You are on page 1of 9

STUDI FENOMENOLOGIS TENTANG MOTIVASI KELOMPOK

RESIKO TINGGI HIV/AIDS DALAM MELAKUKAN VCT


(VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING)
DI PUSKESMAS DUREN BANDUNGAN

Eka Sakti Wahyuningtyas1), Heny Purwaningsih2)


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang
email: ekasakti@ummgl.ac.id
2
Fakultas Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo
email: bundobian@gmail.com

Abstract
The presence of the Group expected VCT programs at high risk have a motivation to checked
themselves in VCT clinic to be able to know as early as possible the condition of his health, so
that further action can be immediately given. In addition VCT programs is the entrance to the
advanced services namely care support and treatment so it is very important for accessible
professionally. The purpose of research is to describe how the phenomenon of high risk group
of motivation in conducting VCT (Voluntary Counselling and Testing) at Publich Health Care
Duren, Bandungan. The method of sampling is done using a sample
of snowball (snowballing sampling), non-randomized methods to obtain samples from the
sample information earlier. Data collection conducted in-depth interviews with. Test validity in
this study using the method of discussion groups. Based on research
results, obtained that driving within factor for conducting VCT comes from the existence of a
will, the desire, and awareness of self. Reason or catalyst in conducting VCT gleaned
from interviews with respondents, namely to know the status of HIV/AIDS, get information
about HIV/AIDS, and the prevention of HIV/AIDS. Results of the study also mentions the
presence of outside influence or environment in providing motivation for doing
the VCT through outreach and discussion.

Keywords: Kelompok resiko tinggi HIV/AIDS, VCT (Voluntary Counselling and Testing),
Motivasi

1
1. PENDAHULUAN [Times New dengan orang yang telah terinfeksi
Roman 11 bold] HIV, penularan melalui transfusi
Fenomena HIV semakin lama darah atau transfusi organ lain dari
semakin mengkhawatirkan. Penyakit seseorang yang terinfeksi dan
yang penyebab utamanya adalah free penularan dari ibu ke anak ketika
sex ini, memiliki trend meningkat dalam kandungan maupun ketika
dari tahun ke tahun. Mulai dari skala melahirkan (Lestari,2009).
global, nasional bahkan lokal. Kasus HIV/AIDS di Indonesia
Fenomena penderita HIV/AIDS meroket cepat. Perilaku dengan gaya
seperti gunung es, yang nampak hidup bebas telah membuat kasus ini
hanya sebagian kecil dari sekian melaju kencang di Indonesia.
banyak populasi manusia di dunia Menurut data Komisi
yang terkena virus HIV. HIV/AIDS Penanggulangan AIDS (KPA)
merupakan penyakit yang tidak dapat nasional menunjukan, tahun 1987
disembuhkan dan belum ditemukan jumlah penderita AIDS di Indonesia
obat yang dapat memulihkan secara masih lima kasus. Dalam rentang
total hingga saat ini. Penyakit ini waktu 10 tahun, hanya bertambah
sampai sekarang masih menjadi isu menjadi 44 kasus. Tetapi sejak 2007,
kesehatan publik di dalam komunitas kasus AIDS tiba-tiba melonjak
di seluruh dunia (Smeltzer & Bare, menjadi 2.947 kasus dan periode Juni
2002). 2009 meningkat hingga delapan kali
AIDS adalah singkatan dari lipat, menjadi 17.699 kasus. Dari
Acquired Immuno Deficiency jumlah tersebut, yang meninggal
Syndrome, merupakan sekumpulan dunia mencapai 3.586 orang.
gejala-gejala yang menyertai infeksi Peningkatan kasus HIV/AIDS yang
HIV. AIDS (Acquired Immuno dilaporkan 1 Januari s.d. 30
Deficiency Syndrom) merupakan September 2009 mencapai 2332
bentuk terparah dalam tingkatan orang (Dirjen PPM dan PL Depkes
penyakit yang disebabkan oleh RI, 2007).
infeksi HIV (Smeltzer & Bare, 2002). Kasus HIV/AIDS di Jawa
HIV (Human Immunodeficiency Tengah cenderung meningkat
Virus) termasuk dalam sebuah dibandingkan dengan tahun-tahun
kelompok retrovirus yang membawa sebelumnya. Dari data Ditjen PPM
material genetiknya di dalam RNA. dan PL Depkes RI, menunjukkan
Virus ini menyerang daya tahan bahwa Provinsi Jawa Tengah
tubuh manusia sehingga sistem menduduki posisi ke-7 dari 33
kekebalan manusia dapat menurun provinsi di Indonesia. Dengan jumlah
tajam bahkan hingga tidak berfungsi penderita HIV/AIDS mencapai 669
sama sekali (Dubin, 2007). pengidap HIV, 146 penderita AIDS
Secara garis besar, penyebaran dan 238 orang telah meninggal akibat
HIV dapat dibagi menjadi empat HIV/AIDS. Tiga daerah dengan
(Dinas Kesehatan Propinsi Jawa kasus HIV/AIDS terbanyak di Jawa
Tengah, 2005), yaitu penularan Tengah adalah Kota Semarang,
melalui hubungan seksual yang tidak Kabupaten Banyumas, dan Kota Solo
aman dengan orang yang terinfeksi (Dirjen PPM dan PL Depkes RI,
virus, penularan melalui pemakaian 2007).
bersama jarum dan alat suntik yang Penyebaran infeksi virus
tidak steril atau benda tajam lain HIV/AIDS bisa terjadi sejak
yang menusuk atau menyayat kulit penderita belum menampakkan
gejala. Oleh karena itu, banyak

2
diantara populasi masyarakat di Jawa Tengah. Pemerintah di
seringkali tidak menyadari dirinya Kabupaten Semarang menyediakan
sudah terkena virus HIV. Oleh karena empat tempat pelayanan VCT yaitu
itu, diperlukan sistem diagnosis yang RSUD Ungaran, RSUD Ambarawa,
baik bagi penderita, sehingga status Puskesmas Bergas dan Puskesmas
HIV positif bisa diketahui dan Duren Bandungan. Berdasarkan
penyebaran infeksi bisa dikendalikan. studi pendahuluan yang dilakukan
Satu-satunya cara untuk mengetahui peneliti yang diperoleh dari data
status HIV seorang individu adalah UPTD Puskesmas Duren memiliki
melalui tes HIV sukarela rahasia atau klinik IMS dan VCT yang bernama
dengan voluntary counseling and “Chrysant”. Klinik tersebut telah ada
testing. Untuk melaksanakan sejak Februari tahun 2007. Klinik
program VCT dengan baik, banyak IMS dan VCT bertempat di
prasyarat yang diperlukan antara lain Puskesmas Pembantu Duren yaitu di
tersedianya konselor yang handal, Puskesmas Pembantu Bandungan dan
pemasaran sosial yang memadai, diselenggarakan setiap hari Selasa
akses pada tes HIV serta dukungan- dan Kamis mulai jam 11 siang. Tim
dukungan pasca tes (psikologis, terdiri dari dokter, perawat, bidan,
sosial, ekonomis dan medis). Bila dan analisis laboratorium. Klinik IMS
individu yang HIV positif bisa dan VCT juga bekerjasama jejaring
diketahui maka hal ini akan dengan LSM dan paguyuban
mempunyai manfaat ganda, yaitu kelompok resiko tinggi.
layanan konseling untuk perubahan Dari data klinik VCT tahun
perilaku pada mereka dengan tujuan 2009 yang didapatkan dari profile
agar tidak menularkan virusnya pada Puskesmas Duren memiliki jumlah
orang lain, dan meningkatkan klien 396 yang terdiri dari kelompok
kualitas hidup mereka sendiri resiko tinggi seperti WPS, Gay,
terlebih-lebih dengan tersedianya lesbian, waria, dan PMU. Untuk data
obat-obat antiretroviral (ARV) kunjungan klinik VCT dalam tribulan
dewasa ini (Gunung dkk,2005). pertama pada tahun 2009 mencapai
Pada tahun 2003 empat puluh 145 jiwa, tribulan kedua 213 jiwa,
tujuh VCT yang dibuka di seluruh dan tribulan ketiga berjumlah 160
seluruh negara, sebagian besar di jiwa.
daerah perkotaan. Pada tahun 2004, Berdasarkan studi pendahuluan
di Jawa Tengah mulai dikenalkan yang dilakukan peneliti, tim VCT
program voluntary counselling and mengemukakan bahwa pengunjung
testing sebagai sebuah upaya sukarela klinik dari kelompok resiko tinggi
untuk melakukan pemeriksaan masih belum sesuai dengan target
HIV/AIDS dan memberi konseling pendataan kelompok resiko tinggi
untuk ODHA, keluarga, dan yang telah dilakukan melalui
lingkungannya. VCT sangat perlu kerjasama dengan berbagai LSM.
sebelum maupun sesudah melakukan
Motivasi yang berasal dari
tes. Hal ini penting untuk
kesadaran diri kelompok resiko
memperoleh informasi yang rinci
tinggi masih dirasakan kurang.
terhadap hasil tes, baik negatif
Motivasi mereka berkunjung ke
maupun positif. Sehingga mulai
pelayanan VCT karena diajak oleh
tahun 2004 sampai dengan sekarang,
teman dan diingatkan tim VCT dan
masyarakat sudah bisa mengakses
berbagai LSM untuk mengikuti
pelayanan VCT diberbagai fasilitas
program VCT. Hal itu merupakan
rumah sakit dan klinik berbagai kota
motivasi ekstrinsik yang mendorong

3
mereka mengunjungi klinik VCT di tinggi lain (Gay, lesbian, waria,
Puskesmas Duren. pecandu) yang mau dan bersedia
Adanya program VCT menjadi subyek penelitian. Penelitian
diharapkan kelompok resiko tinggi dilaksanakan di Klinik VCT
memiliki kesadaran untuk Puskesmas Duren Bandungan
memeriksakan diri mereka di klinik Kabupaten Semarang.
VCT sehingga mereka dapat Penelitian dilakukan setiap hari
mengetahui sedini mungkin kondisi selasa dan kamis, bulan April 2010.
kesehatannya, sehingga dapat segera Alat ukur dari penelitian kualitatif
diberikan tindakan lanjut. Selain itu adalah peneliti sendiri sebagai
program VCT merupakan pintu pewawancara atau interviewer.
masuk untuk pelayanan lanjutan yaitu Peneliti mengobservasi dan interaksi
care support and treatment sehingga komunikatif antara peneliti dengan
sangat penting untuk diakses secara responden dalam tehnik wawancara
professional. mendalam (indepth interview)
Berangkat dari isu dan hasil sebagai alat bantu pengukuran stress,
studi pendahuluan di atas, peneliti stressor, dan koping penderita
tertarik untuk mengetahui fenomena hipertensi. Alat yang digunakan
motivasi kelompok resti HIV/AIDS dalam pengumpulan data adalah MP3
dalam melakukan VCT. Recorder, Buku catatan interview,
Alat tulis, dan Panduan wawancara

2. METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan adalah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian kualitatif dengan A. Motivasi intrinsik kelompok
pendekatan dari sudut resiko tinggi dalam melakukan
fenomenologis. Populasi adalah VCT
setiap subyek yang memenuhi a. Faktor pendorong dalam
kriteria yang telah ditetapkan melakukan VCT. Berdasarkan hasil
(Nursalam, 2003). Populasi dalam wawancara yang telah dilakukan,
penelitian ini adalah keseluruhan didapatkan data bahwa faktor
kelompok resiko tinggi di wilayah pendorong dalam diri untuk
kerja Puskesmas Duren, Bandungan melakukan VCT yaitu kemauan
Kabupaten Semarang. sendiri, keinginan, dan adanya
Tekhnik pengambilan sampel kesadaran. Hal ini seperti yang
dalam penelitian ini dengan diungkapkan oleh responden 1 dan 3
menggunakan sampel bola salju yang mengatakan adanya kemauan
(snowball sampling), yaitu metode sendiri untuk melakukan VCT.
non-acak yang memperoleh sampel Sedangkan pada responden 2
dari informasi sampel sebelumnya. mengatakan bahwa faktor pendorong
Teknik pengambilan sampel ini pada dalam diri untuk melakukan VCT
mulanya jumlahnya kecil tetapi yaitu adanya kesadaran. Responden 4
makin banyak berhenti sampai dan responden 5 mengatakan
informasi yang didapatkan dinilai keinginanannya untuk melakukan
telah cukup (Arikunto, 2003). VCT.
Kriteria sampel yang digunakan Pernyataan responden yang
adalah Kelompok resti yang mengatakan bahwa faktor pendorong
berkunjung di klinik VCT WPS, dalam diri sendiri dalam melakukan
PMU, dan klien yang dapat VCT sesuai dengan teori dari
diwawancarai Kelompok resiko Widayatun (1999) ada beberapa

4
faktor yang mempengaruhi motivasi Siagian (1995), berpendapat
meliputi : faktor fisik dan proses bahwa dalam motivasi terdapat tiga
mental yaitu berupa dukungan fisik komponen utama, yakni: kebutuhan,
dan mental yang memungkinkan dorongan, dan tujuan. Dorongan
untuk mencapai tujuan ; faktor yang berasal atau ditimbulkan dari
hereditas, lingkungan, dan kemauan, kesadaran, ataupun
kematangan atau usia yaitu keinginan dapat mempengaruhi
lingkungan dan kematangan usia tingkah laku manusia dan timbul
merupakan faktor turunan, seperti karena adanya suatu kebutuhan.
pada bangsa atau suku tertentu Tingkah laku manusia tersebut
mempunyai semangat yang tinggi mengarah pada pencapaian tujuan
jika mempunyai keinginan ; faktor yang dapat memenuhi atau
intrinsik seseorang berupa keinginan, memuaskan sehingga dapat terjadi
kemauan, dan kesadaran yang suatu motivasi. Hal ini juga sesuai
datangnya dari dalam diri individu ; dengan pendapat Dirgagunarsa
fasilitas (sarana dan prasarana) yaitu (1996) yang menyatakan bahwa
sarana dan prasarana yang motif dalam psikologi mempunyai
mendukung kemungkinan hasil atau arti rangsangan, dorongan, atau
tujuan tercapai ; situasi dan kondisi pembangkit tenaga bagi terjadinya
yang merupakan suatu keadaan atau tingkah laku karena dilatarbelakangi
kondisi yang memungkinkan adanya motif, tingkah laku tersebut
seseorang untuk berbuat. disebut tingkah laku termotivasi.
Selain itu juga pernyataan Motif tersebut dapat berasal dari
responden sesuai dengan teori dari dalam diri sendiri.
Prayitno (1999), motivasi yang Kemauan, kesadaran, dan
merupakan dorongan untuk keinginan responden dalam
melakukan tindakan dapat muncul melakukan VCT dapat dilakukan
dari diri sendiri yang artinya bahwa dengan cara memotivasi dengan
seseorang melaksanakan kegiatan di menanamkan kesadaran sehingga
dorong oleh kemauan dari dirinya individu berbuat sesuatu karena
sendiri atau dipengaruhi oleh orang adanya keinginan yang timbul dari
lain. Rangsangan dari dirinya sendiri dalam dirinya sendiri dalam
muncul karena kesadaran atau melakukan VCT.
keinginan untuk memperoleh B. Alasan atau pendorong dalam
sesuatu. melakukan VCT
Faktor pendorong yang berasal Dari hasil wawancara dengan
dari dalam diri seseorang, adanya kelima responden didapatkan alasan
keperluan dan keinginan yang ada yang mendorong responden dalam
dalam diri seseorang akan melakukan VCT karena ingin
menimbulkan motivasi dari dalam mengetahui status HIV/AIDS,
dirinya. Hal ini juga sesuai dengan mengetahui informasi tentang
pendapat Notoatmodjo (1995) yang penyakit HIV-AIDS, dan karena
mengatakan motivasi intrinsik ingin mengetahui pencegahan HIV-
berasal dari dalam diri manusia, AIDS. Hal ini seperti diungkapkan
biasanya timbul dari perilaku yang responden terdapat R3 dan R4, alasan
dapat memenuhi kebutuhan sehingga atau pendorong dalam melakukan
manusia menjadi puas, karena betul- VCT yaitu untuk mengetahui status
betul disadari akan pentingnya suatu HIV/AIDS atau kondisi kesehatan ;
perilaku dan dirasakan suatu R1 mengungkapkan alasan dalam
kebutuhan. melakukan VCT untuk mengetahui

5
informasi tentang HIV/AIDS, yang dapat menjadi sarana penularan
sedangkan R2 dan R5 mengatakan virus HIV/AIDS, menyediakan
bahwa alasan atau pendorong dalam informasi tentang HIV/AIDS, testing
melakukan VCT yaitu ingin HIV, pencegahan dan
mengetahui cara pencegahan pengobatannya, dan memberikan
HIV/AIDS. dukungan moril untuk perubahan
Pernyataan responden sesuai perilaku yang sehat.
dengan teori Gunung, dkk (2005) Responden telah mengetahui
yang menyatakan tujuan dari VCT bahwa di klinik VCT responden
adalah mencegah penularan dari dapat mengetahui informasi tentang
orang yang terinfeksi pada orang HIV/AIDS, pencegahan dan
yang tidak terinfeksi (pasangannya), penanggulangan HIV/AIDS, dan
mencegah penularan pada orang yang status HIV/AIDS. Responden yang
tidak terinfeksi oleh orang yang termasuk kelompok resiko tinggi
terinfeksi (pasangannya), mencegah mengetahui manfaat VCT dari
penularan dari ibu yang terinfeksi penyuluhan yang diberikan oleh
kepada janinnya, dan LSM peduli HIV/AIDS dan petugas
mempromosikan orang untuk secara puskesmas. Dengan mengetahui hal
dini memanfaatkan layanan-layanan tersebut, responden memiliki
(kalau tersedia) ; pelayanan medik, dorongan atau keinginan untuk
pelayanan kesehatan primer (terapi melakukan VCT.
ARV, pengobatan dan pencegahan Motivasi intrinsik yang berasal
infeksi oportunistik), keluarga dari dalam diri seseorang sangat
berencana, dukungan atau perawatan dibutuhkan, karena dengan keinginan
emosional psikologis, konseling atau dorongan yang murni atau
untuk ODHA, dan dukungan sosial alamiah berasal dari diri akan
atau rencana masa depan. melakukan VCT sangat membantu
Hal ini sesuai dengan pernyataan para responden yang merupakan
responden yang mengatakan bahwa kelompok resiko tinggi untuk dapat
alasan atau pendorong dalam sedini mungkin mengetahui status
melakukan VCT adalah untuk kesehatan mereka dan masuk dalam
mengetahui status HIV-AIDS karena pintu pelayan pertama
didalam proses VCT terdapat tahapan penanggulangan dan pencegahan
testing HIV/AIDS. Mencegah HIV/AIDS.
penyakit HIV/AIDS karena di dalam C. Motivasi ekstrinsik kelompok
VCT dipromosikan secara dini resiko tinggi dalam melakukan
bagaimana memanfaatkan layanan- VCT
layanan medik, pelayanan kesehatan a. Adanya pengaruh luar dalam
primer (terapi ARV, pengobatan dan memberikan motivasi.
pencegahan infeksi oportunistik), Dari hasil wawancara yang telah
Keluarga Berencana, dukungan atau dilakukan, didapatkan kelima
perawatan emosional psikologis, responden menyatakan bahwa
konseling untuk ODHA, dan terdapat pengaruh-pengaruh luar
dukungan sosial atau rencana masa dalam memberikan motivasi untuk
depan. melakukan VCT, yang berasal dari
Selain itu juga pernyataan bujukan teman dekat, LSM, dan
responden sesuai dengan teori dari petugas puskesmas. Hal ini
Rachman, dkk (2008) yang diungkapkan R1, R2, R3, dan R5
menyatakan, VCT membantu bahwa ada pengaruh luar dalam
mengenali perilaku atau kegiatan memberi motivasi yang berasal dari

6
LSM. R2 dan R4 juga puskesmas dapat menjadi penggerak
mengungkapkan petugas klinik atau kelompok resiko tinggi dalam
puskesmas juga memberikan melakukan VCT.
pengaruh dalam melakukan VCT. D. Cara memotivasi untuk
Pernyataan dari responden melakukan VCT
sesuai dengan teori Prayitno (1999), Dari kelima responden
yang menyatakan bahwa motivasi menyatakan bahwa melalui
dapat berasal dari pengaruh atau lingkungan atau pihak luar
rangsangan dari luar dapat berupa memberikan motivasi dalam
ajakan atau paksaan dari pihak lain melakukan VCT melalui cara
untuk melakukan suatu kegiatan dan berdiskusi dan penyuluhan. Hal ini
dan motivasi yang dipengaruhi oleh diungkapkan R1 dan R3, cara
faktor dari luar individu yang disebut memotivasi dalam melakukan VCT
motivasi ekstrinsik. didapatkan melalui penyuluhan,
Pernyataan tersebut juga sesuai sedangkan R2, R4, dan R5
dengan teori Notoadmodjo (1995), mengungkapkan cara yang dapat
yang menyatakan bahwa motivasi memotivasi dalam melakukan VCT
ekstrinsik berasal dari luar yang yaitu melalui diskusi.
merupakan pengaruh orang lain atau Menurut Widayatun, (1999)
lingkungan, misalnya teman dan cara-cara memotivasi seseorang
tetangga. Hal ini juga sesuai dengan melalui : Tekhnik verbal, yaitu
pendapat Suryabrata (2007) yang berbicara dan membangkitkan
menyatakan bahwa. motivasi semangat dengan pendekatan pribadi
ekstrinsik adalah motivasi yang melalui diskusi dan sebagainya;
berasal dari luar individu dan tekhnik tingkah laku, yaitu dengan
berfungsi karena ada perangsang dari cara meniru, mencoba, dan
luar. Misalnya, karena pengaruh dan menerapkan; tekhnik intensif, yaitu
bujukan dari orang lain. dengan cara mengambil kaidah yang
Responden menyatakan bahwa ada; citra atau image, yaitu melalui
adanya pengaruh luar dari LSM, imajinasi atau daya khayal yang
petugas puskesmas, maupun bujukan tinggi sehingga individu akan
teman dapat menimbulkan motivasi termotivasi; supertisi, yaitu
untuk melakukan VCT. Pernyataan kepercayaan akan sesuatu yang logis
responden sesuai dengan teori Danim akan membawa keberuntungan.
(2004), yang mengatakan bahwa Pernyataan responden sesuai
motivasi ekstrinsik dapat ditimbulkan dengan teori Widyatun (199), yang
oleh berbagai sumber, bisa karena menyatakan bahwa cara memotivasi
pengaruh orang lain atau lingkungan. menggunakan tekhnik verbal yaitu
Pernyataan tersebut juga sesuai melalui diskusi dan penyuluhan yaitu
dengan teori Makmun (2002) berbicara dan membangkitkan
menyatakan bahwa motivasi tumbuh semangat ataupun motivasi dengan
dan muncul dengan cara datang dari pendekatan pribadi dapat dilakukan
dalam diri individu itu sendiri, ada untuk menumbuhkan motivasi
juga yang datang dari lingkungan. responden dalam melakukan VCT.
Rangsangan atau pengaruh dari luar Hal ini juga sesuai dengan teori Huitt
dapat memberikan suatu dorongan (2001) yang menyatakan bahwa cara
bagi responden untuk mau memotivasi dapat bersumber dari
melakukan VCT. Ajakan ataupun kondisi atau status internal itu
bujukan dari teman terdekat, LSM mengaktifkan dan memberi arah pada
peduli HIV-AIDS, dan petugas perilaku seseorang; adanya keinginan

7
yang memberi tenaga dan melakukan VCT, dapat disimpulkan
mengarahkan perilaku seseorang sebagai berikut:
untuk mencapai suatu tujuan a. Faktor pendorong dalam diri dari
misalnya melalui diskusi dan responden yang merupakan
penyuluhan; dan dengan adanya kelompok resiko tinggi dalam
tingkat kebutuhan dan keinginan melakukan VCT yaitu adanya
akan berpengaruh terhadap intensitas kemauan, keinginan, dan
perilaku seseorang. kesadaran dari dalam diri.
Pihak luar atau lingkungan b. Alasan atau pendorong
dapat memberikan motivasi dengan responden dalam melakukan
menanamkan kesadaran melalui VCT yaitu karena ingin
diskusi dan penyuluhan sehingga mengetahui status HIV/AIDS,
individu berbuat sesuatu karena mengetahui informasi tentang
adanya keinginan yang timbul dari penyakit HIV-AIDS, dan karena
dalam dirinya sendiri dalam ingin mengetahui pencegahan
mencapai sesuatu. Cara tersebut HIV-AIDS.
merupakan bagian dari motivasi c. Terdapat pengaruh-pengaruh luar
eksternal, yang merupakan yang berasal dari bujukan atau
rangsangan atau pengaruh yang ajakan teman dekat, LSM peduli
menimbulkan dorongan pada HIV/AIDS, dan dari petugas
kelompok resiko tinggi untuk puskesmas yang memberikan
melakukan VCT. Pengaruh yang responden motivasi dalam
biasanya ditimbulkan dengan cara melakukan VCT.
penyuluhan atau diingatkan pihak d. Lingkungan atau pihak luar
luar untuk melakukan VCT memberikan motivasi responden
menimbulkan keinginan atau dalam melakukan VCT melalui
dorongan kelompok resiko tinggi cara berdiskusi dan penyuluhan.
untuk mau melakukan VCT.
Seharusnya kelompok resiko
tinggi memiliki motivasi utama yang
5. REFERENSI
berasal dari diri sendiri untuk Alimul, A. H. (2007). Riset
melakukan VCT karena konseling keperawatan dan tekhnik
sangat dibutuhkan bagi klien HIV penulisan ilmiah. Jakarta :
AIDS yang sudah terdiagnosis Salemba Medika
maupun pada kelompok berisiko Arikunto, S. (2006). Prosedur
tinggi agar mau melakukan VCT, Penelitian Suatu Pendekatan
bersikap terbuka dan bersedia Praktik, (edisi revisi keempat).
mencari pertolongan. Motivasi Jakarta : Rineka Cipta
eksternal yaitu motivasi yang berasal Departemen Kesehatan RI. (1992).
dari luar saat ini karena ajakan teman Petunjuk pengembangan
ataupun karena bujukan dari berbagai program nasional
LSM peduli HIV/AIDS dan instansi pemberantasan dan pencegahan
pelayanan kesehatan. AIDS. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI. (2005). Panduan
4. SIMPULAN penyuluhan HIV/AIDS bagi
tenaga kesehatan. Jakarta :
Berdasarkan hasil penelitian
Depkes RI
yang sudah dibahas pada bab
Depkes RI. (2006). Pedoman
sebelumnya tentang studi
pelayanan kesehatan dan testing
fenomenologis tentang motivasi
HIV/AIDS secara sukarela.
kelompok resti HIV/AIDS dalam
Jakarta : Depkes RI

8
Dinkes Propinsi Jateng. (2007). infeksi HIV/AIDS, petunjuk
Mengenal konseling dan testing untuk petugas kesehatan. Jakarta
HIV sukarela. Jawa Tengah : : Departemen Kesehatan RI.
Dinkes Propinsi Jateng Subur, A. (2003). Psikologi umum.
Gunung, dkk. (2005). Buku Bandung : CV. Pustaka Setia
pegangan konselor HIV. Suciati. (2001). Teori belajar dan
Denpasar : Burnet Indonesia motivasi. Jakarta : Pusat Antar
Hutapea, Ronald. (2003). AIDS dan Universitas untuk peningkatan
PMS dan pemerkosaan. Jakarta : dan Pengembangan Aktivitas
Rineka Cipta Instruksional Universitas
Handoko, M. (1995). Motivasi daya Terbuka (PAU-PPAL-UT)
penggerak tingkah laku. Jakarta Sugiyono. (2007). Memahami
: Kanisius Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Kusnanto, H. (2004). Metode CV. Alfabeta
kualitatif dalam riset kesehatan.
Yogyakarta : Program Magister
Manajemen Pelayanan
Kesehatan UGM
Moekijat. (2002). Dasar-dasar
motivasi. Bandung : CV. Pioner
Jaya
Moleong, J. (2005). Metodologi
penelitian kualitatif. Alih
Bahasa : Semiawan. Edisi
Revisi. Bandung : Remaja
Rosda Karya
Muhadjir, N. (1996). Metodologi
penelitian kualitatif. Yogyakarta
: Rakesarasin
Notoadmojo, S. (2005). Metode
penelitian kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan
penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2008). Asuhan
keperawatan pada pasien
terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta :
Salemba Medika
Puskesmas Duren Bandungan.
(2009). Profil Puskesmas Duren
Bandungan Kabupaten
Semarang. Bandungan :
Puskesmas Duren
Siagian, S. P. (1995). Teori motivasi
dan aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta
Soemarsono. (1989). Patogenesis,
gejala klinis dan pengobatan

You might also like