You are on page 1of 10

589

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

INTEGRASI SIG DAN SPKL UNTUK EVALUASI KESESUAIAN


LAHAN TANAMAN KOPI ROBUSTA DAN ARAHAN
PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAHAT,
SUMATERA SELATAN

Aldo Holyman1, Mochammad Munir1*, Yiyi Sulaeman2


1 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang 65145
2 Informasi Geospasial dan Analisis Sistem, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor 16114
*penulis korespondensi: kusumatnh@gmail.com

Abstract
The coffee is not only a drink but also become a life style which is increase the consumption of
coffee, but the production of coffee in Indonesia is still low. Lahat District classified as an
agricultural area with the coffee plant area covering 51.788 ha and the coffee production is 19.692
tons, viewed from the area, the coffee production is still relatively low (BPS Lahat, 2016). The
formulation of policies for the development of agricultural areas required the support of
information systems such as maps, by utilizing the Geographic Information System (GIS)
integrated with the Land Conformity Assessment System (SPKL) program. The purpose of this
research was to know the suitability level of robusta coffee plant land, to analyze the availability of
land for the development of robusta coffee plant and to arrange the development of robusta coffee
plant in Lahat District. The method used in this research was spatial analysis and mapping using
GIS integrated with SPKL and field verification activities. The result of this study showed that
Lahat District has a suitability class of coffee plantation including marginal and unsuitable, with 4
limiting factors identified. Lahat District is dominated for intensification with percentage of 76%
with 122,140 ha, extensification with 23% percentage with 37,714 ha and diversification with 1%
percentage with 2,148 ha area.
Keywords : coffe robusta, development of agriculture, land suitability

Pendahuluan tanaman kopi. Kementerian Pertanian telah


mendorong program peningkatan produksi
Kopi saat ini bukan hanya minuman, tetapi life dengan empat strategi yaitu: a. peningkatan
style atau gaya hidup yang pada akhirnya produktivitas, b. perluasan areal tanam, c.
mendorong peningkatan konsumsi kopi. Rata- pengamanan produksi dari gangguan
rata pertumbuhan konsumsi kopi Indonesia organisme pengganggu tanaman, dampak
dari musim 2009/2010 sampai 2012/2013 perubahan iklim dan kehilangan hasil pada saat
adalah 13,6%, yang mengindikasikan bahwa panen dan pascapanen, dan d. perbaikan
pengembangan produk kopi di Indonesia kelembagaan dan pembiayaan (Kementan,
memiliki prospek yang bagus (Kementerian 2015). Pada peningkatan produktivitas dan
Perdagangan, 2014). Permasalahan yang perluasan areal tanam masih terkendala oleh
dihadapi dalam pengembangan kopi adalah teknologi budidaya dan keterbatasan
tanaman kopi lebih banyak diusahakan oleh sumberdaya lahan yang tersedia untuk lahan
rakyat dimana teknik budidaya belum sesuai pertanian. Terbatasnya lahan yang tersedia
dengan anjuran Good Agriculture Practice (GAP). menyebabkan arahan pengembangan wilayah
Contohnya adalah pemanfaatan sumberdaya pertanian harus disesuaikan dengan potensi
dan penerapan teknologi tepat guna untuk

http://jtsl.ub.ac.id
590

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

lahan yang dapat mendukung komoditas pengembangan tanaman kopi robusta di


unggulan di suatu wilayah. Sebagai wilayah Kabupaten Lahat.
yang sedang tumbuh dan berkembang,
Kabupaten Lahat termasuk dalam Provinsi
Sumatera Selatan yang memiliki perkebunan
Metode Penelitian
kopi terluas dan sebagai sentra kopi di wilayah Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lahat,
Sumatera. Kabupaten Lahat tergolong sebagai Provinsi Sumatera Selatan.Kegiatan Analisis
daerah pertanian dan tanaman kopi robusta spasial dan Pemetaan seluruhnya dilakukan di
merupakan komoditas unggulan di wilayah laboratorium Informasi Geospasial Dan
tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Analisis Sistem (IGAS) di Balai Besar
Statistik Kabupaten Lahat (2016), jumlah Sumberdaya Lahan Pertanian. Penelitan
produksi kopi di Kabupaten Lahat adalah dilakukan pada bulan November 2016 – Maret
19.692 ton dengan luas area 51.788 ha. Bila 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian
dilihat dari luas area, maka produksi kopi di ini adalah analisis spasial dan pemetaan
Kabupaten Lahat masih tergolong rendah. menggunakan SIG yang diintegrasikan dengan
Dalam membantu program pemerintah untuk SPKL serta kegiatan verifikasi lapang. SIG dan
meningkatkan produktivitas dan perluasan areal SPKL digunakan untuk penilaian kesesuaian
tanam tanaman kopi maka diperlukan arahan lahan maupun analisis ketersediaan lahan serta
pengembangan wilayah pertanian yang tepat arahan pengembangan tanaman kopi robusta di
dan berdasarkan kesesuaian lahan yang ada. Kabupaten Lahat dengan cara tumpang tindih
Penyusunan kebijakan untuk arahan (overlay) peta kesesuaian lahan, peta status
pengembangan wilayah pertanian diperlukan kawasan hutan, peta perizinan tanah dan peta
dukungan berupa informasi seperti peta-peta, penggunaan lahan. Lahan yang dapat
dengan memanfaatkan Sistem Informasi dikembangkan untuk tanaman kopi robusta
Geografis (SIG) yang diintegrasikan dengan adalah lahan yang sesuai dengan tanaman kopi
program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan robusta, berada pada status kawasan hutan
(SPKL). Perkembangan teknologi (SIG) saat ini Areal Penggunaan Lain (APL) dan Hutan
telah mengalami perkembangan yang sangat Produksi (HP) serta berada pada status
pesat dengan kemampuannya untuk perizinan tanah Penguasaan Tanah Lainnya
memperoleh, menyimpan, memperbaiki, (PTL) dan Hak Guna Usaha (HGU). tanaman
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kopi dapat dikembangkan pada penggunaan
semua bentuk data dan informasi ke dalam lahan perkebunan, ladang dan semak. Arahan
sistem yang bereferensi geografi, sehingga tanaman kopi untuk pengembangan pertanian
dengan kemampuan tersebut sebuah data berupa gambaran secara umum sistem
maupun informasi dapat disajikan secara efisien budidaya seperti, Intensifikasi, Diversifikasi dan
dan efektif kedalam bentuk peta (Kandari, Ekstensifikasi. Verifikasi peta di lapang
2013). SPKL adalah sebuah aplikasi komputer menggunakan metode purposive sampling dengan
yang berfungsi untuk melakukan evaluasi lokasi pengamatan berbeda-beda dengan
kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas jumlah 19 titik dan tersebar pada 38 SPL.
pertanian. Metode evaluasi dengan pendekatan
maximum limiting factors mengacu pada Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Hasil dan Pembahasan
Pertanian (Balai Penelitian Tanah, 2013). Hasil Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi
penilaian kesesuaian dapat langsung
Berdasarkan hasil running program SPKL
dihubungkan dengan data spasial (SIG) untuk
didapatkan hasil evaluasi kesesuaian lahan
selanjutnya disajikan menjadi berbagai peta
tanaman kopi dengan sebaran dan luasan dari
(Bachri et al., 2016). Hasil integrasi SIG dan
kelas kesesuaian lahan tanaman kopi di
SPKL untuk mengetahui tingkat kesesuaian
Kabupaten Lahat. Kelas kesesuaian lahan
lahan tanaman kopi robusta, menganalisis
tanaman kopi termasuk sesuai marjinal dan
ketersediaan lahan untuk pengembangan
tidak sesuai, total luas lahan yang sesuai
tanaman kopi robusta dan menyusun arahan

http://jtsl.ub.ac.id
591

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

marjinal untuk kopi di Kabupaten Lahat seluas teridentifikasi, yaitu: (i) bahaya erosi yang tinggi
314.013 ha dan total luas lahan yang tidak khususnya pada daerah perbukitan, (ii) kondisi
sesuai untuk tanaman kopi seluas 88.121 ha. perakaran yang kurang baik karena drainase
Evaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi yang buruk, (iii) kemampuan tanah menahan
robusta menunjukkan bahwa terdapat empat hara yang rendah karena pH tanah yang masam
faktor pembatas pertumbuhan tanaman. (iv) kondisi temperature rata-rata yang tidak
Keempat jenis faktor pembatas yang sesuai dengan tanaman kopi.

Tabel 1. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi


Kelas
Luas
No SPL Kesesuaian Faktor Pembatas
(ha)
Lahan
2 S3 - rc1 3.609 Kelas drainase tanah
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
S3 - nr3 190.033 pH H20
11, 16, 18, 28, 29
12, 13, 26, 30, 33, 34 S3 - nr3/eh1 42.500 pH H20, Lereng (%)
14 S3 - eh1 6.529 Lereng (%)
Temperatur rerata (oC), Kelas drainase
15, 24 S3 - tc1/rc1 7.179
tanah
17, 19, 21, 25 S3 - tc1/nr3 31.877 Temperatur rerata (oC), pH H20
Temperatur rerata (oC), pH H20,
31, 32 S3 - tc1/nr3/eh1 32.285
Lereng (%)
27, 35, 38 N - eh1 42.560 Lereng (%)
1, 20 N - rc1 16.367 Kelas drainase tanah
22 N - tc1 5.193 Temperatur rerata (oC)
23, 36, 37 N - tc1/eh1 24.000 Temperatur rerata (oC), Lereng (%)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1, marginal di Kabupaten Lahat tersebar di Areal
Kabupaten Lahat didominasi oleh kelas Penggunaan Lain (APL) seluas 250.021 ha atau
kesesuaian lahan S3-nr3, yaitu pH tanah yang sebesar 79,62 % dari total luas yang ada di
masam (<5), dengan luas total 190.033 ha. Kabupaten Lahat dengan Kecamatan Kikim
Hasil wawancara dengan Dinas Perkebunan Timur memiliki status APL terluas yaitu 41.760
Kabupaten Lahat, jenis tanah yang memiliki ha dan Kecamatan Muara Payang dengan luas
sebaran terluas yaitu podsolik merah kuning terkecil yaitu 1.479 ha. Lahan yang termasuk
(ultisol) yang hampir dijumpai diseluruh sesuai marginal pada Hutan Produksi (HP)
kecamatan yang ada di Kabupaten Lahat. seluas 26.661 ha atau sebesar 8,49 % dari luas
Munir (1996) mengatakan bahwa ultisols total. Namun tidak semua kecamatan yang ada
merupakan jenis tanah yang memiliki pH tanah di Kabupaten Lahat memiliki status hutan
rendah (<5,5). produksi dengan Kecamatan Merapi Timur
memiliki status HP terluas yaitu 13.653 ha dan
Lahan yang Tersedia Untuk Kecamatan Gumay Talang dengan luas terkecil
Pengembangan Tanaman Kopi yaitu 953 ha. Lahan yang termasuk sesuai
Berdasarkan Status Kawasan Hutan marginal pada Kawasan Hutan Lainnya (KHL)
seluas 37.331 ha atau sebesar 11,89 % dari luas
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh total dan tidak semua kecamatan memiliki
dari hasil kesesuaian lahan tanaman kopi status KHL, dengan Kecamatan Tanjung Sakti
dengan data status kawasan hutan dari Pumi memiliki status KHL terluas yaitu 10.383
Kementerian Lingkungan Hidup dan ha dan Kecamatan Gumay Talang dengan luas
Kehutanan. Lahan yang termasuk sesuai terkecil yaitu 311 ha.

http://jtsl.ub.ac.id
592

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

Tabel 2. Sebaran Lahan Yang Sesuai Menurut Status Kawasan Untuk Tanaman Kopi
Kecamatan Luas (ha) Total
S3 S3 S3
APL HP KHL
Gumay Talang 18.522 953 311 19.786
Gumay Ulu 7.117 2.389 9.506
Jarai 5.593 1.954 7.547
Kikim Barat 17.616 17.616
Kikim Selatan 14.982 1.039 16.020
Kikim Tengah 9.292 9.292
Kikim Timur 41.760 7.676 49.436
Kota Agung 6.971 2.773 9.745
Lahat 17.598 3.373 20.971
Merapi Barat 12.125 1.006 402 13.533
Merapi Selatan 5.119 2.977 8.096
Merapi Timur 23.253 13.653 36.906
Muara Payang 1.479 634 2.113
Mulak Ulu 12.481 1.221 13.702
Pagar Gunung 7.661 934 8.595
Pajar Bulan 11.773 3.608 15.382
Pseksu 9.666 495 10.161
Pulau Pinang 10.856 10.856
Tanjung Sakti Pumi 7.660 10.383 18.043
Tanjung Sakti Pumu 4.151 8.210 12.361
Tanjung Tebat 4.347 4.347
Total 250.021 26.661 37.331 314.013
Luas (%) 79,62 8,49 11,89 100

Menurut Peraturan Pemerintah Republik pertanian contohnya adalah perluasan areal


Indonesia No 105/2015 status kawasan hutan tanam yang merupakan program Kementerian
yang dapat dikembangkan untuk pertanian Pertanian.
yaitu Areal Penggunaan Lain (APL) dan Hutan
Berdasarkan Status Perizinan Tanah
Produksi (HP), sedangkan status Kawasan
Hutan Lainnya (KHL) tidak dapat digunakan Pada kawasan Areal Penggunaan Lain (APL),
untuk pengembangan pertanian karena KHL lahan yang bisa digunakan untuk
merupakan gabungan dari status Suaka pengembangan tanaman kopi seluas 175.037
Margasatwa (SM), Hutan Lindung (HL), Hutan ha. Pada areal yang memiliki status perizinan
Produksi Terbatas (HPT) dan Taman Wisata tanah Penguasaan Tanah Lainnya (PTL) seluas
Alam (TWA), status tersebut berada pada 152.252 ha, dengan kecamatan terluas yang
wilayah konservasi dan tidak digunakan untuk memiliki status PTL, yaitu Kecamatan Kikim
pertanian ataupun non pertanian dan berada di Timur dengan luas 30.626 ha dan kecamatan
wilayah Kabupaten Lahat sehingga untuk dengan luas terkecil yang memiliki status PTL,
pengembangan pertanian tidak dapat dilakukan yaitu Kecamatan Merapi Barat dengan luas 599
pada status wilayah yang memiliki status KHL. ha, dikarenakan kecamatan ini didominasi oleh
Kabupaten Lahat didominasi oleh status Izin Usaha Pertambangan (IUT) pada
kawasan hutan Areal Penggunaan Lain yang wilayahnya seluas 10.921 ha. Areal yang
mengindikasikan bahwa Kabupaten Lahat memiliki status perizinan tanah Hak Guna
dapat melakukan pengembangan pada sektor Usaha (HGU) seluas 22.785 ha.

http://jtsl.ub.ac.id
593

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

Tabel 3. Sebaran Lahan yang Sesuai Menurut Status Perizinan Tanah Untuk Tanaman Kopi
Kecamatan Luas (ha) Total
S3
APL HP
HGU IKH ILK IUT PTL HGU IKH ILK IUT PTL
Gumay Talang 1.459 2.962 5.026 9.075 953 19.475
Gumay Ulu 920 953 5.243 7.117
Jarai 863 4.730 5.593
Kikim Barat 852 7.869 8.896 17.616
Kikim Selatan 4.702 2.390 7.890 14.982
Kikim Tengah 2.376 40 6.876 9.292
Kikim Timur 1.519 8.618 997 30.626 48 5.413 2.215 49.436
Kota Agung 6.971 6.971
Lahat 681 7.002 9.916 2.609 763 20.971
Merapi Barat 605 10.921 599 1 1.005 13.131
Merapi Selatan 3.401 1.717 5.119
Merapi Timur 1.231 6.200 10.973 4.848 2.547 10.622 5 479 36.906
Muara Payang 681 798 1.479
Mulak Ulu 329 12.152 12.481
Pagar Gunung 309 7.352 7.661
Pajar Bulan 4.833 26 6.914 11.773
Pseksu 3.349 3.501 2.815 9.666
Pulau Pinang 9 2.172 8.674 10.856
Tanjung Sakti Pumi 7.660 7.660
Tanjung Sakti Pumu 4.151 4.151
Tanjung Tebat 4.347 4.347
Total 22.785 19.449 934 54.601 152.252 2.595 19.597 1 5 4.463 276.682

http://jtsl.ub.ac.id
594

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

Kecamatan terluas yang memiliki status Arahan Pengembangan Tanaman Kopi


HGU, yaitu Kecamatan Pajar Bulan dengan
Berdasarkan hasil olah SPKL untuk kesesuaian
luas 4.833 ha dan kecamatan dengan luas
lahan tanaman kopi, status kawasan hutan,
terkecil yang memiliki status HGU, yaitu
status perizinan tanah, penggunaan lahan di
Kecamatan Muara Payang dengan luas 681 ha
Kabupaten Lahat dengan aplikasi Arc Map 10.1
dan tidak semua kecamatan yang ada di
sehingga didapatkan hasil yaitu ketersediaan
Kabupaten Lahat memiliki status HGU. Pada
lahan untuk pengembangan tanaman kopi.
kawasan Hutan Produksi (HP) lahan yang bisa
Untuk mengetahui arahan pengembangan
digunakan untuk pengembangan tanaman kopi
tanaman kopi berdasarkan kesesuaian lahannya
seluas 7.058 ha. Pada areal yang memiliki status
dan dipertimbangkan mencocokan dengan
perizinan tanah Penguasaan Tanah Lainnya
status kawasan hutan, status perizinan tanah,
(PTL) seluas 4.463 ha, dengan kecamatan
tipe penggunaan lahan. Lahan yang diarahkan
terluas yang memiliki status PTL, yaitu
untuk pengembangan adalah lahan yang sesuai
Kecamatan Kikim Timur seluas 2.215 ha dan
untuk tanaman kopi dan berada di Areal
Kecamatan Merapi Timur dengan luas terkecil
Penggunaan Lain (APL) dan Hutan Produksi
yaitu 479 ha, karena kecamatan tersebut
(HP). Setelah mengetahui lahan potensial
didominasi oleh Izin Kehutanan (IKH) yaitu
berdasarkan status kawasan hutan dilanjutkan
seluas 10.622 ha. Areal yang memiliki status
dengan pemilihan lahan yang belum memiliki
perizinan tanah Hak Guna Usaha (HGU)
izin penguasaan sehingga dapat diarahkan
seluas 2.595 ha, dengan kecamatan terluas yang
untuk pengembangan pertanian, yang dapat
memiliki status HGU berada di Kecamatan
digunakan adalah lahan yang memiliki status
Merapi Timur seluas 2.547 ha dan terkecil
Hak Guna Usaha (HGU) dan Penguasaan
yaitu Kecamatan Kikim Timur dengan luas 48
Tanah Lainnya (PTL). Langkah selanjutnya
ha, tidak semua kecamatan yang ada di
yaitu lahan potensial yang sudah sesuai dengan
Kabupaten Lahat memiliki status perizinan
status izin penguasaan dikombinasikan dengan
tanah PTL dan HGU.
penggunaan lahan yang dapat dikembangkan
Hasil analisis data yang diperoleh dari
untuk pertanian khususnya pengembangan
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lahat
tanaman kopi seperti pada penggunaan lahan
memiliki 5 status, yaitu Hak Guna Usaha
semak, ladang dan perkebunan. Hasil analisis
(HGU), Izin Kehutanan (IKH), Izin Lokasi
untuk arahan pengembangan pertanian ini
(ILK), Izin Usaha Pertambangan (IUT) dan
berupa model pengembangan, luasan setiap
Penguasaan Tanah Lainnya (PTL). Menurut
satuan rekomendasi dan sebaran nya menurut
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
batas administrasi tiap kecamatan di Kabupaten
Pertanahan Nasional Hak Guna Usaha adalah
Lahat, model pengembangan dapat
hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
memberikan gambaran secara umum sistem
langsung oleh negara untuk keperluan usaha
budidaya dimana akan dibedakan menjadi tiga
pertanian, perkebunan, perikanan atau
yaitu Intensifikasi (I), Diversifikasi (D) dan
peternakan sebagaimana diatur dalam pasal 28
Ekstensifikasi (E). Komoditas kopi yang
ayat (I) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960.
dihasilkan dari hasil kesesuaian lahan sudah
Penguasaan Tanah Lainnya merupakan status
dikembangkan di lahan tersebut maka dapat
dimana tanah tersebut tidak memiliki izin yang
direkomendasikan untuk intensifikasi dengan
sudah terdaftar di Kementerian Lingkungan
cara memperbaiki faktor pembatas,
Hidup dan Kehutanan dan dapat diproses
berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan.
peruntukan perizinan untuk penggunaannya.
Jika komoditas kopi tersebut berada pada lahan
Status perizinan tanah IKH, ILK dan IUT
yang sudah ada komoditas lain namun sesuai di
tidak dapat digunakan untuk pengembangan
lahan tersebut, maka dapat direkomendasikan
pertanian karena status tersebut sudah dimiliki
untuk diversifikasi (tumpang sari, tumpang gilir
status penggunaannya dan berbadan hukum.
ataupun rotasi), namun harus diperhatikan
Status perizinan tanah yang dapat digunakan
untuk diversifikasi apakah tanaman kopi cocok
untuk pengembangan pertanian adalah Hak
ditumpangsari, gilir ataupun rotasi dengan
Guna Usaha dan Penguasaan Tanah Lainnya.

http://jtsl.ub.ac.id
595

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597,


5 , 2017
e-ISSN:2549-9793

komoditas tertentu. Jika komoditas kopi berada moyang, yang berarti semakin tua umur kopi
pada penggunaan lahan semak maka maka produktivitas tanaman kopi tersebut akaakan
direkomendasikan untuk ekstensifikasi,
ekste yaitu menurun, oleh sebab itu intensifikasi tanaman
pembukaan lahan atau perluasan lahan untuk kopi perlu dilakukan untuk meningkatkan
tanaman kopi Arahan pengembangan tanaman produktivitas tanaman kopi. Diversifikasi
kopi di Kabupaten Lahat didominasi untuk Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha
intensifikasi atau diversifikasi dengan atau tanaman pertanian untuk menghindari
persentase sebesar 76% dan ekstensifikasi ketergantungan pada salah satu hasil pertan
pertanian.
dengan persentase 23% sedangkan Kabupaten Lahat memiliki perkebunan selain
pengembangan untuk diversifikasi dengan kopi yaitu karet, lada, kelapa dan kelapa sawit
persentase 1%. (Lahat dalam Angka, 2016) dalam melakukan
diversifikasi untuk tanaman kopi beberapa
komoditas yang cocok yaitu karet, kelapa, lada
dan diversifikasi dengan tana tanaman semusim
yang ada di ladang. Menurut Suryaningsih
(2015) dalam hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa petani juga dapat
menanam tanaman lain dalam satu lahan yang
sama atau menggunakan sistem tumpangsari.
Tanaman lain yang ditanaman antara lain lada,
pisang,
sang, jengkol dan kelapa, tanaman tersebut
dapat dijadikan sebagai tanaman penaung,
selain berfungsi sebagai tanaman penaung,
Gambar 1. Persentase Arahan Pengembangan tanaman tersebut dapat menghasilkan uang
Tanaman Kopi di Kabupaten Lahat tambahan saat kopi belum panen. Menurut
Permentan dalam buku “Pedoman Teknis
Menurut Kementerian Pertanian (2015) Budidaya Kopii Yang Baik” tanaman kopi dapat
Intensifikasi Pertanian adalah pola penerapan ditumpangsarikan dengan tanaman semusim
teknologi usahatani budidaya komoditas, yang dan tanaman tahunan, tanaman semusim yang
dititikberatkan pada peningkatan kualitas dan banyak diusahakan yaitu jenis hortikultura
kuantitas serta produktivitas per hektar, dengan (tomat dan cabe), palawija (jagung), kacang
kacang-
tujuan untuk meningkatkan produktivitas kacangan dan umbi-umbianumbian dan tanaman
sumberdaya alam per satuan luas melalui tahunan yang banyakk dipakai untuk kopi
penerapan teknologi tepat guna, peningkatan robusta yaitu petai, jengkol, pisang alpokat,
pemanfaatan semua sarana dan prasarana pr jeruk dan kelapa. Ekstensifikasi adalah
seperti air, benih unggul, bahan organik. Salah perluasan areal pertanian ke wilayah yang
satu upaya dalam melakukan intensifikasi sebelumnya belum dimanfaatkan manusia,
tanaman kopi yang telah dilakukan oleh petani apabila ingin meningkatkan produksi maka luas
kopi yang ada di Kabupaten Lahat seperti panen juga harus ditingkatkan.
gkatkan. Salah satu cara
peremajaan tanaman kopi dengan cara stek yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
tanaman kopi dengan bahan tanam atau klon ekstensifikasi pertanian perluasan areal tanam
unggul. Pada bahan organik petani setempat termasuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan
melakukan pemberian pupuk organik, yaitu terlantar melalui pemanfaatan teknologi tepat
pupuk kadang yang dihasilkan dari hewan guna (Ekaputri, 2008). Dalam melakukan
ternak dan juga penambahan seresah yang pembukaan lahan han untuk pengembangan
berasal pohon naungan, yaitu kapuk, petai cina tanaman kopi perlu dikaji penerapannya sesuai
dan jengkol yang berada disekitar tanaman dengan anjuran budidaya tanaman kopi yang
kopi. Berdasarkan wawancara dengan dinas baik seperti pengolahan lahan, bahan tanam,
perkebunan, perkebunan kopi yang ada di penanaman, pemupukan dan pemeliharaan
Lahat didominasi oleh tanaman kopi yang sehingga tanaman kopi dapat tumbuh dengan
sudah tua atau turun temurun dari nenek baik dan berproduksi tinggi.

http://jtsl.ub.ac.id
596

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

Tantangan Teknologi Untuk 6,5), diperlukan kapur CaCo3 sebanyak 2.883,60


Pengembangan Tanaman Kopi kg ha-1 pada tanah yang bertekstur halus.
Kabupaten Lahat didominasi oleh tanah yang
Untuk meningkatkan hasil produksi
bertekstur halus. Departemen pertanian (2004),
berdasarkan kesesuaian lahannya diperlukan
kebutuhan kapur (CaCO3) murni yang
perbaikan terhadap faktor pembatas, seperti
diperlukan = 3000 kg/ha = 0,3 kg/m2 = 0,03
bahaya erosi yang tinggi (eh1) maka
g/cm2 atau 36 g/1200 cm2. Kondisi
menerapkan teknik-teknik konservasi tanah
perakaran yang kurang baik karena pengaruh
dan air seperti membuat teras dan menanam
drainase (rc1) maka diperlukan perbaikan
searah kontur untuk mencegah erosi.
sistem drainase dan pengaturan sistem drainase.
Kementan (2014) dalam Pedoman Teknis
Faktor pembatas drainase ini dapat diatasi
Budidaya Kopi yang Baik mengemukakan
dengan perbaikan sistem drainase, seperti
bahwa Erosi ditenggarai merupakan penyebab
pembuatan saluran drainase yang baik dan
utama degradasi, utamanya pada areal yang
benar misalnya membuat parit. Dimana saluran
kemiringannya cukup tinggi. Pada tanah yang
pembuangan air (waterway) dibangun menurut
kemiringannya cukup tinggi terjadi aliran
arah lereng dan merupakan saluran
permukaan yang menyebabkan terjadinya erosi,
pembuangan air aliran permukaan (Juarti dalam
sehingga perlu diupayakan pencegahan
Zahriyah, 2012). Dengan usaha perbaikan ini,
terhadap erosi. Lereng lapangan kurang dari
maka dapat meningkatkan kesesuaian lahan
8% tidak perlu teras, hanya perlu rorak. Lereng
aktualnya dari sesuai marjinal (S3) menjadi
lapangan lebih dari 8% perlu dibuat teras
kesesuaian lahan potensial cukup sesuai (S2).
bangku kontinu/teras sabuk gunung dan rorak.
Sedangkan untuk kondisi temperatur rata-rata
Apabila kemiringan lahan lebih dari 45%
(tc1) tidak dapat dilakukan perbaikan untuk
sebaiknya tidak dipakai untuk budidaya
temperatur.
tanaman kopi dan digunakan untuk tanaman
kayu-kayuan atau sebagai hutan Kelemahan Studi
cadangan/hutan lindung. Kemampuan tanah
Data satuan peta lahan yang sudah dibuat
untuk menahan hara yang relatif rendah karena
ketika diverifikasi di lapangan masih ada yang
pengaruh pH tanah (nr3) maka diperlukan
belum sesuai. Dalam mengevaluasi kesesuaian
pemberian kapur dan penambahan bahan
lahan berada pada tingkat kabupaten skala
organik, untuk meningkatkan kemampuan
1:50.000, yang mana hasilnya masih sebatas
retensi hara. Menurut Aditiyas (2012)
perencanaan untuk pengembangan pertanian
mengemukakan bahwa nilai derajat keasaman
pada tingkat kabupaten dan perlu diadakannya
tanah (pH) penting untuk menentukan mudah
pendetailan seperti evaluasi kesesuaian lahan
tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
pada skala 1:25.000 atau pada tingkat
Reaksi tanah sangat mempengaruhi
kecamatan hingga tingkat desa sehingga dapat
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pada
menjangkau lahan pertanian yang dimiliki
reaksi tanah yang netral yaitu pH 6,5–7,5, maka
setiap petani dan dapat menentukan
unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup
permasalahan yang lebih tepat, seperti kondisi
banyak (optimal), pada pH tanah kurang dari
lahan yang sebenarnya dan bagaimana usaha
6,0 maka ketersediaan unsur unsur fosfor,
perbaikannya sesuai kondisi aktualnya.
kalium, belerang, kalsium dan magnesium
menurun, sedangkan pH tanah lebih dari 8,0
akan menyebabkan unsur nitrogen, besi, Kesimpulan
mangan, borium, tembaga dan seng
1. Kabupaten Lahat memiliki 2 jenis kelas
ketersediaan nya menjadi sedikit. Salah satu
kesesuaian lahan tanaman kopi yaitu sesuai
kaptan (kapur pertanian) yang umum banyak
marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Total luas
digunakan dalam pertanian adalah kalsit
lahan yang sesuai marjinal untuk kopi di
(CaCO3). Menurut Mariana (2012) dalam hasil
Kabupaten Lahat seluas 314.013 ha.
penelitian nya bahwa untuk meningkatkan pH
2. Ketersediaan Lahan untuk pengembangan
masam (4,5–5,5) menjadi agak masam (5,5–
tanaman kopi di Kabupaten Lahat. Berada

http://jtsl.ub.ac.id
597

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 589-597, 2017


e-ISSN:2549-9793

pada lahan yang sesuai marjinal (S3) serta Mariana, Z. 2012. Kebutuhan Kapur Pada Tanah
berada pada kawasan Areal Penggunaan Bertekstur Halus dan Kasar di Lahan Kering
Lain (APL) dan Hutan Produksi (HP). Masam Kalimantan Selatan. Universitas
3. Arahan pengembangan tanaman kopi di Lampung. Lampung.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.
Kabupaten Lahat didominasi untuk
Jakarta: Pustaka Jaya.
intensifikasi dengan persentase sebesar 76% Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan
dan ekstensifikasi dengan persentase 23 % Penanganan Lepas Panen, edisi revisi. Penebar
sedangkan pengembangan untuk Swadaya. Jakarta.
diversifikasi dengan persentase 1 %. Suryaningsih, A. 2015. Faktor-Faktor Lingkungan
Kabupaten Lahat memiliki perkebunan dan Teknik Budidaya Yang Berkaitan Dengan
yang cukup luas sehingga pengembangan Penyakitkanker Batang Kopi di Kabupaten
tanaman kopi lebih cocok dengan Tanggamus, Lampung. Universitas Institut
intensifikasi. Pertanian Bogor. Bogor.
Zahriyah, A. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea
Daftar Pustaka Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal Volkanis
di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten
Aditiyas, W. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lumajang. Universitas Negeri Malang. Malang.
Untuk Tanaman Apel di Wilayah Kota Batu
Menggunakan Metode Analisa Spasial.
Universitas Brawijaya. Malang.
Bachri, S., Sulaeman, Y., Ropik, Hidayat, H. dan A.
Mulyani. 2016. Sistem Penilaian Kesesuaian
Lahan versi 2.0. Badan Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Bogor.
Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. 2015.
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-
2019. Kementerian Pertanian, Jakarta.
BPS Kabupaten Lahat. 2016. Kabupaten Lahat
Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lahat, Palembang.
Ekaputri, N. 2008. Pengaruh Luas Panen Terhadap
Produksi Tanaman Pangan dan Perkebunan di
Kalimantan Timur. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Kandari, A. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Pengembangan Tanaman Kopi Robusta
(Coffea Canephora) Berdasarkan Analisis Data
Iklim Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi
Geografi. Universitas Haluoleo. Kendari.
Kementerian Agraria. 1960. Keputusan Presiden
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Seketaris
Negara. Jakarta.
Kementerian Kehutanan. 2015. Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015 Tentang
Penggunaan Kawasan Hutan. Peraturan
Pemerintah. Jakarta.
Kementerian Perdagangan. 2014. Analisis
Komoditas Kopi dan Karet Indonesia: Evaluasi
Kinerja Produksi, Ekspor dan Manfaat
Keikutsertaan Dalam Asosiasi Komoditas
Internasional. Kementerian Perdagangan,
Jakarta.

http://jtsl.ub.ac.id
598

halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id

You might also like