Professional Documents
Culture Documents
Variasi Tingkat Kematian Bayidan
Variasi Tingkat Kematian Bayidan
Kasto*
Abstract
This study tries to investigate the infant mortality rate and life expectancy based
on the 1990 Population Census, and to observe its variations among provinces that
take place in the urban as well as in the rural areas of Indonesia. As a whole, the
estimate of infant mortality rate and the expectation of life based on the 1990
Population Census is 69 per one thousand life births and 60 years for both urban and
rural areas. The variation in the rural areas is larger than in the urban regions.
During the period from 1980 to 1990 the infant mortality rate in Indonesia
decreased by 4.29 percent annually. If this rate continued to increase till the end of
2000, the infant mortality rate by this time would be 45 per one thousand life births,
whereas the expectation of life at birth would become 68 years.
Many determinants of infant mortality rates should be taken into account to
reduce the figures, particularly the coverage and the quality of the public health
service which directly influences the child survival, as well as other determinants
which indirectly, yet simultaneously, influence it.
Pengantar
Sampai saat ini karena berbagai 1980-1990 dicoba memproyeksikan
kendala yang berhubungan dengan tingkat kematian bayi dan harapan
kualitas data registrasi penduduk, hidup akhir tahun 2000 menurut
beberapa parameter demografi di propinsi.
Indonesia masih banyak diperoleh dari
Metode Perkiraan
perkiraan secara tidak langsung
berdasarkan data survai penduduk Ada beberapa metode tidak langsung
dengan sampelyang besar atau darihasil untuk memperkirakan tingkat kematian
sensus penduduk. Atas dasar alasan itu, bayi dan harapan hidup seperti metode
tulisan ini mencoba memperkirakan Brass, Sullivan, dan Trussel (UN, 1983).
tingkat kematian bayi dan harapan Pada dasamya data yang dipergunakan
hidup di Indonesia dengan memanfaat- untuk metode-metode di atas sama,
kan hasil sensus penduduk 1990, serta yaitu rata-rata anak lahir hidup dan
kecenderungan selama waktu rata-rata anak masih hidup menurut
antarsensus penduduk 1980 sampai umur wanita (semua wanita tanpa
sensus penduduk 1990. Berdasarkan memperhatikan status perkawinan),
kecenderungan yang terjadi selama ditambah dengan satu alat lain, yaitu
* Drs. Kasto, M.A. adalah dosen Fakultas Geografi UGM dan staf peneliti pada Pusat
Penelitian Kependudukan UGM
13
Populasi, 2(3), 1992
tabel kematian (Coale, 1966). Dengan sama dengan proyeksi penulis yang
sendirinya hasil perkiraan tidak menggunakan data hasil sensus
langsung ini sangat dipengaruhi oleh penduduk 1980, yaitu sebesar 70 per
jenis metode yang dipilih, jenis tabel seribu kelahiran hidup (Kasto, 1985).
kematian yang dipilih, dan kualitas data Seperti terlihat pada Tabel 1 terdapat
dasar. Perlu diketahui bahwa hasil variasi tingkat kematian bayi, baik
perkiraan yang mendasarkan kepada antarpropinsi secara keseluruhan,
hasil sensus seratus tahun tidak antarpropinsi di dalam satu pulau/
menggambarkan angka atau tingkat kepulauan, maupun antardaerah
pada saat sensus dilaksanakan, tetapi perkotaan dan pedesaan. Secara
menggambarkan keadaan dua atau tiga keseluruhan variasi antarpropinsi
tahun sebelum sensus. sangat besar. Hal ini terlihat dari range
Hasil perkiraan tingkat kematian bayi (jarak/beda nilai tertinggi dan nilai
dan harapan hidup pada tuhsan ini terkecil), yaitu untuk perkotaan sebesar
merupakan hasil perkiraan dengan 94, tertinggi 125 untuk NTB dan
metode Brass, yang mendasarkan pada terendah 31 untuk Bali. Di pedesaan
nilai oQ2 dan oQ3 (proporsi anak variasi ini semakin lebar, yaitu 117,
meninggal sebelum umur 2 dan 3 tahun) tertinggi 150 untuk NTB dan terendah
serta tabel kematianmodelbarat. Secara 33 untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.
nasional berbagai metode perkiraan Di kota dan desa, perbedaan nilai ini
menghasilkan angka yang sama, yaitu tercatat sebesar 107, tertinggi 145 untuk
bahwa tingkat kematian bayi di NTB dan 38 untuk DKI Jakarta.
Indonesia dari data sensus penduduk Angka-angka ini menunjukkan bahwa
1990 sebesar 69 atau 70 per seribu angka nasional sebesar 69 per seribu
kelahiran hidup. Pemilihan metode kelahiran hidup sangat dipengaruhi
Brass lebih didasarkan pada alasan oleh angka-angka ekstrim, terutama
praktis, untuk dapat dibandingkan atau angka untuk Nusa Tenggara Barat.
diketahui trend selama 1980-1990 Selain Nusa Tenggara Barat, beberapa
mengingat penulis pemah memperkira- propinsi yang masih memperlihatkan
kan berdasarkan data sensus penduduk angka kematian bayi yang tinggi adalah
1980 dengan metode tersebut (Kasto, Jawa Barat (89), Timor Timur (82),
1985). Pada tahap seianjutnya dicoba Kalimantan Barat (80), Kalimantan
memproyeksikan tingkat kematian bayi Selatan (82), Sulawesi Tengah (89), dan
dan harapan hidup pada akhir tahun Irian Jaya (79). Apabila dibandingkan
2000. dengan angka nasional (69), masih
sebanyak 13 atau 48 persen propinsi
Hasil Perkiraan
dengan tingkat kematian bayi di atas
Secara nasional data sensus tingkat nasional.
penduduk 1990 menghasilkan angka Apabila diperhatikan rincian
kematian bayi sebesar 69 per seribu menurut perkotaan dan pedesaan serta
kelahiran hidup, dengan perincian 52 menurut pulau, variasi tingkat kematian
untuk perkotaan dan 77 untuk bayi semakin mengecil, seperti terlihat
pedesaan. Angka 69 per seribu kelahiran pada Kolom (5) Tabel 1bahwa beda nilai
hidup ini ternyata sama atau hampir terbesar dari pulau-pulau lainsekitar 15;
14
Populasi, 20), 1992
TABELl
TINGKAT KEMAT1AN BAYI OI INDONESIA MENURUT
PROPINSI DAN KOTA-DESA SENSUS PENDUDUK 1990
15
Populasi, 2(3), 1992
TABEL 2
HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR DI INDONESIA MENURUT
PROPINSI DAN KOTA-DESA: SP-1990
16
Populasi, 2(3), 1992
sement ara untuk Bali dan Nusa hidup 60 tahun, dengan rincian 64
Tenggara mencapai di atas 90 atau tahun untuk perkotaan dan 58 tahun
hampir 100. Seperti telah disebutkan untuk pedesaan. Seperti halnya angka
sebelumnya, pada daerah atau pulau kematian bayi, terdapat variasi yang
yang disebut belakangan ini, perbedaan cukup besar pula untuk angka harapan
nilai yang besar tersebut terjadi karena hidup. Secara keseluruhan beda nilai
adanya dua nilai ekstrim (tertinggi dan angka harapan hidup tertinggi dan
terendah) yang dijumpai di kawasan ini. terendah adalah 22 tahun, tertinggi 68
Variasiyang besar juga dijumpai diPulau tahun untuk DKI Jakarta dan terendah
Jawa, dengan penentu Jawa Barat 46 tahun untuk Nusa Tenggara Barat.
tertinggi, sementara terendah adalah Pola ini sama dengan pola angka
DKI Jakarta dan Daerah Istimewa kematian bayi. Angka harapan hidup
Yogyakarta. tertinggi di perkotaan adalah 69 tahun
Menarik dipertanyakan adalah untuk untuk Sulawesi Utara atau Bali (DKI
Daerah Istimewa Yogyakarta, bahwa Jakarta, 68 tahun). Di pedesaan beda
tingkat kematian bayi di perkotaan lebih nilai tercatat 24 tahun, dengan angka
tinggi daripada pedesaan, yaitu tertinggi 69 tahun untuk Daerah
berturut-turut 55 dan 33 per seribu Istimewa Yogyakarta, dan terendah 45
kelahiran hidup. Pengecekan data dasar tahun untuk Nusa Tenggara Barat.
dan perhitungan ulang telah dilakukan, Penjelasan penyebab angka harapan
tetapi hasilnya tetap tidak berubah. Hal hidup di perkotaan lebih rendah
inididugabarangkali daerahyang secara daripada pedesaan di Daerah Istimewa
definitif termasuk daerah kota, tetapi Yogyakarta serta mengapa harapan
sifat atau perilaku yang berkaitan hidup di Kalimantan Tengah dan
dengan pengasuhan atau pelayananbayi Kalimantan Timur cukup tinggi sama
masih menunjukkan sifat-sifat atau seperti diduga pada penjelasan tingkat
perilaku masyarakat pedesaan sehingga kematian bayi.
menghasilkan tingkat kematian bayi Pola variasi angka harapan hidup
yang lebih tinggi. antarpropinsi dalam satu pulau atau
Untuk Kalimantan Tengah dan kepulauan sama dengan angka kematian
Kalimantan Timur menurut penulis bayi, untuk Sumatra variasinya jauh
dapat juga dipertanyakan, mengingat lebih kecil.
tingkat kematian bayi yang dihasilkan Hasil perkiraan tingkat kematian bayi
cukup rendah, di bawah 60 per seribu dan harapan hidup dari data SP-1990
kelahiran hidup. Praduga yang dapat berturut-turut sebesar 69 per seribu
diajuican barangkali sifat-sifat daerah kelahiran hidup dan 60 tahun tersebut
sampel atau daerah pencacahan lengkap tidak banyak berbeda dengan hasil
jauh lebih banyak mempunyai sifat-sifat perkiraan dari Population Reference
kota. Bureau 1991, yaitu 73 per seribu
Informasi yang erat hubungannya kelahiran hidup dan 61 tahun.
dengan tingkat kematian bayi adalah Dibandingkan dengan tingkat kematian
angka harapan hidup waktu lahir. bayi dan harapan hidup yang berlaku di
Seperti terlihat pada Tabel 2, data Asia Tenggara secara keseluruhan yaitu
SP-1990 menghasilkan angka harapan sebesar 95 per seribu kelahiran hidup
17
Populasi, 2(3), 1992
TABEL 3
TINGKAT PENURUNAN KEMATXAN BAYI 1980-1990 DAN
PROYEKSI TINGKAT KEMATIAN BAYI TAHUN 2000 DI INDONESIA MENURUT PROPINSI
18
Populasi, 2(3), 1992
19
Populasi, 2(3), 1992
TABEL 4
TINGKAT KENAIKAN HARAPAN HIDUPWAKTU LAHIR 1980-1990 DAN
PROYEKSI HARAPAN HIDUPWAKTU LAHIR TAHUN 2000 DI INDONESIA MENURUT PROPINSI
20
Populasi, 2(3), 1992
sulit, terbukti dari tingkat kenaikan yang proporsi penduduk rentan reladf besar
hanya 0,62 persen, separo dari angka sehingga harus diperhatikan dalam
nasionai (1,25 persen). Akibatnya, mengantisipasi penurunan mortalitas.
proyeksi tahun 2000 mencapai angka 71 Ini berarti bahwa penurunan tingkat
tahun, lebih rendah daripada beberapa kematian bayi tidak lepas dari
propinsi dengan tingkat kenaikan keberhasilan program keluarga
harapanhidup di atas 0,62 persen setiap berencana dalam menurunkan fertilitas
tahun. (Utomo, 1986).
Suatu kerangka studi yang
Determinan Kematian Bayi
komprehensif tentang kelangsungan
Determinan kematian bayi meliputi hidup anak (Mosley dan Chen, 1988)
banyak faktor. Angka kematian bayi tidak merupakan salah satu acuan yang dapat
saja merefleksikan besarnya masalah dipergunakan dalam upaya menurun¬
kesehatan yang berpengaruh langsung kan tingkat kematian bayi. Kerangka ini
terhadap kematian bayi, seperti diare, didasarkan atas anggapan bahwa semua
infeksi saluran nafas, dan kondisi faktor sosial dan ekonomi
prenatal, tetapi juga mencerminkan mempengaruhi mortalitas anak melalui
kesehatan ibu, tingkat pelayanan serangkaian mekanisme biologi atau
prenatal dan postnatal ibu dan anak, determinan terdekat (variabel antara)
kebijaksanaan keluarga berencana, untuk mengukur dampak mortalitas.
keadaan kesehatan lingkungan, dan Kerangka ini dimaksudkan untuk
keadaan sosial ekonomi masyarakat meningkatkan penelitian mengenai
pada umumnya. Di dalam masyarakat kebijaksanaan sosial dan intervensi
juga telah diketemukan baik di negara medis untuk meningkatkan kelangsung¬
maju maupun di negara berkembang an hidup anak.
bahwa angka kematian bayi berbanding Kunci dari model tersebut adalah
terbalik dengan status sosial ekonomi identiftkasi serangkaian determinan
orang tuanya (Organisasi Kesehatan terdekat, atau variabel antara yang
Dunia, 1990). Pendapat ini menunjuk- secara langsung mempengaruhi risiko
kan bahwa upaya-upaya kesehatan dan morbiditas dan mortalitas. Untuk
upaya- upaya ekonomi harus saling mempengaruhi kelangsungan hidup
menunjang dalam rangka menurunkan anak, semua determinan sosial dan
tingkat kematian bayi. Khusus untuk ekonomi harus melalui variabel-variabel
Indonesia, selain itu perlu diperhatikan ini. Variabel antara ini dikelompokkan
pula kondisi wilayah yang cukup ke dalam lima kategori, yaitu:
berbeda antarpropinsi. 1) faktor ibu: umur, paritas, dan jarak
Penurunan angka kematian bayi kelahiran;
pada masa mendatang juga tergantung 2) pencemaran lingkungan: udara,
kepada prospek pertumbuhan makanan/air/jari, kulit/tanah/zat
penduduk. Angka fertilitas yang masih penular kuman penyakit, dan
tinggi dengan struktur penduduk muda serangga pembawa penyakit
masih merupakan ciri Indonesia. (vektor);
Keadaan ini tidak menguntungkan dari 3) kekurangan gizi. kalori, protein,
segi penurunan mortalitas karena gizi-mikro (vitamin dan mineral);
21
Populasi, 2(3), 1992
22
Populasi, 2(3), 1992
DAFTAR PUSTAKA
Coale, Ansley J. dan Paul Demeny. 1983. Organisasi Kesehatan Dunia. 1990.
Regional model life tables Pengembangan indikator untuk
andstablepopulations. New York: memantau kemajuan menuju
Academic Press. kesebatan bagi semua di tabun
Indonesia. Biro Pusat Statistik. 1992. 2000. Jakarta.
Penduduk Indonesia basil Population Reference Bureau. 1992.
Sensus Penduduk 1990. Jakarta. 1991 World Population Data
(Seri S Nomor 2). Sheet. Washington D.C.
Kasto. 1986. "Perkiraan tingkat kematian United Nations. Department of
bayi dan faktor-faktor yang International Economic and Social
mempengaruhi kematian bayi", Affairs. 1993- Indirect techniques
dalam Kartomo Wirosuhardjo, eds. , for demographic estimation. New
Kebijaksanaan kependudukan York.
dan ketenagakerjaan di Utomo, Budi. 1986. "Prospek angka
Indonesia. Jakarta: Lembaga kematian bayi dan anak di
Penerbit Fakultas Ekonomi, UI, Indonesia menjelang tahun 2000",
him. 141-159. dalam Kartomo Wirosuhardjo, eds. ,
Mosley, V. Henry dan Lincoln C. Chen. Kebijaksanaan kependudukan
1988. "Suatu kerangka analisis dan ketenagakerjaan di
untuk studi kelangsungan hidup Indonesia. Jakarta: Lembaga
anak di negara berkembang", dalam Penerbit Ekonomi, UI, him.
Masri Singarimbun, ed., 160-177.
Kelangsungan bidup anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, him. 205-242.
23