You are on page 1of 8

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321

Universitas Syiah Kuala ISSN e-2502-5295


pp. 243 – 250

ANALISIS DEFORMASI DAN RETAKAN STRUKTUR


TEROWONGAN DENGAN PEMODELAN PSEUDOSHELL

Nirwal Mahdi Abdullah1, Muttaqin2, Husaini 3


1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala,
email : nirwalmahdi@gmail.com
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala,
email: muttaqin@unsyiah.ac.id
3)
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala,
email: husainiftm@unsyiah.ac.id

Abstract: The increasing development of infrastructure such as building tunnels in support of


improved transport system that takes some analysis of the behavior of the tunnel in preventing
damage. The object of research is the shotcrete lining tunnel Sieberg, Austria developed using
construction methods New Austrian Tunnel Method (NATM). This study aims to determine the
behavior that causes damage such as cracks and displacement by performing two analyzes are
analyzed using a pseudoshell model developed by Shi (2009) with a thickness of pseudoshell is
0.06 m. Some of the data used was taken from a previous study conducted by Lackner and
Mang (2003) which is also located in the tunnel Sieberg, Austria. Data collected in the form of
secondary data will be analyzed using the software ATENA V5. The results obtained are in
pseudoshell modeling, for a distributed load partial left side of the tunnel, the amount of
deformation modeling pseudoshell thickness 0.06 m is 42,75 mm.
Keywords : Tunnels, NATM method, PseudoShell Model, Dummy Load, ATENA V5, Cracked,
Displacement.

Abstrak: Meningkatnya pembangunan infrastruktur seperti bangunan terowongan dalam


mendukung sistem transportasi yang meningkat sehingga diperlukan beberapa analisa terhadap
perilaku terowongan dalam mencegah terjadinya kerusakan. Objek penelitian adalah lapisan
shotcrete terowongan Sieberg, Austria yang dikembangkan dengan menggunakan metode kon-
struksi New Austrian Tunnel Methode (NATM). Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku
yang menyebabkan kerusakan seperti retakan dan displacement dengan melakukan analisis
yaitu menggunakan model Pseudoshell yang dikembangkan oleh shi (2009) dengan ketebalan
pseudoshell sebesar 0,06 m. Beberapa data yang digunakan diambil dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Lackner dan Mang (2003) yang juga berlokasi di terowongan Sieberg,
Austria. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang akan dianalisa menggunakan
perangkat lunak ATENA V5. Hasil yang diperoleh adalah pada pemodelan pseudoshell, untuk
beban merata sebagian sisi kiri terowongan, besaran deformasi dengan pemodelan pseudoshell
dengan tebal 0,06 m adalah 42,75 mm.

Kata kunci : Terowongan, Metode NATM, Pemodelan Pseudoshell, Beban Dummy,, ATENA
V5, Retak, Displacement.

Dengan meningkatnya pembangunan dikembangkan dalam tahap konstruksi


infrastruktur seperti bangunan terowongan terowongan adalah proses penggalian
dalam mendukung sistem transportasi yang menggunakan metode New Austrian Tunnel
semakin meningkat sehingga diperlukan Methode (NATM) yang mana teknik ini
beberapa analisa terhadap perilaku dilakukan dengan cara menembakkan
terowongan dalam mencegah terjadinya campuran beton khusus berupa beton tembak
kerusakan. Salah satu penerapan metode yang (shotcrete) ke dinding terowongan sehingga

Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 243


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

membentuk seperti cangkang. Terowongan Sieberg


Salah satu perilaku terowongan yang Terowongan adalah struktur bawah tanah
perlu diperhatikan dalam strukur terowongan yang mempunyai panjang lebih dari lebar
seperti pada model terowongan NATM adalah penampang galiannya, dan mempunyai
terjadinya retakan pada cangkang terowongan. gradien memanjang kurang dari 15%.
Analisa mengenai retakan yang terjadi pada Terowongan Sieberg, Australia. Terowongan
terowongan ini pernah dilakukan oleh Lackner ini termasuk High Speed Railway Tunnel
dan Mang (2003) menggunakan metode karena digunakan untuk transportasi kereta api
hybrid dimana dilakukan metode pendekatan berkecepatan tinggi. Panjang terowongan
dengan menggabungkan pengukuran secara Sieberg adalah 6480 m (6.48 km).
in-situ dan hukum unsur material pada beton
Teknologi Beton Semprot (shotcrete)
yang bertujuan meneliti bagaimana perilaku
Beton semprot adalah istilah tunggal
lapisan shotcrete selama 50 hari setelah
yang menggambarkan berbagai komponen
konstruksi selesai.
dari teknologi yang lengkap yaitu:
Salah satu metode lain yang dapat
• Bahan beton yang disemprotkan.
digunakan untuk menentukan besaran
pengaruh retakan dan displacement yang • Proses pengecoran yang disemprotkan.

terjadi adalah pemodelan pseudoshell yang • Sistem beton semprotkan.

dikembangkan oleh Shi (2009). Menurut Wiweko (2013), berdasarkan

Penelitian ini berfokus pada struktur pengamatan di lapangan, suatu lapisan

terowongan Sieberg dengan data-data yang “shotcrete” setebal 15 cm yang dipakai pada

digunakan berdasarkan penelitian yang telah terowongan berdiameter 10 m dapat dengan

dilakukan oleh Lackner dan Mang (2003). aman menahan beban sampai 45 ton/m2

Tujuan dari penelitian ini adalah sedang apabila dipakai baja tipe WF-200 yang

mengetahui deformasi dan retakan pada dipasang pada jarak 1 m hanya mampu

struktur terowongan akibat beban statis menahan 65% dari kekuatan “shotcrete”

dengan menggunakan pemodelan Pseudoshell tersebut.

yang dikembangkan oleh Shi (2009).


Penelitian Retakan Lackner dan Mang
Digunakan pemodelan pembebanan dengan
(2003)
ketebalan pseudoshell terhadap ketebalan
Metode hybrid yang digunakan oleh
shotcrete sebesar 0,06 m yaitu pembebanan
Lackner dan Mang (2003) telah
merata sebagian pada sisi kiri terowongan.
dikembangkan sebelumnya oleh Zachow
Semua pemodelan menggunakan perangkat
(1997) yaitu dengan menggabungkan antara
lunak ATENA v5 sebagai analisa bangunan
pengukuran yang dilakukan langsung di
non linier dengan metode elemen hingga.
lapangan saat pengerjaan dengan sifat-sifat

KAJIAN KEPUSTAKAAN material beton didalam beton tembak


244 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

(shotcrete). Analisa yang digunakan berada


pada potongan melintang MCS 1452 (km
156.990). Hasil dari penelitian tersebut yaitu
jumlah retakan yang berhubungan dengan
tingkatan pembebanan yang terjadi selama 50
hari sejak awal konstruksi selesai. Pengaruh
tingakatan pembebanan dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 2. Contoh Retakan di Terowongan


Sumber : Shi (2009)

Konsep Terowongan Shotcrete


Menurut Hellmich (2001), suatu struktur
terowongan yang menerapkan metode NATM
merupakan suatu bentuk struktur yang rumit.
Konsep sederhana untuk menganalisa terowo-
ngan shotcrete pernah dilakukan dengan
Gambar 1 Tingkatan Pembebanan Terowongan
Sumber : Lackner dan Mang (2003) menggunakan beberapa hipotesis/dugaan
seperti berdasarkan Lackner dan Mang (2003)
Perilaku Retakan Pada Terowongan
yaitu :
Menurut Chen dan Mo (2008), bahwa
1. Perubahan lengkungan pada arah
dalam menganalisa permasalahan terhadap
longitudinal diabaikan
retakan pada terowongan dilakukan pada dua
2. Selama deformasi, ketebalan cangkang
kondisi yaitu kondisi tahap konstruksi dan
terowongan diasumsikan mendekati
tahap pelayanan. Pada tahap pelayanan yaitu
konstan.
gaya eksternal yang bekerja pada terowongan
3. Diasumsikan tulangan sempurna antara
selanjutnya akan dianalisa untuk mendapatkan
shotcrete cangkang terowongan dan
distribusi retak. Salah satu pendekatan yang
batuan sekitar cangkang terowongan.
digunakan adalah dengan memodelkan
4. Diasumsikan tidak ada transfer tegangan
retakan yang disebabkan oleh perilaku
antara ujung dari bagian atas terowongan
material non linier (Shi, 2009). Contoh retakan
dengan dengan batuan yang berdekatan
yang terjadi pada terowongan dapat dilihat
dengan shotcrete.
pada Gambar 2.

Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 245


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

- SBeta Material : Model ini dapat


digunakan untuk menganalisa dan
menjelaskan retak beton, kerusakan dan
perilaku pada kondisi plastis betone of
plastic (Scuht, 2013). Hubungan
persamaan plane stress digunakan dalam
material ini.
- Reinforcement : ada dua tipe reinforcement
yang digunakan dalam pemodelan ATENA
ini yaitu tipe reinforcement discrete and
Gambar 3. Pemodelan elemen hingga shotcrete smeared.
pada terowongan
Sumber: Hellmich (2001)
METODE PENELITIAN

Pemodelan Pseudoshell Geometri Terowongan Sieberg

Pemodelan pseudoshell dikembangkan Pada pemodelan ini digunakan data yang

oleh Shi (2009) digunakan khususnya untuk berdasarkan penelitian dari Lackner dan Mang

menilai deformasi yang terjadi pada (2003). Untuk sifat karakteristik terowongan

terowongan. Konsep pemodelan ini adalah dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2

teori balok dimana saat elemen balok pada Tabel 1. Geometri Terowongan
Ketinggian terowongan 8m
arah yang yang berubah-ubah sehingga untuk Lebar terowongan 10 m
Tebal selimut shotcrete 30 mm
mencari lendutan menggunakan persamaaan 1. Diameter tulangan 6 mm
Spasi antar tulangan 100 mm
d2 d 2v Tinggi efektif beton 82,5 mm
( EI ) = qz (1)
dx 2 dx 2 Tabel 2. Material Shotcrete Terowongan
Modulus Young 40800 MPa
Poisson ratio 0,2
Keterangan :
Kuat tekan beton 39,6 MPa
EI = Kuat lentur beton (mm); Kuat tarik tulangan 0,44 Mpa
2
d v = Perpindahan pada arah z (rad/mm);
2
d x = Panjang bentang (mm); Perangkat lunak yang digunakan adalah
Qz = Distribusi beban arah x; ATENA Versi 5 dengan nomor lisensi
No.250-2016 WR 556 khusus menganalisa
Pemodelan Elemen Hingga pada
perilaku struktur terhadap beban statis untuk
ATENA
model 2D dan 3 D dan Autocad 2010 untuk
Pemodelan elemen hingga merupakan
menggambar geometri terowongan serta
salah satu studi dalam mempelajari bagaimana
mendapatkan titik-titik koordinat terowongan
perilaku suatu struktur yang rumit dengan
sebagai input pada perangkat lunak ATENA.
menggunakan perhitungan secara komputasi
Untuk geometri terowongan dapat dilihat pada
(Schut, 2013). Material pada ATENA yang
Gambar 4. Proses analisa sendiri akan
dapat digunakan adalah
246 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

digunakan perangakat laptop ASUS A43S Pembebanan yang dilakukan dimulai dengan
dengan spesifikasi OS Windows 7 dengan 0,1 kN/m dimana iterasi yang dilakukan
RAM sebesar 4GB dan perangkat PC Compaq menggunakan metode Newton-Rhapson
dengan spesifikasi OS Windows 7 dengan dengan load step awal sebanyak 30 load step
RAM sebesar 4GB. dengan jumlah iterasi sebanyak 20 iterasi.
Dalam penerapan pada ATENA V5,
material-material yang diinput untuk analisa
terowongan ini adalah material beton: untuk
material beton akan digunakan elemen SB
Material dengan input :
1. Modulus elastisitas (E) sebesar 40,8 GPa
2. Kuat tekan shotcrete sebesar 39,6 MPa,
3. Kuat tarik shotcrete sebesar 3,96 Mpa
4. Poisson ratio sebesar 0.2
5. Energi fraktur 0,065 N mm/mm2
Untuk nilai material-material yang lain
akan mengikuti pengaturan awal elemen SB
Material yang ada di ATENA V5.
- Material baja : Untuk material baja seba-
gai lapisan pseudoshell akan digunakan
elemen plastic stress isoplastic dengan
asumsi input :
• Modulus elastisitas (E) = 200000 Mpa
Gambar 4. Potongan Melintang Terowongan
Sieberg (m) • Poisson ratio 0,2

Pemodelan Struktur - Model pembebanan

Analisa Perilaku Dengan Pemodelan • Pemodelan beban merata adalah

Pseudoshell sebesar 0,1 kN/m sepanjang 5,8 m sisi

Pemodelan elemen hingga ini dilakukan kiri terowongan

dengan model 2D pada material komposit Metode Iterasi yang digunakan adalah

terowongan yaitu beton dan tulangan baja . Newton-Rhapson method dengan jumlah

Untuk pemodelan, digunakan pembebanan iterasi sebanyak 20 kali.

merata 0,1 MN/m sepanjang 5 m hanya pada


HASIL DAN PEMBAHASAN
sisi sebelah kiri terowongan dengan lapisan
Pemodelan Pseudoshell
pseudoshell setebal 0,06 m dari tebal shotcrete.
Pada pemodelan dengan pseudoshell,
Asumsi lebar retakan yang dijadikan
dilakukan dengan ketebalan 0,06 m. Untuk
sebagai acuan awal (wtip) adalah sebesar 1 mm.
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 247
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

koordinat monitoring point dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 5 dan 6. Pada pemodelan
Tabel 3. dengan kondisi tebal pseudoshell sebesar 0,06

Tabel 3. Monitoring Point Pembebanan Merata m. Untuk data koordinat dapat dilihat pada
Sisi Kiri Terowongan
Tabel 3.
Nama titik Lokasi Tipe titik
koordinat pantau Jumlah load step yang digunakan semula

Monitoring point 9 x= -51.315 Lebar Retakan direncanakan sebanyak 30 dengan jumlah


m; y=17.8 m
iterasi sebesar 20 kali. Setelah dianalisa,
Monitoring point x x=-51.261 m; Lebar
y=13.3 m Retakan jumlah 30 load step belum mencapai lebar
Displacement kiri x=-51.22 m; Displacement
y=18.61 m
retak maksimum yang diasumsikan di awal,
sehingga jumlah load step selanjutnya
Pemodelan Pseudoshell Ketebalan 0,06 ditambah sampai mencapai lebar retak 1 mm.
m Kondisi Beban Merata Pada Sisi Kiri Besarnya beban dummy dan displacement
Hasil hubungan displacement dan pada saat CMOD 1mm berturut-turut adalah
dummy load terhadap lebar retakan yang 55 kN/m dan 42,75 mm.
diasumsikan pemodelan pseudoshell dapat

Gambar 5. Grafik Hubungan Beban Dummy vs Lebar Bukaan Retak (CMOD). Tebal Pseudoshell 0,06 m
Dengan Beban Merata Sisi Kiri Terowongan

248 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 6. Grafik Hubungan Displacement vs Lebar Bukaan Retak (CMOD). Tebal Pseudoshell 0,06 m
Dengan Be ban Merata Sisi Kiri Terowongan

KESIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan Penelitian ini hanya sebatas pemodelan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tanpa dilakukan pengujian langsung sehingga
penelitian adalah sebagai berikut: diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih
1. Pemodelan pseudoshell dapat menjelaskan lanjut seperti membuat benda uji atau
displacement dan lebar bukaan retak yang pengukuran langsung menggunakan alat pada
terjadi akibat peningkatan beban statis lokasi penelitian.
dengan menetapkan lebar retak maksimum Melakukan penelitian lebih lanjut pada
rencana. lokasi potongan melintang yang berbeda
2. Pada pemberian beban terbagi rata di sehingga nanti dapat dibandingkan hasil
sebelah kiri terowongan, akibat berupa perilaku terowongan.
peningkatan beban menyebabkan
displacement dan lebar bukaan retak juga
meningkat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 249
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Chen, J.S. & Mo, H, H., 2008, Numerical


study on crack problems in segments
of shield tunnel using finite element
method, Tunnelling and
Underground Space Technology
Volume 24, Issue 1, January 2009,
Pages 91–102
Hellmich, C. 2001. Hybrid method for
quantification, Physics and
Chemistry of the Earth, Part A: Solid
Earth and Geodesy, 25 (3), h. 321-
324.
Lackner, R. & H.A. Mang, 2003, Cracking
in shotcrete tunnel shells,
Engineering Fracture Mechanics 70
(2003) 1047–1068.
Schut, J.F.N., 2013, Punching Shear of
Slabs on Top of Ribbed Foundation
Piles, Tesis di Delft University:
Tidak diterbitkan.
Shi, Z., 2009, Crack Analysis in Structural
Concrete, Butterworth-Heinemann,
United Kingdom.
Wiweko, Agung. 13 April 2016.
http://www.pusdiklat-
minerba.esdm.go.id /index.php
/kerjasama /item/ 335-pembuatan-
terowongan-tunneling.

250 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017

You might also like