Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Meatball and sausage are two types of popular meat processing. This research was aimed to determine and compare
the palatability of meatball and sausage from fresh beef meat, frozen beef meat and commercial product. The research method
was level of preference /acceptance of panelists with the organoleptic test included color, aroma, texture, elasticity and flavor
of meatball and sausage with five criteria of hedonic scale of: 1 (strongly dislike), 2 (not like), 3 (neutral), 4 (like) and 5 (very
like). The values from panelists were statistically analyzed by using a non parametric Kruskal-Wallis method. The result
showed that the characteristics of color, aroma, texture, elasticity and taste of the meatball and sausage from fresh meat,
frozen meat or commercial product did not differ, although the panelists tended to be more like the meatball and sausage from
fresh meat.
49
Vol 8 No 2 PALATABILITAS BAKSO
Pada awalnya tujuan pengolahan daging sapi segar, daging sapi beku dan
daging adalah untuk mengawetkan membandingkannya dengan produk
produk daging sehingga dapat disimpan daging olahan sejenis (bakso dan sosis)
lebih lama dengan nilai nutrisi yang tetap yang dijual komersial.
tinggi. Sejalan dengan perkembangan
teknologi pengolahan, pengemasan dan MATERI DAN METODE
penyimpanan menyebabkan pengolahan
daging tidak hanya bertujuan untuk 1. Tempat dan Waktu
mengawetkan tetapi juga untuk Pengolahan daging sapi
diversifikasi pangan, meningkatkan dilaksanakan di Laboratorium Produksi
citarasa, kepraktisan dan untuk Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak,
mendapatkan nilai tambah (added value) Fakultas Peternakan (Fapet) IPB dan
berupa uang dari kegiatan pengolahan pengujian organoleptik terhadap produk
daging. Pengolahan daging yang cukup olahan daging dilaksanakan di
dikenal dan berkembang luas di Indonesia Laboratorium Pengujian Organoleptik
berupa bakso dan sosis. Fapet IPB pada bulan Januari 2010.
Berdasarkan SNI 01-3818-1995 bakso
daging adalah produk makanan 2. Materi Penelitian
berbentuk bulatan atau lainnya yang
diperoleh dari campuran daging ternak 2.1 Bakso
dengan kadar daging tidak kurang dari Daging untuk pembuatan bakso
50% dengan pati atau serealia disertai atau dibedakan atas dua perlakuan yaitu
tanpa disertai penambahan bahan daging segar dan daging beku. Bahan
tambahan pangan yang diizinkan. Bahan untuk pembuatan bakso yaitu daging sapi
utama bakso adalah daging sedangkan masing-masing 1 kg untuk daging segar
bahan tambahannya adalah bahan pengisi dan daging beku, sagu atau tapioka 30%,
(tepung), garam, es atau air es, bumbu- es 30%, garam 3%, fosfat (STPP) 0,3%,
bumbu seperti lada serta bahan penyedap merica, bawang putih dan penyedap rasa.
(Sunarlim, 1992). Peralatan yang digunakan antara lain,
Sosis berasal dari bahasa latin adalah food cutter/food processor, pisau,
“salsus” yang berarti digarami atau secara talenan, penggiling bumbu, kompor,
harfiah adalah daging yang disiapkan panci, sendok dan wajan.
melalui penggaraman. Pembuatan sosis
bertujuan untuk mengawetkan daging 2.2 Sosis
segar yang tidak dikonsumsi dengan Daging untuk pembuatan sosis juga
segera. Sosis merupakan salah satu dibedakan atas dua perlakuan yaitu
produk daging giling atau daging cincang daging segar dan daging beku. Bahan
yang diberi bumbu-bumbu dan yang diperlukan dalam pembuatan sosis
dimasukkan dalam selongsong atau casing adalah daging sapi masing-masing 1 kg
menjadi bentuk silindris. Di banyak untuk daging segar dan daging beku,
negara, sosis merupakan topping populer tepung sagu 30%, lemak 15%, susu skim
untuk pizza. 12%, garam, STPP 0,07%, merica, bawang
Untuk mengetahui tingkat putih, bawang merah, bawang bombay,
preferensi konsumen terhadap bakso dan penyedap rasa, es, jahe, jinten, ketumbar
sosis yang terbuat dari daging sapi segar dan pala. Peralatan yang digunakan
dan daging sapi beku, maka perlu antara lain adalah food cutter/food processor,
dilakukan suatu penelitian. Tujuan pisau, talenan, penggiling bumbu,
penelitian ini adalah untuk mengetahui kompor, panci, sendok dan wajan,
tingkat palatabilitas bakso dan sosis asal selongsong (casing) dan stuffer.
50
ZURRIYATI Jurnal Peternakan
3.2 Sosis
Pembuatan sosis diawali dengan
penggilingan daging dan lemak
menggunakan food cutter/food processor.
Selanjutnya ditambahkan garam, STPP
Gambar 2. Persiapan bumbu dan bahan yang
dan ½ bagian es. Semua bumbu
akan digiling dalam pembuatan
dihaluskan dan dimasukkan ke dalam
sosis
penggilingan daging. Langkah selanjutnya
memasukkan susu skim dan tepung serta
HASIL DAN PEMBAHASAN
½ bagian es yang tersisa. Adonan digiling
hingga legit. Kemudian adonan Pengujian organoleptik merupakan
dimasukkan ke dalam selongsong (casing)
pengujian yang didasarkan pada proses
menggunakan stuffer. Sosis mentah
pengindraan. Pengindraan diartikan
kemudian direbus selama 45 menit sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
dengan suhu 60-70°C. Sosis matang siap kesadaran atau pengenalan alat indra akan
untuk dikonsumsi atau dikemas dan sifat-sifat benda karena adanya
disimpan. rangsangan yang diterima alat indra yang
berasal dari benda tersebut. Bagian organ
4. Pengujian Organoleptik pada
tubuh yang berperan dalam pengindraan
Bakso dan Sosis
adalah mata, telinga, indra pencicip, indra
Penilaian organoleptik yang pembau dan indra perabaan atau
dilakukan adalah uji hedonik (uji sentuhan. Pengujian ini dilakukan untuk
kesukaan) dengan melibatkan 20 orang menilai tingkat kesukaan panelis terhadap
panelis. Uji hedonik dilakukan terhadap suatu produk.
warna, aroma, tekstur, kekenyalan dan
Hasil pengujian organoleptik
rasa dari bakso dan sosis asal daging
terhadap produk olahan daging berupa
segar, daging beku dan produk komersial
bakso, dan sosis akan diuraikan di bawah
yang telah berlabel, berdasarkan tingkat
ini. Penilaian terhadap produk olahan
kesukaan panelis. Setiap panelis
daging dibandingkan dengan produk
memberikan penilaiannya pada formulir
51
Vol 8 No 2 PALATABILITAS BAKSO
sejenis yang beredar dipasaran tidak terdapat perbedaan yang nyata pada
(komersial). kategori warna dari ketiga jenis bakso.
Hasil pengamatan secara visual, bakso
1. Bakso dari daging segar terlihat berwarna abu-
abu kecoklatan terang dibandingkan
Hasil uji organoleptik tingkat
bakso daging beku yang berwarna abu-
kesukaan panelis dari bakso yang berasal
abu kecoklatan gelap, sementara bakso
dari daging segar (A), bakso komersial (B)
komersial berwarna lebih pucat. Warna
dan bakso yang berasal dari daging beku
produk bakso diantaranya dipengaruhi
(C) ditampilkan pada Tabel 1.
oleh kandungan mioglobin daging,
1.1 Warna semakin tinggi mioglobin daging maka
warna daging semakin merah. Warna
Pada Tabel 1 terlihat bahwa merah pada daging akan mengalami
kesukaan panelis terhadap warna bakso perubahan menjadi abu-abu kecoklatan
yang dihasilkan adalah netral (skor nilai 3) selama pemasakan karena terjadinya
untuk bakso komersial (B) dan bakso dari proses oksidasi (Soeparno, 2005).
daging beku (C), sedangkan warna bakso
dari daging segar (A) lebih disukai dengan
skor nilai 4. Dari hasil uji Kruskal-Wallis,
Tabel 1. Nilai kesukaan panelis terhadap bakso dari daging segar, bakso komersial dan bakso dari
daging beku
Peubah Bakso
A B C
Warna 4 3 3
Aroma 4 3 4
Tekstur 4 4 3
Kekenyalan 4 4 3
Rasa 4 4 3
Keterangan : A= Bakso dari daging segar; B= Bakso komersial; C= Bakso dari daging beku
1= sangat tidak suka; 2= tidak suka; 3= netral; 4= suka; 5= sangat suka
52
ZURRIYATI Jurnal Peternakan
53
Vol 8 No 2 PALATABILITAS BAKSO
54
ZURRIYATI Jurnal Peternakan
Tabel 2. Nilai kesukaan panelis terhadap sosis dari daging segar, sosis komersial dan sosis dari daging
beku
Sosis
Peubah
A B C
Warna 3 4 3
Aroma 4 3 3
Tekstur 4 4 3
Kekenyalan 4 4 3
Rasa 4 3 3
Keterangan : A= sosis dari daging segar; B= sosis komersial; C= sosis dari daging beku
1= sangat tidak suka; 2= tidak suka; 3= netral; 4= suka; 5= sangat suka
55
Vol 8 No 2 PALATABILITAS BAKSO
terhadap rasa sosis A tertinggi kekenyalan dan rasa. Daging segar (pre
dibandingkan 2 jenis sosis lainnya. rigor) memiliki daya ikat air dan pH yang
Meskipun dari hasil analisis statistik tidak tinggi sehingga meningkatkan
terdapat perbedaan nyata diantara kekenyalan dan juicy pada produk olahan
ketiganya. daging berupa bakso dan sosis.
Secara umum produk sosis masak
DAFTAR PUSTAKA
mengandung garam 2-3%, yang berfungsi
sebagai penambah citarasa, bahan
Buckle K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M.
pengawet, pelarut protein serta Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Terjemahan
meningkatkan daya mengikat air. Purnomo dan Adiono. Universitas
Penambahan lemak pada pembuatan sosis Indonesia Press. Jakarta.
juga memberi rasa lezat dan
mempengaruhi keempukan dan jus Cross, H.R., and A.J. Overby. 1988. Meat
daging dari produk yang dihasilkan. Sosis Science, Milk Science and Technology.
masak harus mengandung lemak yang Elsevier Publisher B.V. New York.
tidak melebihi 30%. Rust (1987)
Lawrie, R.A. 1991. Meat Science. Pergamon
menyatakan bahwa kandungan lemak
Press. Oxford, New York, Seoul, Tokyo.
sosis antara 15-30%. Penambahan air es
atau es pada pembuatan sosis juga Ockerman, H.W. 1983. Chemistry of Meat
mempengaruhi rasa sosis. Es yang Tissue. 10th Ed. Dept. of Animal Science.
ditambahkan dapat meningkatkan The Ohio State Univesity. Ohio.
keempukan dan sari rasa (juiciness) selain
membantu pembentukan emulsi daging. Pearson, A.M., and E.W. Tauber. 1984.
Penambahan es pada pembentukan emulsi Processed Meat. The Avi Publ Company
daging bertujuan: (1) melarutkan garam Inc. Westport Connecticut.
dan mendistribusikannya secara merata ke
Purnomo, H. 1996. Dasar-Dasar Pengolahan
seluruh bagian daging, (2) memudahkan
dan Pengawetan Daging. PT Gramedia.
ekstraksi protein serabut otot, (3)
Jakarta.
membantu pembentukan emulsi, serta (4)
mempertahankan suhu adonan agar tetap Rust, R.E. 1987. Sausage Product. In The
rendah akibat pemanasan mekanis science of Meat and Meat Product. 3rd
(Pearson dan Tauber, 1984). ed. J. F. Price and B. S. Schweigart (ed).
Food and Nutrition Press. Inc.
Peranan bumbu yang ditambahkan
Connecticut- USA.
juga cukup besar pengaruhnya terhadap
tingkat kesukaan panelis pada rasa sosis. Shelef, L.A. 1984. Antimicrobial Effect of
Bumbu-bumbu seperti bawang putih, Spices. J. Food Safety. 6 : 29-44.
merica, jintan, pala dan ketumbar
memberikan citarasa enak yang Siregar, H.J. 2004. Karakteristik Kornet Daging
diinginkan dalam produk. Kelinci yang Dimodifikasi dengan
Penambahan Minyak Jagung Bahan
KESIMPULAN Pengisi dan Komposisi Bahan Pengikat
yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Bakso dan sosis dari daging sapi
Bogor
segar (pre rigor) cenderung lebih disukai
panelis dibandingkan dari daging beku Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
berdasarkan nilai uji organoleptik yang Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
lebih tinggi dibandingkan bakso dan sosis
dari daging beku dan produk komersial
sejenis meliputi warna, aroma, tekstur,
56
ZURRIYATI Jurnal Peternakan
Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Prosedur Statistika. Terjemahan PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
Bambang Sumantri. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. Zaika, L.L., Tatiana E.Z., S.A. Palumbo and J.L.
Smith. 1978. Effect of Spices and Salt on
Sunarlim, R . 1992. Karakteristik Mutu Bakso Fermentation. J. Food Science. 43 : 186-
Daging Sapi dan Pengaruh Penambahan 189.
Natrium Klorida dan Natrium
Tripolifosfat terhadap Perbaikan Mutu.
Disertasi. Pasca sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
57