dapat mengetahui kondisi kesehatan
tidak ada hubungan faktor risiko jenis kehamilan ibu sehingga dapat
paritas dengan kejadian KPD sehingga mempersiapkan langkah-langkah yang
faktor resiko paritas tidak menjadi faktor harus dilakukan dalam upaya pencegahan
utama pada kejadian KPD dan agar tidak terjadi komplikasi yang
kemungkinan ada beberapa faktor penyebab mengakibatkan terjadinya KPD. Menurut
lain yang lebih kuat yang menyebabkan teori, primipara adalah kondisi ibu yang
KPD. Hal ini sejalan dengan penelitian pertama kali hamil. Pada kondisi ini,
Rahayu (2018) menyatakan bahwa jenis seharusnya tidak rentan terhadap kejadian
paritas tidak ada hubungannya dengan KPD sebab ia belum pernah mengalami
kejadian ketuban pecah dini di RS proses melahirkan atau mengalami
Yogyakarta karena nilai p value =0,142 peregangan pada uterusnya dan juga
OR=0,814: CI (0,619-1,071). Sedangkan vaskularisasi serta jaringan ikat pada selaput
hasil penelitian Maria & Sari, (2016) ketuban juga masih kuat. Faktanya di
menyatakan bahwa ada hubungan yang RSUD Salewangang kejadian KPD tetap
signifikan antara paritas dengan kejadian masih ada ibu hamil primipara, hal ini
disebabkan karena beberapa faktor terutama
95
Nursing Arts, Vol.XIV, Nomor 2, Desember 2020
pada kondisi psikologis ibu hamil seperti Dari hasil penelitian menunjukkan
emosi, termasuk kecemasan dalam bahwa kejadian KPD harus melihat segala
kehamilan. Pada ibu yang mengalami aspek. Penyebab KPD ini pada sebagian
kecemasan, emosi saat hamil akan besar kasus sampai saat ini masih belum
mengganggu kondisi ibu karena kelenjar banyak diketahui. Oleh karena itu, mash
adrenal akan menghasilkan hormon kortisol diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
(Rahayu, 2018; Wahyuni, R., Windari, AP. menemukan faktor utama kejadian KDP.
& Putra H, 2020). Menurut Maharrani & Nugrahini (2017) ibu
Multipara juga cenderung mengalami hamil yang memiliki faktor predisposisi
kejadian KPD. Multipara adalah kondisi ibu terjadinya KDP diperlukan pelaksanaan dan
yang mengalami kehamilan beberapa kali, pendeteksian sedini mungkin dan juga
sekitar 2-4 kali. Menurut Rahayu (2018) sebagai langkah preventif hendaknya tenaga
konsistensi serviks yang tipis dialami oleh kesehatan lebih meningkatkan komunikasi,
ibu hamil multipara sehingga informasi, edukasi, dan motivasi pada ibu
memungkinkan terjadi KPD lebih besar hamil agar melakukan pemeriksaan
akibat adanya tekanan intrauterin pada saat kehamilan antenatal care secara rutin untuk
persalinan karena mempercepat pembukaan mendeteksi komplikasi yang mungkin
serviks yang menyebabkan ibu hamil terjadi selama kehamilan dan persalinan
berisiko mengalami ketuban pecah sebelum serta memberikan informasi tentang tanda-
pembukaan lengkap. tanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda
bahaya persalinan.
97