You are on page 1of 6

MUSEUM SONGKET PALEMBANG DENGAN PENDEKATAN

ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR
Abdul Aziz Arrosyid, Samsudi , Ummul Mustaqimah
Program Studi Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : mozaique08@gmail.com

Abstract: Traditional weaving as a national cultural heritage is being abandoned, including


songket in Palembang city. Songket weaving craft has been abandoned due to the limited
process of the making, expensive raw materials, and competitiveness, either other crafters or
modern weaving. There are hundreds of Palembang songket motifs that have not been
documented and collected well. Only 77 motifs which have been registered as intellectual
property rights. The lack attention of this matter would give possibility for neighboring
countries to claim it such an accident ever exist. Songket Museum is needed as conservation
center, exhibition, research, and songket craft workshop. Neo-Vernacular Architecture
approach is used to make museum architectural design which is in line the cultural values of
Palembang in contemporary design. The design issue is how to apply the principles of Neo-
Vernacular Architecture into Palembang Songket Museum design. The method is designing the
museum by taking both the physical and non-physical elements of local culture. Beside, re-
interpretation the shape and philosophycal value of local architecture and Palembang songket
are apllied in a new composition of Neo-Vernacular Architecture. The result is a design of
Palembang Songket Museum which applies Neo-Vernacular Architecture principles.

Keywords: Architecture, Neo-Vernacular, Palembang Songket, Songket Museum.

1. PENDAHULUAN ditinggalkan. Kaum perempuan memilih


Indonesia memiliki kekayaan seni dan bekerja di kantor atau menjadi pegawai
budaya yang berragam. Dari Sabang hingga negeri yang lebih terjamin pendapatannya.
Merauke terdapat berbagai bentuk kesenian Padahal tingkat serapan tenaga kerja di Kota
seperti tarian, upacara adat, bangunan, hingga Palembang semakin berat akibat laju
pakaian, dan kerajinan khas. Salah satunya pertumbuhan penduduk berdasarkan data
kerajinan kain tradisional yang biasa disebut BPS Palembang (2014) mencapai 1,70%.
kain tenun. Palembang sebagai salah satu Sedangkan lapangan pekerjaan hanya mampu
kota tertua di Indonesia mewarisi kerajinan menyerap 5.431 jiwa atau 41,28% dari
tenun yang disebut songket. Sejak zaman jumlah penduduk.
Kerajaan Sriwijaya, Palembang menjadi kota Salah satu alternatif lapangan pekerjaan
pelabuhan yang ramai oleh kapal dari negeri yang memiliki prospek menarik adalah
seperti Cina, India, dan Arab untuk Industri Kecil Menengah (IKM). Dinas
berdagang. Pertukaran barang seperti benang Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
emas, benang perak, dan sutera dengan katun Kota Palembang menunjukkan industri
dari Sumatera (Kartiwa, 1986: 4) diikuti sandang (tekstil) pada tahun 2011
dengan pertukaran budaya. Salah satunya membutuhkan 5.458 tenaga kerja, kemudian
masyarakat Palembang kemudian mengenal tahun 2012 meningkat menjadi 5.526 tenaga
teknik menyungkit dari India, dengan alat kerja dan 5.667 tenaga kerja pada tahun
yang disebut gedogan. 2013.
Menyongket merupakan keahlian yang Songket Palembang menurut Kartiwa
harus dikuasai gadis Palembang (Jusuf, 2012: (1986: 33) terdiri dari dua karakter
14). Pada masa lalu, kaum perempuan berdasarkan penempatan motif hiasnya, yaitu
mengisi waktunya di serambi rumah seraya songket dengan hiasan penuh (songket lepus)
menyongket. Kini seiring perkembangan dan songket tawur dengan hiasan menyebar,
zaman, kegiatan menyungkit mulai tidak penuh atau bertabur. Motif yang
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

digunakan umumnya stilasi dari tanaman digubah dan diinterpretasi ulang dalam
seperti sulur, rebung, bunga, dan bentuk kontemporer.
menghindari bentuk makhluk hidup. Karakter
dan ragam motif tersebut menjadi penamaan 2. METODE
untuk jenis songket tersebut. Tercatat 77 Metode perancangan desain dimulai dari
motif yang didaftarkan dengan 22 di proses pengumpulan data mengenai songket
antaranya telah disahkan oleh Direktorat Palembang. Data mengenai wastra tradisional
Jendral Hak Kekayaan Intelektual Nusantara dan songket Palembang dihimpun
Kementerian Hukum dan HAM. Masih dari studi literatur, survei ke Kampung
terdapat ratusan motif baik yang lama Songket 30 Ilir Palembang, dan Museum
maupun inovasi perajin baru yang belum Balaputradewa untuk mendapatkan informasi
terdokumentasi dengan baik. Persoalan hak mengenai koleksi peninggalan kerajinan
cipta ini penting agar motif songket songket Palembang yang dimiliki Pemerintah
Palembang terhindar dari upaya klaim negara Kota Palembang.
lain. Pemahaman mengenai museum wastra
Upaya yang perlu dilakukan untuk didapatkan dengan mengumpulkan literatur
menjaga kelestarian warisan budaya adalah terkait. Juga dilakukan studi observasi ke
dengan mendirikan museum. Pasal 18 museum-museum lain yang kemudian dapat
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 dirujuk sebagai preseden. Pendekatan desain
tentang Cagar Budaya mengamanatkan arsitektur membutuhkan landasan teori yang
museum sebagai lembaga non-profit yang diperoleh dari literatur. Kemudian dilakukan
melakukan upaya pelestarian benda cagar studi lapangan ke Kampung Songket 30 Ilir
budaya dengan tujuan pengkajian, Palembang, di mana masih terdapat banyak
pendidikan, dan rekreasi. Untuk menjaga rumah-rumah panggung tradisional. Survei
warisan budaya songket Palembang, lapangan tersebut sekaligus untuk
diperlukan suatu wadah berupa Museum mendapatkan data tapak yang akan dipilih
Songket yang menyimpan, merawat, sebagai lokasi museum, selain juga melalui
mendokumentasikan, dan memamerkan kain citra satelit dengan menggunakan aplikasi
songket maupun benda-benda lain yang Google Earth.
terkait kerajinan songket Palembang. Data yang terhimpun kemudian
Selain memamerkan, Museum Songket digunakan dalam proses analisis perancangan
juga membuka kelas-kelas pelatihan, dan Museum Songket Palembang. Analisis
pembinaan kepada masyarakat, terutama perancangan dilakukan dengan melakukan
generasi muda, sehingga dapat mempelajari analisis program fungsional museum, analisis
kerajinan songket agar kemudian menjadi performansi, dan analisis pendekatan
bekal keterampilan dan dapat menjadi salah arsitektur.
satu sumber perekonomian masyarakat. Analisis pemrograman fungsional
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular museum dilakukan dengan mengidentifikasi
digunakan untuk mendapatkan gubahan penggunaan Museum Songket Palembang, di
arsitektur yang mengacu pada bahasa antaranya pelaku kegiatan, jenis kegiatan,
setempat dengan mengambil elemen-elemen dan pola kegiatan.
fisik maupun non fisik, seperti budaya, pola Analisis performansi menerjemahkan
pikir, kepercayaan/pandangan terhadap kebutuhan pelaku kegiatan maupun objek
ruang, nilai filosofi, dan religi, menjadi pamer museum ke dalam persyaratan ruang,
konsep dan kriteria perancangan ke dalam persyaratan besaran ruang, program ruang,
bentuk kontemporer (Sumalyo, 1997: 452). dan pemilihan tapak sesuai dengan bangunan
Dengan pendekatan tersebut, Museum Museum Songket yang direncanakan.
Songket Palembang dapat memenuhi fungsi Analisis pendekatan arsitektur
museum sebagai bangunan yang dapat merupakan proses analisis masalah sekuensi
melindungi, menyimpan, dan merawat benda ruang pamer, massa bangunan, tampilan,
koleksi songket, juga mengandung nilai pengolahan tapak, pemilhan material, sistem
filosofi songket dan nilai budaya Palembang utilitas, dan struktur bangunan sesaui dengan
seperti pada arsitektur rumah Limas, yang pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.
Abdul Aziz A., Samsudi, Ummul Mustaqimah, Museum Songket ...

3. ANALISIS
3.1 Analisis Peruangan Hierarki ruang galeri disusun
1. Kegiatan Pameran berdasarkan konsep perbedaan ketinggian
ruang (bengkilas) yang terdapat di rumah
Tabel 1. Kebutuhan Ruang Pameran adat Limas (Gambar 1) sesuai dengan kurun
Jenis Kebutuhan waktu perkembangan songket Palembang.
Kegiatan Ruang
Penerimaan -Taman
-Lobbi
Pameran -Galeri Sriwijaya
tetap -Galeri Kesultanan
Palembang
-Ruang Penjajahan
-Lorong Kemerdekaan Gambar 1. Bengkilas pada Rumah Adat Limas.
-Galeri alat dan bahan (Sumber: http://www.gosumatra.com/rumah-
Limas-sumatera-selatan/ dengan tambahan analisis
Pameran -Eksibitional hall penulis)
temporer -Atrium
Sekuensi ruang pamer didesain agar
Tabel 1 menerangkan kebutuhan ruang tercipta pengalaman ruang yang berbeda-
kegiatan pameran. beda sesuai dengan masing-masing tema
galeri yang diceritakan. Seperti pada Gambar
2. Kegiatan Workshop dan Pendidikan 2 berikut ini.
Tabel 2. Kebutuhan Ruang Workshop dan
Pendidikan
Jenis Kebutuhan
Kegiatan Ruang
Pelatihan Ruang kelas Gambar 2. Sekuensi Ruang pada
Pertunjukan -Exibitional hall Museum Yahudi Karya Daniel Libeskind
-Amfiteater di Jerman.
(Sumber:
-Atrium http://libeskind.com/work/jewish-
Literasi Perpustakaan museum-berlin/)

Tabel 2 menerangkan kebutuhan ruang 3.2 Analisis Lokasi Tapak


kegiatan pelatihan (workshop) dan 1. Tujuan: mendapatkan tapak yang sesuai
pendidikan. untuk dibangun Museum Songket
Palembang.
3. Kegiatan Kuratorial dan Pengelolaan 2. Dasar pertimbangan:
a. Dekat dengan/berada di kawasan
Tabel 3. Kebutuhan Ruang Kuratorial dan Kampung Songket 30 Ilir, Palembang.
Pengelolaan b. Sesuai dengan RTRW Kota
Jenis Kebutuhan Palembang tahun 2004-2014.
Kegiatan Ruang c. Dekat dengan jalan besar dan dilalui
Keluar -Loading-dock oleh angkutan umum, sehingga mudah
masuk -Ruang dokumentasi diakses oleh pengunjung.
koleksi -Ruang karantina 3. Kesimpulan
Perawatan -Ruang perawatan
koleksi -Ruang sterilisasi
-Ruang penyimpanan
Pengelolaan -Ruang kantor
museum -Ruang rapat
Tabel 3 menerangkan kebutuhan ruang
kegiatan kuratorial dan pengelolaan museum.
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

3.4 Analisis Gubahan Massa


1. Tujuan: mendapatkan massa bangunan
untuk Museum Songket Palembang yang
sesuai dengan pendekatan Arsitektur
Neo-Vernakular.
2. Dasar pertimbangan: analisis
pemintakatan, analisis pemandangan, dan
analisis pencapaian.
3. Kesimpulan

Gambar 3. Tapak Terpilih.

Tapak (arsir merah pada Gambar 3)


berada pada Jalan Kiranggo Wiro Sentiko.
Berada di simpul jalan menuju ke Kampung
Songket 30 Ilir Palembang (ke tenggara, Gambar 5. Gubahan Massa.
warna ungu pada Gambar 3), dari dan
menuju ke pusat kota di mana terdapat Gubahan massa museum mengikuti
Jembatan Ampera, Masjid Agung, dan garis sempadan tapak. Bangunan didesain
Kantor Walikota (ke utara) serta Taman panggung dengan lantai dasarnya dapat
Kambang Iwak di sisi barat laut. Di utara dimanfaatkan untuk area parkir. Di sisi depan
tapak terdapat Kantor Kodim PM dan dekat dengan sudut jalan dibuat amfiteater.
perumahan. Pada bagian atrium diberi atap piramida yang
menjulang seperti pada Gambar 5. Ruang
3.3 Analisis Pemandangan dan Orientasi depan digunakan sebagai ruang penerimaaan,
Massa Bangunan sebagai poin menuju ruang galeri di sisi
1. Tujuan: mendapatkan orientasi tampilan timur, ataupun menuju exibitional hall di
bangunan, sehingga tampilan bangunan sebelah barat. Di lantai atasnya terdapat,
terlihat menarik ketika dilihat dari luar perpustakaan, ruang kelas pelatihan dan
tapak. kantor pengelola.
2. Dasar pertimbangan: potensi
pemandangan ke dalam tapak dari arah 3.5 Analisis Sistem Struktur
simpul jalan. 1. Tujuan: mendapatkan sistem struktur yang
3. Kesimpulan tepat untuk bangunan museum.
2. Dasar pertimbangan: sistem struktur yang
tepat untuk kondisi geologi tapak.
3. Kesimpulan
a. Struktur Atap

Gambar 4. Pemandangan dari Dalam


dan ke Luar Bangunan.

Massa bangunan
menghadap ke utara dengan sisi barat
cenderung solid (Gambar 4) agar terhindar
dari paparan sinar matahari.
Abdul Aziz A., Samsudi, Ummul Mustaqimah, Museum Songket ...

2. Dasar pertimbangan: penampilan


bangunan museum yang sesuai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-
Vernakular.
3. Kesimpulan

Gambar 6. Atap Sinagong Beth


Sholom, Pensylvania, F. L. Wright.
(Sumber:
Gambar 8. Motif Tumpal Rebung
https://www.pinterest.com/pin/260786
pada Kain Songket Palembang.
634647041634/)
(Sumber: Jusuf, 2012)
Atap piramida segibanyak yang Material bangunan yang digunakan
menjulang di tengah bangunan didesain sebagai kulit luar adalah menggunakan
dengan sistem struktur rangka baja (Gambar cladding kayu artifisial sehingga tetap
6). menampilkan bahasa arsititektur rumah adat
Limas yang menggunakan dinding kayu.
b. Struktur Pondasi Detail pada fasad diambil dari motif songket
Palembang (Gambar 8), yaitu motif pucuk
rebung yang biasanya muncul pada bagian
tumpal membentuk repetisi segitiga di tepi
kain songket. Detail pada atap piramida
mengambil stilasi motif berakam.

4. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)

Nama : Museum Songket


Gambar 7. Pondasi Kayu Rumah Adat Limas. Palembang
(Sumber: http://isthaoctaviyanti- Lokasi : Jl. Kiranggo Wiro Sentiko
arsi08.blogspot.co.id/2010/02/arsitektur- Luas lahan : 1754,71 m2
Palembang.html)
Luas Bangunan : 2618,41 m2
Pondasi yang digunakan adalah
pondasi telapak (footplat) dengan
pertimbangan pondasi telapak serupa dengan
pondasi rumah adat Limas menggunakan
tiang balok kayu yang ditanam ke dalam
tanah. Untuk menahan gaya dari atas, kolom Gambar 9. Sekuensi Ruang-ruang Galeri
tersebut diberi alas berupa papan di dalam Museum Songket Palembang.
tanah seperti pada Gambar 7.
Konsep rancangan Museum Songket
3.6 Analisis Tampilan Bangunan Palembang menerapkan prinsip-prinsip
1. Tujuan: mendapatkan tampilan Arsitektur Neo-Vernakular. Konsep
bangunan yang sesuai untuk bangunan bengkilas diterjemahkan dalam bentuk
Museum Songket. hierarki ruang-ruang galeri (Gambar 9)
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

menciptakan pengalaman ruang yang


berragam sesuai dengan cerita dalam galeri.

Gambar 12. Perspektif Fasad Depan Museum


Songket Palembang.

Gambar 12 menunjukkan detail motif


pucuk rebung yang diterapkan pada fasad
bangunan dan stilasi motif songket berakam
Gambar 10. Perspektif Mata Burung.
pada atap piramida.
Bangunan museum didesain panggung, REFERENSI
dengan lantai dasar sebagai area parkir
kendaraan. Gubahan massanya merupakan BPS Palembang. 2014. Palembang Dalam
interpretasi dari bentuk siluet rumah adat Angka 2014.
Limas. Atap piramida segibanyak menjulang Jusuf, Herman. dkk. 2012. Pendar-pendar
di tengah bangunan, dengan material skylight Kilau Pelangi: Wastra Adati dari
dengan detail motif songket berakam Selatan Sumatera. Jakarta: Livimbi
(Gambar 10). Didesain seolah melingkupi Media
seluruh kulit permukaan bangunan, seperti Kartiwa, Suwati. 1986. Kain Songket
pada penggunaan kain songket sebagai Indonesia. Jakarta: Djambatan
keradong yang menutupi kepala (atap) dan Sumalyo, Yulianto. 1997. Arsitektur Modern
kemudian menjuntai melingkupi seluruh Akhir Abad XIX dan Abad XX.
permukaan bangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
http://www.gosumatra.com/rumah-Limas-
sumatera-selatan/
http://isthaoctaviyanti-
arsi08.blogspot.co.id/2010/02/arsitektur-
Palembang.html
http://libeskind.com/work/jewish-museum-
Gambar 11. Potongan Struktur. berlin/
https://www.pinterest.com/pin/26078663464
Sistem struktur yang digunakan tertera 7041634/
pada gambar potongan (Gambar 11) yaitu
sistem pondasi telapak (footplat) yang
merupakan interpretasi analogi dari sistem
pondasi rumah adat Limas yang
menggunakan balok kayu yang dipasakkan
ke papan (Gambar 7) sebagai alas (lantai
kerja) di dalam tanah.

You might also like