You are on page 1of 10

JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

STRATEGI PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN


BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN MELALUI
KEWIRAUSAHAAN

Oleh :
Arief Rifa’i H, M.Si., S.Sos
Annisa Mardatillah, M.Si., S.Sos
Dosen Prodi Administrasi Niaga
Fisipol – Universitas Islam Riau
Pekanbaru

Abstract

Employment sector is one important factor in regional economic development


because labor is the main capital for the construction of wheel movement. Successful
development of course supported by a good quality workforce. The problem that often arises
is the problem of unemployment. The Problem of unemployment can be done by creating jobs
to its fullest.
Workforce planning is essential in making policies and programs that can be used to
overcome the problems that always faced related to labor supply, labor demand and the
balance between supply and demand of labor. Appropriate policies and programs ia a
business that can be done to overcome various problems. Appropriate strategy is needed to
reduce unemployment throught job creation an open width so as to eradicate poverty.
Local goverment as the holder and a key pillar of regional autonomy in the
development of the welfare of region, is expected to devise policies that can develop micro
and small scale enterprises, in addition to opening the opportunity for investors to bulid
medium micro and small enterprises that are albor intensive will help provide productive
empolyment for all members of the community that will reduce unemployment and poverty.

Keywords : Strategy, Labor, Enterpreneurship.


Pendahuluan

Perekonomian yang semakin sulit menyebabkan daya beli masyarakat semakin


menurun dan tingkat nilai rupiah cenderung tidak stabil. Krisis multidimensi mengakibatkan
tingkat pengangguran semakin meningkat dan ini selalu menjadi masalah yang harus diatasi
setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan banyak yang melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja ( PHK ) akibat dari kesulitan keuangan yang dialami oleh para pengusaha pasca krisis
ekonomi. Pemutusan Hubungan Kerja ini mengakibatkan pengangguran semakin meningkat
yang selanjutnya dapat menimbulkan angka kemiskinan.

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan


ekonomi daerah karena tenaga kerja merupakan modal utama bagi pergerakan roda
pembangunan. Berdasarkan data BPS Jumlah penduduk Provinsi Riau Tahun 2009 sebesar
5.525.268 jiwa, penduduk laki – laki 2.938.918 jiwa dan penduduk perempuan 2.586.380
jiwa, dengan pertumbuhan penduduk rata – rata 4,38% pertahun diperkirakan pada tahun
2013 jumlah penduduk menjadi 6.699.656 jiwa.
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

Dengan sumber data yang sama jumlah angkatan kerja pada tahun 2009 sebesar
2.325.839 orang, angkatan kerja laki – laki 1.689.089 orang dan angkatan kerja perempuan
636.799 orang, dan diperkiran pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja berjumlah 2.706.342
orang. Sedangkan tingkat pengangguran pada tahun 2009 sebesar 8,44% dan diperkirakan
pada tahun 2013 sebesar 9,43%. Jika pencari kerja dianggap sebagai penganggur, maka
berarti kurang dari 10% dari penduduk usia kerja Provinsi Riau belum memperoleh
kesempatan kerja.

Tabel 1.1 dibawah ini merupakan data tentang angkatan kerja menurut tingkat
pendidikan tahun 2007 – 2009 yang menggambarkan tingkat kenaikan yang cukup tinggi
setiap tahunnya.

Tabel 1.1
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2007 – 2009
Pendidikan 2007 2008 2009
Tidak Tamat SD 218.750 279.493 279.076
SD 720.898 716.596 733.675
SLTP 488.065 469.795 501.354
SLTA 537.019 590.388 608.340
DI, DII, DIII 74.677 90.949 101.884
UNIVERSITAS 75.675 92.164 101.509
JUMLAH 2.115.084 2.239.385 2.325.839
Sumber : - BPS Prov. Riau
- Data diolah

Dilihat dari Penduduk Usia Kerja ( PUK ) tahun 2007 – 2009 cenderung mengalami
peningkatan yaitu dari 3.380.689 orang pada tahun 2007 menjadi 3.722.712 orang pada tahun
2009, yang dapat diartikan bahwa Penduduk Usia Kerja selama tahun 2007 hingga 2009
mengalami pertambahan sebanyak 342.023 orang atau 10%. Hal ini diduga akibat dari
lajunya perubahan faktor-faktor demografi seperti fertilitas, mortalitas dan migrasi (Sumber
BPS Riau). Permasalahan semakin rumit ketika bertambahnya angka Penduduk Usia Kerja
tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan lapangan pekerjaan.

Tinjauan Teori

Konsep Strategi
Konsep strategi dapat digunakan oleh organisasi untuk menghadapi hambatan atau
tantangan dan kesempatan-kesempatan yang timbul dari setiap persoalan. Strategi dapat
digunakan untuk menentukan tujuan dan arah masa depan sebuah organisasi baik itu swasta
maupun pemerintah.

Definisi strategi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Ansoff (dalam
Penguin Books, 94: 1982), strategi adalah aturan untuk pembuatan keputusan dan penentuan
garis pedoman. Strategi disebut jg konsep bisnis perusahaan.

Uyterhoeven ( 7 : 1973 ) , strategi corporate adalah usaha pencapaian tujuan dengan


memberikan arah dan keterikatan perusahaan. Newman & Logan, strategi master adalah
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

perencanaan yang melihat ke depan yang dipadukan dalam konsep dasar atau misi
perusahaan.

Konsep Ketenagakerjaan

Definisi Tenaga Kerja


Tenaga Kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok , yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan golongan penduduk dalam batas usia kerja yang
sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan, mempunyai pekerjaan tetap, tetapi untuk
sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali, tetapi aktif mencari
pekerjaan. Bekerja mempunyai makna melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan
jasa dengan tujuan memeroleh penghasilan pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja
merupakan bagian dari tenaga kerja yang terlibat atau sedang berusaha untuk terlibat dalam
kegiatan produktif. Angkatan kerja dapat dibagi lagi menjadi pekerja dan pengangguran.

Pekerja adalah seseorang yang bekerja apabila ia melakukan pekerjaan dengan tujuan
memeroleh upah atau membantu untuk memeroleh pendapatan selama paling sedikit satu jam
secara terus menerus dalam seminggu sebelum survey dilakukan. Orang yang memiliki
pekerjaan, orang yang mempunyai pekerjaan tetapi sementara waktu sedang tidak bekerja ada
pula pekerja keluarga tanpa menerima upah yang membantu dalam suatu usaha produktif ini
semua termasuk kelompok pekerja.

Penganggur adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan orang yang sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru. Bukan angkatan kerja adalah
penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak sedang
mencari pekerjaan (belajar, mahasiswa, ibu rumah tangga), serta menerima pendapatan yang
bukan imbalan langsung atas suatu kegiatan produktif (pensiunan, veteran perang, dan
penderita cacat yang mendapat santunan).

Kesempatan kerja.

Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang sedang
membutuhkan pekerjaan. Pengaturan pekerjaan di Indonesia tertera dalam pasal 27 ayat 2
UUD 1945 yang menjelaskan : "Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak". Cukup jelas dari uraian tadi bahwasanya pemerintah Indonesia
mempunyai tanggung jawab atas penciptaan lapangan pekerjaan. Upaya pemerintah untuk
menciptakan lapangan kerja bagi setiap warga Negara berhubungan dengan upaya
meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus pendapatan nasional. Semakin banyak
lapangan pekerjaan yang tersedia di suatu Negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi
penduduk usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat pengangguran. Demikian pula
semakin sedikit lapangan kerja bagi penduduk usia produktif maka akan memberikan peluang
semakin tinggi tingkat pengangguran.

Menciptakan sebuah lapangan kerja sangat tergantung pada pendapatan Negara yang
diinvestasikan. Pendapatan nasional yang tinggi memungkinkan pembentukan modal yang
lebih besar melalui tabungan. Tabungan dimungkinkan terjadinya pembentukan investasi
yang mengakibatkan perluasan dan penciptaan usaha. Perihal ini akan membuka kesempatan
kerja yang lebih besar bagi seluruh angkatan kerja. Untuk menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat, pemerintah terus berupaya meningkatkan perluasan kesempatan kerja
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

melalui berbagai kebijakan. Salah satu kebijakan di bidang kesempatan kerja adalah
pemerataan kesempatan kerja.

Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja

Peningkatan kualitas tenaga kerja merupakan hal yang sangat penting dan harus terus
dapat diupayakan. Sumber daya manusia yang rendah merupakan salah satu factor penyebab
lemahnya perekonomian, maka tentu saja perlu ditingkatkan kualitasnya yang tentu saja
berkesinambungan terhadap pergerakan terhadap salah satu factor produksi. Peningkatan
kualitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan hal sebagai berikut : Menyiapkan pendidikan
formal agar tercipta tenaga ahli yang terampil, Membentuk tenaga kerja yang bertipe pekerja
keras dan cekatan tidak lemah tentu saja harus didukung dengan mental yang teguh dan fisik
yang sehat (perbaikan gizi) dan Memberikan perlindungan kerja , keamanan kerja, dan
kenyamanan bekerja . Selain itu dapat mengadakan pelatihan bagi pekerja agar memiliki
kemampuan kerja yang lebih baik, Mengadakan pembinaan untuk pencari kerja untuk dapat
mengisi lowongan pekerjaan sesuai permintaan pasar tenaga kerja, Pengiriman tenaga kerja
ke luar negeri untuk dapat memperluas pengetahuan dan ketrampilan sebagai bagian bentuk
pengembangan mutu pekerja, Pemberian penghargaan bagi tenaga kerja yang berprestasi agar
semangat kerja terbentuk.

Konsep Kewirausahaan

Pengertian Kewirausahaan
Istilah entrepreneur pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom
Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of
production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep
entrepreneur sebagai pemimpin. Say menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang
membawa orang lain bersama-sama untuk membangun sebuah organ produktif.

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan


titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan
organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter,
1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight,
1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa
definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Jean Baptista Say (1816): Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan
berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya. Frank Knight (1921):
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini
menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika
pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.

Joseph Schumpeter (1934): Wirausahawan adalah seorang inovator yang


mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi
baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau
dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang
baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan
kombinasi sumber daya.

Penrose (1963): Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di


dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
kewirausahaan.

Harvey Leibenstein (1968, 1979): Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang


dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya.
Israel Kirzner (1979): Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.
Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio : Kewirausahaan sebagai proses
mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut
bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila
akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko
atau ketidakpastian. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut
adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-
peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan
pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.

Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang


muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang
wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin
pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang
individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi,
tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi
kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

Karakter Wirausaha

Karakter-karakter dasar seorang wirausaha menurut McGraith & Mac Milan (2000), ada
tujuh karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha yaitu :

a. Action oriented. Bukan tipe menunda, wait and see , atau membiarkan sesuatu
(kesempatan) berlalu begitu saja. Dia tidak menunggu sampai segala sesuatunya jelas
dulu atau budget-nya ada dulu. Dia juda tidak menunggu ketidapastian pergi dulu,
baru berusaha. Mereka adalah orang yang ingin segera bertindak sekalipun situasinya
tidak pasti.
b. Berpikir Simpel. Mereka adalah orang yang suka menyederhanakan persoalan yang
kompleks. Mereka melihat persolan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu
persatu dengan bertahap.
c. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Selalu tekun mencari alternatif-
alternatif baru seperti model, desain, platform, bahan baku, energi, kemasan, dan
struktur biaya produksi. Mereka mencari keuntungan bukan hanya dari bisnis atau
produk baru melainkan juga dari cara-cara baru.
d. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Seorang wirausaha bukan hanya awas,
memiliki mata yang tajam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

terhadap keberadaan peluang itu tetapi mereka bergerak ke arah itu. Peluang itu
diciptakan , dibuka dan diperjelas.
e. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Seorang wirausaha akan menjadi sangat
awas dan memiliki penciuman yang tajam pada waktunya. Berbeda dengan pemula
yang belum terlatih dan masih bingung, maka wirausaha yang terlatih akan cepat
membaca peluang. Wirausaha sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik.
f. Fokus pada eksekusi. Wirausaha bukan orang yang hanya bergelut dengan pikiran,
merenung atau menguji hipotesa, melainkan seorang yang fokus pada eksekusi.
Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran
penuh keragu-raguan.
g. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Wirausaha tidak bekerja
sendirian. Dia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dari dalam
maupun luar perusahaannya. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua
impiannya sendiri. Wirausaha harus memiliki kemmapuan mengumpulkan orang,
membangun jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi dan berkomunikasi.

Konsep Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM)

Definisi UMKM
Definisi Usaha Mikro secara tidak langsung sudah termasuk dalam definisi Usaha
Kecil berdasarkan UU No. 9 tahun 1995 namun secara spesifik didefinisikan sebagai berikut :
Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan
informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Hasil
penjualan tahunan bisnis tersebut paling banyak Rp. 100.000.000,- dan milik Warga Negara
Indonesia.

Sedangkan Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- dan miliki
Warga Negara Indonesia.

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia
No. 3/9/BKr.tgl.17 Mei 2001, usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- .
c. Milik Warga Negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri bukan merupakan anakan perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha menengah atau usaha besar.
e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau
badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Sedangkan Usaha Menengah menurut Instruksi Presiden No.10 Tahun 1999 adalah :
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

a. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp.200.000.000,- (Dua ratus


juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan.
b. Milik Warga Negara Indonesia.
c. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
d. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Definisi Kredit UMKM

Kesepakatan bersama Menko Kesra selaku Ketua Komite Penanggulangan


Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (No. 11 / KEP /
MENKO / KESRA /IV /2002 dan No.4/2/KEP.GBI/2002/tgl.22 April 2002) definisi kredit
usaha mikro, kecil dan menengah diartikan sebagai berikut :
- Kredit Usaha Mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baik
langsung maupun tidak langsung yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin
dengan kriteria penduduk miskin menurut BPS dengan plafon kredit maksimal
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
- Kredit Usaha Kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang
memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) di luar
tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) per tahun dengan plafon kredit maksimum
sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
- Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di luar
usaha mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang akan ditetapkan kemudian,
dengan plafon diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).

Pembahasan

Permasalahan pengangguran dapat dilakukan dengan menciptakan lapangan pekerjaan


yang seluas-luasnya, ini merupakan upaya yang diharapkan oleh berbagai pihak untuk
memberikan kesempatan kerja yang lebih luas bagi mereka yang masuk dalam golongan
pengangguran yaitu mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan
dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Ada berbagai kendala dalam menciptakan lapangan pekerjaan yaitu kendala yang
bersifat internal maupun eksternal. Kendala yang bersifat internal diantaranya adanya
gejolak dari pekerja dengan berbagai tuntutan normatif. Oleh karena itu pembinaan terhadap
pekerja dan pengusaha harus dilakukan sehingga kondisi perusahaan selalu kondusif.
Sementara itu Kesempatan Kerja di Provinsi Riau pada tahun 2009 sebesar 2.129.441 orang
dan diperkirakan pada tahun 2013 sebesar 2.451.044 orang.

Menilik pada kondisi perekonomian Provinsi Riau dan kecenderungan


perkembangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi ( LPE ) tanpa migas adalah cukup tinggi
yaitu mencapai rata-rata 8,5% pertahun selama periode 2004 – 2008 dengan laju
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

pertumbuhan yang cukup stabil dan fluktuatif. LPE Provinsi Riau tanpa migas ini lebih tinggi
dibandingkan rata-rata Nasional. Fluktuasi yang dialami LPE Provinsi Riau ini disebabkan
oleh ekonomi global yang sedang mengalami krisis pada tahun yang bersangkutan dan juga
menyangkut kebijakan Nasional. Selanjutnya dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto
Atas Harga Berlaku tanpa migas Provinsi Riau hingga tahun 2008 didominasi oleh keempat
sektor yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa.
Keempat sektor ini cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan salah satu indikator untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menambah penyerapan jumlah tenaga kerja yang
lebih besar serta mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Namun pada
kenyataannya persebaran penganggur menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tidak
menunjukkan angka pengurangan yang signifikan dari setiap tahunnya, yaitu tahun 2007
sebesar 207.138, tahun 2008 sebesar 183.522 dan tahun 2009 sebesar 196.398. Bahkan
jumlah penganggur berpendidikan tinggi dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan yaitu pengangguran dengan tingkat pendidikan DIII/Universitas selama periode
tahun 2007 sebesar 21.247, tahun 2008 sebesar 23.769 dan tahun 2009 sebesar 27.735 ( BPS.
Prov. Riau ).

Dalam perencanaan tenaga kerja penting membuat kebijakan dan program yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan yang selalu dihadapi terkait dengan persediaan
tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja dan keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan
tenaga kerja. Kebijakan dan Program yang tepat merupakan usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasi berbagai masalah.

Strategi yang tepat diperlukan dalam mengurangi angka pengangguran terbuka


melalui penciptaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya sehingga mampu mengentaskan
angka kemiskinan. Namun upaya-upaya pemberantasan (bahkan pengurangan) kemiskinan
melalui pengembangan usaha mikro belum dilakukan dengan sepenuh hati dengan semangat
kebersamaan oleh semua stakeholders.

Pemerintah Daerah sebagai pemegang otonomi daerah dan pilar utama dalam
pembanguan kesejahteraan sebuah daerah, diharapkan mampu membuat kebijakan yang
dapat mengembangkan usaha skala mikro dan kecil, selain membuka kesempatan kepada
investor membangun usaha menengah dan besar di daerahnya. Pendirian usaha mikro dan
kecil yang padat karya akan membantu penyediaan lapangan kerja produktif bagi semua
anggota masyarakat sehingga akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan (Merza
Gamal).

Kesimpulan

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan


ekonomi daerah karena tenaga kerja merupakan modal utama bagi pergerakan roda
pembangunan. Masalah pengangguran yang belum dapat diatasi oleh pemerintah hingga saat
ini secara komperehensif merupakan persoalan serius yang harus diberikan jalan keluar yang
tepat.

Permasalahan pengangguran dapat dilakukan dengan menciptakan lapangan pekerjaan


yang seluas-luasnya, dan merupakan upaya yang diharapkan oleh berbagai pihak untuk
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

memberikan kesempatan kerja yang lebih luas bagi mereka yang masuk dalam golongan
pengangguran yaitu mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan
dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Ada berbagai kendala
dalam menciptakan lapangan pekerjaan yaitu kendala yang bersifat internal maupun
eksternal.

Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan salah satu indikator untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menambah penyerapan jumlah tenaga kerja yang
lebih besar serta mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja itu sendiri.

Dalam perencanaan tenaga kerja penting membuat kebijakan dan program yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan yang selalu dihadapi terkait dengan persediaan
tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja dan keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan
tenaga kerja. Kebijakan dan Program yang tepat merupakan usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasi berbagai masalah. Strategi yang tepat diperlukan dalam mengurangi angka
pengangguran terbuka melalui penciptaan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya sehingga
mampu mengentaskan angka kemiskinan.

Pemerintah Daerah sebagai pemegang otonomi daerah dan pilar utama dalam
pembanguan kesejahteraan sebuah daerah, diharapkan mampu membuat kebijakan yang
dapat mengembangkan usaha skala mikro dan kecil, selain membuka kesempatan kepada
investor membangun usaha menengah dan besar di daerahnya. Pendirian usaha mikro dan
kecil yang padat karya akan membantu penyediaan lapangan kerja produktif bagi semua
anggota masyarakat sehingga akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan (Merza
Gamal).

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Prof. Dr. Buchari, 2007, Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Hadinoto, Soetanto. 2005. Kunci Sukses Bisnis Kredit Mikro. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo.

Hendro & WW, Chandra. 2006. Be A Smart and Good Entrepreneur. Jakarta: CLA
Publishing. IPB, Bogor.

Kasmir, 2007, Kewirausahaan, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta.

Kuriloff, Arthur H; John M. Hemphill. 1981. How to Start Your Own Business and Success.
Mc.Graw-Hill Book Company, New York.

Longenecker, J.G. et.al. (2001). Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil) Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.

M.Kwartono Adi. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. CV Andi Offset. Yogyakarta.
JIS Volume 3, No 2 Oktober 2010 ISSN : 0215-2525

Mas’ud Machfoedz, Mahmud Machfeodz. 2005. Kewirausahaan: Metode, Manajemen dan


Implementasi. BPFE Yogyakarta.

Meredith et.al, Geoffrey. (1996). Kewirausahaan (Teori dan Praktik) Seri Manajemen No. 97.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Osborne, David dan Gaebler, Ted. (1992). Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing


Government) Seri Umum No.17. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Purnomo. (1999). Kewirausahaan (Modul). Jakarta: Universitas Terbuka.


Rhenald Kasali, dkk. 2010. Modul Kewirausahaan. PT Mizan Publika.Bandung.

Setyawan, Joe. (1996). Strategi Efektif Berwirausaha. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Siagian, Salim. (1999). Peranan Kewirausahaan dalam Pengembangan Koperasi. Majalah


Usahawan No.07 TH.XXVIII Juli 1999. Jakarta: Lembaga Manajemen FE-UI.

Soesarsono, 2002, Pengantar Kewirausahaan, Buku I, Jurusan Teknologi Industri

Subanar, Harimurti. 2001. Manajemen Usaha Kecil. BPFE Yogyakarta.

Supriyono, 1996. Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis Edisi 2. BPFE Yogyakarta.

Suryana, 2001, Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Triton PB., 2007, Entrepreneurship : Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Tugu Publisher,
Yogyakarta.

Z, Harmaizar dkk. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. CV. Dian Anugrah Prakasa. Bekasi.

You might also like