You are on page 1of 5

1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Inhibitor Korosi


Inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu
reaksi kimia. Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu
logam. Umumnya inhibitor berasal dari senyawa-senyawa 1nodic1 dan anorganik yang
mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan 1nodic1e bebas, seperti nitrit, pospat,
dan lain-lain. (Anonim, 2012)
Bahan inhibitor menguntungkan untuk menangani logam-logam besi karena dapat
menghambat laju korosi. Inhibitor merupakan metoda perlindungan yang fleksibel, yaitu
mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang kurang agresif sampai pada
lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi, mudah diaplikasikan (tinggal tetes),
dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena lapisan yang terbentuk sangat tipis
sehingga dalam jumlah kecil mampu memberikan perlindungan yang luas pada logam.
Inhibitor yang saat ini biasa digunakan adalah sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng.
(Putri dkk, 2012)
Sifat-sifat sebuah elektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap
permukaan logam. Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang permukaan logam
baja adalah ion-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat ion-ion
agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga dapat mengurangi laju
korosi pada permukaan logam.

2.2 Jenis-Jenis Inhibitor

Berdasarkan Bahan Dasarnya :

 Inhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada


permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan
anodik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa
dipakai di anodic boiler.
 Inhibitor Inorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
2

Berdasarkan reaksi yang dihambat, maka inhibitor dibedakan menjadi :

1) Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda
(reduksi), karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang
sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehingga menghambat laju
korosi. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan elektroda,
maka hydrogen overvoltage akan meningkat sehingga menghambat reaksi evolusi
hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Dan karena adanya inhibitor katodik
maka potensial korosi bergeser 2nodic2 negative. Inhibitor katodik merupakan kation
yang bermigrasi ke permukaan katodik dan diendapkan secara kimia atau elektrokimia
dan mengisolasi permukaan ini, sehingga menghalangi pembebasan gas hydrogen di
permukaan katodik. Reaksi yang terjadi pada lingkungan netral adalah
2H2O + O2 + 4e → 4OH-
Pada reaksi ini, inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan senyawa yang
mengendap di permukaan katoda, sehingga menyelimuti katoda dari elektrolit dan
mencegah masuknya oksigen. Inhibitor yang banyak digunakan untuk tipe ini adalah
larutan garam seng dan magnesium yang membentuk hidroksida tidak larut, kalsium
yang menghasilkan karbonat dan polifosfat. Reaksi katodik di lingkungan asam:
2H+ + 2e → H2
Pembentukan gas hidrogen dapat dikendalikan oleh peningkatan sistem seperti yang
ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Polarisasi Katodik

+3 +3
Contoh: Arsen (AS ), antimon (Sb ), fosfor (P), kation positif dari logam divalent
+2 +2 +2
(seperti Zn , Pb , dan Fe ), air sadah yang mengandung kalsium bikarbonat, soda,
dan polifosfat.
3

Inhibitor katodik dibedakan menjadi:


Inhibitor racun : Contohnya As2O3, Sb2O3.
o menghambat penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas H2 di permukaan
logam
o dapat mengakibatkan perapuhan 3nodic3e pada baja kekuatan tinggi
o Bersifat racun bagi lingkungan
Inhibitor presipitasi katodik :
o mengendapkan CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air
Contoh : ZnSO4 + dispersan.
Oxygen scavenger :
o mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 →N2 + 2 H2O
Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam 3nodic WHB (Waste Heat
Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun Utilitas.
2) Inhibitor anodic adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit, sehingga mampu
menahan terjadinya reaksi anodic dioksida. Inhibitor ini berakibat potensial korosi
bergerak ke arah positif.
Contoh : kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodic oksidator (efektif
tanpa oksigen), sedangkan inhibitor non oksidator (efektif hanya dengan adanya
oksigen terlarut) seperti boraks, fosfat, silikat.
Inhibitor anodik ini merupakan inhibitor yang sangat efektif dan secara luas
digunakan, tetapi jenis inhibitor ini mempunyai sifat yang tidak diinginkan, yaitu bila
kandungan atau konsentrasi inhibitor tidak cukup melapisi semua permukaan 3nodic,
sehingga mengakibatkan terjadinya korosi sumuran (pitting). Dengan demikian,
inhibitor 3nodic sering ditunjuk sebagai inhibitor yang berbahaya. Pengaruh
konsentrasi inhibitor terhadap korosinya dapat ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Anodik


4

Inhibitor anodik adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.


Fe + OH- FeOHad + e-
FeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2e-
Molekul anodic teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad berkurang
akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodic adalah molibdat, silikat, fosfat,
borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan pada
saat chemical cleaning peralatan pabrik.

3) Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodic


Inhibitor campuran merupakan gabungan antara inhibitor anodic dan inhibitor
katodik. Biasanya dalam inhibitor campuran mengandung salah satu bahan oksidator
seperti kromat, nitrit, dan bahan non oksidator. Contoh aplikasi dari inhibitor
campuran adalah senyawa kromat dan ortofosfat dalam air garam, senyawa kromat
dan polifosfat sebagai inhibitor anodic dan katodik.

Berdasarkan Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi :


 Inhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi 4nodic
melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila
jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi. Inhibitor Pasivator terdiri dari : Inhibitor
Pasivator Oksidator, misalnya, Cr2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-. Cr2O72- mempasivasi
baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3, dan menghasilkan
lapisan pasif Cr2O3 dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non oksidator, contohnya ion
metalat (4nodic4e, ortovanadat, metavanadat), NO2-. Inhibitor vanadium dipakai di
Unit CO2 Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat korosif.
Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan pelindung yang
terdiri dari senyawa ferro-molybdat.
5

 Inhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan
sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi 5nodic dan katodik.
Contoh : Na3PO4, Na2HPO4.
 Inhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom). Gugus
ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa sulfur,
senyawa amine dan senyawa aldehid.
 Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :
Inhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan dalam
jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan mengurangi
laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik, contohnya adalah
garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.
Inhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga kritis
akan mengurangi daerah anodic, namun luas daerah katodik tidak terpengaruh.
Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah hingga mencapai
harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi di anoda-anoda yang
aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi sumuran. Yang termasuk
inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodic, contohnya adalah molibdat, silikat, fosfat,
borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
(Choerunnisa dkk, 2012)

You might also like