Professional Documents
Culture Documents
ID Asthenopia Pada Pekerja Wanita Di Call Centre X
ID Asthenopia Pada Pekerja Wanita Di Call Centre X
Puslitbang ~ i o m e d i dan
s Farmasi, Badan Litbangkes
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Abstract. Nowadays, computers have been used widely in every kind of occupation. One
of the health problems of the computer using is eyestrain or asthenopia. Some experts
have tried to correlate the exposure of Video Display Terminal (VDT) with the
occurrence of asthenopia but until present there is no database about the prevalence of
asthenopia within the call centre workers in Indonesia. Previous study among female
computer operators found they more easily become asthenopic. The complain of
asthenopia itself is subjective and varies in every individual and therefore one
measureable objective value is needed to determine the occurrence of the asthenopia case
itselJ:
The design of the study was using "pre and post test", it involved 72 subjects in
"XJ'-call centre and using photostress test to measure objectively the occurrence of
asthenopia by measuring the increasing of Macular Recovery Time (MRT) before and
after working.
The average shij of MRT was about 2.98 + 3.57 second within 68.1 % of the
subjects, which were evaluated afrer 4-hour working time with their VDT The distance
between the eyes to VDT and the satisfaction with the working shift arrangement had
signijkant correlation with the occurrence of asthenopia. There was signiJicant
correlation between subjective complaints such as pain within the area around the eyes,
headache and dry eyes due to increasing of the MRT.
Keywords : Asthenopia, Macular Recovery Time (MRT), Call Centre, Video Display
Terminal (VDT).
istirahat saat bekerja. Gangguan pada kerja yang terpajan VDT, diantaranya: ke-
telinga biasanya akibat terjadinya bising lainan pada otot bola mata, suhu dan
dengan nada tinggi yang terjadi mendadak kelembaban ruangan, posisi kerja dan
selama menerima teleponJpenggunaan disain tempat kerja yang tidak ergonomis
headset. Stress kerja, akibat timbulnya @'. Selain itu, jenis VDT yang digunakan,
tekanan pada karyawan selama menjawab jenis pekerjaan, lama bekerja, lama
telepon, kerja yang monoton, klien yang istirahat juga berpengaruh terhadap terjadi-
agresif dan suka menganggu. " ) nya keluhan mata lelah. Beberapa pe-
nelitian juga menyimpulkan faktor psiko-
Computer Vision Syndrome adalah
logis status mental pekerja (rasa puas ter-
keluhan yang sering timbul pada pekerja
hadap pekerjaan) juga berperan pada
akibat penggunaan layar komputer dalam
timbulnya keluhan mata lelah. (" Asthe-
jangka waktu lama setelah bekerja.
nopia pada pekerja yang menggunakan
American Optometric As.sociation (AOA)
VDT ini dapat dinilai dari adanya keluhan
mendefinisikan ha1 ini sebagai masalah
subyektif berupa penglihatan buram, rasa
utarna kesehatan kerja yang berhubungan
nyeri pada mata, rasa berat pada mata dan
dengan pemakaian komputer dalam jangka
penglihatan ganda (lo'. Keluhan lain
waktu lama di tempat kerja, dengan gejala
adalah: rasa kering pada mata, sering ber-
yang bervariasi mulai dari mata kering,
kedip, sakit kepala, iritasi mata, dan lain-
rasa panas di mata, iritasi mata, mata
lain ("). Beberapa penelitian menyebutkan
kabur, mata lelah, yang timbul setelah
untuk penilaian objektif tentang asthenopia
bekerja dengan monitor komputer selama
dapat dilihat dari adanya pemanjangan
tiga jam atau lebih dalam sehari. (2)
waktu pemulihan makula setelah dilakukan
Data dari berbagai penelitian yang uji pembebanan cahaya (photostres.~test)
telah dilakukan menyebutkan prevalensi (12, 14)
nya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat Salah satu kriteria inklusi dalam
bermanfaat mengurangi risiko terj adinya penelitian ini adalah subyek mempunyai
dampak yang merugikan terhadap tajam penglihatan 616. Apabila subyek
kesehatan mata para pekerja, khususnya menggunakan kacamata, maka pemeriksa-
akibat pajanan VDT. an tajam penglihatan dilakukan dengan
menggunakan koreksi kacamata tersebut.
Pada subyek penelitian yang telah
CARA memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
kemudian akan dibagikan kuesioner berisi
Disain penelitian yang digunakan
data umurn responden, penilaian responden
adalah pre dan post test. Populasi adalah
tentang lingkungan kerja, kepuasan res-
karyawati yang bekerja di call centre - X
ponden tentang pekerjaannya saat ini dan
di Jakarta Selatan pada tahun 2007.
keluhan subyektif gangguan kesehatan
Pengambilan sampel dilakukan dengan
yang timbul akibat penggunaan VDT. Lalu
cara purposive sampling dengan peng-
dilakukan pemeriksaan photostress test
hitungan besar sampel minimal 27 orang.
sebelum bekerja sebagai berikut : subyek
Pada penelitian ini jumlah sampel
berdiri atau duduk dalam jarak 6 meter dari
sebanyak 72 orang, yaitu karyawati yang
Snellen chart yang digantung atau diletak-
pada saat pengambilan data bekerja pada
kan di depan pasien dan secara bergantian
shift pagi- sore (shift 2, 3,4) yang bersedia
kedua mata diberi sinar dengan jarak 2-3
ikut penelitian dan memenuhi kriteria
cm dari mata dengan penlight atau lampu
inklusi. Karena jadwal kerja mereka yang
senter yang beriluminasi sekitar 2.300
padat, maka untuk setiap shift dibatasi
lumenlm2 selama 10 detik ('2,13'. Segera
hanya diambil masing- masing sebanyak 1-
setelah lampu senter dimatikan, subyek di-
2 orang responden saja dari 4 segmen
minta membaca huruf pada kartu snellen
(Halo Corporate, Halo Reguler, Simpati
satu tingkat lebih tinggi dari tajam peng-
Reguler dan Simpati Zone masing-masing
lihatan terbaiknya, minimal dapat mem-
sebanyak 18 orang ).
baca tiga huruf. Dan, terakhir diukur waktu
Data yang dikumpulkan berupa pemulihan makula, yaitu waktu yang
data primer yang didapat dari : pembagian dibutuhkan sejak sumber cahaya dimatikan
lembar kuesioner, pemeriksaan fisik untuk sehingga subyek dapat melihat dengan
mengetahui tajam penglihatan, pemeriksa- jelas paling sedikit tiga huruf pada kartu
an photostres.s test serta pengamatan dan Snellen, satu tingkat lebih besar dari tajam
pengukuran Ingkunganltempat kerja. penglihatan terbaiknya. Waktu pemulihan
Pada responden yang sudah setuju makula yang didapat sebelum bekerja
untuk ikut dalam penelitian pertama - tama dihitung dalam detik (Wo) ( I 3 ) .
akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa Setelah photostress test dilakukan
kondisi kesehatan mata untuk mengetahui subyek mulai bekerja seperti biasa sebagai
tajam penglihatan dengan menggunakan agen call center. Setelah bekerja sekitar 4
kartu Snellen. Prosedur yang dilakukan jam yaitu saat karyawan istirahat makan
adalah subyek berdiri atau duduk dengan siang, dilakukan pemeri ksaan pholovtress
jarak 6 meter dari kartu Snellen,lalu secara test setelah bekerja, dengan prosedur yang
bergantian mata kanan dan mata kiri akan sama seperti sebelumnya. Waktu
diperiksa tajam penglihatannya dengan pemulihan makula setelah bekerja dihitung
membaca kartu snellen tersebut. dalam detik (W ').
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No.3, 201 0: 1 19 - 130
- > 15 bulan
A.~thenophiapada Pekerja ... .. . ..(Frans et. ul)
Tabel 3. Nilai WPM Sebelum Bekerja (Wo), Sesudah Bekerja (Wl) dan Rata-rata A WPM
Mata Kanan dan Kiri pada Pekerja Wanita
No. Waktu Pemulihan Makula (WPM) Mata kanan Mata kiri Ra ta-rata
1. WPM Sebelum Bekerja (Wo) *
26,97 2,59 *
26,92 2,5 1 *
26,95 2,24
2. WPM Setelah Bekerja ( W 1 ) *
29,97 3,63 *
29,89 3,7 1 29.92 5 3,57
3. AWPM 2,98 h 3.57
Tabel 4. Hasil Pengukuran Suhu, Kelembaban, Kebisingan dan Pencahayaan Lingkungan Kerja
setiap segmen yang diamati. Khusus untuk Variabel - variabel dengan nilai p<
pengukuran tingkat pencahayaan ruangan 0,250 akan diikut sertakan dalam analisis
diambil di beberapa tempat di tiap segmen multivariat. Selanjutnya diperoleh hasil
yang diamati. Secara obyektif, hasil peng- jarak mata - VDT bermakna dikaitkan
ukuran lingkungan tempat kerja diperoleh dengan pemanjangan WPM (p=0,007)
hasil suhu ruangan antara 2 0 , 7 ' ~- 2 3 , 5 " ~ dengan OR: 0,082, CI 95% 0,013- 0,500;
dengan kelembaban 56% - 64%, tingkat sementara rasa puas terhadap pengaturan
kebisingan 57,4 - 58,4 dbA. Masil peng- shift kerja juga bermakna terhadap
ukuran pencahayaan di tempat kerja di- pemanjangan WPM (p=0,008) dengan OR:
ketahui, iluminasi antara 95 lux - 298 lux, 0,135, CI 95% 0,03 1- 0,593.
dengan rata- rata pencahayaan 197, 15 ~t
Dari selisih WPM sebelum dan
62, 74 lux.
setelah bekerja (A WPM) diketahui jumlah
Dari pengamatan lingkungan kerja, pekerja wanita yang mengalami kelelahan
diketahui bahwa kursi kerja yang diper- mata sebanyak 49 orang (68,1%) dari
gunakan semua dapat disesuaikan keting- seluruh responden yang diperiksa.
giannya dan mempunyai sandaran
Bila dihubungkan dengan keluhan
punggung dan lengan. Tinggi meja semua
subyektif gangguan mata yang timbul pada
sama yaitu 71 cm. Posisi tubuh pekerja
pekerja dengan WPM yang memanjang
yang dianggap baik selama bekerja
maka diketahui keluhan terbanyak yang
sebanyak 61 orang (84,7%), dan 57 orang
timbul adalah pegal pada leher atau bahu
(79,2%) mempunyai jarak mata ke layar
sebanyak 39 subyek (79,6%), mata terasa
monitor yang dianggap baik.
pegal sebanyak 35 subyek (71,4%), mata
Pemanjangan WPM dan Faktor yang terasa kering sebanyak 26 subyek (53,1%),
Mempengaruhi dan mata terasa panas sebanyak 21 subyek
Adanya pcmanjangan waktu pe- (42,9%). I-Iasil analisis bivariat didapatkan
mulihan makula setelah bekerja bila keluhan mata kering (p=O,O 12), sakit
dibandingkan dengan sebelum bekerja, kepala (p=0,021) dan nyeri di sekitar nata
maka dicoba dicari apakah ada huburigan (p=0,005) ternyata bermakna dikaitkan
antara faktor - faktor yang diamati dengan dengan kelelahan mata.
pemanjangan WPM tersebut. Ternyata,
harnpir semua faktor yang diamati tidak PEMBAHASAN
bermakna menyebabkan pemanjanan
Penelitian ini dilakukan karena selama ini
WPM atau menyebabkan kelelahan mata.
belum ada data tentang ke-lelahan mata
Variabel yang ternyata bermakna (aesthenopia) pada pekerja cull center di
terhadap kelelahan mata yaitu penerangan Indonesia. Pada penelitian ini hanya
di tempat kerja ( ~ ~ 0 , 0 4Fisher's)
9 rasa melibatkan pekerja wanita saja karena
puas dengan pengaturan shift (p=0,002) secara teoritis ada perbedaan ter-jadinya
dan jarak mata ke VDT (p=0,046). asthenopia pada pria dan wanita.
Sementara variabel lama kerja per hari Suharyanto pada penelitiannya menemu-
pada subyek semuanya sama yaitu 8 jam kan bahwa wanita adalah kelornpok yang
sehari dan adanya mini break juga semua relative lebih rentan untuk menderita
subyek mempunyai kesempatan istirahat asthenopia setelah bekerja dengan monitor
selain di jam makannya, sehingga faktor komputer secara terus menerus bila di-
ini diabaikan karena hasilnya adalah sama. bandingkan dengan pria(12'.
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No.3, 201 0: 1 19 - 130
WPM Me~naniang
No. Variabel Tidak Ya P Ket
1. Penerangan di Tempat Kerja
Baik 23 41 0.049 Fisher's
Tidak Baik 0 0
2. Puas thd Pengaturan Shift Kerja
Ya 8 36 0,002
Tidak 15 13
3. Jarak Mata ke VDT
Baik 15 42 0,046
Tidak Baik 8 7
Tabel 6. Keluhan Subyektif pada Mata yang timbul pada Pekerja dengan A WPM Yang
Memanjang
saat harus bekerja dengan jarak dekat dan Variabel lama kerja dalaln peneliti-
dalam waktu lama. Hal ini menyebabkan an diperoleh hasil 6 orang (8,3%) memiliki
spasme dari otot- otot siliaris sehingga masa kerja paling pendek yaitu 7 bulan dan
untuk dapat kembali ke posisi semula hanya 1 orang yang memiliki masa kerja
maka diperlukan waktu pemulihan yang paling lama yaitu 30 bulan (1,40/;))dengan
lebih lama sehingga terjadi penurunan rata- rata memiliki masa kerja selama
amplitude akomodasi pada individu ter- 15,66 * 5,35 bulan. Ternyata, masa kerja
sebut sehingga terjadi transient myopia tidak bermakna secara statistik dalam me-
yang j uga akan disertai dengan terj adinya nyebabkan keluhan asthenopia (p=0,79 1).
gangguan sensitivitas kontras (lo'. Selain Hal ini menunjukkan bahwa efek cahaya
itu, semakin dekat jaraknya maka semakin dari VDT terhadap makula tidak
kuat intensitas cahaya dari layar monitor diakumulasikan dan bersifat reversible,
yang masuk ke mata sehingga proses foto- sehingga faktor lama bekerja tidak ber-
kimia yang terjadi di retina akan semakin makna dengan kelelahan mata pada
cepat, berarti waktu pemulihan di makula pekerja wanita di call center. Hal ini sesuai
akan lebih cepat memanjang bila dengan penelitian Sutarsih yang menyata-
dibandingkan dengan bekerja dengan kan bahwa efek VDT terhadap mata hanya
jarang yang baik. bersifat reversible (I3'.
Selain jarak mata ke VDT yang Dari hasil analisis multivariat diper-
juga harus diperhatikan untuk mencegah oleh hasil jarak mata ke VDT bermakna
terjadinya asthenopia adalah posisi layar dikaitkan dengan pemanjangan WPM
monitor, layar monitor sebaiknya diatur (p=0.007) dengan OR:0,082, C1 95%:
posisinya sehingga puncak dari layar 0,013- 0,500; sementara rasa puas terhadap
monitor hams setinggi mata, dengan sudut pengaturan shift kerja juga bermakna ter-
pandang yang ideal adalah 15-20 derajat hadap pemanjangan WPM (p=0,008)
dibawah mata ' 2 , 15'. Monitor yang terlalu dengan OR:0,135. CI 95%: 0,03 1-0,593.
rendah atau tinggi akan menyebabkan Dari hasil analisis tersebut diambil
leher dan pundak akan terasa pegal. kesimpulan bahwa jarak mata ke VDT
Sementara hubungan rasa puas ter- yang baik dan perasaan puas terhadap
hadap pengaturan shift kerja dikaitkan pengaturan jadwal shift kerja, merupakan
dengan pemanjangan WPM, bila dilihat protektif terhadap terjadinya pemanjangan
dari penelitian yang dilakukan oleh WPM. Hal ini sekaligus juga telah men-
Woods, Moci dan Serra yang telah jawab tujuan khusus ke-dua dalam
menyatakan bahwa ada hubungan antara penelitian ini.
asthenopia dengan kondisi psikologis Bila dihubungkan dengan keluhan
pekerja (" '). Demikian juga pernyataan subyektif gangguan mata yang timbul pada
Rocha dan Ribeiro, yang menyatakan pekerja dengan WPM yang memanjang
bahwa kondisi stress pada pekerja dapat maka diketahui keluhan terbanyak yang
menimbulkan keluhan di seluruh tubuh ( I 6 , timbul adalah pegal pada leher atau bahu
', maka faktor perasaan puas terhadap sebanyak 39 subyek (79,6%), mata terasa
pengaturan shift kerja, yang juga merupa- pegal sebanyak 35 subyek (71,4%), mata
kan salah satu aspek psikologis secara teori terasa kering sebanyak 26 subyek (53.1%)
sangat mungkin berperan dalam terjadinya dan mata terasa panas sebanyak 2 1 subyek
kelelahan mata pada pekerja. (42,9%). Hasil analisis bivariat didapatkan
keluhan mata kering (p=0,012), sakit
A.~thenophiupada Pekerja . .. . .. ..(Frans el. ul)
kepala (p=0,02 1 ) dan nyeri disekitar mata sudah diketahui prevalensi asthenopia
(p=0,005) ternyata bermakna dikaitkan pada pekerja wanita di cull center-A' se-
dengan kelelahan mata. besar 68,l % dimana faktor yang ber-
makna berpengaruh terhadap terjadinya
Keluhan mata kering yang timbul
usthenopiu adalah jarak niata ke VDT dan
pada pekerja yang terpajan dengan VDT,
perasaan puas terhadap pengaturan shift
sesuai dengan teori yang dikemukakan
kerja dan yang terakhir, adanya hubungan
oleh Anshell yang menghubungkan ukuran
bermakna antara keluhan subyektif yang
dari mata yang terbuka dengan sudut
timbul yaitu nyeri disekitar mata. sakit
pandang obyek yang dilihat. Apabila kita
kepala dan ~ n a t akering dikaitkan dengan
melihat sesuatu dengan sudut pandang
parameter obyektif terjadinya kelelahan
yang besar seperti saat sedang bekerja
mata (asthenopia) berupa pemanjangan
dalam jarak dekat (termasuk menggunakan
waktu pemulihan makula pada pekerja
VDT) maka mata akan terbuka lebih lebar.
wanita di cull center.
Hal ini akan menyebabkan semakin cepat
terjadinya penguapan air mata. dan meka-
nisme berkedip juga tidak sempurna KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga timbul keluhan mata kering ( 5 ).
Nendyah menghubungkan antara peng- Kesimpulan dari penelitian ini
gunaan VDT dengan sindroma drYveye. Di- adalah nilai waktu pemulihan makula
mana diteniukan prevalensi sebesar (WPM) dengan melakukan photo.~tresstest
48,61% dari karyawan Universitas X men- didapatkan prevalensi pekerja wanita di
derita sindroma dry eye 'I9). cull center yang mengalami kelelahan
mata (aesthenopia) sebanyak 68,l%.
Wolkoff menyebutkan permukaan Didapatkan perbedaan bermakna antara
luar bola mata manusia dilapisi oleh suatu waktu pemulihan makula sebelum dan
lapisan yang disebut precorneul tear ,film
setelah bekerja 4 jam. Faktor-faktor yang
(PTF) yang melindungi lapisan luar bola
berhubungan dengan terjadinya asthenopia
mata dari faktor lingkungan. Koridisi
pada pekerja wanita di call center adalah
normal PTF ini sendiri dijaga oleh refleks jarak antara mata ke VDT dan perasaan
berkedip dan sekresi air mata yang normal.
puas pekerja terhadap pola pengaturan
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
shift kerjanya. Sedangkan faktor masa
penipisan dari lapisan P'T'F ini antara lain
kerja tidak berhubungan dengan terjadinya
faktor suhu (kelembaban yang relatif
usthenopia, ha1 ini karena efek cahaya dari
rendah, suhu ruangan yang tinggi),
VDT hanya bersifat reversible dan tidak
tuntutan pekerjaan (berkurangnya berkedip
diakumulasikan. Juga terdapat hubungan
dan lebarnya area permukaan bola mata
bermakna antara pemanjangan waktu pe-
yang terpapar dengan sinar) dan karak-
mulihan makula (nilai obyektif) dengan
teristik individu (contoh alterasi lapisan air
keluhan subyektif yang timbul yaitu rasa
mata, anomaly dalam berkedip, disfungsi
nyeri di sekitar mata, sakit kepala dan mata
kelenjar air mata) serta penggunaan lensa
kering.
kontak (20'. Namun demikian, pada pe-
nelitian ini tidak ditemukan hubungan ber- Saran pada penelitian ini adalah
makna antara jarak- mata VDT terhadap memperbaiki pencahayaan buatan di
keluhan subyektif mata kering (p=0,393). ruangan tempat kerja, sampai ke tingkat
pencahayaan yang sesuai dengan ruang
Walaupun demikian, secara keseluruhan
komputer yaitu 350 lux. Kemudian seluruh
tujuan penelitian dalam penelitian ini
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No.3, 2010:119 - 130
pekerja di call center hams menjaga jarak 1 1 . Suharyanto FX, Wawolumaya C. Can the work
mata ke layar monitor antara 50- 70 cm, productivity of VDI' workers be enchanced?. 7"
International Conference on Work with
untuk mengurangi kelelahan mata. Perlu Computing Systems. Kuala Lumpur. 2004.
mengganti lampu TI, yang mati dengan
12. Suharyanto FX. Asthenopia pada tenaga kerja
yang baru agar efek kerlipan dari lampu yang menggunakan komputer jenis CRT di PT.
TL disebelahnya tidak terasa mengganggu lndosat Jakarta. Tesis Magister Kesehatan dan
pencahayaan di ruang kerja. Keselamatan Kerja Hiperkes Medis. Jakarta.
1995.
9. Mocci F, Serra A. Psycological factors and 22. Wolkoff P, Nojgaard JK, Troiano P, Piccoli R.
visual fatigue in working with video display Eye complaints in te office environment:
terminals. Occup Environ Med. 2001. Vol. 58. precorneal tear film integrity influenced by eye
pg. 267-27 1. blinking efficiency. Occupational and
Environmental Medicine. 2005. Vol 62.pg.4-12.
10. Suharyanto FX, Achmadi UF. A Modified
photostress test among video display terminal
workers in a certain governmental company in
Jakarta. Journal Occupational Health. 1999.
V01.4 1. pg.209-2 14.