You are on page 1of 20

EFEK MULSA JERAMI DAN PUPUK NPK TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN Amaranthus sp (BAYAM)

Disusun oleh :
1. Susi Fatmasari (13320086)
2. Nuke Hawarizqi (13320098)
3. Dwi Retnoningsih (13320106)
4. Muchamad Khundori (13320117)
5. Umidah (13320129)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMRANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas
hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan
tanaman hias merupakan salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi
baru pada sektor pertanian. Bahkan beberapa produk komoditas
sayuran Indonesia telah menjadi mata dagang ekspor dan sumber
devisa negara. Oleh karena itu, produksi, produktivitas, dan
kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis
sayuran potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah
satu jenis komoditas sayuran potensial dan layak dikembangkan
secara intensif adalah bayam (Amaranthus sp). bayam
(Amaranthus sp) diketahui berasal dari sebagian wilayah Amerika
tropik. Tanaman ini dikenal sebagai sayuran yang kaya akan zat
besi dan biasanya dimasak sebagai sayur bayam, sebagai lalapan,
dan juga keripik bayam. Selain sebagai tanaman sayur, akar bayam
juga bisa dimanfaatkan sebagai obat. Bayam dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah.

Bayam memiliki berbagai manfaat untuk pengobatan,


diantaranya memperbaiki daya kerja buah pinggang, melancarkan
pencernaan, dan akar bayam dapat dimanfaatkan sebagai obat
disentri. Sehingga, bayam perlu di budidayakan dengan baik agar
menghasilkan tanaman yang berkualitas, tahan gulma dan
penyakit.

Bayam mempunyai kandungan karetenoid yang tinggi. Zat


ini dapat bertindak sebagai pencegah kanker. Selain itu, bayam
juga kaya akan klorofil yang mempunyai kekuatan menghalangi
mutasi sel yang merupakanlangkah pertama pembentukan kanker.
Bayam membuktikan bahwa juice bayam paling berpotensi sebagai
pencegah kanker. Dengan mengkonsumsi setengah cangkir bayam
sehari akan mengurangi resiko terkena kanker,terutama kanker
paru-paru (Wirakusumah,1998).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan


dan perkembangan tanaman, baik berupa faktor internal ataupun
faktor-faktor eksternal seperti : faktor genentik, hormon, cahaya,
suhu, dan kelembaban. Berbagai faktor tersebut umumnya dapat
dimanipulasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
tanaman.
Salah satu faktor pertumbuhan utama yang dapat diatur
adalah nutris. Laju pertumbuhan tanaman dapat ditingkatkan
dengan penambahan pupuk tertentu. Ada banyak jenis pupuk yang
umum digunakan dengan spesifikasi fungsi tertentu. Hal ini
ditentukan secara spesifik oleh kandungan mineral dalam pupuk
tersebut.
Penanaman bayam (Amaranthus sp)tidak terlepas dari
beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan yang dialami
pada saat menanam tanaman bayam (Amaranthus sp)adalah
terdapatnya gulma disekitar tanaman. Gulma masih menjadi faktor
pembatas produksi karena infestasinya cukup besar dan
pertumbuhannya sangat cepat. Oleh karena itu, gulma perlu
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian.
Pengendalian gulma pada tanaman bayam (Amaranthus sp) di
Indonesia umumnya dilakukan secara manual. Faktoryang menjadi
kendala dalam pengendalian gulma yaitu ketersediaan tenaga
kerja, biaya, dan luas areal pertanaman. Aplikasi mulsa jerami
untuk mengendalikan gulma sebagai pengganti plastik merupakan
cara yang efektif dan efisien serta mengurangi gangguan terhadap
struktur tanah.
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang
dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan
pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tumbuh dengan baik. Sehingga dengan pemberian mulsa
diharapkan tanaman kucai dapat tumbuh dengan optimal, tahan
gulma dan penyakit.

Selain penanggulangan gulma yang efektif, pemberian


pupuk yang efisien juga harus diperhatikan pada saat penanaman
tanaman bayam (Amaranthus sp). Pupuk NPK merupakan pupuk
majemuk dengan kandungan unsur hara yang lengkap. Unsur hara
makro utama dalam pupuk NPK adalah Nitrogen, Fosfor dan
Kalium. Unsur hara makro sangat penting terpenuhi dalam
pertumbuhan tanaman.

Lahan yang akan digunakan dalam peneltian ini adalah di


kampus III Universitas PGRI Semarang yang berlokasi di
Bendan, Semarang. Dalam penanaman kucai kami menggunakan
lahan yang sudah pernah ditanami beberapa tanaman sayuran
sebelumnya seperti terong, kangkung, cabai dll. Jenis tanahnya
lembab dan teksturnya tidak terlalu liat dan tidak berpasir jadi
cocok untuk media penanaman kucai. Kendalanya adalah cahaya
yang menyinari terhalang oleh pepohonan sehingga lembab.
Karena tanah yang lembab banyak makrofauna yang hidup dan
berkembang dengan baik karena lingkungan yang mendukung.

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui cara


penanaman bayam (Amaranthus sp) yang efektif dan tahan gulma
serta pertumbuhannya agar dapat optimal.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pemberian mulsa jerami dapat mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman pada bayam (Amaranthus
sp)?
2. Apakah pemberian mulsa jerami dapat mempengaruhi
jumlah daun pada bayam (Amaranthus sp)?
3. Apakah pemberian mulsa jerami dapat mempengaruhi lebar
daun pada bayam (Amaranthus sp)?
4. Apakah pemberian pupuk NPK dapat mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman pada bayam (Amaranthus
sp)?
5. Apakah pemberian pupuk NPK dapat mempengaruhi
jumlah daun pada bayam (Amaranthus sp)?
6. Apakah pemberian pupuk NPK dapat mempengaruhi lebar
daun pada bayam (Amaranthus sp)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian mulsa jerami terhadap
tinggi tanaman bayam (Amaranthus sp)
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian mulsa jerami terhadap
jumlah daun pada tanaman bayam (Amaranthus sp)
3. Untuk mengetahui pengeruh pemberian mulsa jerami terhadap
lebar daun pada tanaman bayam (Amaranthus sp)
4. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap
tinggi tanaman pada tanaman bayam (Amaranthus sp)
5. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap
jumlah daun pada tanaman bayam (Amaranthus sp)
6. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap
lebar daun pada tanaman bayam (Amaranthus sp)

D. Manfaat

Bagi mahasiswa :

1. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dalam


bidang pertanian.
2. Meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa mengenai
hubungan antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat sebagai bekal bagi mahasiswa
dalam terjun ke masyarakat.

Bagi peneliti :
1. Peneliti dapat mengetahui teknik penanaman bayam (Amaranthus
sp)dengan menggunakan pupuk yang tepat
2. Peneliti dapat mengetahui teknik budidaya bayam (Amaranthus
sp)sehingga hasilnya lebih unggul

Bagi pembaca :

1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para petani sebagai salah


satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman bayam
(Amaranthus sp)di Indonesia.
2. Agar pembaca dapat mengetahui teknik penanaman bayam
(Amaranthus sp)dan dapat berinovasi dengan temuan yang sudah
dilakukan peneliti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Bayam (Amaranthus sp).

Bayam (Amaranthus sp.)merupakan tanaman semusim dan


tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2
secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada
beragam ekosistem. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif
singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu. Sistem perakarannya
adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya
bulat panjang menyebar ke semua arah. Umumnya perbanyakan
tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji
(Hadisoeganda, 1996).

a. Klasifikasi

Menurut Van Steenis (1978), mengklasifikasikan tanaman bayam


(Amaranthus sp.) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Amaranthales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus sp.
b. Morfologi tanaman bayam

Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat


mencapai 1,5 – 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran
menyebar dangkal pada kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar
tunggang (Bandini dan Aziz, 2001).
c. Batang

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung


air, tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan
mempunyai batang yang keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam
kadang-kadang berkayu dan bercabang banyak (Van Steenis, 1978).
d. Daun

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-
urat daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda,
hijau tua, hijau keputih-putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam
liar umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri (Azmi, 2007).
e. Bunga

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun


bunga 4 – 5 buah, benang sari 1 – 5, dan bakal buah 2 – 3 buah. Bunga
keluar dari ujung-ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti
malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim.
Perkawinannya bersifat unisexual yaitu dapat menyerbuk sendiri
maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan
angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).

f. Biji

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan


berwarna coklat tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun
ada beberapa jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai
merah, misalnya bayam maksi yang bijinya merah. Setiap tanaman
dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 – 3000 biji/gram
(Wirakusumah,1998).

g.Syarat Tumbuh

1. Iklim

Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil


tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan
kelembaban. Bayam banyak ditanam di dataran rendah hingga
menengah, terutama pada ketinggian antara 5 – 2000 m dpl.
Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman adalah tinggi, berkisar antara
400 – 800 foot candles yang akan mempengaruhi pertumbuhan
optimum dengan suhu rata-rata 20˚C - 30˚C, curah hujan antara 1000 –
2000 mm, dan kelembaban diatas 60%. Drainase tanah harus sudah
diperhatikan meskipun tanaman bayam tahan terhadap air hujan.
Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi disbanding dengan penanaman
saat musim kemarau, yaitu setinggi ± 35 cm. Sebaliknya pada musim
kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur (Bandini dan
Azis, 2001). Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada
waktu musim hujan ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya
cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal musim hujan,
yaitu sekitar bulan Oktober – November. Bisa juga ditanam pada awal
musim kemarau, sekita bulan Maret – April (Nazaruddin, 2000).

2. Tanah

Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup


subur. Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan
menyulitkan produksi dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6 – 7
paling disukai bayam untuk pertumbuhan optimalnya (Nazaruddin,
2000).
Tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung
bahan organik paling disukai tanaman bayam. Pada tanah yang tandus
dan liat, bayam masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan
penambahan bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah yang ber-
pH dibawah kisaran 6-7, tanaman bayam sukar tumbuh. Tanaman
akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH tanah dibawah
6. Begitu pula pada pH diatas 7, tanaman akan mengalami gejaja
klorosis (warna daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada
daun-daun yang masih muda). Jenis bayam tertentu masih dapat
tumbuh pada tanah-tanah alkalin (basa). Tanaman bayam tidak
memilih jenis tanah tertentu (Murtensen and Bullard, 1970).
3. Mulsa Jerami

Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan


batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya
dipisahkan. Massa jerami kurang lebih setara dengan massa biji-bijian
yang dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai
bahan bakar, pakan ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan
pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa,
dan kerajinan tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam bentuk
gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk
jerami menjadi gulungan maupun kotak.

Jerami merupakan limbah pertanian terbesar serta belum


sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis.
Pada sebagian petani, jerami sering digunakan sebagai mulsa pada saat
menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami
sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya
mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian,
sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar
untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik,
produksi padi nasional mencapai 71,29 juta ton pertahun pada tahun
2011. Sedangkan produksi jerami padi dapat mencapai 12 - 15 ton per
hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas
tanaman padi yang digunakan (Berita Resmi Statistik, 2013).

Tanah yang kekurangan unsur hara maupun bahan organik dapat


dimanipulasi dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang
maupun kompos serta penambahan unsur hara dari pupuk buatan
(Prajnanta, 2001). Pemulsaan merupakan suatu cara memperbaiki tata
udara tanah dan juga tersedianya air bagi tanaman (dapat diperbaiki).
Selain itu pemberian mulsa dapat mempercepat pertumbuhan tanaman
yang baru ditanaman. Keuntungan penggunaan mulsa dalam pertanian
khususnya tanaman sayuran adalah dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas hasil, memungkinkan penanaman di luar musim
(off season) serta perbaikan tehnik budidaya (Barus, 2006).
Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu meminimalkan
kerugian akibat radiasi matahari yang mengenai permukaan tanah.
Menurut Zainal (2004), mulsa sangat mempengaruhi suhu tanah,
karena suhu tanah sangat tergantung pada proses pertukaran panas
antara tanah dengan lingkungannya. Proses tersebut terjadi akibat
adanya radiasi matahari dan pengalirannya ke dalam tanah melalui
konduksi. Adanya mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir ke
dalam tanah lebih sedikit dibandingkan tanpa mulsa.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya
yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan -
bahan alami yang mudah terurai seperti sisa – sisa tanaman (jerami).
Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah
didapatkan dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik dalam
tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang
tidak dapat terurai (mulsa plastik) dan harganya mahal, namun dapat
digunakan lebih dari satu musim tanam (Kadarso, 2008). Menurut
penelitian Barus (2006), perlakuan penggunaan mulsa memberikan
pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, serta produksi
pertanaman.
Jenis mulsa organik mampu menambah bahan organik di dalam
tanah. Bahan organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat
fisik tanah, berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan sumber energi
bagi mikroorganisme tanah (Thorne dan Thorne, 1979 dalam
Rismaneswati, 2006). Bahan organik juga mempengaruhi beberapa
sifat tanah yang lain seperti kemampuan mengikat air,
mempertahankan kelembaban tanah dan sangat menentukan beberapa
sifat fisik-kimia tanah seperti kapasitas tukar kation dan kapasitas
sangga tanah (Kononova, 1961 dalam Rismaneswati, 2006).
Sisa tanaman yang dapat digunakan sebagai mulsa organik yaitu
jerami. Mulsa jerami dapat memperbaiki kesuburan tanah, struktur,
cadangan air tanah dan menghalangi pertumbuhan gulma. Selain itu,
mulsa jerami dapat menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu
panas dan dingin. Adanya kelembaban yang tinggi di permukaan tanah
akibat pemberian mulsa jerami dapat menarik cacing tanah untuk
hidup di dalamnya. Cacing tanah ini akan membantu memperbaiki
kesuburan tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan tetap terjaga
pertumbuhannya. Menurut Mayun (2007), pemberian mulsa jerami
dapat meningkatkan hasil umbi pada bawang merah di daerah pesisir.
Penggunaan mulsa akan menyebabkan keadaan tanah menjadi
basah/lembab sehingga kalium yang terfiksasi oleh mineral liat 2:1
(montmorilonit) dibebaskan bersamaan dengan pelepasan kembali air
yang teretensi oleh mineral K tersebut (Purwowidodo, 1991).
Tanah dengan perlakuan mulsa jerami menunjukkan suhu tanah
terendah. Hal ini disebabkan panas yang diterima oleh mulsa jerami
langsung mengalami pertukaran dengan udara bebas. Pertukaran panas
ini juga disebabkan oleh kecepatan angin yang bertiup, sehingga panas
yang diserap oleh permukaan tanah dengan perlakuan mulsa jerami
lebih rendah dari perlakuan tanpa mulsa dan mulsa plastik (Noorhadi
dan Sudadi, 2003)
1. Pupuk NPK
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan berimbang
memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil tanaman
jagung. Anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional
dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan
kebutuhan tanaman akan unsur hara, sehingga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa
merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan.
Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman dan
sekaligus menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.
Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara langsung
dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman jagung,
tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan
menurunnya kualitas produksi (Rauf et al., 2000), pemupukan P yang
dilakukan terus menerus tanpa menghiraukan kadar P tanah yang
sudah jenuh telah pula mengakibatkan menurunnya tanggap tanaman
terhadap pemupukan P (Goenadi, 2006) dan tanaman yang dipupuk P
dan K saja tanpa disertai N, hanya mampu menaikkan produksi yang
lebih rendah (Winarso, 2005)
Pupuk K merupakan hara makro, yang diserap tanaman dalam
jumlah yang banyak. Hara K berfungsi dalam proses fotosintesis
dengan memperlancar proses masuknya CO2 lewat stomata, transport
fotosintat, air dan gula, serta dalam sintesis protein dan gula (Dibb,
1988). Hara K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan jumlahnya
dalam tanah cukup bervariasi (Mutscher, 1995; Havlin et al., 1999).
Kalium dalam tanah berada dalam bentuk K dalam larutan, K dapat
dipertukarkan dan K tidak dapat dipertukarkan. Pada tanah lahan
kering hara K dalam kondisi rendah. Pemberian pupuk K dalam
bentuk MOP Rusia dapat meningkatkan kadar K terekstrak HCl 25%
dan NH4Oac 1N pH 7 (Nursyamsi et al., 2005).
B. Kerangka Berfikir

Amaranthus sp (bayam)
termasuk komoditi sayuran
yang perlu dikembangkan
untuk bidang pangan dan
kesehatan.

Pemberian pupuk yang Penanggulangan gulma


efisien pada tanaman yang efektif pada
Amaranthus sp (bayam) tanaman Amaranthus sp
(bayam)

Penyelesaian masalah

Pemberian mulsa jerami Pemberian pupuk NPK

Pertumbuhan gulma terhambat, tinggi


tanaman, lebar daun, jumlah daun
tanaman Amaranthus sp (bayam)
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian mulsa
jerami dan pupuk NPK terhadap laju pertumbuhan pada tanaman
bayam.
1. Hipotesis statistik
H0 : tidak ada pengaruh pemberian mulsa jerami terhadap
pertumbuhan tanaman Amaranthus sp (bayam)
H1: ada pengaruh pemberian mulsa jerami terhadap pertumbuhan
tanaman Amaranthus sp (bayam)
H0 : tidak ada pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan
tanaman Amaranthus sp (bayam)
H1 : ada pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan
tanaman Amaranthus sp (bayam)
Model matematis hipotesis tersebut adalah:
H0 : µ1= µ2
H1 : µ1≠ µ2
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di lahan Kampus III Universitas PGRI
Semarang, Jl. Pawiyatan Bendan Duwur Semarang. Penelitian
dimulai pada tanggal 3 November 2016 – Januari 2017.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekop, cangkul,
penggaris, ember, alat penggiling jerami. Bahan yang digunakan
adalah bibit tanaman bayam, pupuk NPK, jerami, dan air.
C. Metode
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri
dari 6 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap plot terdapat 1 tanaman
Amaranthus sp (bayam) yang diamati. Perlakuan mengunakan pupuk
NPK dan mulsa jerami.

N N1 P1 N2 P1 N3 P1 M1 P1 M2 P1 M3 P1
3

NMN1 P2 N2 P2 N3 P2 M1 P2 M2 P2 M3 P2
3
3

N N1 P3 N2 P3 N3 P3 M1 P3 M2 P3 M3 P3

N N1 P4 N2 P4 N3 P4 M1 P4 M2 P4 M3 P4
3

N N1 P5 N2 P5 N3 P5 M1 P5 M2 P5 M3 P5
3

Keterangan :

N1 : Pupuk NPK 25 %

N2 : Pupuk NPK 50 %

N3 : Pupuk NPK 75 %
M1 : Mulsa 25 %

M2 : Mulsa 50 %

M3 : Mulsa 75 %

P1 : Ulangan 1

P2 : Ulangan 2

P3 : Ulangan 3

P4 : Ulangan 4

P5 : Ulangan 5

D. Pelaksanaan Percobaan
1. Pengolahan tanah
Pembuatan bedengan: lebar 1m-1,5 m, panjang disesuaikan
dengan tanah yang ada. Tanah diolah sampai matang dan diberi
pupuk organik 2 minggu sebelum ditanami.
2. Seleksi Benih
3. Menyebar benih
4. Seleksi bibit
Bibit bayam dipilih yang sehat - sehat dan bibit yang telah rusak
oleh hama atau penyakit jangan dipakai.
5. Perawatan
Tanaman bayam disiram sehari sekali, bila tidak turun hujan.
Selain itu, tanaman bayam harus disiangi bila sudah mulai
ditumbuhi gulma.
6. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK dan Mulsa jerami
dengan perbandingan dosis yang sama antara keduanya.
Pemupukan dilakukan hanya satu kali saja. Ada 3 dosis yang
dipakai dalam penelitian ini yaitu 25%, 50%, 75 %.
E. Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi merupakan metode pengamatan yang membantu
dalam pengumpulan data, dalam metode ini penulis mengadakan
pengamatan dan pencatatan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
serta lebar daun pada tanaman Amaranthus sp (bayam). Observasi
dilakukan setiap satu minggu sekali pada hari selasa.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan bantuan dalam pengambilan
gambar pada saat proses penelitian berlangsung dan alat yang
digunakan adalah kamera.
3. Telaah Kepustakaan
Metode ini merupakan kegiatan mengkaji literatur-literatur,
penelitian –penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian
ini serta beberapa jurnalyang relevan dengan penelitian ini. Metode
ini digunakan untuk melengkapi landasan teori dan pembahasan.

F. Analisis data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis Variansi (ANAVA)
dua jalur pada tingkat kesalahan 5% untuk mengetahui adanya
pengaruh yang signifikan pada program SPSS 16.0 dengan menguji
hipotesis yang telah dijelaskan diatas.

Jika angka signifikan ≤ 0,05 maka dapat dikatakan terdapat


pengaruh yang signifikansi (H0 ditolak). Sedangkan jika angka
signifikansi ≥ 0,05 maka dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh
yang signifikan (H0 diterima).
I. Jadwal penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 2,5 bulan
No Kegiatan november Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
I Persiapan
II Pelaksanaan
III Penyusunan
laporan
penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, C.2007. Menanam Bayam & Kangkung.Dinamika Pratama. Jakarta.


Bandini, Y dan N. Azis. 2001. Bayam. Penebar Swadaya.Jakarta.

Murtensen, E dan F.T. Bullard.1970.Handbook of Tropical and Subtropical


Horticulture.Department of State Agency for International
Development.Washington D.C.

Nazaruddin.2000.Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran


DataranRendah.Penebar Swadaya.Jakarta..

Van Steenis, C.G.G.J. 1978. Flora. UGM Press .Yogyakarta.


Wirakusumah, E,W. 1998. Buah dan Sayur untuk Terapi. Rineka Cipta. Jakarta.

You might also like