Professional Documents
Culture Documents
net/publication/291774783
CITATIONS READS
0 13,950
3 authors, including:
Ari Sandhyavitri
Universitas Riau
41 PUBLICATIONS 12 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN SISTEM TERPADU PERINGATAN DINI, SIAGA DARURAT, DAN RESPON CEPAT TERHADAP KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TROPIS DALAM MEMBENTUK
DESA TANGGUH BENCANA KEBAKARAN DI INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Ari Sandhyavitri on 25 January 2016.
Abstrak
Kata Kunci: material perkerasan jalan, soil cement, agregat, base dan sub base course, biaya.
PENDAHULUAN
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi, memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Jalan juga merupakan salah
satu faktor yang dapat menentukan baik atau buruknya perekonomian di suatu daerah. Pembangunan
konstruksi jalan membutuhkan berbagai pertimbangan teknis, ekonomis maupun metode konstruksinya.
Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil minyak terbesar di Indonesia. PT. Chevron
Pasific Indonesia (PT.CPI), membangun ruas jalan menghubungkan lokasi pertumbuhan berupa ladang-
ladang minyak PT. CPI yang berlokasi di Kota Batak Petapahan, Kabupaten Kampar - Provinsi Riau (Kota
Batak Main Field Road Improvement Project). (PT. CPI, 2010).
Pertimbangan teknis dan ekonomis seringkali menjadi faktor utama dalam perencanaan pembagunan
konstruksi termasuk konstruksi jalan. Penggunaan lapisan berbutir (agregat) pada pembangunan lapisan base
dan sub base course jalan seperti bebatuan dan gravel dalam jumlah besar dapat menimbulkan masalah
terutama pada wilayah yang mempunyai keterbatasan sumberdaya material alam.
Oleh karena itu pada Proyek Peningkatan Jalan Operasional PT.CPI Kota Batak Petapahan,
pekerjaan struktural dilakukan dengan menggunakan teknologi stabilisasi daur ulang lapisan perkerasan atau
yang lazim disebut cold in place recycling (berdasarkan Bina Marga tahun 1987 disebut stabilisasi tanah
semen). Teknologi cold in place recycling (stabilisasi tanah semen) merupakan suatu teknologi yang relatif
baru berkembang di Indonesia. Efisiensi dari teknologi ini terutama bersumber dari kemampuannya untuk
mengoptimalkan penggunaan kembali material lapisan perkerasan lama yang akan dijadikan material lapisan
perkerasan baru setelah diperbaiki dan ditingkatkan sifat-sifat teknis materialnya. Peningkatan sifat teknis
material dilakukan dengan penambahan bahan ikat (pencampur).Dalam penelitian ini bahan ikat (pencampur)
yang dicampur adalah semen Portland tipe I sesuai SNI 15-2049-2004.
Penggunaan teknologi cold in place recycling (stabilisasi tanah semen) ini pada wilayah tertentu di
Indonesia diperkirakan lebih ekonomis dibandingkan dengan pekerjaan lapisan berbutir (agregat). Selain itu
konstruksi pekerjaan lapisan dengan cara daur ulang akan relatif lebih cepat dilakukan karena proses
pekerjaannya yang memanfaatkan material jalan lama (sub grade).
Gambar 2. Sketsa Lokasi Studi Kasus (Kota Batak Main Field Road Improvement Project, 2010)
Tujuan penulisan ini adalah : (i) menganalisa dan membandingkan ketebalan (komposisi struktural)
lapisan perkerasan base dan sub base course jalan menggunakan teknologi daur ulang lapisan perkerasan
(cold in place recycling) dibanding penggunaan lapisan agreat; dan (ii) menganalisa besarnya biaya (RAB)
yang dibutuhkan dengan menggunakan 2 pendekatan di atas. Untuk perencanaan struktural tebal tiap-tiap
lapisan perkerasan lentur jalan, akan dianalisa dengan menggunakan metode Analisa Komponen SKBI
2.3.26.1987 (Bina Marga, 1987).
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : Data Sekunder dari berbagai sumber, seperti PT. CPI, 2010.
Jalan dibangun sepanajang 11 km, dengan lokasi relatif datar, dan lebar perkerasn 6 m 2 arah.
Jumlah lalulintas harian rata-rata, 2011 masih relatif rendah <1000 lhr, namun prosentase kendaraan berat
sangat besar yaitu > 50%.
Sering kali jenis tanah dasar itu berbeda-beda sehubungan dengan perubahan kedalaman pada satu titik
pengamatan. Untuk itu perlu ditentukan nilai CBR yang mewakili titik tersebut. Berdasarkan hal tersebut di
atas Japan Road Association (1989) memberikan rumus perhitungan sebagai berikut:
Pada proyek Peningkatan Jalan OperasionalPT.CPI Kota Batak Petapahan analisa CBR dilakukan hingga
kedalaman 900 mm pada tiap 200 m panjang jalan. Untuk kebutuhan perkerasan dengan stabilisasi tanah dan
semen, maka bagian atas tanah dasar direcycling dan dicampur dengan 5,5% setebal 40 cm. Sehingga tanah
dasar dipakai tanah dasar dengan kedalaman 40 sampai 90cm. Diperoleh CBR tanah dasar pada kedalaman
itu 6%.
Untuk mencari Daya Dukung Tanah dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
DDT = 4,3 log CBR + 1,7
= 4,3 log 6,0 + 1,7
= 5,0
Diproleh Daya dukung tanah disain = 5,0 kg/cm2.
20 cm Surface 5 Cm
Base Course 20 Cm
26 cm
Sub Base Course 25 Cm
B. BAHAN
C. PERALATAN
C. PERALATAN
(A) Jumlah Harga Pekerjaan (termasuk Biaya Umum dan Keuntungan) 9.351.599.929
(B) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 10% x (A) 935.159.993
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 10.286.759.922
Terbilang: Sepuluh miliar dua ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus lima puluh sembilan ribu sembilan ratus dua puluh dua rupiah
Catatan 1 : Total harga pekerjaan tidak termasuk pekerjaan pengaspalan permukaan jalan.
Surface 5 Cm
39 cm Soil Cement 39 Cm
B. PERALATAN
B. BAHAN
C. PERALATAN
(A) Jumlah Harga Pekerjaan (termasuk Biaya Umum dan Keuntungan) 6.476.042.428
(B) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 10% x (A) 647.604.243
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 7.123.646.671
Terbilang: tujuh miliar seratus dua puluh tiga juta enam ratus empat puluh enam ribu enam ratus tujuh puluh satu rupiah
Catatan 2 : Total harga pekerjaan tidak termasuk dalam pekerjaan aspal permukaan.
KESIMPULAN
Berdasarkanhasil analisa perhitungan tebal lapisan perkerasan dengan metode Bina Marga (Analisa
Komponen)pada 2 (dua) jenis pekerjaan jalan didapatkan hasil sebagai berikut :
Pekerjaan Jalan Lapisan Berbutir (Agregat)
Lapisan Pondasi Atas(Base Course) = 20 cm
Lapisan Pondasi Bawah(Sub Base Course) = 25 cm
Pekerjaan Jalan Lapisan Terstabilisasi (SoilCement)
Lapisan terstabilisasi soilcement = 39 cm
Berdasarkan hasil analisa perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada 2 (dua) jenis pekerjaan
jalan didapat rekapitulasi biaya keseluruhan pekerjaan (non aspal) adalah sebagai berikut:
Pekerjaan Jalan Lapisan Berbutir = Rp.10.286.759.922,-
Pekerjaan Jalan Lapisan (Soil Cement) = Rp.7.123.646.671,-
Dapat diketahui bahwa pekerjaan jalan dengan menggunakan stabilisasi soil cement pada base dan
sub base course jalan ini relative lebih murah (sekitar 30%) dibanding dengan pekerjaan berbutir.
DAFTAR PUSTAKA
Adeli, H., and Wu, M. 1998. Regularization Neural Network for Construction Cost Estimation, J.
Ahuja, H.N. et al. 1992. Project Management: Techniques in Planning and Controlling Construction
Projects, 2nd. Ed., John Wiley&Sons, New York.
Arif Widiyanto. 2005. Penerapan Teknologi Stabilisasi Sebagai Upaya Effesiensi dalam Rehabilitasi dan
Peningkatan Jalan di Indonesia, Proceeding Simposium Nasional IV Rekayasa Aplikasi dan
Perancangan Indusri. Fakultas Teknik UMS. Surakarta.
Austab. 2002. Model Specification for Insitu Stabilisation of Local Government Roads using Cementitious
Binder including Lime-Version D.
Austroads. 2004. Pavement Design – A Guide to The Structural Design of Road Pavements, Austroads.
Sidney. New South Wales.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 1983. Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1983. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 1987. Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.1983. Manual Pemeriksaan Perkerasan
Jalan Dengan Alat Benkleman Beam. Jakarta.
Dinas Bina Marga. 1996. Panduan Pembuatan Owner’s Estimate Jalan. Pekanbaru.
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 1970. Peraturan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.
Harrison, F.L. 1985. Advanced Project Management, 2nd. Ed., Gower Publishing, Hants.
Manfred R Hausman. 1990. Enggineering Principles of Ground Modification, Mc Graw Hill Publishing
Company. New York.
Oberlender, G.D. and Trost, S.M. 2001. Predicting Accuracy of Early Cost Estimates Based on Estimate
Quality, J. Construction Engineering and Management, Vol. 127, No.3, 173-182.
Shirley L. Hendarsin. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung.
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum. 2010. Permberlakuan Pedoman Pelaksanaan Stabilisasi Bahan
Jalan Langsung Di Tempat Dengan Bahan Serbuk Pengikat. Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.
The Asphalt Istitute. 1977. Asphalt Overlay and Pavements Rehabilitation, Manual Series No.17, 1st
Edition. Maryland USA.
Tom D. Wilmot. 2006. The Importance of Stabilisation Techniques for Pavement Construction, 22nd ARRB
Conference - Research into Practice, Canbere. Australia.
Trost, S.M. and Oberlender, G.D. 2002. Predicting Accuracy of Early Cost Estimates UsingFactor
Analysis and Multivariate Regression, J. Construction Engineering andManagement, Vol. 129, No.
1, 198-204.
US Army Corps of Engineers. 2005. Unified Facilities Criteria (UFC) Construction Cost
Estimates,Washington, D.C.
Wiron, John William. 2004. Rencana Anggaran Biaya. Asona. Jakarta.