You are on page 1of 8

Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA


PERKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT MITRA BUMI

Yusmardiansyah1, Ghania Zhara2


Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Yusmardiansyah@gmail.com

ABSTRACT

Noise is a physical environmental factor that affects work health and is one of the factors that
can cause additional burdens for work. The purpose of this study was to determine the
relationship of noise to work stress in production section workers at PT Mitra Bumi in 2019.
Stress on workers can be caused by factors that are less comfortable working environment,
workload that is too large, low education and wage income and income wages for meet
increasing needs so workers tend to cause stress. This type of research is analytic with cross
sectional design. The population in this study were all workers in the production section at
PT. Mitra Bumi numbered 43 people with a sample of 43 people with the sampling technique
used was total sampling. Data collection tools in this study used a questionnaire. The data
analysis in this study is univariate and bivariate. The results of this study found that there is a
relationship between noise and work stress at PT. Mitra Bumi in 2019 with a p value of
0.001. It is expected that companies can make noise control efforts in the workplace by
providing ear protection to workers and conducting periodic health checks on workers such
as hearing examinations, providing health promotion, socialization and training in order to
increase workers' knowledge about the importance of using ear protection equipment for
workers.

Keywords: Noise, Job Stress

PENDAHULUAN Bising merupakan salah satu stresor


bagi individu. Bila hal tersebut terjadi
Penggunaan teknologi maju sangat berulangkali dan terus menerus
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehingga melampaui adaptasi individu
hidup manusia secara luas, namun tanpa maka berakibat terjadi kondisi stres
disertai dengan pengendalian yang tepat yang merusak atau sering disebut stres.
akan dapat merugikan manusia itu Keadaan bising dapat berakibat
sendiri. Dalam keadaan tersebut kelainan pada sistem pendengaran serta
penggunaan mesin-mesin, pesawat menurunkan kemampuan dalam
instalasi, dan bahan-bahan berbahaya berkomunikasi, di samping sebagai
akan terus meningkat sesuai kebutuhan stresor yang dapat memodulasi respons
industrialisasi. Namun demikian, disisi imun.
lain kemajuan teknologi juga Menurut Ivancevich dan Matteson
mengakibatkan berbagai dampak yang tahun 2008, bising yang berlebih,
merugikan yaitu berupa terjadinya berulang kali didengar dan dalam
peningkatan pencemaran lingkungan, jangka waktu yang lama dapat
kecelakaan kerja dan timbulnya menimbulkan stres. Bising oleh pekerja
berbagai macam penyakit akibat kerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres
(Tarwaka, 2013). yang membahayakan (Roestam, 2004).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 23


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Di negara-negara industri, bising Pekerjaan yang menimbulkan bising
merupakan masalah utama kesehatan. dengan intensitas tinggi umumnya
World Health Organization (WHO, terdapat di pabrik tekstil, generator
1995) memperkirakan hampir 14% total pabrik yang digunakan sebagai
tenaga kerja negara industri terpapar pembangkit tenaga listrik, pekerjaan
bising melebihi 90 dB di tempat pemotongan plat baja, pekerjaan bubut,
kerjanya. Diperkirakan sebanyak 20 gurinda, pengamplasan bahan logam
juta orang Amerika terpapar bising dan sebagainya (A.M. Sugeng Budiono,
lebih dari 85 dB. Wough dan Forcier dkk, 2003).
mendapat data bahwa perusahaan kecil Kebisingan mempunyai pengaruh
di sekitar Sidney mempunyai tingkat terhadap tenaga kerja. Untuk beberapa
kebisingan 87 dB. Quebec – Canada, orang yang rentan, kebisingan dapat
Frechet mendapat data bahwa 55% menyebabkan rasa pusing, kantuk,
daerah industri memiliki tingkat sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan
kebisingan lebih dari 85 dB. stres yang diikuti sakit maag, kesulitan
Peningkatan suara dengan gelombang tidur (Anizar, 2009). Selain gangguan
kompleks yang tidak beraturan dikenal terhadap kemampuan memusatkan
sebagai bising. perhatian atau mengalihkan perhatian
Di Indonesia intensitas kebisingan atau melemahkan motivasi, kebisingan
yang disepakati sebagai pedoman bagi dapat menyebabkan rasa terganggu
perlindungan alat pendengaran agar yang merupakan reaksi psikologis
tidak kehilangan daya dengar untuk seseorang. Kebisingan menyebabkan
pemaparan 8 (delapan) jam sehari dan 5 orang tidak dapat tenang beristirahat
(lima) hari kerja atau 40 jam kerja atau terganggu tidur sehingga tidak
seminggu adalah 85 dB bagi pekerja dapat memulihkan kondisi fisik dan
(Suma’mur, 2009). psikisnya (Suma’mur, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Dalam lingkup ketenagakerjaan,
Kerja dan Tranmigrasi RI No per- stres kerja merupakan masalah bagi
05/MEN/1996 pasal 1 ayat 9 tentang kesehatan tenaga kerja, berpontensi
sistem manajemen keselamatan dan meningkatkan resiko kecelakaan kerja
kerja, pekerja adalah tiap yang orang yang akan menimbulkan banyak
mampu melakukan pekerjaan baik di kerugian materi, dan mampu
dalam maupun di luar hubungan kerja menurunkan produktivitas secara
guna menghasilkan jasa atau barang keseluruhan (Waluyo, 2009). Kondisi
guna memenuhi kebutuhan masyarakat. individual juga berpengaruh terhadap
Kebisingan merupakan faktor terjadinya stres kerja. Seseorang
lingkungan fisik yang berpengaruh pada individu menilai suatu situasi
kesehatan kerja dan merupakan salah menimbulkan stres atau tidak, sangatlah
satu faktor yang dapat menyebabkan tergantung dari kepekaan individu dari
beban tambahan bagi tenga kerja. mencakup beberapa variabel
Kebisingan adalah semua suara yang diantaranya usia, masa kerja,
tidak dikehendaki yang bersumber dari komunikasi ditempat kerja, kepribadian
alat-alat proses produksi dan atau alat- dan semangat kerja. Penjelasan tersebut
alat kerja yang pada tingkat tertentu terlihat bahwa faktor kebisingan dan
yang dapat menimbulkan gangguan masa kerja berperan menimbulkan stres
pendengaran. Standart baku mutu yang kerja (Khairat, 2008)
diperolehkan adalah 85 dB dan waktu Secara umum dapat dikatakan,
bekerja maksimun adalah 8 jam perhari. bahwa jika seseorang dihadapkan pada
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan pekerjaan yang melampaui individu
Tramigrasi RI No. 13 Tahun 2011). tersebut, individu yang bersangkutan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 24


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
mengalami stres (Anies, 2009). 57,8% dari total 308 responden yang
Menurut Rice (1992) dalam Anies diteliti mengalami stres kerja.
(2009), seseorang dapat dikategorikan PT. Mitra Bumi merupakan suatu
stress kerja, apabila stress yang dialami perseroan terbatas (PT) bergerak dalam
melibatkan juga pihak organisasi bidang penerimaan Tandan Buah Segar
perusahaan tempat orang yang (TBS) Sawit yang kemudian diolah
bersangkutan bekerja. Stress menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan
sebenarnya merupakan suatu bentuk Palm Kernel (PK) dengan nama PKS-
tanggapan seseorang, baik secara fisik PT. Mitra Bumi didirikan pada tanggal
maupun mental, terhadap suatu 08 September 2008 dan selanjutnya
perubahan di lingkungan yang tanggal 11 Februari 2010 dimulai
dirasakan mengganggu dan pembangunan Pabrik Minyak Kelapa
mengakibatkan dirinya terancam (Panji Sawit (PMKS) dan baru beroperasi
Anoraga, 2006). pada tanggal 09 April 2012. Dalam
Stress kerja adalah segala perkembangannya perusahaan ini
rangsangan atau aksi dari tubuh dikenal dengan nama “Perkebunan
manusia baik yang berasal dari luar Kelapa Sawit PKS-PT. Mitra Bumi”.
maupun dari dalam tubuh itu sendiri. PT Mitra Bumi yang terletak di
Stres dapat menimbulkan bermacam- Bukit Sembilan, Kecamatan
macam efek yang merugikan mulai dari Bangkinang, Kampar memiliki luas
menurunnya kesehatan sampai pada area perkebunan seluas 427 Hekter, luas
dideritanya suatu penyakit (Tarwaka, area pabrik+ipal seluas 8,2 Hekter, luas
dkk, 2013). area perumahan 1,6 Hekter dan lain-lain
Sebuah survei atas pekerja di seluas 427 Hekter yang berasal dari
Amerika Serikat menemukan bahwa lahan perkebunan milik PT. Kumu
46% pekerja merasakan pekerjaan Kampar Sehati yang merupakan anak
mereka penuh dengan stres kerja 34% perusahaan dari Septa Group (juga
berpikir serius untuk keluar dari induk dari PT. Mitra Bumi) Secara
pekerjaan mereka karena stres ditempat geografis, PKS ini dalam menjalankan
kerja (Eko sasono, 2012). Masalah yang aktivitas perusahaannya beralokasi
berkaitan dengan stres kerja juga terjadi diwilayah Desa Bukit Sembilan
di Indonesia, penelitian yang dilakukan Kecamatan Bangkinang Kabupaten
oleh Nugrahani (2009) pada pekerja Kampar, dan sudah melakukan
bagian operasional PT Gunze tahun pengembangannya di kabupaten
2009, memberikan gambaran bahwa kuasing juga.
dari 100 orang responden yang diteliti Dilakukan studi pendahuluan pada di
63% mengalami stres sedang, 21% PT Mitra Bumi berdasarkan teori 5 hal
diantaranya mengalami stres berat dan yang menyebabkan stres kerja yaitu:
sebagian kecil 16% mengalami stres faktor lingkungan kerja (kebisingan),
ringan. Studi lain yang dilakukan dan faktor individual usia, masa
Urianti (2005) terhadap 58 responden kerja,kondisi kesehatan dan psikis).
pada pekerja disalah satu pabrik tabung Terhadap 10 responden yang bekerja
Elpiji Pertamina bagian produksi pada bagian produksi 7 diantaranya
menunjukan bahwa 62,1% mengalami mengeluh mengalami gangguan
stres kerja tingkat ringan dan 37,9% pendengaran dikarenakan kebisingan
mengalami stres tingkat sedang, dari 2 mesin salah satur mesin nya
sementara penelitian lain yang mesin boiler suara mesin dibagian alat
dilakukan Evayanti (2004) pada bagian produksi > 85 dB, sementara itu
pengemudi bus PPD Jakarta pada tahun terdapat pekerja mengalami dampak
2004, memberikan gambaran bahwa kebisingan seperti: leher tegang pusing,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 25


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
mual, tangan berkeringat, merasa = 0,05. (Hidayat, 2017) menyatakan uji chi
kebingungan dan susah tidur square digunakan karena variabel bebas
merupakan gejala stres kerja 1 orang dengan variabel terikat pada penelitian ini
diusia tua 40 tahun, 2 orang masa kerja dengan mengunakan kompoterisasi.
lebih 5 tahun 5 orang, dan mengalami
kondisi kesehatan terganggu 3 orang. HASIL
Berdasarkan latar belakang di atas
maka peneliti tertarik dengan judul Hasil penelitian tentang hubungan
“Hubungan kebisingan dengan stres kebisingan terhadap stress kerja pada
kerja pada pekerja dibagian produksi di perkerja bagian produksi di PT Mitra
PT Mitra Bumi tahun 2019”. Bumi Tahun 2019. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 08-09 Juli 2019 dengan
METODE jumlah responden 43 orang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam bentuk
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analisis univariat dan bivariat:
analitik dengan pendekatan cross Karakteristik Responden
sectional. Variabel bebas dalam penelitian Adapun karakteristik responden
ini adalah kebisingan, sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah usia, massa
terikatnya adalah stres kerja. Penelitian ini kerja dan kondisi kesehatan responden.
di lakukan di PT Mitra Bumi pada tanggal Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
8-9Juli 2019. jumlah sapel berjumlah 43 tabel berikut:
orang. Analisis bivariat dalam penelitian
ini menggunakan uji chi square dengan α

Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Massa Kerja dan
Status Kesehatan Perkerja Bagian Produksi di PT Mitra Bumi Tahun
2019
No Usia n (%)
1 17-25 tahun 5 11,7
2 26-35 tahun 9 21,0
3 36-45 tahun 24 55,8
4 46-55 tahun 5 11,7
Total 43 100
Massa Kerja
1. < 5 tahun 9 20,9
2. > 5 tahun 34 79,1
Total 43 100
Status Kesehatan
1 Sehat 5 11,6
2 Tidak Sehat 33 76,7
3 Sembuh dari Penyakit 5 11,6
Total 43 100
Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat Analisa Univariat


bahwa dari 43 responden sebanyak 24 Analisa univariat dalam penelitian
pekerja (55,8%) berusia 36-45 tahun, ini yaitu kebisingan dan stress kerja.
sebanyak 34 pekerja (79,1%) memiliki Hasil analisa dilihat pada tabel berikut :
masa kerja selama > 5 tahun dan
sebanyak 33 pekerja (76,7%) sehat.
Kebisingan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 26


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kebisingan Perkerja Bagian Produksi di PT Mitra
Bumi Tahun 2019
No Kebisingan n (%)
1 Bising 23 53,5
2 Tidak Bising 20 46,5
Total 43 100
Intensitas Kebisingan Hasil Ukur Keterangan
1 Boiler 89 Melebihi
a. Operator Boiler 89
b. Helper Klarifikasi 88
c. Kantor Mandor 87
2 Power Hause 86 Melebihi
a. Operator Kamar Mesin 86

3. Halaman Kantor 53,4 Memenuhi


Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.2 dapat boler dan power hause dalam


dilihat bahwa dari 43 responden bekerja dan intensitas kebisingan
sebanyak 23 pekerja (53,5%) minimum sebesar 53,4 dB (A),
mengalami kebisingan di bagian maksimum sebesar 89 dB (A).

Stress Kerja

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stress Kerja pada Perkerja Bagian Produksi di PT
Mitra Bumi Tahun 2019
No Stress Kerja n (%)
1 Ya 25 58,1
2 Tidak 18 41,9
Total 43 100
Sumber : Penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel 4.3 dapat


dilihat bahwa dari 43 responden Hubungan kebisingan terhadap stress
sebanyak 25 pekerja (58,1%) stress pada perkerja bagian produksi di PT
dalam bekerja. Mitra Bumi Tahun 2019
Analisa Bivariat Untuk melihat hubungan
Analisa bivariat ini kebisingan terhadap stress pada
menggambarkan hubungan kebisingan perkerja bagian produksi di PT Mitra
terhadap stress pada perkerja bagian Bumi Tahun 2019 dapat dilihat pada
produksi di PT Mitra Bumi Tahun tabel berikut
2019. Hasil analisis disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.4 Hubungan Kebisingan Terhadap Stress Pada Perkerja Bagian Produksi
di PT Mitra Bumi Tahun 2019
Stess Kerja Total
Kebisingan Stress Tidak Stress P POR
n % n % n % value
Bising, > 85 db dengan 19 76 4 22,2 23 53,5
jam > 8 jam 0,001 11,0
Tidak bising,, < 85 db 6 24 14 77,8 20 46,5
dengan jam < 8 jam
Jumlah 25 58,2 18 41,9 43 100
Sumber : Hasil Uji Chi Square

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 27


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat Menurut asumsi peneliti responden
diketahui bahwa dari 23 pekerja yang yang mengalami kebisingan tetapi tidak
mengalami kebisingan dalam bekerja, stres dalam bekerja disebabkan karena
terdapat 4 pekerja (22,2%) yang tidak kondisi kesehatan responden yang sehat
stress dalam bekerja. Sedangkan dari 20 saat bekerja. Seperti tidak menderita
pekerja yang mengalami tidak tekanan darah tinggi, sakit kepala, nyeri
kebisingan dalam bekerja, terdapat 6 punggung dan leher, karena seseorang
pekerja (24%) yang stress dalam yang sedang menderita sakit akan
bekerja Berdasarkan uji statistik mudah terpengaruh oleh efek
diperoleh nilai p value = 0,001 (p < lingkungan
0,05), dengan derajat kemaknaan (α = Responden yang tidak mengalami
0,05). Ini berarti ada hubungan kebisingan tetapi stres dalam bekerja
kebisingan dengan stress kerja disebabkan karena beban kerja yang
Hasil penelitian juga diketahui diterimanya terlalu berat sehingga
bahwa nilai POR=11 hal ini berarti membuat mereka stres dalam bekerja.
responden yang mengalami kebisingan Kebisingan dapat diartikan bunyi
dalam berpeluang 11 kali mengalami atau suara yang tidak dikehendaki yang
stress kerja. bersifat mengganggu pendengaran dan
bahkan menurunkan daya dengar
seseorang yang terpapar (Tarwaka,
PEMBAHASAN 2009) Kebisingan dapat mempengaruhi
konsentrasi dan dapat menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian yang terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang
didapat maka penetiti melakukan lebih dari 85 dBA dapat mempengaruhi
pengujian antara hasil, teori-teori yang ada daya dengar. Pencegahan terhadap
dan penelitian-penelitian yang ada. kebisingan harus dimulai sejak
Adapun pembahasan tersebut adalah perencanaan mesin dan dilanjutkan
sebagai berikut: dengan memasang bahan-bahan yang
menyerap kebisingan (Suma’mur,
Hubungan Kebisingan dengan Stress 2009).
Kerja pada Bagian Produksi di PT Masa kerja baru maupun lama dapat
Mitra Bumi menjadi pemicu terjadinya stress kerja
dan diperberat dengan adanya beban
Berdasarkan hasil penelitian kerja yang berat. Namun masa kerja
diketahui bahwa dari 23 pekerja yang yang mempengaruhi pekerja karena
mengalami kebisingan dalam bekerja, menimbulkan rutinitas dalam bekerja,
terdapat 4 pekerja (22,2%) yang tidak sehingga pada akhirnya menimbulkan
stress dalam bekerja. Sedangkan dari 20 stress. Rutinitas kerja yang selalu
pekerja yang mengalami tidak monoton meimbulkan kebosanan
kebisingan dalam bekerja, terdapat 6 disertai dengan lingkungan kerja yang
pekerja (24%) yang stress dalam terbatas membuat pekerja menjadi
bekerja Berdasarkan uji statistik jenuh (Munandar, 2011).
diperoleh nilai p value = 0,001 (p < Kebisingan di tempat kerja
0,05), dengan derajat kemaknaan (α = seringkali merupakan problem
0,05). Ini berarti a da hubungan tersendiri bagi tenaga kerja, umumnya
kebisingan dengan stress kerja. Hasil berasal dari mesin kerja. Sayangnya,
penelitian juga diketahui bahwa nilai banyak tenaga kerja yang telah terbiasa
POR=11 hal ini berarti responden yang dengan kebisingan tersebut, meskipun
mengalami kebisingan dalam tidak mengeluh gangguan kesehatan
berpeluang 11 kali mengalami stress tetap terjadi, sedangkan efek kebisingan
kerja.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 28
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
terhadap kesehatan tergantung pada buruk pada mental. Faktor tersebut
intensitasnya (Anies, 2005:91). meliputi keadaan fisik lingkungan kerja
Kebisingan dapat menimbulkan efek yang tidak nyaman, salah satunya yaitu,
berupa gangguan fisiologis, psikologis kebisingan. Bising dianggap sebagai
dan gangguan patologis organis, salah suara yang mengganggu sehingga
satu contoh gangguan psikologis yang respon yang timbul adalah akibat stres
diakibatkan oleh kebisingan adalah bising tersebut.
stres kerja (Depkes RI, 2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan
Pada waktu sumber stres (stressor) penelitian Wahyuni (2014) didapatkan
berhasil diidentifikasi, otak akan hasil bahwa ada hubungan kebisingan
mengirimkan pesan yang bersifat dengan stress kerja pada pekerja bagian
biokimia kepada semua sistem dalam kantor di bandara Domini Eduard Osok
tubuh. Akibatnya, pernafasan akan Sorong dengan p value 0,001.
meningkat, tekanan darah nqik, otot
menjadi tegang, dan timbul gejala KESIMPULAN
fisiologis lainnya. individu hanya
mempunyai sumber energi yang Dari hasil penelitian yang
terbatas, dan keterbatasan kemampuan dilakukan dengan judul Hubungan
untuk menghadapi stressor sehingga kebisingan terhadap stress kerja pada
individu tersebut menjadi stres pekerja bagian produksi di PT. Mitra
(Nuzulia, 2010). Bumi Tahun 2019 dapat diambil
Dalam lingkup ketenagakerjaan, kesimpulan sebagai berikut :
stres kerja merupakan masalah bagi 1. Ada hubungan kebisingan dengan stress
kesehatan tenaga kerja, berpotensi kerja di PT. Mitra Bumi Tahun 2019
meningkatkan resiko kecelakaan kerja dengan p value 0,001
yang akan menimbulkan banyak 2. Sebagian besar pekerja mengalami
kerugian materi, dan mampu kebisingan dalam bekerja di bagian
menurunkan produktifitas kerja secara boler dan power hause dan intensitas
keseluruhan. Kondisi individual juga kebisingan minimum sebesar 53,4 dB
berpengaruh terhadap terjadinya stres (A), maksimum sebesar 89 dB (A).
kerja. Seorang individu menilai suatu 3. Sebanyak 25 pekerja (58,1%) stress
situasi menimbulkan stres atau tidak, dalam bekerja.
sangatlah tergantung dari kepekaan
individu dari mencakup beberapa SARAN
variabel antara lain: usia, masa kerja, 1. Bagi Perusahaan:
komunikasi ditempat kerja, kepribadian Diharapkan kepada Perusahaan agar
dan semangat kerja (Wahyu, 2011). dapat melakukan upaya pengendalian
Stress kerja adalah suatu kondisi dari kebisingan ditempat kerja dengan
hasil penghayatan subyektif individu memberikan alat pelindung telinga
yang dapat berupa interaksi antara kepada pekerja dan melakukan
individu dan lingkungan kerja yang pemeriksaan kesehatan berkala pada
dapat mengancam dan memberi tekanan pekerja seperti pemeriksaan
secara psikologis, fisiologis, dan sikap pendengaran, memberikan promosi
individu. (Wijono, 2010). kesehatan, sosialisasi serta pelatihan
Hal ini sejalan dengan pendapat agar dapat meningkatkan pengetahuan
Nadhoroh (2016) yang mengatakan pekerja tentang pentingnya penggunaan
bahwa ada beberapa faktor intrinsik alat pelindung telinga bagi pekerja
dalam pekerjaan yang sangat potensial 2. Bagi Pekerja
menjadi penyebab terjadinya stres dan Para pekerja di pabrik sebaiknya
dapat mengakibatkan keadaan yang menggunakan alat perlindungan diri

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 29


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
untuk melindungi diri ketika berada di Produksi PT Mataram Tunggal Garmen
tempat dengan intensitas bising yang Sleman Yogyakarta, Tesis, Program
tinggi. Pekerja pabrik juga diharapkan Studi Ilmu Kesehatan Kerja, Program
lebih menyadari akan pentingnya alat Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada,
perlindungan diri agar tingkat stres Yogyakarta.
yang dialami oleh para pekerja dapat KepMenkes RI No. 1405 (2002).
diturunkan Persyaratan Kesehatan Lingkungan
3. Bagi peneliti selanjutnya Kerja Perkantoran dan Industri.
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya Jakarta.
untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor lain yang Kepmenaker No. 51/Men/1999 tentang
mempengaruhi stres kerja di tempat NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja.
kerja Depertemen Tenaga Kerja RI.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
DAFTAR PUSTAKA Transmigrasi. (2011).No.
PER.13/MEN/X/2011. Tentang Nilai
Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kesehatan Kerja di Industri. Kimia Di Tempat Kerja.
Yogyakarta Graha Ilmu. Leslie L. Doelle. (2006). Akustik
Anies, (2009), Penyakit Akibat Kerja Lingkungan. Jakarta : Erlangga.
Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Notoatmodjo, Soekidjo, (2010),
Kerja dan Upaya Penanggulangannya, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Jakarta, Rineka Cipta.
A.M. Sugeng Budiono, (2013), Hiperkes Roestam, A.W (2014)., “Program
dan KK, Semarang : Badan Penerbit Konservasi Pendengaran di Tempat
Universitas Diponegoro Semarang. Kerja”, Cermin Dunia Kedokteran No.
Anoraga Panji, (2006), Psikologi Kerja, 144, 2004, Subdepartemen Kedokteran
Jakarta: PT Rineka Cipta. Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran
Tambunan (2007). Pengantar Kesehatan Komunitas. Fakultas Kedokteran
Lingkungan. Jakarta : EGC, Universitas Indonesia, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. Suma’mur P.K., (2014), Hygiene
Depkes RI, (2003), Modul Pelatihan bagi Perusahaan & Keselamatan Kerja,
Fasilitator Kesehatan Kerja, Jakarta: Jakarta: Gunung Agung.
Depkes RI. Sugiyono, (2013).Statistik Untuk
Hidayat, A.A.(2014). Metode penelitian Penelitian, Bandung : CV. Alva Beta.
keperawatan dan Teknik Analisa data. Suksmono. (2013). Hubungan Kebisingan
Jakarta: salembang medika dengan Stres Kerja Pada Pekerja
Harrianto, R. (2010), Bukur Ajar Bagian Produksi. PT. NBI Unnes
Kesehatan Kerja, Jakarta: Kedokteran Journal of Public Health.
EGC. Tarwaka, dkk.(2013). Ergonomi Untuk
John Ridley. (2013). Kesehatan Dan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga. Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press.
Khairat, F (2004). Pengaruh Faktor Fisik Waluyo, Dr.Ir. M.(2013). Psikologi
dan Faktor Individual Terhadap Industri, cetakan 1.Jakarta:Indeks
Terjadinya Stres Kerja Pada Karyawan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 30

You might also like