Professional Documents
Culture Documents
1
ISSN : 1978 - 0303
The Quality of Quail Meat Block on Difference Material and Level Binding
1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
2)
Alumni Program Studi Teknologi Hasil Terrnak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
The objective of this research was to find out the difference quality of quail meat block
using STPP, sodium alginate and carrageenan of texture and chemical properties. The
materials of the research were quail meat block from rejected quail s breast, STPP, sodium
alginate and carrageenan. The method of this research was nested experiment using
randomized block design. The first factors were the kind of binder substance, namely STPP
(S), sodium alginate (A) and carrageenan (K). The second factor was the concentration of
each kind of binder, namely 0.25%, 0.37% and 0.5%, respectively. The variables measured
were gel strength, elasticity and chemical properties (pH, WHC, protein content). The results
showed that the use binder substance, namely STPP, sodium alginate and carrageenan gave a
highly significant different (P<0.01) on pH and gave no significant different (P<0.05) on
WHC, protein content. Concentration of each kind of binder gave a highly significant
different (P<0.01) on WHC and gave no significant different (P<0.05) on pH, protein
content, gel strength and elasticity. The highest pH value and WHC was on using STPP
0.5%, whereas the highest protein content value gel strength, elasticity was on using sodium
alginate 0.5%. The conclusion of this research that the increasing of STPP, sodium alginate
and carrageenan gave no significant different to meat block quality. The highest texture value
as quality determiner was the increasing of sodium alginate 0.5%.
34
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
35
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
36
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Tabel 1. Rata-rata pH Meat Block dan yang utama dalam alginat adalah
Hasil UJBD 1% kemampuannya dalam membentuk dan
Bahan Konsentrasi Rata-
susunan gel menempatkan pada padatan
pengikat 1 2 3 rata yang rendah dan kisaran pH yang luas
(0,25%) (0,375%) (0,5%)
(Imeson, 1999). Alginat mempunyai kisaran
STPP 6,18 6,21 6,23 6,21 b pH antara 3,5 10 dan kadar air 5 20%.
Sodium alginat 6,1 6,1 6,11 6,10 a
Karagenan dalam pengolahan makanan
didasarkan pada kemampuannya untuk
Karagenan 6,07 6,05 6,09 6,07 a
membentuk gel, meningkatkan viskositas
Keterangan : Notasi yang berbeda
dan penyetabil emulsi (Grosch, 1999).
menunjukkan adanya perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) Daging yang digunakan dalam
pembuatan meat block ini merupakan daging
setelah pemotongan ± 6 jam dan diketahui
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara pH daging yang digunakan adalah 5,71, pH
statistic nilai pH pada penggunaan STPP daging puyuh bagian dada setelah 6 jam ±
berbeda dengan penggunaan sodium alginat 5,9 (Gardzielewska, 2007). Nilai pH meat
dan karagenan, tetapi antara sodium alginat block control (tidak diberi bahan pengikat)
dan karagenan sama. Nilai pH rata-rata sebesar 5,97. Kenaikan pH juga
tertinggi ditunjukkan pada penggunaan dipengaruhi oleh suhu pemanasan dalam
STPP, hal ini kemungkinan STPP lebih pembuatan meat block. Menurut Crespo and
memiliki peran yang penting dalam Ockerman (1977) dalam penelitiannya
menaikkan pH dari pada sodium alginat dan menunjukkan bahwa pH daging bagian dada
karagenan. Efek polifosfat sebagai bahan mengalami peningkatan seiring kenaikan
tambahan dalam pengolahan daging ada 3 suhu pemanasan, pH tertinggi ditunjukkan
yaitu menngkatkan pH, meningkatkan pada suhu tertinggi yaitu 80°C. menurut
kekuatan ionok dan pemisahan ion logam Hamm (1960) peningkatan pH dalam daging
(sequestering) atau memisahkan ion-ion yang dipanaskan tergantung nilai pH awal
Ca++. Pengaruh fosfat dalam menaikkan pH daging dan besarnya perubahan pH dalam
yang sama menyebabkan peningkatan jaringan berawal pada pH yang mendekati
penolakan elektrostatik dan selanjutnya pH isoelektrik pada sistem aktomiosin.
membebaskan molekul protein. Pengaruh Analisis ragam juga menunjukkan
fosfat dalam menaikkan pH dapat dilihat adanya perbedaan yang sangat nyata
pada gambar 3, diketahui juga pH larutan (P<0,01) terhadap kelompok pembuatan
STPP (Na2P3O10) dalam 1% larutan adalah meat block puyuh. Rata-rata dan hasil UJBD
9,8 (Wong, 1989). pH terdapat pada Tabel 2.
37
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
38
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Tabel 4. Rata-rata WHC (%) Meat Block Karagenan 24,362 23,906 25,135 24,467
Puyuh dan Hasil UJBD 5%
Rata-
Kelompok rata Tabel 5 menunjukkan nilai kadar
1 (pembuatan meat blockpertama) 28,358 b protein tertinggi adalah 25,42% pada
penggunaan STPP 0,5% semakin tinggi
2 (pembuatan meat block kedua) 28,366b
tingkat penambahan bahan pengikat maka
3 (pembuatan meat block ketiga) 28,076a akan semakin tinggi pula kadar protein meat
Keterangan : Notasi yang berbeda block. Nilai kadar protein meat block tanpa
menunjukkan adanya perbedaan bahan pengikat yaitu 24,293% dibandingkan
yang nyata (P<0,05) dengan penggunaan bahan pengikat nilai
kadar proteinnya lebih rendah. Nilai kadar
Perbedaan nilai WHC pada protein daging puyuh yang dimasak adalah
kelompok pembuatan meat block ini diduga 25,1% (Anonymous, 2007).
disebabkan oleh perbedaan pH awal daging Kenaikan nilai kadar protein pada
puyuh yang digunakan pada setiap penggunaan bahan pengikat, hal ini karena
pembuatan meat block dan pakan yang bahan pengikat tersebut yaitu STPP, sodium
diberikan. Nilai WHC dipengaruhi oleh alginat dan karagenan mempunyai
nilai pH, jika dilihat nilai WHC pada Tabel kemampuan dalam mengekstrak dan
4 dibandingkan dengan nilai pH pada Tabel berinteraksi dengan protein dari dalam
2 berbanding lurus. Menurut Soeparno daging sehingga terbentuk gel selama
(1998) WHC atau daya ikat air dipengaruhi pemanasan. Gel yang terbentuk dapat
oleh pH, pada pH lebih tinggi atau lebih mencegah protein mengalami denaturasi
rendah dari titik isoelektrik protein-protein sempurna dan mencegah kerusakan akibat
daging, daya ikat air meningkat. WHC juga pemanasan (Kijowski and Mast, 1988).
dipengaruhi oleh beberapa faktor, STPP mampu mengembangkan serabut otot
diantaranya adalah pemberian pakan dan untuk menyerap air sebagai akibat naiknya
perlakuan sebelum pemotongan. Hasil yang pH daging. Naiknya pH menyebabkan
dilaporkan bahwa untuk meningkatkan protein yang larut dalam air meningkat dan
WHC dapat dilihat dari pemberian protein terekstrak keluar dari daging (Babji and
yang rendah (Gardzielewska et al, 2007). Kee, 1994).
39
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Tabel 6. Rata-rata Kadar Protein (%) Meat Sodium alginat 11,07 11,59 11,79 11,483
Kelompok Rata-rata
Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai
1 (pembuatan meat blockpertama) 24,261a
gel strength tertinggi yaitu pada penggunaan
2 (pembuatan meat block kedua) 23,968a
sodium alginat yaitu sebesar 11,483 N,
3 (pembuatan meat block ketiga) 25,373b dibandingkan dengan nilai kontrol yaitu
Keterangan : Notasi yang berbeda sebesar 9,824 N nilai gel strength
menunjukkan adanya perbedaan
mengalami peningkatan. Sodium alginat
yang sangat nyata (P<0,01)
dan karagenan memiliki kemampuan dalam
pembentukan gel, terutama sodium alginat.
Perbedaan kadar protein pada
Pembentukan gel, selain karena adanya
kelompok pembuatan meat block diduga
penambahan bahan pengikat juga
karena pada pembuatan meat block ketiga
disebabkan kemampuan protein dalam
kekurangan puyuh afkir sehingga puyuh
membentuk gel.
yang digunakan sebagian adalah puyuh yang
Gel dibentuk oleh protein
masih produktif. Puyuh yang masih
dipengaruhi oleh pemanasan, pH, kekuatan
produktif cenderung mengandung kadar
ionic dan konsentrasi protein. Panas
protein yang tinggi daripada puyuh afkir
menyebabkan denaturasi dan membuka
karena kebutuhan pakan lebih banyak untuk
lipatan molekul protein kemudian
memproduksi telur. Peningkatan konsumsi
membentuk ikatan dengan air dan zat lain
pakan pada ternak muda yang sedang
dalam membentuk gel. Perubahan pH
tumbuh biasanya berhubungan dengan
menyebabkan letak distribusi kation, anion,
meningkatnya absorbsi protein (Soeparno,
dan non-anion dalam protein berubah, yang
1998). Penambahan terbesar komposisi
mana menyebabkan interaksi air dengan
daging dengan bertambahnya umur ternak
protein dan interaksi protein-protein. Pada
adalah kandungan lemak intramuskulernya
pH yang elektrostatik memperlihatkan
(Padaga dan Purnomo, 1990).
jumlah maksimum interaksi antar mauatan
yang sama dan molekul protein mengkerut.
Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap
Muatan yang sama sedikit terpakai dalam
Tekstur Meat Block
interaksi dengan molekul air, karena itu pH
a. Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap
isoelektrik molekul protein membentuk
Gel Strength
sebuah jala yang bermuatan negative dan
Hasil analisis ragam menunjukkan
dalam kisaran asam mempunyai muatan
tidak ada perbedaan yang nyata pada
posistif, pada pH yang tinggi (extreme)
penggunaan STPP, sodium alginat dan
protein condong membuka lipatan (Wong,
karagenan dan tingkat konsentrasi (P<0,05)
1989). Perubahan muatan pada protein
setiap penggunaan ketiga bahan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.
nilai gel strength meat block
puyuh. Rata-rata gel strength meat block
puyuh dapat dilihat pada Tabel 7.
40
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
41
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
42
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
43