You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No.

1
ISSN : 1978 - 0303

KUALITAS MEAT BLOCK PUYUH DENGAN BAHAN PENGIKAT BERBEDA

The Quality of Quail Meat Block on Difference Material and Level Binding

Agus Susilo1, Eny Sri Widyastuti1, Yany Esti Nurvikawati2

1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
2)
Alumni Program Studi Teknologi Hasil Terrnak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

diterima 18 Agustus 2010; diterima pasca revisi 5 Februari 2011


Layak diterbitkan 28 Maret 2011

ABSTRACT

The objective of this research was to find out the difference quality of quail meat block
using STPP, sodium alginate and carrageenan of texture and chemical properties. The
materials of the research were quail meat block from rejected quail s breast, STPP, sodium
alginate and carrageenan. The method of this research was nested experiment using
randomized block design. The first factors were the kind of binder substance, namely STPP
(S), sodium alginate (A) and carrageenan (K). The second factor was the concentration of
each kind of binder, namely 0.25%, 0.37% and 0.5%, respectively. The variables measured
were gel strength, elasticity and chemical properties (pH, WHC, protein content). The results
showed that the use binder substance, namely STPP, sodium alginate and carrageenan gave a
highly significant different (P<0.01) on pH and gave no significant different (P<0.05) on
WHC, protein content. Concentration of each kind of binder gave a highly significant
different (P<0.01) on WHC and gave no significant different (P<0.05) on pH, protein
content, gel strength and elasticity. The highest pH value and WHC was on using STPP
0.5%, whereas the highest protein content value gel strength, elasticity was on using sodium
alginate 0.5%. The conclusion of this research that the increasing of STPP, sodium alginate
and carrageenan gave no significant different to meat block quality. The highest texture value
as quality determiner was the increasing of sodium alginate 0.5%.

Key words : Quail meat block, STPP, sodium alginate, carrageenan

PENDAHULUAN kandungan gizi yang baik untuk tubuh.


Menurut Kafrawi (2002) daging puyuh
Daging puyuh merupakan salah satu mengandung 21,10% protein, sedangkan
hasil peternakan yang kurang diminati oleh lemaknya hanya 0,7% dari berat basah.
masyarakat karena ukuran tubuhnya yang Daging puyuh yang dikonsumsi masyarakat
relatif kecil, sehingga daging yang umumnya berasal dari puyuh afkir. Daging
dihasilkan juga relatif sedikit, namun daging puyuh afkir tersebut perlu dimanfaatkan
puyuh memiliki rasa gurih dan memiliki agar keberadaannya lebih dikenal

34
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

masyarakat melalui kenekaragaman dan kalsium karbonat digunakan sebagai


teknologi pengolahannya yakni melalui bahan pengikat dalam pembuatan steak
pembuatan meat block. (Means and Schmidht, 1986). Foegeding
Meat block merupakan salah satu and Ramsey (1986) melaporkan bahwa
produk dari daging yang direstrukturisasi. penambahan karagenan meningkatkan daya
Keuntungan dari produk restrukturisasi ikat air dalam pembuatan sosis rendah
adalah keseragaman bentuk dan biaya lemak.
produksi yang tidak terlalu mahal, karena Penggunaan bahan pengikat STPP,
pada umumnya produk restrukturisasi sodium alginat dan karagenan diharapkan
memanfaatkan potongan daging kecil mampu menghasilkan meat block puyuh
(Raharjo, 1996). Menurut Kumar and Sunil yang berkualitas, sehingga perlu dilakukan
(2004) produk daging restrukturisasi dibuat penelitian tentang perbedaan ketiga bahan
dari potongan daging yang relatif kecil yang tersebut terhadap kualitas tekstur (gel
telah dihancurkan atau digiling kemudian strength dan elastisitas) dan sifat
strukturnya dibentuk kembali menjadi kimiawinya (kadar protein, pH dan
bentuk yang lebih besar. Masalah utama WHC/daya ikat air).
dalam produk daging restrukturisasi adalah
menurunnya daya ikat air oleh protein
daging karena proses penghancuran atau MATERI DAN METODE
penggilingan. Bahan pengikat diperlukan
untuk meningkatkan daya ikat air dan Materi penelitian adalah meat block
memperbaiki tekstur. Produk restrukturisasi puyuh yang dibuat dari daging puyuh afkir
tersebut diharapkan mempunyai tekstur bagian dada, puyuh yang digunakan adalah
padat, kenyal dan tidak rapuh. Syarat bahan puyuh berkelamin betina, berumur 9 bulan
pengikat yang baik adalah bahan tersebut 1,5 tahun berasal dari spesies coturnix
bisa dimakan, tidak mengurangi nilai gizi coturnix japonica (lampiran 10) dengan
dan tidak membahayakan kesehatan. bobot badan 200-250 gram yang didapat
Bahan pengikat yang dapat dari peternakan Bapak Huda Blitar.
digunakan dalam pembuatan meat block Bahan pengikat yang digunakan seperti ;
puyuh misalnya sodium tripolifosfat (STPP), STPP, sodium alginat dan karagenan yang
sodium alginat dan karagenan. STPP ialah diperoleh dari CV. Sari Kimia Raya.
garam fosfat yang bentuknya serba putih. Alat-alat yang digunakan pada
Garam fosfat dapat memperkuat matrik penelitian ini meliputi meat grinder,
protein dan meningkatkan kohesi (daya timbangan analitik, pisau, telenan, panci,
tarik-menarik) antar partikel daging yang kompor dan plastik (diameter: 6 cm).
lebih baik. Sodium alginat merupakan peralatan yang digunakan untuk analisa
ekstrak dari rumput laut yaitu ganggang dalam penelitian ini adalah perlatan untuk
coklat yang bersifat pectin atau dapat pengujian tesktur meliputi: Instron
membentuk senyawa gel, sedangkan (Universal Testing Instrument) model Lloyd
karagenan merupakan polisakarida dari untuk pengujian kimiawi yaitu uji protein
Kappa, Lamda dan Iota yang dihasilkan dari dengan alat uji protein dengan Kjeldahl, uji
ganggang merah. Tipe Kappa mampu pH dengan pH meter dan botol film dan uji
membentuk gel paling kuat dengan ion WHC yaitu kertas saring, beban 35 kg dan
kalium (Dutson dan Pearson, 1987). penghitung waktu.
Hasil penelitian Kanoni dkk (1999)
menunjukkan bahwa penambahan fosfat Metode Penelitian
dalam pembuatan bakso dapat menurunkan a. Rancangan Percobaan
kadar air dan meningkatkan WHC dari 13% Metode penelitian yang digunakan
menjdai 23%. Kombinasi Sodium alginat adalah percobaan Tersarang Rancangan

35
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor tulang (deboning) dan menghilangkan


yaitu jenis bahan pengikat dan konsentrasi jaringan ikat dan lemak ekstramuskulernya.
yang digunakan. Jenis bahan pengikat yang Proses pemotongan dilakukan secara
digunakan yaitu penambahan STPP, sodium tradisional, direndam air hangat ± 38°C,
alginat dan karagenan dan konsentrasi yang deboning memerlukan waktu ± 3 jam dan
diberikan pada masing-masing bahan transportasi daging ke Laboratorium
pengikat yaitu 0,25%, 0.375%, dan 0,5% Teknologi Hasil Peternakan Fakultas
sebagai control, tidak diberi penambahan Brawijaya Malang memerlukan waktu ± 2,5
bahan pengikat. Perlakuan diulang tiga kali jam, selama transportasi, daging
sesuai dengan pengelompokan waktu dimasukkan dalam plastik polietilen dibawa
pembuatan meat block. dalam ice box dengan pendingin es batu.

b. Rancangan Penelitian Pembuatan Meat Block


Kelompok Daging puyuh yang digunakan untuk
Bahan Pengikat Konsentrasi
1 2 3 penelitian ini adalah daging bagian dada
0,25% (S1) S1 SS1 SSS1
yang telah dihilangkan lemaknya. Daging
STPP (S)
kemudian digiling sampai halus dengan
0,375% (S2) S2 SS2 SSS2
meat grinder sehingga daging menjadi
0,5% (S3) S3 SS3 SSS3
lumat. Daging gilingan ditambahkan bahan
0,25% (A1) A1 AA1 AAA1 pengikat sesuai dengan konsentrasi yang
Sodium alginate
(A) 0,375% (A2) A2 AA2 AAA2 ditentukan (Tabel 2), pencampuran
0,5% (A3) A3 AA3 AAA3 dilakukan dengan blender selama 10 detik,
0,25 (K1) K1 KK1 KKK1 adonan daging tersebut kemudian
Karagenan (K) 0,375% (K2) K2 KK2 KKK2 dimasukkan kedalam cetakan aluminium
0,5% (K3) K3 KK3 KKK3
(diameter: 4 cm, tinggi: 4 cm) ditekan-tekan
sampai rata secara manual sehingga didapat
c. Komposisi Meat Block cetakan meat block ditutup dengan
Pada pembuatan meat block aluminium foil selanjutnya dikukus (steam)
konsentrasi masing-masing bahan pengikat dalam water bath selama 1,5 jam, suhu
yang ditambahkan berdasarkan berat daging 72±75°C, setelah dimasak meat block
giling yang digunakan, yaitu 60 gram, disimpan dalam refrigerator dan dikemas
perhitungannya sebagai berikut : dengan polyetilen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap pH


Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa penggunaan sodium tripolifosfat
(STPP), sodium alginat dan karagenan
d. Prosedur Kerja memberikan perbedaan sangat nyata
Persiapan (p<0,01) terhadap meat block puyuh, tetapi
Daging burung puyuh didapat dari tidak memberikan perbedaan tingkat
peternakan Bapak Huda, sore harinya konsentrasi setiap penggunaan ketiga bahan
peternak menyeleksi puyuh yang kurang tersebut. Data dan analisa ragam dari pH
produktif untuk dipotong besok pagi. Umur dilihat pada Tabel 1.
puyuh antara 9 1,5 tahun dengan bobot
antara 200-250 gram. Daging burung puyuh
didapatkan dengan memisahkan daging dari

36
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Tabel 1. Rata-rata pH Meat Block dan yang utama dalam alginat adalah
Hasil UJBD 1% kemampuannya dalam membentuk dan
Bahan Konsentrasi Rata-
susunan gel menempatkan pada padatan
pengikat 1 2 3 rata yang rendah dan kisaran pH yang luas
(0,25%) (0,375%) (0,5%)
(Imeson, 1999). Alginat mempunyai kisaran
STPP 6,18 6,21 6,23 6,21 b pH antara 3,5 10 dan kadar air 5 20%.
Sodium alginat 6,1 6,1 6,11 6,10 a
Karagenan dalam pengolahan makanan
didasarkan pada kemampuannya untuk
Karagenan 6,07 6,05 6,09 6,07 a
membentuk gel, meningkatkan viskositas
Keterangan : Notasi yang berbeda
dan penyetabil emulsi (Grosch, 1999).
menunjukkan adanya perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01) Daging yang digunakan dalam
pembuatan meat block ini merupakan daging
setelah pemotongan ± 6 jam dan diketahui
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara pH daging yang digunakan adalah 5,71, pH
statistic nilai pH pada penggunaan STPP daging puyuh bagian dada setelah 6 jam ±
berbeda dengan penggunaan sodium alginat 5,9 (Gardzielewska, 2007). Nilai pH meat
dan karagenan, tetapi antara sodium alginat block control (tidak diberi bahan pengikat)
dan karagenan sama. Nilai pH rata-rata sebesar 5,97. Kenaikan pH juga
tertinggi ditunjukkan pada penggunaan dipengaruhi oleh suhu pemanasan dalam
STPP, hal ini kemungkinan STPP lebih pembuatan meat block. Menurut Crespo and
memiliki peran yang penting dalam Ockerman (1977) dalam penelitiannya
menaikkan pH dari pada sodium alginat dan menunjukkan bahwa pH daging bagian dada
karagenan. Efek polifosfat sebagai bahan mengalami peningkatan seiring kenaikan
tambahan dalam pengolahan daging ada 3 suhu pemanasan, pH tertinggi ditunjukkan
yaitu menngkatkan pH, meningkatkan pada suhu tertinggi yaitu 80°C. menurut
kekuatan ionok dan pemisahan ion logam Hamm (1960) peningkatan pH dalam daging
(sequestering) atau memisahkan ion-ion yang dipanaskan tergantung nilai pH awal
Ca++. Pengaruh fosfat dalam menaikkan pH daging dan besarnya perubahan pH dalam
yang sama menyebabkan peningkatan jaringan berawal pada pH yang mendekati
penolakan elektrostatik dan selanjutnya pH isoelektrik pada sistem aktomiosin.
membebaskan molekul protein. Pengaruh Analisis ragam juga menunjukkan
fosfat dalam menaikkan pH dapat dilihat adanya perbedaan yang sangat nyata
pada gambar 3, diketahui juga pH larutan (P<0,01) terhadap kelompok pembuatan
STPP (Na2P3O10) dalam 1% larutan adalah meat block puyuh. Rata-rata dan hasil UJBD
9,8 (Wong, 1989). pH terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata pH Meat Block dan Hasil


UJBD 1%
Kelompok Rata-rata
1 (pembuatan meat block pertama) 6,15b
2 (pembuatan meat block kedua) 6,18b
3 (pembuatan meat block ketiga) 6,07a
Gambar 1. Pengaruh Fosfat Ion dalam
Keterangan : Notasi yang beda menunjukkan
daging (Wong, 1989)
adanya perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)
Sodium alginat dan karagenan
keduanya merupakan senyawa organik Tabel 2 menunjukkan terdapat
komplek yang termasuk dalam golongan perbedaan pada kelompok tiga, sedangkan
karbohidrat (Fardiaz dkk, 1986). Kegunaan tidak ada perbedaan pada kelompok satu dan

37
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

dua. Perbedaan nilai pH pada kelompok meningkat cenderung menaikkan


pembuatan meat block ini karena pada kemampuan mengikat air.
pembuatan meat block ketiga kekurangan Polifosfat digunakan dalam
puyuh afkir. Menurut Akhadianto (2003) pengolahan daging dan makanan laut
umur pemotongan mempengaruhi kualitas umumnya untuk mengontrol kehilangan air,
fisik daging itik dimana umur pemotongan 8 meningkatnya WHC disebabkan oleh
minggu memiliki kemampuan menahan air pengembangan (sweeling) miofibril. Fosfat
yang lebih tinggi disbanding umur yang umumnya dipakai adalah STPP
pemotongan 9 dan 10 minggu. (Wong, 1989). Menurut Raharjo (1996)
penambahan fosfat menyebabkan serabut
Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap otot dalam daging mengembang (sweeling)
WHC dan meningkatkan kemampuan untuk
Hasil analisis ragam menunjukkan mengikat air. Menurut Lawrie (2003) fosfat
bahwa tidak adanya perbedaan nilai WHC terutama polifosfat digunakan untuk
pada penggunaan ketiga bahan pengikat meningkatkan kapasitas memegang air,
yaitu STPP, sodium alginat, dan karagenan, pengaruh tersebut disebabkan pH yang
tetapi menunjukkan adanya perbedaan yang meningkat, polifosfat disebut-sebut
sangat nyata (P<0,01) tingkat konsentrasi mempunyai pengaruh khusus karena
setiap penggunaan ketiga bahan tersebut. menyerupai ATP dan berinteraksi dengan
Rata-rata nilai WHC dilihat pada Tabel 3. aktomiosin. Menurut Hamm (1955) bahwa
polifosfat meningkatkan kapasitas
Tabel 3. Rata-rata WHC (%) Meat Block memegang air dengan jalan memisahkan ion
dan Hasil UJBD 1% Ca++.
Konsentrasi Rata-
Sodium alginat perannya dalam
Bahan Pengikat 1 2 rata mengikat air karena kemampuannya dalam
(0,25%) (0,375%) 3 (0,5%)
membentuk gel. Alginat mempunyai gugus
STPP 28,097a 28,131a 28,741b 28,323
hidroksil (-OH) yang dapat bergabung
a a
Sodium alginate 28,099 28,104 28,758b 28,320 dengan molekul-molekul air dalam daging
a a a
Karagenan 28,121 28,109 28,241 28,157 untuk membentuk gel sehingga gel yang
Keterangan : Notasi yang berbeda terbentuk mampu mencegah keluarnya air
menunjukkan adanya perbedaan (Imeson, 1999). Struktur alginat dapat
yang sangat nyata (P<0,01)
dilihat pada Gambar 2.

Tabel 3 menunjukkan secara statistic


nilai WHC pada penggunaan STPP, sodium
alginat, dan karagenan sama. Nilai WHC
tertinggi diperoleh pada meat block dengan
bahan pengikat STPP. Tabel 3 juga
menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi penambahan setiap bahan
pengikat maka nilai WHC-nya juga semakin Gambar 2. Struktur Alginat (Imeson,
meningkat, nilai WHC tertinggi pada 1999)
konsentrasi 0,5%, dibandingkan dengan
nilai WHC kontrol (meat block yang tidak Kemampuan karagenan perannya
diberi bahan pengikat) yaitu 27,983%, nilai dalam mengikat air seperti halnya alginat
WHC yang diberi bahan pengikat lebih yaitu dalam pembentukan gel, diduga
besar. Kenaikan WHC ini bisa dipengaruhi protein daging berinteraksi dengan
oleh tingkat kenaikan pH meat block pada karagenan selama pencampuran dan
Tabel 3, dimana pH yang semakin membentuk gel pada saat dimasak.

38
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Karagenan merupakan campuran komplek


(Kappa, Iota dan Lamda) dimana Kappa Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap
mampu membentuk gel dengan K+ dan Iota Kadar Protein
dengan Ca++ (Imeson, 1999). Menurut Hasil analisis ragam menunjukkan
Lawrie (2003) berhentinya sirkulasi darah bahwa tidak ada perbedaan (P<0,05)
pada waktu hewan mati menyebabkan terhadap nilai kadar protein pada
rendahnya ketersediaan ATP juga penggunaan STPP, sodium alginat, dan
meningkatkan kesukaran dalam memelihara karagenan dan konsentrasi setiap
Integritas struktur protein. Penurunan pH penggunaan ketiga bahan tersebut. Rata-rata
yang disebabkan oleh akumulasi asam laktat kadar protein meat block puyuh dapat dilihat
menyebabkan protein terdenaturasi dimana pada Tabel 5.
protein membebaskan Ca++ dan menyedot
ion-ion K+. Tabel 5. Rata-rata Kadar Protein (%) Meat
Analisis ragam juga menunjukkan Block
adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) Bahan Konsentrasi Rata-
terhadap kelompok pembuatan meat block Pengikat 1 2 3 rata
(0,25%) (0,375%) (0,5%)
puyuh. Rata-rata dan hasil UJBD WHC
STPP 24,125 24,597 25,42 24,714
terdapat pada Tabel 4.
Sodium alginat 24,315 24,425 24,52 24,42

Tabel 4. Rata-rata WHC (%) Meat Block Karagenan 24,362 23,906 25,135 24,467
Puyuh dan Hasil UJBD 5%
Rata-
Kelompok rata Tabel 5 menunjukkan nilai kadar
1 (pembuatan meat blockpertama) 28,358 b protein tertinggi adalah 25,42% pada
penggunaan STPP 0,5% semakin tinggi
2 (pembuatan meat block kedua) 28,366b
tingkat penambahan bahan pengikat maka
3 (pembuatan meat block ketiga) 28,076a akan semakin tinggi pula kadar protein meat
Keterangan : Notasi yang berbeda block. Nilai kadar protein meat block tanpa
menunjukkan adanya perbedaan bahan pengikat yaitu 24,293% dibandingkan
yang nyata (P<0,05) dengan penggunaan bahan pengikat nilai
kadar proteinnya lebih rendah. Nilai kadar
Perbedaan nilai WHC pada protein daging puyuh yang dimasak adalah
kelompok pembuatan meat block ini diduga 25,1% (Anonymous, 2007).
disebabkan oleh perbedaan pH awal daging Kenaikan nilai kadar protein pada
puyuh yang digunakan pada setiap penggunaan bahan pengikat, hal ini karena
pembuatan meat block dan pakan yang bahan pengikat tersebut yaitu STPP, sodium
diberikan. Nilai WHC dipengaruhi oleh alginat dan karagenan mempunyai
nilai pH, jika dilihat nilai WHC pada Tabel kemampuan dalam mengekstrak dan
4 dibandingkan dengan nilai pH pada Tabel berinteraksi dengan protein dari dalam
2 berbanding lurus. Menurut Soeparno daging sehingga terbentuk gel selama
(1998) WHC atau daya ikat air dipengaruhi pemanasan. Gel yang terbentuk dapat
oleh pH, pada pH lebih tinggi atau lebih mencegah protein mengalami denaturasi
rendah dari titik isoelektrik protein-protein sempurna dan mencegah kerusakan akibat
daging, daya ikat air meningkat. WHC juga pemanasan (Kijowski and Mast, 1988).
dipengaruhi oleh beberapa faktor, STPP mampu mengembangkan serabut otot
diantaranya adalah pemberian pakan dan untuk menyerap air sebagai akibat naiknya
perlakuan sebelum pemotongan. Hasil yang pH daging. Naiknya pH menyebabkan
dilaporkan bahwa untuk meningkatkan protein yang larut dalam air meningkat dan
WHC dapat dilihat dari pemberian protein terekstrak keluar dari daging (Babji and
yang rendah (Gardzielewska et al, 2007). Kee, 1994).

39
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Analisis ragam juga menunjukkan Tabel 7. Rata-rata Gel strength (Newton)


adanya perubahan yang sangat nyata Meat Block
(P<0,01) terhadap kelompok pembuatan Bahan Konsentrasi
Rata-rata
meat block puyuh. Rata-rata dan hasil Pengikat 1 2 3
(0,25%) (0,375%) (0,5%)
UJBD kadar protein terdapat pada Tabel 6.
STPP 9,662 11,17 11,692 10,841

Tabel 6. Rata-rata Kadar Protein (%) Meat Sodium alginat 11,07 11,59 11,79 11,483

Block dan Hasil UJBD 1% Karagenan 10,9 9,92 10,815 10,545

Kelompok Rata-rata
Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai
1 (pembuatan meat blockpertama) 24,261a
gel strength tertinggi yaitu pada penggunaan
2 (pembuatan meat block kedua) 23,968a
sodium alginat yaitu sebesar 11,483 N,
3 (pembuatan meat block ketiga) 25,373b dibandingkan dengan nilai kontrol yaitu
Keterangan : Notasi yang berbeda sebesar 9,824 N nilai gel strength
menunjukkan adanya perbedaan
mengalami peningkatan. Sodium alginat
yang sangat nyata (P<0,01)
dan karagenan memiliki kemampuan dalam
pembentukan gel, terutama sodium alginat.
Perbedaan kadar protein pada
Pembentukan gel, selain karena adanya
kelompok pembuatan meat block diduga
penambahan bahan pengikat juga
karena pada pembuatan meat block ketiga
disebabkan kemampuan protein dalam
kekurangan puyuh afkir sehingga puyuh
membentuk gel.
yang digunakan sebagian adalah puyuh yang
Gel dibentuk oleh protein
masih produktif. Puyuh yang masih
dipengaruhi oleh pemanasan, pH, kekuatan
produktif cenderung mengandung kadar
ionic dan konsentrasi protein. Panas
protein yang tinggi daripada puyuh afkir
menyebabkan denaturasi dan membuka
karena kebutuhan pakan lebih banyak untuk
lipatan molekul protein kemudian
memproduksi telur. Peningkatan konsumsi
membentuk ikatan dengan air dan zat lain
pakan pada ternak muda yang sedang
dalam membentuk gel. Perubahan pH
tumbuh biasanya berhubungan dengan
menyebabkan letak distribusi kation, anion,
meningkatnya absorbsi protein (Soeparno,
dan non-anion dalam protein berubah, yang
1998). Penambahan terbesar komposisi
mana menyebabkan interaksi air dengan
daging dengan bertambahnya umur ternak
protein dan interaksi protein-protein. Pada
adalah kandungan lemak intramuskulernya
pH yang elektrostatik memperlihatkan
(Padaga dan Purnomo, 1990).
jumlah maksimum interaksi antar mauatan
yang sama dan molekul protein mengkerut.
Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap
Muatan yang sama sedikit terpakai dalam
Tekstur Meat Block
interaksi dengan molekul air, karena itu pH
a. Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap
isoelektrik molekul protein membentuk
Gel Strength
sebuah jala yang bermuatan negative dan
Hasil analisis ragam menunjukkan
dalam kisaran asam mempunyai muatan
tidak ada perbedaan yang nyata pada
posistif, pada pH yang tinggi (extreme)
penggunaan STPP, sodium alginat dan
protein condong membuka lipatan (Wong,
karagenan dan tingkat konsentrasi (P<0,05)
1989). Perubahan muatan pada protein
setiap penggunaan ketiga bahan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.
nilai gel strength meat block
puyuh. Rata-rata gel strength meat block
puyuh dapat dilihat pada Tabel 7.

40
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Gambar 3. Perubahan Muatan Protein


(Wong, 1989)

Keuntungan utama penggunaan


alginat sebagai bahan tambahan adalah
sebagai pembentuk gel, alginat mampu
membentuk gel yang stabil dalam
pemanasan. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan gel oleh alginat adalah sumber Gambar 4. Pembentukan Gel Alginat
Ca dan sequeatran, diketahui alginat dan (Imeson, 1999)
pemisahan kalsium (calcium-sequestering
system) akan membantu dalam
meningkatkan produk restrukturisasi.
Penerapan alginat dalam produk pangan
mula-mula gel dibentuk dengan ion kalsium,
alginat mengandung guluronic acid dan
guluronic aid monomers yang terjadi dalam
baris/deratan. Kapasitas pembentukan gel
dan hasil kekuatan gel diperoleh dari
dekatnya jumlah ikatan G-block dan
panjangnya kerusakan G-block (Imeson, Gambar 5. Mekanisme Pembentukan Gel
1999). Pembentukan gel alginat dapat oleh karagenan (Imeson, 1999)
dilihat pada Gambar 4.
Penambahan STPP akan Analisis ragam juga menunjukkan
menyebabkan protein miofibril yang adanya perbedaan nilai gel strength yang
terekstrak akan mengalami pengembangan, sangat nyata (P<0,01) terhadap kelompok
sehingga saat dimasak protein tersebut akan pembuatan meat block puyuh. Rata-rata dan
membentuk gel yang berfungsi menahan hasil UJBD gel strength terdapat pada
keluarnya air dan lemak saat dimasak Tabel 8.
(Sofos, 1986).
Menurut Imeson (1999) karagenan Tabel 8. Rata-rata Nilai Gel strength
tersusun atas komponen kappa, Lamba, dan (Newton) Meat Block dan Hasil
Iota. Komponen tersebut mempengaruhi gel UJBD 1%
strength, tekstur dan sinergisme, semua Kelompok Rata-rata
karagenan larut dalam panas. Kappa 1 (pembuatan meat blockpertama) 9,826a
berikatan dengan K+ dalam membentuk gel, 2 (pembuatan meat block kedua) 11,343ab
Iota berikatan dengan Ca+ dalam 3 (pembuatan meat block ketiga) 11,706b
pembentukan gel dan Lambda tidak Keterangan: Notasi yang berbeda
membentuk gel. Mekanisme pembentukan menunjukkan adanya
gel oleh karagenan dapat dilihat pada perbedaan yang sangat nyata
Gambar 5. (P<0,01)

41
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Terdapat perbedaan nilai gel strength Elastisitas merupakan sifat


pada kelompok pembatan meat block, ini kelenturan/kekenyalan suatu bahan dan
dimungkinkan karena keragaman umur tidak berpengaruh terhadap nilai gizi.
puyuh yang digunakan pada pembuatan Menurut Lawrie (2003) bahwa adanya sifat
meat block ketiga karena kekurangan puyuh kelenturan pada daging akan membantu
afkir dan tingkat kadar protein (Tabel 8). pertautan filamen aktin dan miosin.
Kolagen adalah protein yang paling luas Elastisitas adalah sifat daya tahan untuk
dalam tubuh hewan. Kolagen akan lepas atau pecah. Analisis ragam juga
mengalami pembentukan gel selama menunjukkan adanya perbedaan nilai
pemanasan. Kolagen yang sehubungan elastisitas yang nyata (P<0,05) terhadap
dengan tenun pengikat juga berubah dengan kelompok pembuatan meat block puyuh.
meningkatnya temperatur. Pada temperatur Rata-rata dan hasil UJBD nilai elastisitas
yang lebih tinggi dari 65°C, kolagen yang terdapat pada Tabel 10.
lebih larut tersebut membengkak dan
menjadi lembek dengan meningkatnya kadar Tabel 10. Rata-rata Nilai Elastisitas (N)
air yang diambil akhirnya terjadi Meat Block dan Hasil UJBD 5%
disintegrasi dan membentuk gelatin Kelompok Rata-rata
(Lawrie, 2003). 1 (pembuatan meat blockpertama) 46,538a
2 (pembuatan meat block kedua) 43,995a
Pengaruh Bahan Pengikat Terhadap 3 (pembuatan meat block ketiga) 52,870b
Elastisitas Keterangan : Notasi yang berbeda
Hasil analisis ragam menunjukkan menunjukkan adanya perbedaan
tidak ada perbedaan yang nyata pada yang nyata (P<0,01)
penggunaan STPP, sodium alginat dan
karagenan dan tingkat konsentrasi setiap Perbedaan nilai elastisitas pada
penggunaan ketiga bahan tersebut terhadap pembentukan meat block ini, dimungkinkan
nilai elastisitas meat block puyuh. Rata- karena adanya keragaman umur puyuh
rata elastisitas meat block dapat dilihat pada seperti halnya yang berpengaruh pada nilai
Tabel 9. gel strength (Tabel 8). Elastisitas akan
meningkat bersama dengan umur dan pada
Tabel 9. Rata-rata Nilai Elastisitas urat daging yang mempunyai serat-serat
(Newton) Meat Block kecil tidak terlalu jelas kelihatan dibanding
Konsentrasi Rata- dengan yang mempunyai serat-serat yang
Bahan Pengikat 1 2 3
(0,25%) (0,375%) (0,5%)
rata relatif besar (Lawrie, 2003)
STPP 44,898 49,292 51,885 48,692
Sodium alginat 43,886 48,709 55,834 49,476
KESIMPULAN
Karagenan 44,874 43,022 47,809 45,234

Kesimpulan dari penelitian ini


Tabel 9 menunjukkan nilai elastisitas adalah secara statistic penggunaan STPP,
tertinggi pada penggunaan sodium alginat sodium alginate dan karagenan tidak
dan nilai terendah pada penggunaan menunjukkan perbedaan terhadap kualitas
karagenan. Faktor gelatinisasi produk meat block puyuh. Tekstur sebagai penentu
dimungkinkan berpengaruh terhadap tekstur kualitas meat block diperoleh nilai tekstur
produk yang dihasilkan termasuk elastisitas. rata-rata tertinggi pada penggunaan sodium
Nilai gel strength meat block pada alginate 0,5%.
penggunaan sodium alginat juga
menunjukkan nilai tertinggi dan penggunaan
karagenan juga menunjukkan nilai terendah.

42
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 34-43 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

DAFTAR PUSTAKA Kafrawi. 2002. Manfaat puyuh.


http://www.nonruminansia.ditejenna
Anonymous. 2007. Nutrition Information of k.go.id. Diakses tanggal: 17
Quail. September 2009.
http://www.croquail.com/Health/quai Kanoni, S., A. Murdianti dan D. Winarni.
lCalorie. Diakses tanggal 22 Maret 1999. Potensi CMC, STPP dan
2007. Sodium Karbonat sebagai Pengenyal
Akhadianto. 2003. Kualitas Fisik Daging Bakso Pengganti Boraks. Prosiding
Itik pada Berbagai Umur Seminar Pangan. Yogyakarta.
Pemotongan, 5: 184-189. Kumar and B.D. Sunil. 2004. Influence of
Babji, A.S and G.S. Kee. 1994. Changes in milk co-precipitates on the quality of
Colour, pH, WHC, Protein restructured buffalo meat blocks.
Extraction and Gel Strength During Asian Austr. Journal Animal
Processing of Chicken Surimi Science., 17 (4): 564-568.
(Ayami). Journal Asean Food, 9 : 63- Lawrie, R.A. 2003. Meat Science.
68. Dterjemahkan oleh Prof. Dr.
Crespo, L. F and H.W. Ockerman. 1977. Aminudin Parakkasi. Penerbit
Effect of Heating Avian Muscle Universitas Indonesia.
Tissue on Solubility of Nitrogen Means, W.J and G.R. Schmidt. 1986. Algin/
Factions and pH Values of Breast Calcium Gel as a Raw and Cooked
and Leg Muscle. Jouenal of Binder in Structured Beef Steak.
Protection, 40: 178-180. Journal of Food Science, 51: 60-65.
Dutson, T.R and A.M. Pearson. 1987. Raharjo, S. 1996. Technologies for the
Restructured Meat and Poutry production of restructured meat: a
Producer. Van Nostrand Reinhold review. Indonesian Food and
Company. New York. Nutrition Progress, 3: 39-53.
Fardiaz, S., R. Dewanti dan S. Budijanto. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi
1986. Bahan Tambahan Kimiawi. Daging. Cetakan Ketiga. Universitas
Risalah Seminar Pusat antar Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Sofos. 1986 Use of Phosphate in Low
Bogor. Sodium Meat Product. Food
Foegeding, E.A and S.R. Ramsey. 1986. Technology, 40 (90): 52-69.
Effect of Gums on Low Fat Meat Wong and W.S. Dominic. 1989. Mechanism
Patties. Journal Food Science, 5: 33. and Theory in Food Chemistry. An
Gardzielawska, Jozefa, J. Malgorzata, T. AV1 Book Published by Van
Zofia, S. Danuta and L. Marek. 2007. Nostrand Reinhold. New York.
Meat Quality of Broiler Quail Fed on
Feeds with Different Protein
Content. Department Animal Product
Evaluation Agricultural University of
Szczecin. Poland.
Grosch, H.D.B. 1999. Food Chemistry.
Second Edition. Springer. Germany.

Imeson, A. 1999. Thickening and Gelling


Agent for Food. Second Edition.
Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg,
Maryland.

43

You might also like