You are on page 1of 11

Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat

Vol. 19 No.2 2019


e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI


PT. SEMEN TONASA KAB PANGKEP
Hidayat1, 2Khiki Purnawati dan 3Alyza Syafitrah Dahliyani M
1,2,3
Poltekkes Kemenkes Makassar
*dayatsanitasi@gmail.com

ABSTRACT
The existence of industries in addition to provide a large contribution also have problems to arise, Noise Hearing Loss
disorders in workplace. The aim of this research is to know what is the risk factor of hearing loss disorders for workers
on the production of PT. Semen Tonasa Kab Pangkep. Types of this research is observational with cross sectional
approach. Sample amounted to 50 people. The instruments used were questionnairy, sound level meters and
audiometers. The data obtained will be tested statistic using the chi-square test which is processed with the SPSS
program. The results of this study showed that from 50 respondents there were 8 respondents who have hearing loss
disorder and 42 who didn’t have hearing loss disorder. And there is a relationship between hearing loss and duration of
work (p = 0.02), Work Period (p = 0.006) and using PPE or personal protective equipment (p = 0.03) which can be
categorized as a risk factor for hearing loss. However, The result of noise measurement Rawmill that is 93,92 dB and
Finishmill is 92,32 dB, the measurement of noise intensity can’t be tested because all measurement points exceed NAB.
The results of this study showed that from 50 respondents there were 8 respondents who have hearing loss disorder
and 42 who didn’t have hearing loss disorder. And there is a relationship between hearing loss and duration of work (p =
0.02), Work Period (p = 0.006) and using PPE or personal protective equipment (p = 0.03) which can be categorized as
a risk factor for hearing loss. However, The result of noise measurement Rawmill that is 93,92 dB and Finishmill is 92,32
dB, the measurement of noise intensity can’t be tested because all measurement points exceed NAB.
Keywords: Hearing Loss, Noise, Work Period, Duration of Work, Using PPE

ABSTRAK
Keberadaan industri selain memberikan konstribusi besar juga memungkinkan timbulnya masalah, seperti
gangguan pendengaran akbiat bising ditempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
gangguan pendengaran pada pekerja di bagian produksi PT. Semen Tonasa Kab. Pangkep. Penelitian ini merupakan
observasional analitik dengan desain cross sectional study, jumlah sampel sebanyak 50 orang. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, sound level meter dan audiometer. Data yang diperoleh akan diuji statistik dengan
menggunakan uji chi-square yang diolah dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan dari 50 responden ada
8 responden yang mengalami gangguan pendengar dan 42 yang tidak mengalami gangguan pendengara. Serta adanya
hubungan antara gangguan pendengaran dengan Lama Kerja (p = 0,02), Masa Kerja (p = 0,006) dan penggunaan APD
(p = 0,03) yang dapat dikategorikan sebagai faktor risiko ganguan pendengaran. Hasil pengukuran kebisingan pada
Rawmill 4 yaitu 93,92 dB dan Finishmill 4 yaitu 92,32 dB. Namun pengukuran intensitas kebisingan tidak dapat diuji
karena semua titik pengukuran melebihi ambang batas. Kesimpulan dari penelitian ini tingkat kebisingan melebihi nilai
ambang batas dan adanya hungan antara lama keja, masa kerja, penggunaan APD dengan gangguan pendengaran.
Sebaiknya agar perusahaan membuat hasil pengukuran kebisingan secara berkala agar dikaitkan dengan lama kerja,
memperhatikan rotasi pekerja dengan melihat masa kerja dan pemberian sanksi kepada pekerja yang tidak taat
menggunakan APD dilingkungan kerja.
Kata Kunci : Gangguan Pendengaran, Kebisingan, Masa Kerja, Lama Kerja, Penggunaan APD

PENDAHULUAN kecelakaan/gangguan (penyakit akibat


Industri merupakan salah satu kerja). Gangguan ini dapat berupa
sektor penting yang memberikan gangguan fisik maupun psikis terhadap
konstribusi besar bagi perkembangan tenaga kerja. Umumnya bersumber dari
sebuah negara. Kebutuhan yang beraneka faktor teknis, lingkungan, dan manusia.
ragam dari masyarakat menyebabkan Kecelakaan kerja dapat disebabkan
munculnya banyak industri yang sama dan oleh empat hal yaitu peralatan kerja dan
bersaing ketat dalam menciptakan produk perlengkapan, tidak tersedianya alat
yang terbaik. pengaman dan pelindung bagi tenaga
Banyaknya industri memungkinkan kerja, keadaan tempat kerja yang tidak
timbulnya masalah. Masalah yang tidak memenuhi syarat, pekerja yang minim
diperhatikan bahkan dilupakan adalah pengetahuan dan pengalaman tentang cara
masalah kondisi lingkungan kerja. Hal ini kerja dan keselamatan kerja serta kondisi
disebabkan oleh masih banyaknya fisik dan mental pekerja yang kurang baik
pengusaha yang menganggap masalah (Cecep Dani Sucipto, 2014).
ketenagakerjaan itu tidak terlalu penting Menurut International Labour
karena akan dapat mencari tenaga kerja Organization 2013, setiap tahun ada lebih
baru apabila ada tenaga kerja yang keluar. dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja
Lingkungan kerja selalu memiliki berbagai dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi
faktor bahaya yang dapat mempengaruhi sakit karena bahaya di tempat kerja.
kesehatan tenaga kerja atau dapat Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal
menyebabkan timbulnya akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja.
187
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Data dari NIOSH (National Finishmill. (PT.Semen Tonasa 2017).


Institute for Occupational Safety and Proses pembuatan semen di
Health) mengungkapkan bahwa 22 juta PT.Semen Tonasa secara umum dibagi
pekerja memiliki potensi mengalami dalam 5 tahap yaitu, proses penyediaan
gangguan pendengaran setiap tahunnya bahan baku, proses penggilingan bahan
dan 10 juta pekerja di Amerika Serikat baku (raw mill), proses pembakaran bahan
mempunyai gangguan pendengaran yang baku (tanur putar/kiln), proses penggilingan
berhubungan dengan pekerjaannya. klinker (sement mill/finish mill) dan proses
Survey terakhir dari Multi Center Study pengantongan semen (packing).
(MCS) juga menyebutkan bahwa Hasil penelitian Okky Yustiza
Indonesia merupakan salah satu dari (2014), tentang pengukuran kebisingan di
empat negara di Asia Tenggara dengan PT. Semen Tonasa menunjukkan tingkat
prevalensi gangguan pendengaran cukup kebisingan pada bagian Rawmilll II/III yaitu
tinggi, yakni 4.6% sementara tiga negara 73,3 dBA dan bagian finish mill II/III yaitu
lainnya yaitu Sri Langka (8.8%), Myanmar 84,5 sendangkan pada bagian finish mill IV
(8.4%), dan India (6.3%). Menurut studi yaitu 109,0 dBA dan Rawmilll IV 103,0 yaitu
tersebut prevalensi 4.6% sudah bisa dBA sehingga dari 8 sampel pekerja
menjadi referensi bahwa gangguan menunjukkan 4 orang diantaranya
pendengaran memiliki andil besar dalam mengalami tuli konduktif. Hal ini
menmbulkan masalah social di tengah menunjukkan tingkat kebisingan di PT
masyarakat. Di Indonesia, permasalahan Semen Tonasa melebihi nilai dari ambang
bising termasuk dalam permasalahan yang batas yang telah diatur sesuai Permenkes
cukup besar di dunia industri. Hal ini bisa 70 Tahun 2016 yaitu 85 dBA/8 Jam Kerja.
kita lihat dari besarnya prevalensi kejadian Berdasarkan hasil pengukuran
penurunan pendengaran akibat pajanan kebisingan bagian Hyperkes di PT Semen
bising di tempat kerja. Di perusahaan Tonasa pada bulan Februari 2018,
plywood, pajanan bising yang diterima diketahui bahwa beberapa lokasi memiliki
pekerja berkisar 86,1- 108,2 dB dengan tingkat kebisingan yang melebihi ambang
prevalensi Noiice Induced Hearing Loss batas. Pada bagian Hopper 2 mecapai 87.2
(NIHL) sebesar 31,81 % (Akbar, 2012). dBA, Hopper 3 lantai dasar yaitu 82.6 dBA,
Di Indonesia sendiri, menurut Cruser 5 lantai dasar yaitu 90.8 dBA. Hasil
Badan Penyelenggara Jaminan sosial pengukuran yang melebihi ambang batas
(BPJS) ketenagakerjaan (2018), sepanjang ini sesuai dengan hasil laporan Medical
tahun 2014, jumlah peserta yang Checkup Triwulan II tahun 2017 PT Semen
mengalami kecelakaan kerja sebanyak Tonasa diperoleh bahwa gangguan
129.911 orang. Pada tahun 2015 terjadi pendengaran menjadi penyakit tertinggi
kecelakaan sebanyak 110.285 kasus, dengan temuan 32 kasus.
sedangkan tahun 2016 sejumlah 105.182
kasus, hinggah sampai bulan agustus METODE
tahun 2017 terdapat sebanyak 80.392 Penelitian ini dilakukan di bagian produksi
kasus. Banyaknya kasus yang terjadi PT. Semen Tonasa unit kerja Rawmill 4
diindonesia menyebabkan masih tingginya dan Finishmill 4.Tahap persiapan meliputi
tingkat kecelakaan masih sangat tinggi. observasi, menyusun proposal yang
PT Semen Tonasa merupakan berlangsung pada bulan Januari 2019.
salah satu industri yang bergerak sebagai Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan yang
produsen semen terbesar di Kawasan berlangsung pada bulan Maret – Mei 2019.
Timur Indonesia yang menempati lahan
seluas 715 hektar di Desa Biringere, Jumlah dan cara pengambilan subjek
Kecamatan Bungoro, Kab. Pangkep, sekitar (untuk penelitian survei) atau bahan dan
68 kilometer dari kota Makassar. Perseroan alat (untuk penelitian laboratorium)
yang memiliki kapasitas terpasang Dari 60 populasi yaitu seluruh pekerja
5.980.000 ton semen per tahun ini, yang bekerja di bagian Rawmill 4 dan
mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Finishmill 4, Yang menjadi sampel adalah
Tonasa II, III, IV dan V. Pada pabrik PT. sebagian dari populasi yang jumlahnya
Semen Tonasa terdapat banyak mesin ditentukan menurut rumus (Slovin) :
yang menyebabkan tingginya intensitas
bising di pabrik, terutama pada bagian
produksi semen seperti bagian Rawmill dan
188
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

n = Jumlah Sampel dapat diliat hasil pengukuran


kebisingan dengan menggunakan alat
e =Batas toleransi kesalahan 5% Sound Level Meter pengukuran
intensitas kebisingan di unit kerja
Rawmill 4 dan Finishmill 4, maka
dapat diketahuai tingkat kebisingan
pada Rawamill yaitu 93,92 dBA dan
Finishmill 92,32 dBA jika dibandingkan
dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Trasmigrasi No 5 Tahun
2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
untuk Parameter kebisingan yaitu 85
dB untuk lingkungan kerja industri
Jadi sampel dalam penelitian ini dalam waktu paparan 8 jam/hari maka
dengan jumlah 50 orang.
intensitas bising di unit kerja rawmill
Jenis dan Cara Pengumpulan Data dan finishmill 4 tidak memenuhi syarat.
Data primer didapatkan melalui Berdasarkan hasil peneitian
diketahui bahwa dari 50 pekerja yang
pengukuran intensitas kebisingan, dan
hasil observasi melalui kuesioner dan dijadikan responden terdapat 18 (36%)
pekerja memiliki lama kerja yang
wawancara langsung pada pekerja
mengenai faktor risiko gangguan memenuhi syarat. Dan 32 (64%)
pendengaran (kebisingan, lama kerja, masa pekerja yang memiliki lama kerja tidak
kerja, penggunaan APD). Data sekunder ini memenuhi syarat.
diperoleh dengan mengumpulkan data Dari hasil penelitian diketahui dari
yang bersumber dari literatur-literatur, 50 pekerja yang dijadikan responden
bahan kuliah, buku-buku dan hasil dimana pekerja menggunakan APD
penelitian lainnya yang berhubungan dilingkungan kerja sebanyak 16 (32%)
dengan objek penelitian. pekerja dan 32 (68%) pekerja tidak
menggunakan APD di lingkungan
Pengolahan dan analisis data kerja.
Data yang diperoleh dari hasil
pengukuran, observasi dilapangan dan 2. Analisis Bivariat
wawancara diolah secara komputer yang Berdasarkan hasil tabulasi
kemudian disajikan dalam bentuk tabel. menggunakan menunjukkan bahwa
Analisis data ditentukan untuk mengetahui responden yang mengalami gangguan
hubungan antara variabel bebas dan pendengaran yang bekerja ditempat
variabel terikat untuk mencari faktor risiko. bising sebanyak 8 responden (16%)
Selain itu, analisis data yang digunakan dan tidak terdapat responden (0%)
dalam penelitian ini adalah analisis ditempat kerja yang tidak bising.
univariat dan analisis bivariat. Namun data ini tidak dapat diuji
dikarenakan hasil pengukuran di unit
HASIL kerja rawmill dan finishmill 4 PT.
1. Analisis Univariat Semen Tonasa yang konstan dimana
Berdasarkan penelitian diperoleh semua titik yang diukur melebihi
hasil pengukuran tingkat gangguan ambang batas 85 dBA
pendengaran dari 50 pekerja yang Hasil analisis data menggunakan
menjadi responden di unit kerja uji Chi Square diperoleh nilai p = 0.02
Rawmill 4 dan Finishmill 4, 8 (16%) (p < 0.05), maka dapat disimpulkan
dinyatakan memiiki pendengaran bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
abnorma atau dalam kata lain pekerja yang artinya ada hubungan antara
yang memiliki gangguan pendengaran lama kerja dan gangguan
dan 42 (84%) pekeja memiliki pendengaran pada pekerja bagian
produksi unit kerja rawmill dan
pendengaran yang normal dimana
tidak mengalami gangguan finishmill 4 PT. Semen Tonasa.
Hasil analisis data menggunakan
pendengaran.
Berdasarkan hasil penelitian uji Chi Square diperoleh nilai p
=0.006 (p < 0.05), maka dapat
189
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Tonasa Kab Pangkep Tahuun 2019


Ha diterima yang artinya ada No Masa Kerja Jumlah Persentase
hubungan antara masa kerja
dengan gangguan pendengaran pada 1 Baru 22 44%
pekerja bagian produksi unit kerja 2 Lama 28 66%
rawmill dan finishmill 4 PT. Semen
Tonasa. Total 50 100%
Hasil analisis data menggunakan Sumber Data Primer
uji Chi Square diperoleh nilai p = 0.03
(p < 0.05), maka dapat disimpulkan Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima Penggunaan APD di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT.
yang artinya ada hubungan antara Semen Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019
penggunaan APD dan gangguan No Penggunaan APD Jumlah Persentase
pendengaran pada pekerja bagian
produksi pekerja bagian produksi unit 1 Menggunakan APD 16 32%
kerja rawmill dan finishmill 4 PT.
2 Tidak Menggunakan 34 68%
Semen Tonasa.
Total 50 100%
Tabel 1
Hasil Medical Checkup Gangguan Pendengaran Sumber Data Primer
Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT. Semen Tonasa Kab
Pangkep Tahun 2019 Tabel 6
Hubungan Kebisingan Dengan Gangguan
Pendengaran di Rawmill dan Finishmill 4 PT.
Kondisi Semen Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019
No Jumlah %
Pendengaran Gangguan Pendengaran

1 Normal 42 84% Kebisin Ada Tidak Ada Tot


%
gan Gangguan Gangguan al
2 Abnormal 8 16% n % N %
Total 50 100% ≤85
0 0% 0 0% 0 0%
Sumber : Medical Checkup PT Semen dBA
Tonasa, 2019 >85 100
8 16% 42 84% 50
dBA %
Tabel 2 100
Total 8 16% 42 84% 50
Hasil Pengukuran Kebisingan di Rawmill 4 dan %
Finishmill 4 PT. Semen Tonasa Kab Pangkep Sumber : Data Primer 2019
Tahun 2019
Titik Tingkat Tabel 7
N Wakt Keteranga Hubungan Lama Kerja Dengan Gangguan
Pengukura Kebisinga
o u n Pendengaran di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT.
n n (dBA)
Semen Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019
Tidak
1 Rawmill 4 14.30 93,92 Gangguan Pendengaran
Memenuhi
Tidak Ada
2 Finishmill 4 13.00 92,32 Tidak Ada To
Memenuhi Lama Kerja Ganggua % P
Gangguan tal
Sumber : Data Primer, 2019 n
N % N %
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Lama Memenuhi 36
0 0% 18 36% 18
Kerja di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT. Semen Syarat %
Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019 Tidak
64 0,
Memenuhi 8 16% 24 48% 32
No Lama Kerja Jumlah Persentase % 0
Syarat
2
10
1 Memenuhi Syarat 18 36% Total 8 16% 42 84% 50 0
%
2 Tidak Memenuhi Syarat 32 64% Sumber : Data Primer, 2019

Total 50 100%
Sumber Data Primer

Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Tabel 8
Kerja di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT. Semen Hubungan Masa Kerja Dengan Gangguan
Pendengaran di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT.
190
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Semen Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019 pendengaran dan 30 orang pekerja
Gangguan Pendengaran yang memiliki keluhan gangguan
Ada pendengaran. Namun intensitas
Masa Tidak Ada To
Ganggua % P kebisingan tidak dapat di uji karena
Kerja Gangguan tal
n nilainya yang konstan berada di
N % N % atas ambang batas kebisingan
Baru 0 0% 22 44% 22
44 ditempat kerja.
% Tingginya intensitas bising di
66 0,0
Lama 8 16% 20 40% 28
% 06
bagian rawmill 4 dan finishmill 4
10 disebabkan oleh besarnya suara
Total 8 16% 42 84% 50
0% yang dikeluarkan oleh mesin yang
Sumber : Data Primer ada pada unit kerja. Suara bising
yang dikeluarkan oleh mesin pada
Tabel 9 unit keja tersebut merupakan bising
Hubungan Penggunaan APD Dengan Gangguan kontinu dengan spektrum frekuensi
Pendengaran di Rawmill 4 dan Finishmill 4 PT. yang luas, ini dapat menyebabkan
Semen Tonasa Kab Pangkep Tahun 2019 ketulian sementara atau Temporary
Gangguan Threshold Shift, dan jika terjadi
Pendengaran
terus-menerus tanpa dilakukan
Pengguna Ada T pengobatan serta hindaran dari
Tidak Ada
an Ganggu ot % P
APD an
Gangguan
al tempat bising dapat menyebabkan
ketulian permanen atau Permanent
N % N % Threshold Shift. Selain dari hasil
audiometri pekerja yang dilakukan
Menggun 32
akan
0 0% 16 32% 16
% secara rutin oleh perusahaan, hasil
Tidak
wawancara dengan menggunakan
68 0,
Menggun 8 16% 26 52% 32 0
kuesioner menunjukkan 45 pekerja
%
akan 3 yang mengeluh mengenai bising
10 ditempat kerja yang menyebabkan
Total 8 16% 42 84% 50 0 tidak nyaman ditempat kerja.
%
Sumber : Data Primer, 2019 Keluhan tersebur meliputi merasa
terganggu, terkadang sulit
PEMBAHASAN berkomunikasi, merasa tidak
Penelitian ini bertujuan untuk nyaman di tempat kerja.
mengetahui faktor risiko gangguan Penelitian ini sejalan dengan
pendengaran pada pekerja di bagian penelitian Andi Mifta (2018)
produksi PT.Semen Tonasa unit kerja mengenai faktor yang berhubungan
Rawmill 4 dan Finishmill 4 tahun 2019. dengan fungsi gangguan
Beberapa faktor yang dijadikan sebagai pendengaran pekerja yang
variabel dalam penelitian ini adalah, menunjukaan adanya hubungan
intensitas kebisingan, masa kerja, lama intensitas kebisingan terhadap
kerja dan penggunaan APD. Berikut ini gangguan pendengaran, dimana
adalah pembahasan untuk masing-masing dari 40 pekerja terdapat 13 orang
variabel yang diteliti. yang mengalami gangguan
pendengaran dengan hasil uji
1. Hubungan Kebisingan dengan statistik p = 0,009 (< 0,05), yang
Gangguan Pendengaran dapat diinterpretasikan intensitas
Hasil pemeriksaan intensitas kebisingan memiliki hubungan
bising pada kedua unit kerja yang dangan gangguan pendengaran
dimana melampaui nilai ambang yang disebabkan oleh tingginya
batas kebisingan yang telah intensitas bising bersumber dari
ditetapkan, ternyata terdapat suara mesin di tempat kerja.
beberapa pekerja yang mengalami Upaya yang dapat dilakukan
gangguan pendengara di setiap adalah adanya pengukuran
unit dimana untuk unit kerja rawmill intensitas kebisingan yang
4 dan Finishmill 4 terdapat 8 orang dilakukan secara berkala hasilnya
pekerja yang mengalami gangguan dijadikan data agar sebagai dasar
penentuan masa kerja dan lama
191
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

kerja. Sehingga pekerja dapat yang memungkinkan setiap pekerja


mengetahui berapa lama ia harus bisa saja mendapatkan waktu
berada di lingkungan kerja yang lembur. Hal ini dapat memicu
intensitas kebisingannya tidak terjadinya gangguan pendengaran
memenuhi syarat, perlunya pada pekerja ditempat bising yang
penggunaan APD khususnya APT melebihi ambang batas jika
(alat pelindung telinga) seperti dilakukan secara terus-menerus
earplug untuk meredam suara dalam jangka waktu panjang di
bising 8 – 30 dB untuk memperkecil tempat bising yang dimana
risiko terkena gangguan intensitas kebisingannya melewati
pendengaran. Pengecekkan NAB. Peluang dari gangguan
audiometri secara rutin untuk pendendengaran akan semakin
mengetahui kondisi pendengaran tinggi jika pekerja yang lama
pekerja, serta memantau keadaan kerjanya tidak memenuhi syarat
dan pengobatan berjalan para tersebut juga tidak menggunakan
pekerja yang mengalami APD di tempat kerja.
gangguan pendengaran. Hal ini sejalan dengan
Jika dikaitkan dengan teori penelitian Yesti Mulia (2016) di PT.
Suma’mur (2013) dimana bising Bukit Asam dimana terdapat
adalah suara yang tidak hubungan yang signifikan antara
dikehendaki yang dapat lama kerja dengan gangguan
mengganggu dan membahayakan pendengaran yang diuji statistik
kesehatan berupa gangguan menggunakan Chi-Square dimana
pendengaran, maka intensitas p yang didapatkan 0,004 dimana <
bising dapat memberi dampak 0,005.
pada gangguan pendengaran Hal ini juga sejalan dengan
pekerja. Menurut Sukmono (2013) penelitian Marisdayana R dkk
berada ditempat bising lebih dari (2016) pada karyawan di PT. X dari
batas waktu yang ditentukan tanpa 101 responden ada 41 responden
penggunaan APT dapat yang mengalami gangguan
menyebabkan lebih besarnya risiko pendengaran. Dari hasil uji statistik
terkena penyakit akibat kerja yaitu membuktikan ada hubungan yang
gangguan pendengaran. Serta signifikan antara intensitas paparan
ditunjang dengan Peraturan bising dengan gangguan
Menteri Ketenagakerjaan No 05 pendengaran. (p = 0.001). Dari
Tahun 2018 tentang Keselamatan beberap hasil penelitian tersebut
dan Kesehatan Kerja Lingkungan dapat diketahui adanya hubungan
Kerja Untuk intensitas kebisingan antara lama kerja dengan
91 – 94 dB durasi paparan gangguan pendengaran
kebisingan hanya antara 1 – 2 jam disebabkan oleh lama kerja atau
kerja. Dimana dari hasil observasi lama paparan saat pekerja di
peneliti, pekerja berada di tempat bising yang melebihi
lapangan / ditempat bising sekiar 3 ambang batas disertai kurangnya
– 4 jam setiap pengecekan setiap pekerja yang tidak menggunakan
hari sudah melebih NAB yang telah alat pelindung diri.
ditentukan dan dapat dikategorikan Upaya yang dapat dilakukan
sebagai salah satu faktor risiko adalah dengan meberi jeda 10-15
terjadinya gangguan pendengaran. menit setiap 1 jam ataupun 2 jam
sekali pada pekerja untuk keluar
2. Hubungan Lama Kerja dengan dari area bising sejenak.
Gangguan Pendengaran Memberikan jeda terlebih dahulu
Berdasarkan hasil penelitian kepada pekerja yang ingin
yang telah dilakukan terhadap 50 mengambil lembur ataupun
pekerja, 32 pekerja yang bekerja menggantikan temannya selama
tidak sesuai dengan waktu kerjanya satu shift atau selama 8 jam, agar
di unit kerja rawmill 4 dan finishmill pekerja memiliki waktu istirahat dan
4, hal ini disebabkan karena mereka tidak terlalu lama berada di
tedapat waktu shift di tempat kerja lingkungan kerjanya.Sehingga
192
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

meminimalisir mereka terkena meminta untuk di mutasi dan


bising yang dapat menimbulkan diproses untuk pindah ke unit kerja
gangguan pendengaran. lainnya. Salah satu faktor lainya
Hal ini selaras dengan dari hasil tabulasi terdapat 6 orang
Peraturan Menteri Ketenaga- dengan masa kerja lama dan tidak
kerjaan RI No. 05 Tahun 2018 terkena gangguan pendengaran
tentang Keselamatan dan menggunakan APT (alat pelindung
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja telinga) saat bekerja, hal inilah
dimana TWA (Time Weight yang bisa jadi alasan mengapa ada
Average) adalah nilai pajanan responden yang memiliki masa
ataupun intensitas rata-rata kerja lama tetapi tidak mengalami
tertimbang waktu ditempat kerja gangguan pendengaran. Efek
yang diterima oleh pekerja tanpa samping dari lama masa seseorang
mengakibatkan ganguan kesehatan bekerja dapat berakibat pada
atau penyakit, dalam pekerjaan ketulian permanent dimana jika
sehari-hari untuk waktu tidak seorang pekerja penderita ketulian
melebihi 8 jam perhari. Menurut sementara (Temporary Threshold
Tarwaka (2015) dimana waktu Shift) dan kemudian terpajan bising
maksimum kerja kerja tambahana kembali sebelum pemulihan, maka
efisien 30 menit. Sedangkan akan terjadi akumulasi sisa ketulian
diantara waktu kerja harus dan jika hal ini berlangsung secara
disediakan waktu untuk istirahat berulang dan menahun, sifat
yang jumlahnya antara 15 – 30% ketulian tersebut akan berubah
dari seluruh waktu kerja. Apabila menjadi permanent.
jam kerja melebihi ketentuan Hasil penelitian ini sejalan
tersebuat akan ditemukan hal-hal dengan penelitian Marusdayana R
seperti penurunan kecepatan kerja, dkk (2016) memperlihatkan dari
gangguan kesehatan, absensi 101 pekerja, ada 41 pekerja yang
karena sakit meningkat yang mengalami gangguan pendengaran
mengakibatkan rendahnya tingkat berkaitan dengan masa kerja
produktifitas kerja. dengan rincian, 30 (66.7%)
pekerja mengalami gangguan
3. Hubungan Masa Kerja dengan pendengaran dengan masa kerja
Gangguan Pendengaran lebih dari 14 tahun dan 11 (19,6%)
Dari hasil penelitian ini dapat pekerja mengalami gangguan
dilihat bahwa semakin lama masa pendengar dengan masa kerja
kerja seseorang ditempat kerja kurang dari atau sama dengan 14
bising maka semakin berisiko tahun.
terkena gangguan pendengaran. Hasil penelitian Putri W.W.,
Namun tidak semua pekerja dkk (2016) yang dilakukan di PT.X
dengan masa kerja lama Sidoarjo memperlihatkan adanya
mengalami gangguan hubungan antara gangguan
pendengaran, dikarenakan terdapat pendengaran dan masa kerja,
20 pekerja atau 40% dari total dikarenakan dari 28 responden,
pekerja yang di jadikan responden ada 7 responden yang mengalami
dengan masa kerja lama namun gangguan pendengaran pada masa
tidak mengalami gangguan kerja 5-10 tahun dan 9 responden
pendengaran. Hal ini karena yang mengalami gangguan
adanya kebijakan PT. Semen pendengaran pada masa kerja 11-
Tonasa yang telah menerapkan 20 tahun. Sisanya sebanyak 12
sistem mutasi bagi pekerja dalam orang tidak mengalami gangguan.
jangka waktu tertentu, namun Dimana dari penelitian tersebut
waktu dan jumlah pekerja yang memiliki kesamaan semua pekerja
dimutasi masih sangat terbatas. yang memiliki gangguan
Selain sistem mutasi dari pendengaran merupakan pekerja
perusahaan tersebut pekerja yang yang yang masa kerjanya lebih dari
telah melakukan medical check up 5 tahun ditempat kerja yang bising.
dan memiliki hasil abnormal dapat
193
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Upaya yang dapat dilakukan untuk pergantian APT sendiri tidak


untuk mengatasi masa kerja yang pernah diberikan dari perusahaan,
terlalu lama adalah dengan tentu saja hal ini bisa membuat
melakukan mutasi atau rotasi pekerja terpapar oleh kebisingan
pekerja yang belaku tiap tahunnya, yang akibatnya menimbulkan
hal ini bertujuan untuk untuk risiko terjadinya gangguan
mengurangi risiko terjadinya pendengaran.
gangguan pendengaran maupun Intensitas bising di Rawmill 4
non pendengaran dan tidak hanya yaitu 93,92 dB dan finishmill 4 yaitu
melakukan pemindahan pekerja 92,32 dB sudah cukup diredam
jika ada kasus mengenai gangguan dengan penggunaan earplug,
pendengaran. dimana earplug dapat mengurangi
Jika dikaitkan dengan teori 8 – 30 dB.
Tarwaka (2004) semakin lamanya Dari uji statistik menggunakan
masa kerja akan timbul kebiasaan Chi-Square di dapatkan p = 0,03 (p
pada tenaga kerja. Hal ini biasanya < 0,05) maka dapat di ketahui ada
berkaitan dengan pekerjaan yang hubungan antara penggunaan APD
monoton atau berulang-ulang yang dengan gangguan pendengaran.
dapat menimbulkan penyakit akibat Hal ini menjadikan APD sebagai
kerja. Menurut Wahyu (2003 dalam salah satu faktor risiko gangguan
Andi Mifta, 2018) penyakit akibat pendengaran pada pekerja di
kerja dipengaruhi oleh masa kerja. bagian produksi unit kerja rawmill 4
Semakin lama seseorang bekerja dan finishmill 4 PT. Semen Tonasa
disuatu tempat semakin besar Kab Pangkep. Dari hasil penelitian
kemungkinan mereka terpapar oleh ini dapat dilihat bahwa jika tidak
faktor-faktor lingkungan kerja baik memakai APD saat berada
fisik maupun kimia yang dapat dilingkungan kerja maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan semakin besar peluang terjadinya
atau penyakit akibat kerja gangguan pendengaran.
sehinggah berakibat menurunnya Penelitian ini sejalan dengan
efisiensi dan produktifitas kerja Zainal Hamzah (2014) di PT Japfa
seseorang. Comfeed Indonesia mengenai
faktor-faktor yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran
4. Hubungan Penggunaan APD dimana dari uji Chi-Square
dengan Gangguan Pendengaran dilakukan hasil p = 0,29 dimana p <
Dari hasil pengamatan selama 0,005, menunjukkan adanya
penelitian, beberapa pekerja taat hubungan antara gangguan
menggunakan alat pelindung pendengarandenganpenggunaan
dirinya di tempat kerja seperti APD.
earplug untuk mengurangi Hasil ini juga sejalan dengan
paparan bising yang diterima, penelitian Hasbi Ibrahim (2016)
sementara sebagian besar lainnya pada pekerja produksi di PT Japfa
kurang peduli dalam hal pemakaian Comfeed Indonesia, Tbk. dari 46
alat pelindung dirinya, beberapa responden ada sekitar 28 orang
pekerja beralasan saat (60.9%) yang mengalami keluhan
diwawancarai merasa kurang gangguan pendengaran akibat
nyaman dan sudah terbiasa tidak menggunakan alat pelindung
dengan hal tesebut. Selain itu diri saat bekerja di tempat kerjanya
alasan lain dari tidak dan sisanya yaitu 18 orang (39.1%)
menggunakan APD dikarekan tidak tidak mengalami keluhan gangguan
adanya Pemberian atau pendengaran.
penggantian APD untuk pekerja Hasil ini sejalan dengan
khususnya untuk APT (alat penelitian Intan (2013) hasil uji
Pelindung telinga) dari statistic dengan perhitungan OR
perusahaan, dimana pekerja hanya terhadap faktor risiko penggunaan
di berikan satu kali APT yaitu APD pada tingkat kepercayaan
diawal masuk bekerja, namun 95% diperoleh nilai OR 2.27%,
194
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

menunjukkan bahwa orang yang KESIMPULAN


tidak menggunakan APD saat Berdasarkan hasil penelitian dan
bekerja, 2.27 kali berisiko terkena anilisis variabel yang telah di teliti
gangguan pendengaran tentang faktor-faktor yang
dibandingkan dengan orang yang berhubungan dengan gangguan
menggunakan APD saat bekerja. pendengaran pada pekerja bagian
Dimana dari beberapa produksi PT. Semen Tonasa Kab
penelitian tersebut jika dikaitkan Pangkep dapat diambil kesimpulan
dengan penelitian ini adalah setiap yaitu :
pekerja yang mengalami gangguan 1. Variabel kebisingan tidak dapat
pendengaran karena tidak diuji namun intensitas kebisingan
menggunakan APT di karenaka di bagian produksi PT. Semen
rasa tidak nyaman dengan Tonasa Kab. Pangkep dapat
penggunan APT tersebut dan menjadi faktor gangguan
berisiko terkena gangguan pendengaran dikarenakan hasil
pendengaran. pengukuran di 2 lokasi memiliki
Upaya penanggulangan yang intensitas kebisingan di atas
dapat dilakukan adalah memenuhi ambang batas.
kebutuhan APD untuk pekerja dan 2. Ada hubungan antara lama kerja
melakukan pemberian APT dari dengan gangguan pendengaran
perusahaan secara berkala. pada pekerja di bagian produksi
Memberikan penyuluhan secara PT. Semen Tonasa Kab Pangkep
rutin kepada pekerja mengenai 3. Ada hubungan antara masa kerja
pentingnya dan penggunaan APD dengan gangguan pendengaran
yang benar. Selain itu harus pada pekerja di bagian produksi
adanya teguran ataupun sanksi PT. Semen Tonasa Kab Pangkep
yang tegas seperti pemotongan gaji 4. Ada hubungan antara
jika tidak menggunakan APD penggunaan APD dengan
kepada pekerja. Agar semua gangguan pendengaran pada
pekerja menggunakan APT untuk pekerja di bagian produksi PT.
meredam bising yang timbul di Semen Tonasa Kab Pangkep
tempat kerja.
Menurut Suma’mur (2009) SARAN
hinggah saat ini masih ada pekerja 1. Diharapkan kepada pihak
yang menganggap pemakaian APD perusahaan agar hasil
mengganggu pekerjaannya dan pengukuran kebisingan dijadikan
efek perlindungan yang kurang, data dasar penentuan masa kerja
yang menyebabkan pekerja tidak dan lama kerja agar pekerja tahu
menggunakan APD serta risiko lama paparan bising yang bisa
penyakit akibat kerja maupun risiko diterima saat berada dilngkungan
kecelakaan kerja semakin besar. kerja.
Hal ini secara tidak langsung 2. Diharapkan kepada pihak
menampakkan ketidak tahuan dan perusahaan agar kiranya dapat
kurangnya pengetahuan pekerja memberi selang waktu 10-15
akan pentingnya menggunakan menit setiap 1 ataupun 2 jam
APT serta dampak apa yang akan kerja kepada pekerja untuk keluar
ditimbulkan apa bila tidak dari area bising untuk mengurangi
menggunkan APT dilingkungan resiko lama paparan kebisingan
kerja yang bising. Sedangkan yang dapat menyebabkan
menurut Jamaluddin (2018) gangguan pendengarapn.
penggunaan alat pelindung diri 3. Diharapkan kepada pihak
untuk mengurangu tingkat perusahaan agar lebih
keparahan kecelakaan ataupun memperhatikan mutasi / rotasi
penyakit akibat kerja, jika tanpa para pekerja dengan melihat data
penggunaannya maka akan masa kerja para pekerja, agar
semakin besar dampak kecelakaan pekerja yang masa kerjanya > 5
ataupun penyakit yang terjadi. tahun bisa dipindahkan kearea
yang intensitas bisingnya kurang
195
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

agar mengurangi risiko terjadinya


gangguan pendengaran. Serta
mempercepat ataupun segara
memutasi / rotasi setiap pekerja
yang memiliki tanda-tanda
gangguan pendengaran melalui
medical check up setiap
tahunnya.
4. Diharapkan kepada perusahaan
agar kiranya dapat
memberlakukan sistem sanksi
yang tegas misalnya seperti
pemotongan gaji terhadap pekerja
yang kedapatan tidak
menggunakan APD (earplug) saat
berada di lingkungan kerja.

196
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.2 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Rizuli. 2012. Analisis Dosis Pajanan Bising dengan Pendekatan L Equivalent dan
Penurunan Pendengaran Pekerja Divisi Produksi PT Master Wavelindo Label.
Skripsi. (Online) http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20296019-S-Rizuli%20Akbar.pdf.
Diakses pada 13 Desember 2018
Jamaluddin, Ramlan. 2018. Sanitasi Industri dan K3. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Marisdayana R, Suhartono, Nurjazuli. 2016. Hubungan Intensitas Paparan Bising Dan Masa
Kerja Dengan Gangguan Pendengaran Pada Karyawan PT.X. Jurnal Kesehatan
LingkunganIndonesia.(online)ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/12311.
Diakeses pada 20 Mei 2019
Miftah Andi. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Pendengaran Pekerja
Pada Bagian Produksi Pt Makassar Tene. Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Makassar : (Skripsi tidak di pulikasikan).
Okky Yustiza S, 2014. Gangguan Intensitas Bising dan Gangguan Pendengaran Karyawan PT.
Semen Tonasa. Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Makassar. Makassar : (KTI
tidak di pulikasikan)
PT. Semen Tonasa. 2017. Profil Perusahaan.(Online)http://sementonasa.co.id/profile_brief.php
Diakses pada 15 Desember 2018
Putri W.W, Martiana T. 2016. Hubungan Usia dan Masa Kerja Dengan Nilai Ambang Dengar
Pekerja yang Terpapar Bising Di PT. X Sidoarjo. The Indonesia Journal of Occupational
Safety and Health Vol. 5.(Online)ejournal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/4186. Diakeses
pada 20 Mei 2019
Republik Indonesia. 2018. Permenaker Nomor 05 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Sukmono. 2013. Hubungan Antara Intensitas Bising dan Iklim Kerja dengan Stres Kerja Pada
Pekerja di Bagian Produksi PT. Nusantara Building Industri (NBI). Skripsi. (Online)
https://lib.unnes.ac.id/18398/1/64504 08024.pdf. Diakses pada 13 Desember 2018
Suma’mur, PK. 2013. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Sagung
Seto.
Tarwaka, dkk., 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,
Surakarta. UNIBA PRESS.
Tarwaka. 2015. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Ergonomi (K3E) dalam Perspektif Bisnis.
Surakarta. Harapan Press.
Yesti, Mulia. 2015. Hubungan Intesitas Kebisingan, Durasi Paparan Dan Penggunaan Alat
Pelindung Dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Karyawan Pt. Bukit
Asam (Persero) Tbk Bandar Lampung. Skripsi, (online) http://digilib.unila.ac.id/21756/.
Diakeses pada 20 Mei 2019
Zainal, Hamzah. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Gangguan
Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Unit Makassar Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
Makassar. Makassar : (Skripsi tidak di pulikasikan)

197

You might also like