You are on page 1of 6

Analisa Mikrosatelit dalam Bioteknologi Reproduksi Ternak

(Suatu Kajian Pustaka)


(Microsatellite analysis in biotechnology of animal reproduction)
(A Review)

Siti Darodjah Rasad1


1
Laboratorium Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan, Unpad

ABSTRACT In year 1970 was found nucleotide (Matiat and Vergmaud, 1982). Microsatelite
sequence which have repeated sequence of analysis was used to analyse of paternity and
nucleotide. with high polymorh and using PCR identity of animal, which was done as a
could be amplified. That sequenz of nucleotide conventional analysis with blood group analysis.
called Microsatelite. Microsatelite consist of 1 – 6 The advantage of microsatelite analysis compare to
repeated nucleotide, which is CA repeated as blood group system are the exclution probability
mostly a repeated DNA in the animal (Tautz and was high (EXP 99.9%), needs small sampel
Renz, 1984). Based on difference of long and (tissues, sperm or follicel of hair), could be use for
amount ofrepeated nucleotide, there are three kind all animal without special age and possible for died
of DNA satelite, midi-, mini- and microsatelite animal.

Key words : Microsatelite analysis, paternity, reproductive biotechnolgy


2009 Agripet : Vol (9) No. 2: 49-54

PENDAHULUAN1 1998). Fu et al. (1991), Klesert et al. (1997)


and Thornton et al. (1997) menunjukkan
Karakteristik dan Fungsi Marker
adanya keterkaitan dari mikrosatelit dengan
Mikrosatelit
kesehatan atau penyakit.
Karakteristik dan fungsi mikrosatelit
marker yang selalu berulang tidak secara jelas Susunan dari Mikrosatelit
dapat diterangkan. Banyak sekali teori-teori Mikrosatelit adalah urutan DNA dalam
yang mengemukakan akan hal tersebut. genom yang mempunyai sifat bertulang (Short
Dengan demikian dapat diduga bahwa Tandem Repeat/STR) dan dibentuk dari mono-
terjadinya pengulangan tersebut selama proses hingga hexanukleotida Motiv, dimana keba-
replikasi dimana adanya penyimpangan untai nyakan terletak pada daerah Genom yang tidak
polimerase sebagai akibat terjadinya kesalahan di kode. Mikrosatelit mempunyai karakter
dalam pembentukan nukleotida (Levinson and sangat polimorf dengan rata-rata 11 hingga 12
Gutman, 1987; Schlötterer and Tautz, 1992). alel, dimana untuk singel alel bervariasi
Gordenin et al. (1997) dalam penelitiannya tergantung dari perbedaan jumlah pengu-
telah berhasil melihat bagian dari struktur langannya (Tautz and Renz, 1984; Litt and
potongan rambut dengan metode Okazaki. Luty, 1989; Weber and May, 1989). Setiap
Selain itu adanya ketidak seimbangan mikrosatelit akan membentuk kombinasi
penempatan kromosom untai DNA melalui susunan nukleotida yang berulang di dalam
crossing over selama proses replikasi, sama motive, dimana yang sering muncul adalah
seperti halnya perpanjangan untai DNA masih pengulangan susunan CA-CA-CA-GT-GT-GT
merupakan hal yang didiskusikan para peneliti. (Hamada et al, 1984; Tautz and Renz, 1984;
Adapun tugas dari Mikrosatelit tersebut Wintero et al, 1992).
adalah melakukan pengaturan ekspresi gen Penurunan atau pewarisan karakter
(Naylor and Clark, 1990), sedangkan fungsinya mikrosatelit diketahui setelah ditetapkannya
sama seperti rekombinan dari DNA (Pennisi, Hukum Mendel dan adanya angka mutasi
sekitar 10-3 (Jeffreys et al., 1988). Dengan
Corresponding author: sd_rasad@unpad.ac.id
demikian angka mutasi untuk susunan DNA

Agripet Vol 9, No. 2, Oktober 2009


49
(CA)n(GT)n dimer pada manusia adalah 5 x 10- Untuk lebih meyakinkan pengamatan,
4
(Ellegren, 1995). maka dapat dilakukan teknik pewarnaan
Ditinjau dari jenis pengulangannya, dengan pewarna fluoresens, sehingga produk
Mikrosatelit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu PCR hasil elektroforesa akan dapat lebih jelas
pengulangan sempurna, pengulangan tidak terlihat (Smith et al, 1986; Diehl et al, 1990;
sempurna dan pengulangan campuran Nie et al, 1991). Selanjutnya dengan
keduanya (Weber, 1990). Pada pengulangan menggunakan bantuan program computer,
sempurna, pada urutan sekuen DNA, tidak maka produk hasil pewarnaan yang timbul
terjadi penghentian pengulangan di bagian berupa pita-pita dapat dikonversi dalam bentuk
tengah urutan sekuen DNA nya, sedangkan nilai atau angka yang menunjukkan berbagai
pada pengulangan tidak sempurna merupakan besaran fragmen. Dengan demikian, dengan
kebalikan dari pengulangan sempurna, dimana metode ini dapat dilakukan penghitungan
di bagian tengah urutan sekuen akan terjadi berbagai sampel dan selanjutnya dilakukan
penghentian pengulangan, dan selanjutnya analisa genotipenya (Cornnell et al, 1987;
dibagian lain muncul kembali pengulangan Ziegle et al, 1992). Pada Gambar 2. dan 3
nukleotida tersebut. Sedangkan pada jenis dapat dilihat berupa proses pewarnaan
ketiga adalah campuran ke dua jenis elektroforesa dan produk PCR berupa pita-pita
pengulangan tersebut. Sebagai contoh susunan fragmen yang dihasilkan.
DNA yang mengandung mikrosatelit dapat
dilihat pada Gambar 1. Pada gambar 1 tersebut,
terlihat susunan mikrosatelit dengan pengulangan
DNA berupa CA.CA.Ca. dan seterusnya.

Gambar 2. Contoh pewarnaan Elektroforesa (Sonnentag,


Gambar 1. Susunan Nucleotida Mikrosatelite et al., 2009)
(CA.CA.CA.Ca) (Sonnentag, et al.,
2009)

Penampilan Ekspresi Mikrosatelit


Secara teknis, ekspresi urutan alel
mikrosatelit dapat ditunjukan dengan bantuan
alat PCR (Polymerase Chain Reaction). Segera
Gambar 3. Produk hasil PCR dengan Elektroforesa
setelah dilakukan penggandaan alel (Sonnentag, et al., 2009)
mikrosatelit dengan metode PCR tersebut,
pemisahan alel tersebut dapat diketahui dengan Aplikasi Analisa Mikrosatelit untuk
bantuan gel elektroforesa. Pada hasil yang Pengujian Kekerabatan Ternak Babi
duperoleh melalui gel elektroforesa tersebut, Analisa Mikrosatelit dapat digunakan
urutan sekuen nukleotida spesifik akan dalam rangka pengujian tingkat kekerabatan
terbentuk dan terlihat, dimana dapat pada berbagai ternak. Hal ini disebabkan
dibandingkan dengan bagian komplemennya mikrosatelit mempunyai karakter kodominan
sebagai kontrol pembanding berupa primer dan akan diwariskan pada keturunannya.
starter oligonukleotida pada reaksi PCR Dengan demikian, sejumlah alel akan
(Mullis and Faloona, 1987; Saiki et al, 1988). diekspresikan dan mikrosatelit ini merupakan
Fragmen hasil dari PCR akhirnya marker atau pencirian genetik yang sangat
memperlihatkan jumlah pengulangan yang informativ untuk digunakan dalam pengujian
timbulnya (Litt and Luty, 1989; Weber and kekerabatan atau uji keturunan (Jamieson and
May, 1989). Taylor, 1997). Baumung et al. (2004)
menyatakan bahwa penggunaan mikro-satelit

Analisa Mikrosatelit dalam Bioteknologi Reproduksi Ternak (Suatu Kajian Pustaka (Dr. Agr. Ir. Siti Darodjah Rasad, MS)
50
merupakan metode standar untuk menduga Keunggulan analisa mikrosatelit
keragaman genetik (gentic diversity) pada Adapun keunggulan dari analisa
ternak. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian mikrosatelit, bila dibandingkan dengan analisa
Diez-Tascon et al. (2000), Arranz et al. (2001), golongan darah, adalah tingkat kecermatan dan
Rendo et al. (2004), Alvarez et al. (2004) yang ketelitiannya yang lebih dengan hanya
telah melakukan analisa mikrosatelit pada menggunakan sedikit penciri atau marker pada
sekelompok kecil ternak kambing. Pada babi, analisa mikrosatelit, dimana tingkat ketepatan
mikrosatelit telah banyak digunakan pada pengujian keturunan dengan metode atau
penelitian biodiversitas baik pada bangsa analisa mikrosatelit tinggi (EXP 99,9%)
komersial maupun bangsa liar (Groenen et al., dibandingkan dengan sistem golongan darah.
2003). Dengan demikian dari segi ekonomis, jauh
Penggunaan analisa mikrosatelit sebagai lebih ekonomis metode analisa mikrosatelit
uji keturunan pada ternak Kuda sudah secara serta secara teknis pelaksanaan lebih sederhana
rutin digunakan diberbagai laboratorium dan tanpa diperlukan sampel serum sebagai bahan
balai penelitian. Pada Sapi dan Anjing, test dalam hal ini sampel darah, yang akan
pengujian ini telah ditawarkan secara menimbulkan efek stres pada ternak saat
pengujian komersial. Berbagai penelitian telah pengambilan darah sebagai bahan sampel
dilakukan, terutama mengenai keuntungan dan pengujian. Analisa ini juga memungkinkan
kemungkinan analisa mikrosatelit sebagai alat untuk analisa produk hasil ternak seperti
kontrol keturunan dan tingkat kekerabatan daging (Hohenhörst et al., 1994; Lauk, 1999).
pada berbagai ternak. Sebagai contoh pada Keunggulan lain adalah, untuk pengujian
Kuda (Bowling et al, 1997 and Hertner et al, kekerabatan dengan metode analisa
1999), Sapi (Glowatzki-Mullis et al, 1995; mikrosatelit, sampel yang diperlukan selain
Usha et al, 1995 and Heyen et al, 1997), sedikit sampel darah, juga dapat digunakan
Anjing (Binns et al, 1995; Fredholm and sampel sel, berupa sel sperma, jaringan, atau
Wintero, 1996 and Koskinen and Bredbacka, folikel rambut. Dari aspek umur ternak, tidak
1999) serta Babi (Hohenhörst et al, 1994 and ada batasan umur ternak, bahkan ternak yang
van Zeveren et al, 1995). telah matipun dapat diuji. Dengan demikian
Analisa mikrosatelit pada tiga bangsa sampel yang diperlukan sangat mudah didapat,
babi telah diteliti oleh Rasad (2001) dengan dengan jumlah sampel yang sedikit, dan
menggunakan 25 marker mikrosatelit. Dari dengan bantuan PCR, alat sekuenser serta
hasil penelitiannya telah dapat dihasilkan tiga program computer, analisa kekerabatan dan uji
kelompok marker PCR masing-masing terdiri keturunan dapat dilakukan dengan praktis
dari lima marker mikrosatelit yang dapat (Hohenhörst, 1997).
digunakan untuk menguji tingkat kekerabatan
dan identitas tiga bangsa babi (Deutsche Perhitungan Produk Analisa Mikrosatelit
Edelschwein/DE, Deutsche Landrace/DL dan Pada analisa mikrosatelit, selanjutnya
Pitrain), dimana dari analisa mikriosatelit produk yang dihasilkan dari PCR akan
tersebut dihasil angka EXP 99,9%. Adapun dianalisa dengan bantuan alat sekuenser,
susunan marker mikrosatelit tersebut seperti sehingga dapat diketahui urutan alel yang
tertera pada tabel 1 berikut. dihasilkan, yaitu berupa pita-pita nukleotida.
Dari tampilan analisa sekuenser tersebut, dapat
Tabel 1. Susunan Marker Mikrosatelit untuk Uji dihitung setiap alel spesifik yang terekspresi
Kekerabatan dan Identitas Ternak Babi dari sampel yang diuji. Hal ini dikarenakan
Multiplex-PCR 1 Multiplex-PCR 2 Multiplex-PCR 3 kodominan alel yang diwariskan pada
SW936 SW240 S0026 keturunan harus berasal dari 50% induk dan
SW857 S0101 SW951 50% dari bapaknya. Dengan demikian alel
S0115 S0355 S0225 yang diekspresikan pada keturunan atau anak,
CGA SW122 S0227 sebagian akan berasal dari induk (50%) dan
S0068 SW911 S0178 sebagian dari bapak (50%).
Dari tampilan pita-pita alel keturunan
yang muncul, dapat dibandingkan dengan

Agripet Vol 9, No. 2, Oktober 2009


51
DNA sampel yang berasal baik dari induk KESIMPULAN
maupun bapaknya. Berdasarkan pembandingan
Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik
tersebut, urutan alel dari keturunan atau anak,
kesimpulan sebagai berikut :
dapat diidentifikasi dan dianalisa sejauh mana
1. Analisa Mikrosatelit dapat digunakan
tingkat kekerabatan dan keturunan anak
untuk pengujian keturunan dan tingkat
tersebut. Berdasarkan alel yang muncul, dapat
kekerabatan pada ternak
juga dianalisa, tingkat ketepatan diagnosa atau
2. Analisa Mikrosatelit merupakan metode
uji kekerabatan dari sampel yang diuji, dalam
analisa yang mempunyai tingkat ketepatan
hal ini berapa prosentase ketepatan dari uji
tinggi dengan analisa yang simpel, mudah
tersebut untuk dapat diyakini, bahwa hasil
dan menggunakan sedikit sampel
yang diperoleh mendekati 100%.
3. Analisa Mikrosatelit secara aplikasi dapat
Selanjutnya untuk menguji apakah
diterapkan dalam rangka seleksi ternak
mikrosatelit tersebut dapat digunakan sebagai
yang lebih ekonomis karena hasil yang
marker dalam uji keturunan dan identitas
diperoleh tidak memerlukan waktu lama
ternak dilakukan penghitungan EXP
(Exclusion Probability) dan kombinasi EXP
DAFTAR PUSTAKA
(cEXP) ) (Botstein et al., 1980). Sehingga,
pengujian tersebut lebih meyakinkan apakah Alvarez, I., Royo, L.J., Fernandez, I., Gutierez,
sampel tersebut benar-benar sesuai dengan J.P., Gomez, E., Goyache, F., 2004.
pola yang diturunkan dari kedua tetuanya. Genetic relationships and admixture
Adapun rumus penentuan EXP adalah sebagai among sheep breeds from Northern
berikut : Spain assessed using microsatellites.
Journal of Anim. Sci. 82: 2246-2252
dimana : Arranz, J.J., Bayon, Y., San Primotivo, 2001.
z z 1 z Differentiation among Spanish sheep
EXP Pu(1 Pu)2 1 / 2 Pu 2 Pv 2 (4 3Pu 3Pv) breeds using microsatellites. Gen.
u 1 u 1v u 1 Selec. Evol. 33: 529-542
Baumung, R., Siminier, H., Hoffmann, I.,
: Jumlah Alel 2004. Genetic diversity studies in
P ,Pu v : Tingkat kemunculan relative alel farm animals – a survey. J. of Anm.
ke u dan ke v pada lokus Breed. and Gen. 121: 361-373
Binns, M.M., Holmes, N.G., Marti, E., and
k
2 Bowen, N., 1995. Dog parentage
2N 1
i 1
P i
testing uaing Canine microsatelite. J.
H e
2N 1 of Small Anim. Pract. 36: 493-497
Selain itu, melalui analisa mikrosatelit tersebut, Botstein, D., White, R.L., Skolnick, M., Davis
dimana dari hasil PCR dapat dilakukan RW., 1980. Construction of a genetic
penghitungan heterosigositas dari suatu linkage map using restriction fragment
populasi, yang didapatkan dari frekuensi dan length polymorphism. Am. J. of Hum.
jumlah alel yang dihasilkan berdasarkan rumus Gen. 32: 314-331
yang dikemukakan oleh Nei (1987) sebagai Bowling A.T., Eggleston, M.L., Byrns, G.,
berikut : Clark, R.S., de Leanis, S., Wictum, E.,
dimana : 1997. Validation of microsatellite
He : Heterozygositas markers for routine horse parentage
k : Jumlah Alel testing. Anim. Gen. 28: 247- 252
Pi : Frekuensi Alel dari Alel ke i Cornnell, C., 1987. Automated DNA sequence
N : Jumlah Sampel Ternak analysis. Bio Tech. 5: 342-348
Diehl, S.R., Ziege, J., Buck, G.A., Reynolds,
T.R. and Weber, J.L., 1990.
Automnated genotyping of human
DNA polymorphism. Am. J. of Hum.
Gen. 49: 746-756

Analisa Mikrosatelit dalam Bioteknologi Reproduksi Ternak (Suatu Kajian Pustaka (Dr. Agr. Ir. Siti Darodjah Rasad, MS)
52
Diez-Tascon, C., Littlejohn, R.P., Almeida, Hohenhörst, J., Fries, R., Vögeli, P. and
P.A., Crawford, A.M., 2000. Genetic Stranzinger, G., 1994. Use
variation within the Merino sheep microsatellites for parentage control in
breeds: analysis of closely related pigs. Anim. Gen. 25 (Suppl.2): 33
populations using microsatellites. Hohenhörst, J., 1997. Hochpolymorph DNA-
Anim. Gen. 31: 243-251 Markerloci im Schweinegenom und
Ellegren, H., 1995. Mutation rates at porcine ihre Verwendung für die
microsatellite loci. Mammalian Abstammungs-kontrole,
Genome 6: 376-377 Characterisierung von Schweine-rassen
Fredholm, M., and Wintero, A.K., 1996. und Kartierung von Blutgruppenloci.
Efficient resolution of parentage in Dissertation, Eidgenössischtechnische
dogs by amplification of Hochschule Zürich
Microsatellites. Anim. Gen. 27: 19-23 Jamieson, A. and Taylor, S.C.S., 1997.
Fu, Y.H., Kuhl, D.P.A., Pizzutii, M., Pieretti, Comparisons of three probability
M., Sutcliffe, J.S., Richards, S., formulae for parentage exclusion.
Verkerk, A., Holden, J., Fenwick, R., Anim. Gen. 28: 397-400
and Warren, S.T., 1991. Variation of Jeffreys, A.J., Royle, N.J., Wilson, V. and
the CGG repeat at the fragile X Site Wong, Z., 1988. Spontaneous mutation
result in genetic instability: Resolution rates to new length alleles at tandem-
of the Sherman paradox. Cell. 67: repetitive hypervariable loci in human
1047-1058 DNA. Nat. 332: 278-281
Glowatski-Mulli, M.L, Gaillard, C., Wigger, Klesert, R.T., Otten, A.D., Bird, T.D. and
G, Fries, R., 1995. Microsatellite based Tapscott, S.J., 1997. Trinucleotide
parentage control in cattle. Anim. Gen. repeat expansion at the myotonic locus
26: 7-12 reduces expression of DMAHP. Nat.
Gordenin, D.A., Kunkel, T.A., Resnick, M.A., Gen. 16: 402-406
1997. Repeat expansion all in a flap. Koskinen, M.T. and Bredbacka, P., 1999. A
Nat. Gen. 16: 116-118 convenient and efficient microsatellite
Groenen M.A.M., Joosten, R., Boscher, M.Y., based assay for resolving parentages in
Amigues, Y., Rattink, A., Harlizius, B., dogs. Anim. Gen. 30: 148-149
van der Poel, J.J. and Crooijmans, R., Lauk, C., 1999. Abstammungsbegutachtung
2003. The use of microsatellite bei Lamas und Alpakas. Lamas: 8-9
grnotyping for population studies in Levinson, G. and Gutman, G.A., 1987. Slipped
the pig with individual and pooled strand mispairing: a major mechanism
DNA samples. Arch. Zoo. 52: 145-155 for DNA sequence evolution. Mol and
Hamada, H., Petrino, M.G., Kakunaga, T., Biol. Evol. 4: 203-221
Seidman, M. and Stollar, B.D., 1984. Litt, M. and Luty, J.A., 1989. A hypervariable
Charakterization of poly(dT-dG). microsatellite revealed by in vitro
poly(dC-dA) sequences: structure, amplification of a dinucleotide repeat
organization and corformation. Mol. within the cardiac muscle actin gene.
and Cell. Biol. 4(12): 2610-2621 Am. J. of Hum. Gen. 44: 397-401
Hertner, U., Ruβ, I. and Förster, M., 1999. Mullis, K.B. and Faloona, F.A., 1987. Specific
DNA-Typisierung – die Methode der synthesis of DNA in vitro polymerase
Zukunft. Arab. J. 5: 46-50 catalyzed chain reaction. Meth. of
Heyen, D.W, Beever, J.E, Da, Y., Evert, R.E., Enz. 155: 335-350
Green, C., Bates, S.R.E., Ziegle, J.S. Naylor, L.H. and Clark, E.M., 1990. d(TG) n.d
and Lewin, H.A., 1997. Exclusion (CA)n sequences upstream of the rat
probabilities of 22 bovine prolactin gene Z-DNA and inhibits
microsatellite markers in fluorescent gene transcription. Necl. Acids Res.
multiplexes for semiautomated 18: 1594-1601
parentage testing. Animal Genetics 28:
21-27

Agripet Vol 9, No. 2, Oktober 2009


53
Nei, M., 1973. Analysis of gene diversity in Thornton, C.A., Wymer, J.P., Simmons, Z.,
subdivided populations. In: McClain, C. and Moxleylli, R.T., 1997.
Proceedings of Nature Academic Expansion of the myotonic dystrophy
Science. USA 70. pp: 3321-3323 CTG repeat reduces expression of the
Nie, L., Ziele, S., Su, Y., Meyer, J., MacLean, flanking DMAHP gene. Nat. Gen. 16:
C., McBride, L., Kronick, M. and 407-409
Diehl, S., 1991. Automated genotyping Usha, A.P., Simpson, S.P. and Williams, J.L.,
of highly polymorphic human DNA 1995. Probability of random sire
markers: Progress in multiplexing and exclusion using microsatellite markers
optimal locus combination strategies. for parentage verification. Animal
Am. J. of Hum. Gen. 49(Suppl.): 366 Genetics 26: 155-161
Pennisi, E., 1998. How the genome readies Van Zeveren, A., Peelman, A., Van de Weghe,
itself for evolution. Sci. 281: 1131- A. and Bouquet, Y., 1995. A genetic
1134 study of four Belgian pig populations
Rasad, S.D., 2001. Abstammungs-und by mean of seven microsatellite loci. J.
Identitätskontrole beim Schwein Anim. Breed. and Gen. 112: 191-204
mittels microsatelitenanalyse. Weber, J.L. and May, P.E., 1989. Abundant
Dissertation PhD, Bonn University, class of human DNA polymorphisms
Cuvillier, Goettingen. which can be typed using the
Rendo, F., Iriondo, M., Jugo, M.B., Mazon, polymerase chain reaction. Am. J. of
L.L., Aguirre, A., Vicario, A. and Hum. Gen. 44: 388-396
Estonba, A., 2004. Tracking diversity Weber, J.L., 1990. Informativeness of human
and differentiation in six sheep (dC-dA)n.(dG-dT)n polymorphisms.
breeds from north Iberian Penninsula Genom. 7: 524-530
through DNA variation. Small Wintero, A.K., Fredholm, M. and Thomsen,
Ruminant Research. 52: 196-202 P.D., 1992. Variable (dG-dT)n.(dC-
Saiki, R.K, Gelfund, D.H, Stoffel, S., Scharf, dA)n sequences in the porcine genome.
S.J., Higuchi, R., Horn, G.T., Mullis, Genom. 12: 281-288
K.B. and Erlich, H.A., 1988. Primer- Ziegle, J.S., Su, Y., Corcoran, K.P., Nie, L.,
directed enzymatic amplification of Mayrand, P.E., Hoff, L.B., McBride,
DNA with a thermostable DNA L.J., Kronick, M.N. and Diehl, S.R.,
polymerase. Sci. 239: 487-491 1992. Application of automated DNA
Schlötterer, C. and Tautz, D., 1992. Slippe sizing technology for genotyping
synthesis of simple sequence DNA. microsatellite loci. Genom. 14: 1026-
Nuc. Acid Res. 20: 211-215 1031
Smith, L.M., Sanders, J.Z., Kaiser, R.J.,
Hughes, P., Dodd, C., Connell, C.R.,
Heiner, C., Kent, S.B.H. and Hood,
L.E., 1986. Fluorescence detection in
automated DNA sequence analysis.
Nat. 321: 674-679
Sonnentag, J., Ronald, L.C., Martin, W.,
William, K. H., 2009. El Niño and
Marine Iguana (Amblyrhynchus
cristatus) Reproduction and Genetics.
http://www.geocities.com/jsonnentag/i
guana/gelrun.htm
Tautz, D. and Renz, M., 1984. Simple
sequences are ubiquitous repetitive
components of eukaryotic genomes.
Nuc. Acids Res. 12: 389-399

Analisa Mikrosatelit dalam Bioteknologi Reproduksi Ternak (Suatu Kajian Pustaka (Dr. Agr. Ir. Siti Darodjah Rasad, MS)
54

You might also like