Professional Documents
Culture Documents
Happy Susanto*
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Email: happysusanto@yahoo.com
Abstract
The aims of this article is to investigating the philosophy of human
being Ibn Arabi. The philosphy of human being can define as of study the
nature of human being, that is the essential characteristic that make up human
being and their manifestations and implications. Ibnu Arabi is one of the
philosopher that concern to discuss about divine root of human creation. Arabi
focuses upon reality itself, and reality is Wujûd, that is, being, existence, or that
which is found. Wujûd is the Real or al-haqq, which is another name for God.
In itself, Wujûd is concealed and nonmanifest. In other words, it is the Hidden
Treasure. However, Wujûd loved to be known, so it created the universe in
order to be known. Those who know Wujûd in a full sense are true human
beings, or perfect human being (al-insan al-kamil). But people cannot know
Wujûd unless wujûd makes itself known to them. It makes itself known by
manifesting itself in three basic ways: through the universe, through the self,
and through scripture. Scripture, the Qur’an in particular, is the key that opens
the door to the universe and the self. Prefect human being is linked between the
two diametrically opposed aspects of the unique divine reality. Netheir an animal
or an angle, man hovers between the world of corruption and the world of
immutability. By virtue of his intermediary position, man becomes a microcosmic
reality in which God contemplates Himself in the most eduquate form. Prefect
man is that human individual who has prefectly realized that full spiritual potential
of the human state, who has realized in himself and his experince the Oneness
of Being than underlies all the apparent multiplicity of existence.
Jl. Budi Utomo No. 10 Ponorogo, Jawa Timur 63471, Indonesia Telp: +62 352
481124
Abstrak
Tulisan ini bertujuan melakukan pengkajian tentang filsafat manusia Ibnu
Arabi. Filsafat manusia adalah kajian tentang hakikat manusia dan berbagai
macam karakteristik yang dimiliki serta pengaruhnya dalam kehidupan. Arabi
adalah filsuf yang banyak menaruh perhatian tentang akar penciptaan manusia
dikaitkan dengan Ilahi. Ia banyak membahas tentang tentang realitas itu sendiri,
yaitu realitas Wujûd, yaitu Ada atau meng-Ada atau apapun yang mewujudkan
hal tersebut. Wujûd dalam Islam disebut dengan al-H}aqq, yang merupakan nama
lain dari Tuhan. Wujûd dalam dirinya sendiri, tersembunyi maupun tersingkap,
laksana sebuah harta karun yang terpendam. Namun Wujûd sangat ingin dikenali
maka terciptalah alam semesta agar dapat dikenali. Yang dapat mengenali Wujûd
secara sempurna adalah manusia atau yang disebut dengan manusia sempurna
(al-insân al-kâmil ). Namun Wujûd tidak bisa dikenali oleh siapapun dan apapun
kecuali Wujûd itu ingin dikenali, maka dari itu Wujûd untuk dapat dikenal maka ia
mewujudkan diri ke melalui tiga hal yang fundamental yaitu, melalui alam
semesta, melalui diri, dan melalui kitab suci. Kitab suci khususnya al-Qur’an
adalah kunci untuk membuka pintu ke alam semesta (cosmos) dan Wujûd itu sendiri.
Sementara itu, manusia sempurna dihubungkan dengan dua aspek bertentangan
dari Realitas Ilahi yang unik, yaitu antara sifat binatang atau malaikat, dengan kata
lain manusia berada di antara dunia yang penuh dengan kefanaan dan kekekalan.
Dalam posisi tengah tersebut manusia menjadi kenyataan mikrokosmik (microcosmic)
di mana Allah mewujudkan diri-Nya dalam bentuk yang paling memadai. Manusia
sempurna adalah manusia yang telah benar-benar menyadari bahwa dalam dirinya
dipenuhi oleh potensi spiritual dan masuk ke dalam pengalaman tentang keesaan
Tuhan yang menjadi dasar dari segala keberadaan.
Pendahuluan
ilsafat manusia merupakan bagian integral dari sistem filsafat
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 111
2
William Chittick, The Sufi Path of Knowledge: Ibn Arabi’s Methaphysics of Imagination,
(Albany: SUNY Press, 1989), 37-38.
3
William Chittick, Imaginal Worlds, Ibn al-Arabi and the Problem of Religious Diversity,
(Albany: SUNY Press, 1989), 35.
4
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), 6.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 113
5
William Chittick, Imaginal Worlds…, 37.
6
Muhyiddin ibn ‘Arabi, Al-Futûh}ât al-Makkiyyah, Jilid II, (Bairut: Dâr bâdir, 1911),
290.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 115
9
William Chittick, Imaginal Worlds…, 43.
10
Moulvi S.A.Q. Husaini, Ibnu ’al–Arabi: The Great Muslim Mystic and Thinker,
(Lahore: Muhamad Asraf, 1913), 60.
11
William Chittick, Imaginal Worlds…, 44-47.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 117
12
Muhyiddin ibn ‘Arabi, Al-Futûh}ât al-Makkiyyah, 300.
13
William Chittick, Imaginal Worlds…, 54.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 119
14
QS. al-Baqarah: 30.
15
Muhyiddin ibn ‘Arabi, Al-Futûh}ât al-Makkiyyah, 322.
16
William Chittick, Imaginal Worlds…, 58.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 121
17
Ibid., 59.
18
QS. al-Hadid:1 dan al-Hasyr:1.
19
Muhyiddin ibn ‘Arabi, Fus}ûs} al-H}ikam, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Arabi), 81.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 123
20
William Chittick, Imaginal Worlds…, 62.
21
Ibid., 62-63.
Jurnal TSAQAFAH
Filsafat Manusia Ibnu Arabi 125
Penutup
Hakikat manusia menurut Ibnu Arabi adalah mahkluk yang
sempurna karena mampu menghadirkan setiap nama Tuhan dalam
kehidupan yang nyata. Manusia sempurna adalah tujuan Tuhan
dalam menciptakan kosmos, karena manusia dimungkinkan
menampakkan sifat-sifat-Nya secara total. Ibnu Arabi menyebutkan
manusia paling sempurna adalah para wakil atau utusan Tuhan.
Mereka mewarisi ilmu-ilmu pengetahuan dan akhlak mulia dan
menempati kedudukan tertinggi dari seluruh situasi manusia.
Kesempurnaan manusia ini bukan berarti akan sampai pada derajat
ketuhanan, karena Tuhan tidak sama dengan siapa pun dan dengan
apa pun. Kosmos adalah jumlah keseluruhan sifat-sifat dan sekaligus
efek nama-nama Tuhan. Kosmos adalah cerminan Tuhan namun
bukan Tuhan. Ibnu Arabi menyebutnya dengan Dia tapi bukan Dia.
Manusia sempurna tetap berada dalam esensinya, yang tidak ada
selain esensi Wujûd itu sendiri. Pada saat yang sama, mereka senantiasa
mengalami transformasi dan transmutasi dengan berpartisipasi
dalam mendorong “Penyingkapan Diri Tuhan” dan memanifestasi-
kan sifat-sifat nama Tuhan dalam keragaman situasi kosmis yang
tak pernah ada akhirnya. Manusia sempurna berfungsi menambah
semua hakikat Tuhan dalam segala sesuatu. manusia sempurna tidak
hanya naik (tanâzul), melainkan mereka juga turun dan aktif
memainkan peran dalam kosmos. Mereka tetap berada ditingkatan
spiritual (maqâm) Dia bukan Dia. Realitas-realitas adalah akar-akar
Ilahi dari segala sesuatu, ciri yang melekat pada segala sesuatu yang
ditentukan oleh cara perwujudannya. Beragam realitas tersebut
berada pada tingkat yang paling dalam dan menampakkan diri dalam
kosmos dalam berbagai situasi yang aktual.[]
22
Sachiko Murata, The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationship in Islamic
Thougt, (Albany. N.Y: SUNNY Press), 1993.
Daftar Pustaka
Chittick, William. 1989. The Sufi Path of Knowledge: Ibn Arabi’s
Methaphysics of Imagination. Albany: SUNY Press.
_____. 1992. Faith and Practice of Islam: Three Thirteenth Century
Sufi Texts. Albany: SUNY Press.
_____. 1994. Imaginal Worlds, Ibn al-Arabi and the Problem of
Religious Diversity, Albany: SUNY Press.
Corbin, Henry. 1969. Creative Imagination in the Sufism of Ibn Arabi.
Princeton: Princeton University Press.
Husaini, Moulvi S.A.Q. 1913. Ibn al–Arabi the Great Muslim Mystic
and Thinker. Lahore: Muhamad Asraf.
Ibnu Arabi. 1914. Al-Anwâr. Mesir: al-Jamaliyah Bih}âr al-Rûm.
_____. 1947. Fus}ûs} al-H}ikam. Beirut: Dâr al-Kutub al-Arabi.
_____. 1972. al-Futûh}ât al-Makkiyyah. Kairo: al-Hay’at al-Mis}riyyat
al-Ammah lil-Kitâb.
Izutsu, Toshihiko. 1983. Sufism and Taoism. Los Angles: University
of california Press.
Nasution, Harun. 1983. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Murata, Sachiko. 1993. The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender
Relationship in Islamic Thougt. Albany. N.Y: SUNNY Press.
Nicholson, R.A. 1978. The Turjumân al-Asywâq: A Collection of
Mystical Odes by Muhyiddin ibn al-Arabi. London: Theosophical
Publishing House.
Nasr, Seyyed Hossein. 1964. Three Muslim Sages. Cambridge:
Harvard University Press.
_____. 1981. Knowledge and the Sacred. New York: Cross-road.
Jurnal TSAQAFAH