Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari perencaan struktur menurut SNI 1725 tahun 2016 tentang
pembebanan untuk jembatan adalah mengahasilkan suatu struktur yang kuat,
kaku, stabil dan ekonomis. Suatu struktur dikatakan stabil jika tidak terjadi
penurunan (settlement), miring atau geser selama umur rencana struktur banguna
tersebut. Resiko terhadap kegagalan (failure) struktur dan hilangnya kemampuan
layanan selama umur rencananya juga harus diminimalisir dalam batas-batas yang
masih dapat di terima.
a. Biaya minimum
b. Berat minimum
c. Waktu kontruksi minimum
d. Tenaga kerja minimum
e. Biaya manufaktur minimum
f. Manfaat maksimum pada saat masa layanan
2.2 Konsep Dasar Metode Load And Resistence Factor Design (LRFD) &
Ru ≤ ØRn
Keterangan :
Ru = Kekuatan perlu menggunakan kombinasi DFBK
Rn = Kekuatan Nominal
Ø = Faktor Ketahanan
ØRn = Kekuatan Desain
𝑅𝑛
≥ 𝑄𝑖
𝛾𝑖
Keterangan :
Rn = Kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
𝑄𝑖 = Pengaruh beban nominal
𝛾𝑖 = Faktor kelebihan beban
∅ = Faktor Resintensi
2.3. Pembebanan Jembatan Jembatan raya
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
(1985) dalam “Tata Cara Perencanaan Jembatan raya” dan SNI 1725 tahun
2016 tentang pembebanan untuk jembatan, perencanaan teknik jembatan
penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki dilakukan berdasarkan ketentuan
pembebanan sebagai berikut :
2.3.1. Beban Mati
1. Beban Nominal
Beban mati nominal akibat berat sendiri struktur harus dihitung
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Berat sendiri struktur dihitung berdasarkan berat isi bahan yang
tercantum pada tabel 2.2.
b. Bahan - bahan struktur lainnya yang tercantum pada tabel 2.2,
nilai berat isi yang digunakan dalam perhitungan harus diambil
nilai berat isi yang diperoleh dari hasil pengujian dengan metoda
yang berlaku.
2. Beban Rencana
Beban mati rencana harus dihitung berdasarkan beban nominal
tesebut diatas dengan menggunakan faktor beban yang tercantum
pada tabel 2.3.
2.3.2. Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang berbentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non strukturual, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu, nilai faktor beban mati
tambahan yang berbeda dengan ketentuan pada Tabel. 2.4 boleh digunakan
dengan persetujuan instansi yang berwenang. Hal ini bisa dilakukan apabila
instansi tersebut melakukan pengawasan terhadap beban mati tambahan pada
jembatan, sehingga tidak dilampaui selama umur jembatan.
Tabel 2.2 Berat isi Bahan
Berat Isi
No. Jenis Bahan
(kN/m³)
Lapisan permukaan
1 22
aspal
2 Besi tulangan 71
3 Beton prategang 25 – 26
4 Baja 78,5
5 Besi tuang 71
16 Air 10
Faktor Beban
Tipe
Kondisi Batas Layan Kondisi Batas Ultimit
Beban
Keadaan Biasa Relieving
Umum 1,0 2,0 0,70
Tetap
Khusus
1,0 1,40 0,80
(terawasi)
Sumber : SNI 1725-2016 Tentang Pembebanan Jembatan
2.3.3. Beban Hidup
Beban lajur "D" terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung
dengan beban garis (BGT) seperti terlihat dalam Gambar 2.1. Adapun faktor beban
yang digunakan untuk beban lajur "D" seperti pada Tabel 2.6.
Faktor beban ( TD )
Tipe
Jembatan
beban Keadaan Batas Layan ( TDS ) Keadaan Batas Ultimit ( TDU )
Baja
Keterangan:
q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan (kPa)
L = panjang total jembatan yang dibebani (meter)
BGT
Intensitas
BGT=p
kN/m
intensitas
BTR=q kPa
BTR
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah 49,0
kN/m. Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan
menerus, BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah
melintang jembatan pada bentang lainnya.
Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk "T".
Beban truk "T" tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk
dapat digunakan untuk perhitungan struktur lantai. Adapun faktor beban untuk
beban “T” seperti terlihat pada Tabel 2.7.
2. Las
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang
menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat
dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan
pengisi. Beberapa jenis sambungan yang sering ditemui dalam sambungan las
adalah :
a. Sambungan sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung
pelat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Keuntungan
utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul
pada sambungan lewatan tunggal.
b. Sambungan lewatan
Jenis sambungan ini paling banyak dijumpai karena sambungan ini mudah
disesuaikan keadaan dilapangan dan juga penyambungannya relatif lebih
mudah. Juga cocok untuk tebal pelat yang berlainan.
c. Sambungan tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-
up) seperti profil T, profil I, gelagar pelat (plate girder), pengaku tumpuan
atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket).
d. Sambungan sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk
kotak seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul
momen puntir yang besar.
e. Sambungan sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai
untuk menjaga agar dua atau lebih pelat tetap pada bidang tertentu atau
untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.