You are on page 1of 24

Struktur dan Mekanisme Kemih Wanita

Arlyn Stephany Tumimomor (102015015) /D2


Mahasiswa fakultas kedokteran Kristen Krida Wacana
Jalan arjuna utara no.6, Jakarta Barat
Email : arlyn_stephany@yahoo.com

Abstract
Urinary system or also known as the urinary tract consists of a pair of kidneys and
two ueter that led to a bladder that will come out of the urethra. Ren or kidneys are
retroperitoneal organ located on the right side of the columna vertebral dnan left. Ren relates
to the surrounding organs through facies facies anterior and posterior, so that each ren have
their own characteristics and also has a sheath or wrapper. Parts consist of kidney, renal
cortex, the outer part of the structure of dark brown, and the structure is located more in the
light brown color called the renal medulla. Functional unit of the kidney called tubules
uriniferus composed of nephrons and ductus koligens. Nephron consists of two main parts,
namely korpuskulum renal and renal tubule. The ureters are muscular synchronize channel
ren until the bladder. Ureter is a continuation of the pelvis renis derived from the kidneys.
The ureters are not stretched has a meandering lumen. Ureter wall layer consists of the
tunica mucosa, muscularis, and adventitia with epitelnya is transitional. Bladder is a pouch
that serves as a reservoir musculomembranosa urine with a storage capacity of about 200-
400 ml. Bladder consists of several layers, namely the tunica mucosa, muscularis, and
adventitia (serous). Urine will then be routed from the bladder through the urethra.

Keywords: ren, ureter, bladder, urethra

Abstrak
Sistem kemih atau disebut juga sebagai sistem urinaria (traktus urinaria) terdiri atas
sepasang ginjal dan dua ueter yang menuju ke satu vesika urinaria yang nantinya akan keluar
satu uretra. Ren atau ginjal adalah organ yang terletak retroperitoneal pada sebelah kanan
dnan kiri dari columna vertebralis. Ren berhubungan dengan organ-organ sekitarnya melalui
facies anterior dan facies posterior, sehingga masing-masing ren memiliki karakteristik
masing-masing dan juga mempunyai selubung atau pembungkus. Bagian-bagian ginjal terdiri
dari, Cortex renalis, yaitu struktur dibagian terluar berwarna coklat gelap, dan struktur yang

1
terletak lebih didalam berwarna coklat terang disebut medulla renalis. Satuan fungsional
ginjal disebut tubuli uriniferus yang tersusun atas nefron dan ductus koligens. Nefron terdiri
atas dua bagian utama, yaitu korpuskulum renalis dan tubuli renal. Ureter merupakan saluran
muskular yang meghubungkan ren sampai vesika urinaria. Ureter merupakan lanjutan dari
pelvis renis yang berasal dari ginjal. Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen yang
berkelok-kelok. Lapisan dinding ureter terdiri dari tunika mukosa, muskularis, dan adventitia
dengan epitelnya adalah transisional. Vesika urinaria merupakan suatu kantong
musculomembranosa yang berfungsi sebagai reservoir urine dengan kapasitas penampungan
sekitar 200-400 ml. Vesika urinaria terdiri atas beberapa lapisan, yaitu tunika mukosa,
muskularis, dan adventitia (serosa). Urine kemudian akan disalurkan dari vesika urinaria
melalui urethra.

Kata kunci: ren, ureter, vesika urinaria, urethra

Pendahuluan
Sistem kemih atau disebut juga sebagai sistem urinaria (traktus urinaria) terdiri atas
sepasang ginjal dan dua ueter yang menuju ke satu vesika urinaria yang nantinya akan keluar
satu uretra. Sistem ini berperan dalam memelihara homeostasis dengan cara menghasilkan
urin serta membawa berbagai produk sisa metabolisme tubuh. Urin yang di buat di ginjal akan
mengalir melalui ureter ke kandung kemih (vesika urinaria) tempat penampung urin
sementara, dan kemudian akan dikeluarkan melalui uretra sampai ke lingkungan eksternal.
Sistem urinaria ini memiliki masing-masing bagian yang penting dalam menjalankan
fungsinya masing-masing baik dari segi struktur makroskopik dan mikroskopiknya. Dimulai
dari ginjal yang salah satunya terdiri oleh kurang lebih empat juta nefron yang merupakan
unit fungsional pembentuk urin, dimana setiap nefron memiliki satu komponen vaskular
(kapiler) dan satu komponen tubular. Berikutnya adalah ureter yang hanya beperan sebagai
saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, dimana dalam kasus kali ini,
terjadi penyumbatan pada ureter sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri tak tertahan.
Kemudian vesika urinaria dengan struktur epitel yang berperan dalam peregangan vesika
urinaria sehingga dapat menampung sekitar 200-400 ml urin, dan pada akhirnya urin akan
dikeluarkan ke lingkunagn eksternal melalui uretra yang terdiri dari beberpa bagian.1-3

2
Struktur Makro Ginjal

Pembahasan ini merupakan pembahasan tentang sistem urinaria. Sistem urinaria


terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin, dua ureter yang membawa urin ke dalam
sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urin ke
luar tubuh melalui orifisium uretra eksterna. Namun organ terkait yang berhubungan dengan
skenario ini adalah ginjal.

Gambar 1. ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian Korteks adalah bagian ginjal di mana di
dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsula Bowman),
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis. Medula terdiri dari 9-14 massa-
massa triangular yang disebut pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent). Columna renalis adalah bagian korteks di
antara pyramid ginjal. Processus renalis adalah bagian pyramid/medula yang menonjol ke
arah korteks. Hilus renalis adalah suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal. Papilla renalis adalah bagian yang
menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor. Kaliks minor merupakan
3
percabangan dari calix major. Kaliks major merupakan percabangan dari pelvis renalis. Pelvis
renalis adalah bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter. Ureter adalah
saluran yang membawa urin menuju vesika urinaria.
Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal,
kolumna yang saling berdekatan. Dan jaringan korteks yang melapisinya.

Gambar 2. Unit nefron


Unit fungsional ginjal disebut nefron. Satu ginjal mengandung satu sampai empat juta
nefron yang merupakan unit pembentuk urin. Setiap nefron memiliki satu komponen vaskular
(kapilar) dan satu komponen tubular.2
Struktur nefron terdiri dari:2
Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsula epitel berdinding ganda yang
disebut kapsula Bowman. Glomerulus dan kapsula Bowman bersama-sama membentuk
korpuskel ginjal. Lapisan viseral kapsula Bowman adalah lapisan internal epitelium. Sel-sel
lapisan viseral dimodifikasi menjadi podosit (“sel seperti kaki”), yaitu sel-sel epitel khusus
disekitar kapiler glomerular. Lapisan parietal kapsula Bowman membentuk tepi terluar
korpuskel ginjal. Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriol eferen keluar dari glomerulus.
Sedangkan pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk
ke tubulus kontortus proksimal. Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15mm
dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel
epitelia kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan
lumen. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle

4
yang masuk ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam(lekukan), dan
membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle. Nefron korteks terletak di bagian
terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas
medula.
Nefron jugstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang
menjulur ke dalam piramida medula. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya
sekitar 5mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Disepanjang jalurnya, tubulus ini
bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol
mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut makula densa. Makula densa berfungsi
sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natrium. Dinding arteriol
aferen yang bersebelahan dengan makula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi
yang disebut sel jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah yang
memproduksi renin. Makula densa, sel jukstaglomerular dan sel mesangium saling bekerja
sama untuk membentuk aparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan
darah.

Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di


korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk
tuba yang lebih besar yang mengalirkan urin ke dalam kaliks minor, kaliks minor bermuara ke
dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urin dialirkan ke ureter yang
mengarah ke kandung kemih.

Struktur Mikro Ginjal

Ginjal dibagi atas daerah luar, yaitu korteks dan daerah dalam, yaitu medula. Korteks
ditutupi simpai jaringan ikat dan jaringan ikuat perirenal, dan jaringan lemak.3

5
Gambar 3. Korteks dan Piramid tampak menyeluruh.
Di dalam korteks terdapat tubuli kontortus, glomeruli, tubuli lurus, dan berkas medula.
Korteks juga mengandung korpuskulum renal (Bowman dan glomeruli), tubuli kontortus
proksimal dan distal nefron di dekatnya, arteri interlobular dan vena lobular, berkas medular
mengandung bagian-bagian lurus nefron dan duktus koligens. Berkas medula tidak meluas ke
dalam kapsula ginjal karena ada zona sempit tubuli kontorti.3
Medula dibentuk oleh sejumlah piramid renal. Dasar setiap piramid menghadap
korteks dan apeksnya mengarah ke dalam. Apeks piramid renal membentuk papila yang
terjulur ke dalam kaliks minor. Medula juga mengandung ansa Henle dan duktus koligentes.
Duktus koligentes bergabung di medula membentuk duktus papilaris yang besar.3
Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris. Saat epitel ini berlanjut ke dinding luar
kaliks, epitel ini menjadi epitel transisional. Di bawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan
ikat dan otot polos yang kemudian menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis.3
Lapisan viseral kapsula glomerular terdiri atas sel epitel yang dimodifikasi, disebut
podosit. Sel-sel ini mengikuti kontur glomerulus dengan rapat dan membungkus kapiler-
kapilernya. Di kutub (polus) vaskular, epitel viseral membalik membentuk lapisan parietal
kapsula glomerular. Ruang di antara lapisan viseral dan parietal adalah rongga kapsula yang
6
akan menjadi lumen tubulus kontortus proksimal di polus urinarius. Di polus urinarius, epitel
gepeng lapisan parietal berubah menjadi epitel kuboid tubulus kontortus proksimal.3
Segmen lurus tubuli proksimal serupa dengan tubulus kontortus proksimal dan segmen
lurus tubuli distal yang serupa dengan tubulus kontortus distal. Duktus koligentes dapat
dikenali karena sel-selnya kuboid pucat dan membran basalnya yang jelas terlihat. Medula
hanya mengandung bagian-bagian lurus tubuli dan segmen tipis ansa Henle. Di bagian luar
medula terlihat segmen tipis ansa Henle yang dilapisi epitel gepeng, segmen lurus tubuli
distal, dan duktus koligentes.3
Korpuskulum renal menampakkan kapiler glomerular, epitel parietal dan viseral
kapsula Bowman, dan ruang kapsular. Brush border yang tampak jelas dan sel asidofilik
membedakan tubuli kontortus proksimal dengan tubuli kontortus distal yang selnya lebih
kecil dan pucat tanpa brush border. Sel-sel tubulus koligens berbentuk kuboid, dengan batas
sel jelas dan sitoplasma pucat bening. Membran basal yang jelas mengelilingi tubuli ini.3
Papila ginjal mengandung bagian-bagian terminal duktus koligens, yaitu duktus
papilaris. Duktus ini berdiameter besar dengan lumen lebar dan dilapisi sel silindris tinggi dan
terpulas pucat. Di sini juga terdapat potongan segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus
tubuli kontortus distal. Jaringan ikat lebih banyak di daerah ini dan duktus koligens tidak
begitu berhimpitan.3
Perdarahan ginjal

Gambar 4. Perdarahan ginjal

7
Arteri yang mendarahi ginjal adalah arteri renalis. Arteri renalis berasal dari aorta
setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima
arteriae segmentales yang masuk ke dalam hilum renalis. Arteriae ini mendarahi segmen-
segmen atau area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteria segmentalis,
masing-masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis,
setiap arteria lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteriae
interlobares berjalan menuju cortex di antara pyramides renales. Pada perbatasan cortex dan
medula renalis, arteriae interlobares bercabang menjadi arteriae arcuate yang melengkung di
atas basis pyramides renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae
interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan
cabang arteriae interlobulares. Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis
dan mengalirkan darah ke vena cava inferior.4
Serabut-serabut aferen ren berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis
melalui nervi thoracici. Aliran limfenya adalah nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria
renalis.4
Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan interstisial.5
Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.Mempertahankan osmolaritas cairan
tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi keseimbangan H2O. Fungsi ini pentung untuk
mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar sel, yang masing-masing dapat
menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang merugikan.Mengatur jumlah dan
konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstraseluler, termasuk natrium (Na+), klorida (Cl-),
kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO43-), sulfat
(SO42-), dan magnesium (Mg2+). Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini
dalam cairan ekstraseluler dapat berpengaruh besar, Mempertahankan volume plasma yang
tepat, yang penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini
dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam dan
H2O.Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.Mengeluarkan produk-produk akhir
metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka
bahan-bahan sisa ini menjadi racunm terutama bagi otak. Mengeluarkan banyak senyawa
asing, misalnya obat aditif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lain yang

8
masuk ke tubuh. Menghasilkan eritropoetrinm suatu hormon yang merangsang produksi sel
darah merah. Menghasilkan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai
yang penting dalam penghematan garam oleh ginjal. Mengubah vitamin D menjadi bentuk
aktifnya.

Mekanisme Kerja Ginjal


Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus,
reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubular. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, 20%
plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke kapsula Bowman, yang dikenal
dengan filtrasi. Setelah filtrat melalui tubulus, bahan yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus dan disebut reabsorbsi tubulus. Sekresi tubulus
adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.5
Filtrasi
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus melewati tiga
lapisan berikut yang membentuk membran glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2)
membran basal, dan (3) lapisan dalam kapsula Bowman.5

Gambar 5. Lapisan-lapisan di membran glomerulus


Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng, Lapisan ini
memiliki banyak pori besar yang menyebabkan 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan
zat terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.5
Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori
kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil. Namun,
karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma lain, yang
9
juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam filtrat,
dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula Bowman.5
Lapisan akhir membran glomerulus adalah lapisan dalam kapsula Bowman. Lapisan
ini terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki
banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot process sekitar. Celah
sempit di antara foot process yang berdampingan (celah filtrasi) membentuk jalur tempat
cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsula Bowman.5
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong
sebagian dari plasma di glomeulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Filtrasi
glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di kapiler
tempat lain. Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus: tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.5
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah
di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung
dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.
Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-
pritein plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein
plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula Bowman. Karena itu, konsentrasi
H2O lebih tinggi di kapsula Bowman daripada kapiler glomerulus.5
Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian
awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong
cairan keluar kapsula Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula
Bowman.5
Karena tekanan filtrasi berlebih menyebabkan filtrasi glomerulus hanyalah disebabkan
oleh ketidakseimbangan gaya-gaya fisik yang saling berlawanan antara plasma kapiler
glomerulus dan cairan kapsula Bowman, maka perubahan di salah satu dari gaya-gayta fisik
ini dapat mempengaruhi LFG.5
Jika resistensi arteriol aferen meningkat maka darah yang mengalir ke glomerulus
lebih sedikit sehingga LFG berkurang. Sebaliknya bila resistensi arteriol aferen berkurang
maka lebih banyak darah mengalir ke dalam glomerulus dan LFG meningkat. Terdapat
mekanisme kontrol yang mengatur LFG. Mekanisme itu adalah autoregulasi yang ditujukan
untuk mencegah perubahan spontan LFG dan kontrol simpatis ekstrinsik yang ditujukan

10
untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri.5 Disini yang akan dibahas hanya
autoregulasi.
Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke
dalam glomerulus maka tekanan darah kapiler glomerulus, dan LFG, akan meningkat
berbanding lurus dengan tekanan arteri meningkat bila faktor lain tidak berubah. Demikian
juga, penurunan tekanan darah arteri akan menyebabkan penurunan LFG. Perubahan darah
arteri akan menyebabkan penurunan LFG seperti umumnya dicegah oleh mekanisme regulasi
intrinsik yang dilakukan oleh ginjal sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai autoregulasi.
Ginjal dengan batas-batas tertentu mempertahankan aliran darah ke dalam kapiler glomerulus
dengan mengubah-ubah kaliber arteriol aferen sehingga resistensi terhadap aliran melalui
pembuluh ini dapat disesuaikan.5
Dua mekanisme intrarenal berperan dalam autoregulasi adalah mekanisme miogenik
yang berespons terhadap perubahan tekanan di dalam komponen vaskular nefron dan
mekanisme umpan balik tubuloglomerulus yang mendeteksi perubahan kadar garam di cairan
yang mengalir melalui komponen tubular nefron.5
Mekanisme miogenik dari arteriol aferen serupa dengan autoregulasi di sistem arteriol
lain. Ketika otot di dinding arteriol teregang karena meningkatnya tekanan darah, channel ion
regang terbuka, dan sel otot terdepolarisasi. Depolarisasi membuka pintu ion Ca2+, dan otot
dinding pembuluh darah kontraksi. Vasokontriksi menambah tahanan darah yang mengalir,
dan kemudian darah yang melalui arteriol berkurang. Pengurangan darah yang mengalir
mengurangi tekanan filtrasi di glomerulus. Dengan kata lain penurunan LFG membantu tubuh
mempertahankan volume darah.6

11
Gambar 6. Mekanisme umpan balik tubuloglomerular membantu
autoregulasi LFG
Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus adalah kontrol lokal dimana cairan
mengalir melalui tubulus mempengaruhi LFG. Konfigurasi nefron yang terpilin-pilin
membuat bagian akhir dari ansa henle ascendens untuk melalui antara arteriol aferen dan
eferen. Tubulus dan dinding arteriol dimodifikasi di daerah dimana mereka bertemu satu sama
lain dan bersama-sama membentuk apparatus juxtaglomerular.6
Reabsorbsi
Reabsorbsi tubulus adalah porses yang sangat selektif. Semua konstituen kecuali
protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma. Pada
sebagian kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Karena itu
hanya sedikit konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin
karena sebagian besar telah direabsorbsi dan dikembalikan ke darah. Hanya bahan esensial
yang berlebihan yang diekskresikan di urin. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang terfiltrasi
terdapat di urin. Bahan sisa ini, yang tidak bermanfaat, sama sekali tidak direabsorbsi. Zat-zat
ini menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin. Sewaktu H2O dan bahan penting lain
direabsorbsi, produk-produk sisa yang tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat pekat.5
Terdapat dua jenis reabsorbsi tubulus yaitu reabsorbsi aktif dan pasif. Pada reabsorbsi
pasif, semua tahap dalam transpor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma
bersifat pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energi, yang terjadi adalah mengikuti penurunan
gradien osmotik. Sebaliknya transpor aktif berlangsung jiika salah satu dari tahap-tahap dalam
transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi, melawan gradien elektrokimia.5
Reabsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Dari energi total yang dikeluarkan
ginjal, 80% digunakan untuk transpor Na+. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut yang
terfiltras, Na+ direabsorbsi hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat beda-beda di
bagian yang berbeda. Natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens
ansa henle. Reabsorbsi Na+ memiliki peran penting berbeda-beda di masing-masing segmen.5
Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi glukosa,
asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Reabsorbsi natrium di pars ascendens ansa henle, bersama
dengan reabsorbsi Cl-, berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan
konsentrasi da volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau
mengeluarkan H2O. Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan berada
di bawah kontrol hormon. Reabsorbsi ini berperan kunci dalam mengatur volume cairan
12
ekstraseluler, yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga
berkaitan dengan sekresi K+ dan H+.
Tingkat reabsorbsi terkontrol berbanding terbalik dengan tingkat beban Na+ di tubuh.
Jika Na+ terlalu banyak maka hanya sedikit dari Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi; Na+ ini
akan keluar melalu urin sehingga kelebihan Na+ dapat dikeluarkan dari tubuh. Namun, jika
terjadi kekurangan Na+ maka sebagian besar dari seluruh Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi,
menghemat Na+ tubuh yang seharusnya keluar melalui urin.5
Beban Na+ di tubuh tercermin dalam volume cairan ekstraseluler. Natrium dan ion
Cl- penyertanya membentuk lebih dari 90% aktivitas osmotik cairan ekstraseluler. Ketika
beban Na+ diatas normal dan karenanya aktivitas osmotik cairan ekstraseluler meningkat
maka kelebihan Na+ ini akan menahan tambahan H2O, meningkatkan volume cairan
ekstraseluler. Sebaliknya ketika beban Na+ di bawah normal sehingga aktivitas osmotikk
cairan ekstraseluler berkurang, jumlah H2O yang dapat ditahan di cairan ekstraseluler
berkurang.5

Gambar 7. Sistem SRAA.


Sistem hormon terpenting yang terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-
angiotensin-aldosteron (SRAA). Sel granular aparatus jukstaglomerulus mengeluarkan suatu
hormon enzimatik, renin, ke dalam darah sebagai respons terhadap penurunan NaCl / tekanan
darah. Fungsi ini adalah tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus jukstaglomerulus

13
dalam otoregulasu. Secara spesifik, tiga masukan berikut ke sel granular meningkatkan
sekresi renin:5 Sel granular berfungsi baroreseptor internal. Sel ini peka terhadap perubahan
tekanan di dalam arteriol aferen. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah sel granular ini
mengeluarkan lebih banyak renin. Sel makula densa di bagian tubulus aparatus
jukstaglomerulus peka terhadap NaCl yang melewatinya melalui lumen tubulus. Sebagai
respons terhadap penurunan NaCl, sel makula densa memicu sel granular untuk mengeluarkan
lebih banyak renin.
Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika tekanan darah turun di bawah normal,
refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis. Sebagai bagian dari respons refleks ini,
peningkatan aktivitas simpatis merangsang sel granular mengeluarkan lebih banyak renin.
Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk meningkatkan sekresi renin ini semuanya
menunjukkan perlunya meningkatkan volume plasma untuk meningkatkan tekanan arteri ke
normal dalam jangka panjang. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan SRAA,
peningkatan sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan
koligentes. Klorida selalu secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk
oleh perpindahan aktif Na+. Manfaat akhir dari retensi garam ini adalah bahwa retensi tersebut
mendorong retensi H2O secara osmotis, yang membantu memulihkan volume plasma
sehingga penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah.5
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang
disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melewati
paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-
converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin II adalah
perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal. Korteks adrenal adalah
kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa hormon berbeda, masing-masing disekresikan
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol
sistemin, secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer total. Selain itu angiotensin II merangsang rasa haus dan merangsang vasopresin
(hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal), dimana keduanya ikut berperan dalam
menambah volume plasma dan meningkatkan tekanan arteri.5
Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transpor aktif sekunder. Pada proses ini,
pembawa kotranspor khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara stimultan
memindahkan Na+ dan molekul organik spesifik dari lumen ke dalam sel. Glukosa dan asam

14
amino mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energi yang telah digunakan dalam
reabsorbsi Na+. Transport aktif sekunder memerlukan keberadaan Na+ di dalam lumen.5
Tm untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt. Pada konsentrasi glukosa normal 100
mg/100 ml, 125 mg glukosa yang tersaring per menit dapat cepat direabsorbsi oleh
mekanisme pengangkut glukosa karena jumlah yang difiltrasi ini jauh di bawah Tm untuk
glukosa. Karena itu, biasanya tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah
jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi Tm. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit
(Tm terlampaui) maka jumlah yang direabsorbsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap
berada dalam filtrat untuk
dieksresikan.5

Gambar 8. Penanganan glukosa oleh ginjal sebagai fungsi dari


konsentrasi glukosa plasma.
Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin
disebut ambang ginjal. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 300mg/ml. Tm rerata 375
mg/mnt, LFG 125 mg/mnt. Diatas Tm, reabsorbsi akan tetap pada laju maksimalnya dan
setiap peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan
sebanding jumlah bahan yang diekskresikan.5
Dalam kenyataannya, glukosa sering mulai muncul di urin pada konsentrasi glukosa
180mg/100ml atau lebih. Glukosa sering diekskresikan sebelum ambang rerata ginjal sebesar
300mg/100ml tercapai oleh dua sebab. Pertama, tidak semua nefron memiliki Tm yang sama
sehingga sebagian nefron mungkin telah melampaui Tm mereka dan mengekskresikan
glukosa semetara yang lain belum mencapai Tm. Kedua, efisiensi pembawa kotranspor
glukosa mungkin tidak bekerja pada kapasitas maksimalnya pada nilai yang meningkat tetapi
kurang dari nilai Tm sebenarnya, sehingga sebagian dari glukosa yang terfiltrasi mungkin
gagal direabsorbsi dan tumpah ke dalam urin meskipun ambang rerata ginjal belum tercapai.5
15
Air direabsorbsi secara pasif di seluruh panjang tubulus karena H2O secara osmotis
mengikuti Na+ yang direabsorbsi secara aktif. Dari H2O yang terfiltrasi, 65% direabsorbsi
secara pasif pada akhir tubulus proksimal. Sebanyak 15% dari H2O yang difiltrasi
direabsorbsi di ansa henle. Total 80% H2O yang difiltrasi ini direabsorbsi di tubulus
proksimal dan ansa henle berapapun jumlah H2O di tubuh dan tidak berada di bawah kontrol.
Sisa 20% nya direabsorbsi dalam jumlah bervariasi di tubulus distal bergantung pada status
hidrasi tubuh.5
Urea tidak secara langsung berkaitan dengan reabsorbsi aktif Na+. Urea adalah produk
sisa dari pemecahan protein. Reabsorbsi H2O yang berlangsung secara osmotis di tubulus
proksimal sekunder terhadap reabsorbsi aktif Na+ menghasilkan gradien konsentrasi untuk
mendorong reabsorbsi pasif bahan sisa ini. Konsentrasi urea sewaktu difiltrasi di glomerulus
identik dengan konsentrasi di plasma yang masuk kapiler peritubulus. Namun, jumlah urea
yang ada dalam 125ml cairan yang difiltrasi di awal tubulus proksimal terkonsentrasi hingga
tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang tersisa di sekitar. Karena dinding tubulus proksimal
hanya agak permeabel terhadap urea, maka hanya seitar 50% dari urea yang terfiltrasi
direabsorbsi secara pasif melalui cara ini.5
Sekresi
Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh.
Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin.
Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan
tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam
maka sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan
tubuh terlalu rendah.5
Ion kalium secara selekif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian
tubulus; ion ini secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di
tubulus distal dan koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan
tanpa dikendalikan, sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di
bawah kontrol. Karena K+ difiltrasi hampir seluruhnya direabsorbsi di tubulus proksimal
maka sebagain besar K+ di urin berasal dari sekresi terkontrol K+ di bagian distal nefron dan
bukan dari filtrasi.5
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes digabungkan dengan reabsorbsi
Na+ oleh pompa Na+-K+ basolateral dependen energi. Pompa ini tidak hanya memindahkan
Na+ keluar sel menuju ruang lateral tetapi juga memindahkan K+ dari ruang lateral ke dalam

16
sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang menungkat mendorong pemindahan kelebihan K+
dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung
secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ di membran ini di tubulus distal dan
koligentes. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi kelebihan K+
dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal nefron.5
Beberapa faktor dapat mengubah laju sekresi K+. Dengan yang terpenting adalah
aldosteron. Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus
meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara
langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang
pada gilirannya mendorong sekresi dan akhirnya ekskresi kelebihan K+ di urin. Sebaliknya,
penurunan konsentrasi K+ plasma menyebabkan penurunan sekresi aldosteron dan penurunan
sekresi K+ ginjal yang dirangsang oleh aldosteron.5
Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K+ adalah status
asam-basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron dapat mensekresikan K+ atau H+
untuk dipertukarkan dengan Na+ yang direabsorbsi. Peningkatan laju sekresi K+ atau H+
disertai oleh penurunan laju sekresi ion yang lain. Dalam keadaan normal, ginjal cenderung
mensekresikan K+ tetapi jika cairan tubuh terlalu asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai
tindakan kompensasi, maka sekresi K+ berkurang. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi
K+ yang tidak sesuai di cairan tubuh.5
Organ genitalia feminina terdiri dari dua bagian, yaitu bagian interna dan eksterna.
Untuk bagian eksterna terdiri dari organ-organ genitalia bagian luar yang tampak dari luar,
sedangkan untuk bagian interna merupakan organ-organ genitalia di bagian dalam seperti
uterus, ovarium, tuba falopii yang tidak dapat terlihat langsung.1

Struktur Makroskopis Organ Genitalia Feminina Interna


Terdiri dari ovarium, tuba fallopii, uterus, dan vagina.

Ovarium
Ovarium adalah sepasang organ nerbentuk oval, sedikit pipih, yang tampak putih
seperti mutiara berbercak dengan banyak ketidakteraturan pada permukaannya. Ovarium ini
terletak di bawah tepi pelvis dan ditopang oleh ligamentum ovarii dan ligamentum
infundibulopelvis. Ovarium terletak pada fossa di sisi dinding pelvis yang dibatasi oleh
peritoneum. Di bagian atas, ovarium dibatasi oleh pembuluh darah iliaka eksterna, di bagian
bawah oleh saraf dan pembuluh darah obturator, di bagian posterior oleh ureter serta arteri

17
dan vena uterina, dan di anterior oleh pelekatan ligamentum larum dengan pelvis. Tuba
uterina terletak di atas permukaan medial ovarium.1
Persarafan ovarium berasal dari rantai simpatis lumbosakral dan menuju ovarium
bersama dengan arteri ovarika. Arteri ovarika merupakan suplai darah utama ovarium. Namun
demikian, darah juga dialirkan dari anastomosis cabang ovarium arteri uterina. Vena berjalan
mengikuti arteri membenruk pleksus pampiniformis di dalam mesovarium. Darah dari vena
ovarika kanan mengalir ke vena kava, sedangkan dari vena ovarika kiri biasanya masuk ke
vena renalis kiri. Limfe mengalir retroperitoneal ke nodus lumbalis aorta.1

Tuba fallopii
Dimulai dari fundus uterine sampai fimbriae. Muara pada corpus uteri disebut ostium
internum tuba uterine. Bagian-bagian tuba uterina adalah isthmus tuba uterina, bagian tuba
yang paling sempit. Ampulla tuba uterina, bagian yang paling lebar dan tempat terjadinya
fertilisasi. Infundibulum, bagian berbentuk corong dan mempunyai fimbriae. Pars intertitialis,
bagian tuba yang terdapat dalam dinding uterus. Fungsi tuba uterina adalah sebagai jalan yang
dilalui sperma untuk mencapai ovum.2
Persarafan saluran ovum berasal dari pleksus simpatis dan parasimpatis ovarii dan
pelvis. Pendarahan tuba berasal dari arteri uterina cabang tuba dan dari cabang ovarium.
Drainase vena melalui vena tuba yang menyertai arteri. Drainase limfe terletak retroperitoneal
terhadap nodus aorta lumbalis.2

Uterus
Uterus yang merupakan organ berotot seperti buah pir terbalik dengan ruang sempit di
tengahnya, terletak jauh di dalam pelvis minor antara kandung kemih dan rectum. Ruang
tengahnya, yang dilapisi endometrium, berbentuk segitiga dengan dasar di atas dan sangat
padat di bagian anterior-posterior. Setiap apeks bagian atas berhubungan dengan saluran
ovum dan apeks bagian bawah bersatu dengan kanalis servikalis.1
Tuba uteriae melekat pada uterus, satu pada setiap sisinya, berjarak kira-kira pada dua
pertiga jarak ke puncak uterus. Bagian uterus di atas insersi tuba disebut fundus. Di bawah
insersi tuba, terdapat korpus uteri yang berkelanjutan dengan segmen supravaginal
serviks.1Uterus disokong oleh tiga pasang ligamentum. Paling atas adalah ligamentum
rotundum, yang berjalan dari fundus uteri, anterior tuba uterine, dan ke kanalis inguinalis
interna. Ligamentum kardinale terdapat di lateral setiap sisi dari inferior tuba uterine yang

18
memanjang ke serviks dan melekat ke dinding samping pelvis. Ligamentum uterosakrum
membentang dari setiap pelekatan sacrum ke sambungan uteroserviks bagian posterior.1
Saraf yang menuju ke uterus meliputi pleksus hipogastrika superior, pleksus
hipogastrika inferior, nervi erigentes, nervus iliaka komunis, dan ganglion hipogastrika. Arteri
uterina (cabang terminal a. hipogastrika) merupakan sumber darah utama ke uterus dan a.
ovarika hanya mengaliri sedikit. A. uterina melewati anterior ureter di dekat sambungan
uteroserviks. Vena yang mendrainase uterus terutama adalah v. uterina dan yang kedua adalah
vena ovarii. Drainase limfe dapat melalui serviks ke rantai iliaka eksterna atau melalui ismus
ke nodus sacrum lateral. Drainase limfe dalam ligamentum rotundum dapat meluas ke nodus
inguinal superficial, kemudian ke femoral dan akhirnya ke rantai iliaka eksterna. Drainase
melalui ligamentum suspensorium ovarii berlanjut ke nodus lumbal sepanjang aorta, di atas
atau di bawah ginjal.1

Vagina
Vagina merupakan saluran yang tipis, berotot, dengan rugae yang sebagian kolaps,
dengan panjang 8-10 cm dan diameter sekitar 4 cm. Saluran ini memanjang dari hymen pada
celah urogenital ke arah serviks dan membelok ke atas dan posterior dari vulva. Serviks
menonjol beberapa sentimeter ke bagian atas vagina membentuk cekungan yang disebut
forniks. Karena bibir posterior serviks seringkali lebih panjang dibanding bibir anteriornya,
forniks posterior mungkin lebih dalam dibanding forniks anterior. Forniks-forniks lateral
berukuran sama. Ukuran vagina berkurang selama masa klimakterium dan semua bagian
forniks, terutama forniks lateral, menjadi lebih dangkal.1
Vagina terletak di antara kandung kemih dan rectum dan disokong terutama oleh
ligamentum transversum servikalis (ligamentum kardinale) dan muskulus levator ani.1
Peritoneum pada bagian posterior kavum Douglasi sangat berdekatan dengan forniks posterior
vagina, penting diperhatikan pada pembedahan.1
Persarafan vagina adalah melalui n. pudendus dan hemoroidalis dari sistem saraf
simpatis pelvis. Aliran darah berasal dari a. vaginalis (cabang desenden arteri uterine) dan dari
a. pudenda interna dan hemoroidalis media. Drainasenya melalui v. pudenda, hemoroidalis
eksterna dan v. uterine.1

19
Gambar no.9.Organ Reproduksi Wanita

Struktur Makroskopis Organ Genitalia Feminina Externa


Terdiri dari mons pubis, vulva, klitoris, vestibulum, labiya mayor, dan labiya minor.

Mons Pubis
Mons Pubis adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis
pubis. Bagian ini tertututp rambut pubis setelah pubertas. Saraf-saraf sensorik mons pubis
adalah n. ilioinguinal dan n. genitofemoral. Mons pubis mendapatkan aliran darah dari A.V.
pudenda eksterna. Saluran limfe bergabung dengan saluran limfe dari bagian lain vulva dan
abdomen superficial. Persilangan peredaran limfe labia di dalam mons pubis sangat penting
secara klinis karena memungkinkan terjadinya penyebaran metastasis kanker dari satu sisi
vulva ke kelenjar inguinal di sisi yang berlawanan serta sisi yang terkena.1

Vulva
Disebut juga rima pudenda. Muara pada vestibulum vagina. Ada lipatan kecil yang
disebut labium minus atau labia minora. Ke arah distal kedua labia minora membentuk
frenulum labiorum pudenda. Sebelah distal lab.pudendi terdapat jaringan ikat yang
menyebrang disbut commisura posterior. Ke atas labia minora berhubungan dengan glands
clitoris disbut preputium clitoridis. Di bagian kiri dan kanan vulva dibatasi oleh labia majora.
Di atas labia majora terdapat mons pubis yang berisi jaringan lemak dan ditumbuhi rambut.2

Klitoris
Organ yang homolog dengan penis pada pria ini berukuran 2-3 cm ditemukan pada
garis tengah, sedikit di anterior meatus uretra. Tersusun atas dua korpus kecil yang erektil,

20
masing-masing melekat ke periosteum simfisis pubis, dan sebuah struktur lebih kecil (glands
klitoridis) yang banyak sekali mendapat persarafan sensoris. Glans sebagian ditutupi oleh
labia minor.1
Klitoris mendapat persarafan dari n. pudendus dan hipogastrik serta saraf simpatis
pelvis, dan mendapat aliran darah dari arteri dan vena pudenda interna.1

Vestibulum
Merupakan ruangan yang dibatasi oleh kedua labia monora kanan dan kiri. Bagian
bawah vestibulum membentuk fossa naviculare. Beberapa lubangnya yaitu orificium urethra
externum lateral terdapat vestibularis minor. Orificium vagina, distal urethra yang ditutupi
hymen, dan ducuts glandula vestibularis major Bartolini.
Vestibulum dan uretra terminal dipersarafi oleh n. pudendus dan diperdarahi oleh
arteri dan vena pudenda interna.1

Labia major dan minus


Labia major merupakan lipatan yang besar dari mons pubis ke arah peritoneum dan
pada bagian luar berambut. Bagian dalamnya licin dan banyak ditumbuhi kelenjar sebasea.
Bagian depan atas labia majora kanan atau kiri bertemu pada commisura labialis anterior.
Bagian bawahnya bertemu pada commisura labialis posterior. Labia major merupakan lipatan
yang besar dan tebal.2
Sedangkan labia minus merupakan bibir dalam yang tipis, menjaga jalan masuk ke
vagina. Letaknya sebelah medial labium majus pudendi, permukaannya licin dan tidak
mengandung jaringan lemak. Pada bagian dorsal bergabung dengan fasies medialis labium
majus pudendi dan menbentuk liaptan transversal disebut frenulum labiorum pudendi.
Bagunan ini tampak jelas pada nulipara. Di bagian anterior, labium ini terbagi menjadi pars
medialis dan pars lateralis. Pars lateralis dari labium minus sinister bertemu dengan pars
lateralis labium minus dexter membentuk preputium clitoridis, sedangkan pars medialis kedua
labium bergabung di bagian caudal dari clitoris membentuk frenulum clitoridis.2 Lihat gambar
no.2.

21
Gambar no.10 Organ Reproduksi Wanita

Vesika Urinaria4,6
Vesika urinaria merupakan suatu kantong musculomembranosa yang berfungsi sebagai
reservoir urine dengan kapasitas penampungan sekitar 200-400 ml. Vesika urinaria pada bayi
sampai anak-anak berada atas dari apertura pelvis superior atau masih berada dalam rongga
abdomen. Ketika memasuki usia enam tahun, vesika urinaria akan turun pada pelvis major
dan setelah dewasa, akan turun sampai pelvis minor, dimana jika dalam keadaan terisi, bagian
atas vesika urinaria akan terletak didaerah hypogastrica atau naik sampai cavitas abdominalis.
Sedangkan dalam keadaan kosong, seluruhnya berada di belakang symphisis ossis pubis.
Vesika urinaria terbagi menjadi empat bagian, yaitu apex vesika urinaria yang semasa masih
janin, akan dihubungkan ke umbilikus melalui urachus dan setelah lahir, urachus akan
menutup dan menjadi lig. Umbilicale mediale. Bagian apex tertutupi oleh peritoneum dan
berbatasan dengan ileum dan colon sigmoideum. Yang kedua adalah bagian dasar vesika
urinaria dimana pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dijumpai orificium uretris dan
dibagian inferior terdapar orificium uretra internum. Bagian dinding vesika urinaria terdiri
dari dinding bagian superior dan dua dinding bagian lateroinferior. Dinding latero inferior
dibagian proximal berhubungan dengan M. Obturator internus dan dibagian distal dengan M.
Levator ani. Dan yang terakhir adalah bagian collum vesika urinaria, pada pria berbatasan
dengan permukaan atas dari Gl. Prostat sedangkan pada wanita tidak berbatasan dengan organ
apapun. Pada pria bagian collum difiksasi oleh lig. Puboprostata, sedangkan pada wanita di
fiksasi oleh lig. Pubovesicale. Tunika mukosa pada vesika urinaria yang sedang dalam
keadaan kosong akan berlipat-lipat. Tunika mukosa yang meliputi bagian permukaan dalam
dari vesika urinaria disebut sebagai trigonum vesicae liutaudi. Sudut trigonum dibagian
supoerior merupakan muara dari ureter sedangkan sudut inferiornya merupakan
ostium/orificium uretra internum. Tunika muskularis vesika urinaria terdiri dari otot polos
yang tersusun dalam tiga lapisan yang terhubung dengan M. Detrusor vesicae. Pada collum
vesika urinaria, komponen sirkular dari lapisan otot ini membentuk M. Spinchter vesicae.
Vaskularisasi untuk vesika urinaria berasal dari A. Vesicalis superior dan a. Vesicalis inferior,
serta A. Obturatoria dan A. Glutea inferior yang merupakan cabang dari a. Iliaca interna.
Sementara untuk pembuluh baliknya, pada pria, dari V. Dorsalis penis profunda plexus
venosus prostaticusplexus venosus vesicalisV. Vesicalis inferiorV. Iliaca interna.

22
Sedangkan pada wanita, dari V. Clitoridisplexus venosus vaginalisplexus venosus
vesicalisV. UterinaV. Iliaca interna
Kesimpulan
Sistem kemih manusia baik pria maupun wanita dimulai dari ginjal yang menjalankan fungsi
filtrasi,reabsorpsi,dan sekresinya. Setelah itu akan disalurkan ke vesika urinaria melalui ureter
dan akan di tampung disana,serta akan dikeluarkan melalui organ genitalia wanita. Jika terjadi
sesuatu pada fungsi sistem uruogenital tersebut maka proses buang air kecil dari seseorang
sendiri akan terganggu.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus saku kedokteran dorlan. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2011. Pitting, edema,
ascites; h. 845, 363, 110.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.319-21.
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC; 2003.h.248-55.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.250-4.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.553-80.
6. Silverthorn DU, Johnso BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human
physiology. Fifth Edition. San Fransisco: Pearson; 2010.p.631-4.

24

You might also like