You are on page 1of 15

Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

KEBIASAAN MAKAN MENJADI SALAH SATU PENYEBAB KEKURANGAN


ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RSI&A
LESTARI CIRENDEU TANGERANG SELATAN

The Eating Habit is One of The Cause Chronic Energy Deficiency (CED) on Pregnant
Mothers in Obstetrics Policlinic at Lestari & Hospital Cirendeu South Tangerang

Deuis Nurul Hasanah*,Febrianti,Minsarnawati

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah e-mail:


*deu88nh@gmail.com

Abstract

Background: Chronic Energy Deficiency (CED) is one of the malnutrition problems that often occur in
pregnant women, caused by the energy deficiency in a long period.
Objective: Analyze the Eating Habits Causing the Chronic Energy Deficiency (CED) in Pregnant Women in
the Midwifery Polyclinic RSI&A Lestari Cirendeu South Tangerang .
Methods: Used a qualitative approach, through in-depth interviews and observations conducted at the
residence of pregnant women. Main informants in this study were pregnant women who suffer from Chronic
Energy Deficiency (CED) by determining the size of the Upper Arm Circumference (UAC).
Results: Behavioral aspects of eating habits are the cause of chronic energy deficiency in pregnant women.
Those aspects consist of: dining etiquette, the pattern of food eaten, the frequency and amount of food, trust
and taboos of food, family food distribution, and how they select the food. All aspects of eating behavior such
as the habit of not eating with the family, food pattern that has less choices and energy, less frequency and
amount of food, taboos of not eating the foods that are good to eat, worse way in distributing food to the
family, and worse way in choosing the food is the cause of the CED in pregnant women.
Conclusions:Prgnant women should be care about food to consume high energy foods for they are health
care.

Keyword: Eating Habits, CED, Pregnant women

Abstrak

Pendahuluan : Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan salah satu masalah kurang gizi yang sering terjadi
pada wanita hamil, yang disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Tujuan:
Penelitian ini menganalisis perilaku kebiasaan makan penyebab KEK pada ibu hamil di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Ibu dan Anak Lestari Cirendeu Tangerang Selatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui wawancara mendalam dan observasi di
kediaman ibu hamil. Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang menderita Kekurangan
Energi Kronis (KEK) dengan penentuan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Hasil: Aspek kebiasaan makan merupakan salah satu penyebab KEK pada ibu hamil, semua aspek perilaku
kebiasaan makan seperti kebiasaan tidak makan bersama keluarga, pola makanan yang kurang beragam dan
bersumber energi, frekuensi dan porsi makanan yang kurang, pantangan terhadap makanan yang memang
baik untuk dikonsumsi, cara mendistribusikan makanan keluarga yang kurang baik, dan cara memilih bahan
makanan yang kurang baik merupakan penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil.
Kesimpulan: Ibu hamil harus bisa menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi gizi
untuk menjaga kelangsungan kesehatannya.

Kata Kunci: Kebiasaan Makan, KEK, Ibu Hamil

Naskah masuk: 7 Mei 2013, Review: 29 Mei 2013, Disetujui terbit: 4 Juli 2013
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

PENDAHULUAN selalu hidup sehat sempurna sehingga


dapat melaksanakan berbagai pekerjaan
Berdasarkan data SDKI 2007, angka kematian
atau kegiatan selama hidupnya. Untuk
ibu di Indonesia sekitar 228 kematian ibu per
itu dibutuhkan berbagai jenis makanan
100.000 kelahiran hidup. Pendarahan
yang mengandung zat gizi yang cukup
menempati persentase tertinggi penyebab
sebagai sumber tenaga, zat pembangun,
kematian ibu (28 persen). Anemia dan
dan zat pengatur.5 Untuk memenuhi
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
agar zat gizi seseorang tersebut cukup
menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan
gizi maka diperlukan kebiasaan makan
dan infeksi yang merupakan faktor kematian
yang baik.
utama ibu. 1
Kebiasaan makan adalah suatu istilah
Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2010 untuk menggambarkan kebiasaan dan
menunjukkan bahwa konsumsi energi di bawah perilaku yang berhubungan dengan
kebutuhan minimal (kurang dari 70% AKG makanan dan makan, seperti tata krama
2004) di propinsi Banten sebesar 35,2%.2 makan, pola makanan yang dimakan,
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas frekuensi dan porsi makanan,
Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009, kepercayaan dan penerimaan terhadap
Cirendeu merupakan daerah yang termasuk makanan (misalnya pantangan dan rasa
wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur dengan suka atau tidak suka terhadap makanan),
prevalensi ibu hamil yang menderita KEK distribusi makanan di antara anggota
sebanyak 6,47% dari jumlah ibu hamil di keluarga, dan cara pemilihan bahan
wilayah tersebut. makanan yang hendak dimakan.6
Menurut hasil penelitian Albugis (2008), Kebiasaan makan seseorang dapat
menunjukkan bahwa ibu hamil yang beresiko diketahui dengan melihat konsumsi
KEK di Puskesmas Jembatan Serong, Depok makanan sehari-hari orang tersebut.
sebanyak 21,8 % dengan ukuran LILA < 23,5 Apabila tidak terpenuhinya asupan
cm. Sedangkan konsumsi energi ibu hamil makanan yang cukup gizi pada ibu
mempunyai hubungan yang signifikan dengan hamil maka cenderung akan kekurangan
ibu hamil risiko KEK. Ibu hamil yang zat gizi tertentu pada ibu tersebut seperti
mengonsumsi energi < 100 % AKG mempunyai Kurang Energi Kronis (KEK).
peluang 6,08 kali berisiko KEK. 3
Kurang Energi Kronis (KEK)
Sedangkan menurut hasil penelitian Fadjria
merupakan salah satu masalah kurang
(2008), perilaku kebiasaan makan remaja putri
gizi yang sering terjadi pada wanita
terbentuk dikarenakan beberapa faktor yaitu:
hamil, yang disebabkan oleh
praktek terhadap makanan, alasan makan, jenis
kekurangan energi dalam jangka waktu
makanan yang dimakan, dan pengetahuan gizi.
yang cukup lama. KEK pada wanita di
Faktor yang paling berpengaruh terhadap
negara berkembang merupakan hasil
perilaku kebiasaan makan pada remaja putri
kumulatif dari keadaan kurang gizi
adalah pengetahuan gizi yang masih kurang
sejak masa janin, bayi, dan kanak-
yaitu sebanyak 28,8% dari 59 sampel remaja
kanaknya, dan berlanjut hingga dewasa.
putri.4 Risiko kekurangan zat gizi tertentu pada
Ibu hamil yang menderita KEK
ibu hamil dapat dipengaruhi dari kebiasaan
mempunyai risiko kematian ibu
makan ibu tersebut mulai saat masih remaja atau
mendadak pada masa perinatal atau
sebelum menikah. Pada saat usia remaja,
risiko melahirkan bayi dengan berat
seorang wanita sudah memasuki masa
lahir rendah (BBLR).7
reproduksi, dimana dibutuhkan asupan makanan
yang cukup gizi sejak remaja.
Secara spesifik penyebab KEK adalah
Makhluk hidup memerlukan asupan akibat dari ketidakseimbangan antara
makanan untuk kelangsungan hidupnya, asupan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia termasuk di dalamnya, juga dan pengeluaran energi. Selain itu,
membutuhkan makanan tersebut agar
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

beberapa hal penting yang berkaitan dan trimester II. Tingkat pemenuhan energi
dengan status gizi seorang ibu adalah pada trimester I hanya 67 % (1227-1228 kkal)
kehamilan pada ibu berusia muda dari AKG yang seharusnya (19802080 kkal).
(kurang dari 20 tahun), kehamilan Sedangkan pada ibu hamil dengan usia
dengan jarak pendek dengan kehamilan kehamilan trimester 2, tingkat pemenuhan
sebelumnya (kurang dari 2 tahun), energi hanya 27 % (512,5 kkal) dari AKG yang
kehamilan yang terlalu sering, serta seharusnya (2100 - 2200 kkal). Hal ini tentunya
kehamilan yang terlalu tua (lebih dari 35 menjadi masalah bagi ibu hamil karena akan
tahun).7 berisiko kekurangan zat gizi tertentu yaitu
risiko KEK selama kehamilan dan persalinan.
Keadaan gizi ibu hamil dipengaruhi oleh Asupan energi yang tidak terpenuhi pada ibu
ketidakseimbangan asupan zat gizi, pernah hamil dapat mengakibatkan ibu hamil
tidaknya menderita penyakit infeksi dan menderita KEK. Selain dengan metode recall 1x
keadaan sosial ekonomi.8 Ibu hamil 24 jam, penentuan KEK pada ibu hamil dapat
memerlukan tambahan zat gizi untuk dilakukan dengan pemeriksaan fisik yaitu salah
pertumbuhan janin, plasenta dan organ atau satunya dengan mengukur Lingkar Lengan Atas
jaringan lainnya. Ibu hamil memerlukan (LILA). LILA tidak dapat digunakan untuk
tambahan energi rata-rata 200 kkal per hari.3 monitoring, tetapi hanya digunakan untuk
Untuk itu ibu hamil harus menambah asupan skrinning, yaitu menyaring ibu hamil yang akan
makan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. mendapatkan intervensi.
Selain itu, ibu hamil harus menerapkan pola Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
konsumsi yang baik agar kebutuhan zat gizinya untuk mengetahui kebiasaan makan ibu
selama kehamilan terpenuhi dan terhindar dari hamil yang menderita KEK. Peneliti
risiko kekurangan gizi. menganggap ada masalah gizi
khususnya pada ibu hamil yang
Agar masalah gizi seperti Kekurangan Energi melakukan pemeriksaan di RSI&A
Kronis (KEK) dapat diatasi maka diperlukan Lestari dengan melihat hasil recall
suatu program perbaikan gizi. Tujuan program konsumsi 1x24 jam yang telah
perbaikan gizi masyarakat adalah dilakukan peneliti. Tulisan ini adalah
meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam bagian dari penelitian kesehatan
upaya meningkatkan status gizi masyarakat reproduksi yang bertujuan akan
terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta menggambarkan asupan energi ibu
usia produktif .9 hamil yang dikaitkan dengan kesehatan
reproduksi ibu tersebut.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSI&A) Lestari
merupakan salah satu instansi kesehatan yang
berada di kota Tangerang Selatan. RSI&A
METODE
Lestari adalah rumah sakit ibu dan anak yang
mempunyai pelayanan Antenatal Care (ANC) Jenis penelitian ini menggunakan
yang dijadikan rujukan sebagai tempat pendekatan kualitatif melalui studi
pencarian pengobatan dan pelayanan kesehatan kasus (case study) tentang analisis
ibu hamil di wilayah Cirendeu dan sekitarnya. kebiasaan makan penyebab KEK pada
Kegiatan intervensi gizi belum pernah ibu hamil, Pengumpulan data yang
dilakukan di rumah sakit tersebut. digunakan adalah wawancara
mendalam dan observasi yang
Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada
dilakukan di kediaman ibu hamil yang
bulan Februari 2010 yang ditujukan pada ibu
memeriksakan kehamilan di poli
hamil yang melakukan pemeriksaan di RSI&A
kebidanan RSI&A Lestari Cirendeu
Lestari sebanyak 4 orang. Berdasarkan hasil
Tangerang Selatan pada bulan
recall konsumsi 1x 24 jam didapatkan hasil data
Desember 2010 sampai Januari 2011.
konsumsi, dari hasil yang didapat menunjukkan
bahwa kecukupan energi ibu hamil masih Informan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis
sangat kurang pada usia kehamilan trimester I informan yaitu informan utama dan informan
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

pendukung. Informan utama dalam penelitian observasi dan pedoman frekuensi makanan
ini adalah ibu hamil yang melakukan digunakan untuk memperkuat informasi yang
pemeriksaan kehamilan di poli kebidanan diperoleh dari hasil wawancara.
RSI&A Lestari. Kriteria dalam penentuan
1. Karakteristik Informan
informan adalah ibu hamil yang memiliki
ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm Dalam penelitian ini, informan yang
yang melakukan serangkaian pelayanan ANC di digunakan dibedakan menjadi dua
poli kebidanan RSI&A Lestari. Jumlah jenis yaitu informan utama dan
Tabel 1. Karakteristik informan Utama

Karakteristik Informan R Informan F Informan S


Usia 31 tahun 28 tahun 20 tahun
Ukuran LILA (cm) 23,0 22,5 22,5
Berat badan sekarang (kg) 58 42 55,5
Berat badan sebelum hamil 47 40 48
(kg)
Riwayat penyakit Gangguan Flek paru-paru Gangguan pencernaan
pencernaan (Maag)
(Maag)
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga Pelajar/mahasiswa
Pendidikan SMA SMA S1
Jumlah anak 4 orang 1 orang -
Gravida Lima Dua satu

1.2 Informan Pendukung


Untuk Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah lima orang yang terdiri dari
tiga orang keluarga terdekat dari ibu hamil dan dua orang bidan yang menangani ibu
hamil.
Penggalian informasi diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan secara
personal sehingga informasinya lebih akurat. Informan tersebut berusia 24 – 44 tahun,
pendidikan SMA hingga S2, dan semua bekerja
informan utama dalam penelitian ini adalah 3 informan pendukung. Berikut adalah
orang ibu hamil. pemaparan karakteristik dari setiap
jenis informan.
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah
keluarga terdekat dari ibu hamil yaitu sebanyak 1.1 Informan Utama
3 orang dan bidan yang menangani pasien ibu
Informan utama dalam
hamil sebanyak 2 orang.
penelitian ini adalah ibu hamil
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah yang menderita KEK
pedoman wawancara yang disusun berdasarkan (Kekurangan Energi Kronis)
tujuan yang hendak dicapai serta mengacu pada atau memiliki ukuran LILA
teori-teori pendukung yang berhubungan pada (Lingkar Lengan Atas) < 23,5
fokus penelitian. cm dan ibu hamil yang
melakukan serangkaian
Selain pedoman wawancara, peneliti juga
pelayanan ANC (Antenatal
menggunakan alat perekam dan alat tulis sebagai
Care) di RSI&A Lestari yaitu
alat pengumpulan data agar data yang diperoleh
sebanyak tiga orang.
selama wawancara tidak ada yang hilang. Selain
pedoman wawancara digunakan juga pedoman Penggalian informasi diperoleh
observasi dan pedoman frekuensi makanan yang dari hasil wawancara dan hasil
diisi dengan metode check list. Pedoman observasi selama tiga hari yang
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

dilakukan di kediaman masing - “Sumber energi kaya roti, nasi, kalau


masing informan.Karakteristik gak ubi-ubi atau singkong. Kalau
informan yang diperoleh dapat sumber protein telur, ikan”.
dilihat dari tabel di bawah ini: (Informan R)

HASIL Aspek Kebiasaan Makan Ibu Hamil


“Kalau ikan mengandung protein,
Tata Krama Makan
kalau sumber energi kaya nasi”.
Aspek tata krama yang dimaksud dalam (Informan F)
penelitian ini adalah kebiasaan makan bersama
keluarga yang dilihat dari beberapa aspek
pembentuk perilaku seperti pemikiran dan “Ibu hamil bagusnya tempe, telur
perasaan. Pemikirran dan perasaan yang untuk proteinnya. Kalau energinya
dimaksud dalam hal ini adalah mood ibu hamil dari dagingdagingan sama susu”.
terhadap makanan.Bagian yang dapat dilihat (Informan S)
adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil
mengenai kebiasaan makan bersama keluarga,
referensi orang yang dianggap penting bagi ibu Frekuensi Dan Porsi Makanan
hamil untuk menerapkan kebiasaan makan
bersama. Sumber daya yang dimiliki oleh ibu Pada bagian ini yang dibahas adalah
hamil dalam aspek ini yang dapat dilihat adalah frekuensi dan porsi makanan ibu hamil
waktu, aspek kebudayaan (tradisi) yang dilhat yang dikaji dari aspek pembentuk
dari kebiasaan makan bersama keluarga yang perilaku.
selalu diterapkan. Dari hasil pengamatan Aspek yang dapat dilihat adalah
didapatkan bahwa ibu hamil tidak memiliki pengetahuan seputar frekuensi dan porsi
waktu untuk makan bersama keluarga, yang baik dan sikap serta ada tidaknya
dikarenakan suami mereka sibuk bekerja. kepercayaan terhadap frekuensi dan
Namun dari hasil wawancara ibu hamil porsi makan tersebut. Pengetahuan
menjawab bahwa ibu hamil memiliki waktu mengenai frekuensi dan porsi yang baik
untuk melakukan kebiasaan tersebut: “ Ada, bagi ibu hamil tidak hanya ditanyakan
setiap sabtu minggu..yaah pentinglah kan pada informan utama tapi juga pada
kumpul-kumpul gitu..biasanya bareng sama informan pendukung.
bapak, ibu, suami kalau sama anak-anak mah Hal ini dilakukan agar data yang didapat
setiap hari” (Informan R). “ Ada, tetapi tidak dari informan utama dapat
sama suami sama anak-anak setiap harinya dibandingkan dengan data yang
karena suami kerja” (Informan F). “Ada, diperoleh dari informan pendukung.
biasanya pagi dan siang bareng bapak, ibu Oleh sebab itu digunakan triangulasi
kalau ada adik yaa sama adik tapi kalau makan sumber dalam penelitian ini, yang
malam engga makan bersama” (Informan S). artinya menggunakan lebih dari satu
Pola Makanan Yang Dimakan sumber dalam hal ini adalah informan.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil Dari hasil wawancara diperoleh
mengenai jenis-jenis makanan yang dikonsumsi gambaran frekuensi dan porsi kudapan
ibu hamil terutama untuk pemenuhan energi dari yang cukup baik pada informan S,
karbohidrat dan protein. namun porsi makanan utamanya kurang
baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dari hasil wawancara dengan informan utama Suhardjo, (1989). Berikut kutipannya:
didapatkan hasil bahwa pengetahuan seluruh
informan utama mengenai jenis makanan “Seringlah pokoknya, soalnya kalo
bersumber energi dan protein sudah cukup baik. lapar saya gak mau makan terlalu
Seluruh informan dapat menjelaskan dengan berat. Kalo bolu bisa 2 potong, biskuit
benar jenis makanan bersumber energi dan bisa banyaklah sampe 6 keping”
protein. Berikut adalah kutipannya: Selanjutnya kutipan jawaban dari
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

pertanyaan mengenai porsi makanan Di satu sisi, ada informan yang memilih
utama: makanan tertentu untuk dipantang
“Nasinya gak terlalu banyaklah paling padahal makanan tersebut baik untuk
dikonsumsi bagi ibu hamil. Makanan
banyak 2 ciduk, harus ada sayur sama lauk-
tersebut diyakini mengandung protein
lauk inti, harus ada daging terus tempe tahu
tinggi yang baik untuk gizi ibu hamil.
kalo buah saya engga terlalu suka (Almatsier,2004). Berikut adalah
buah”(Informan S). kutipannya: “Telur,kenapa?karena gak
Kepercayaan Dan Pantangan Terhadap baik buat anak karena proteinnya
Makanan terlalu tinggi takut ada efek sampingnya
Berikut akan dijelaskan mengenai kepercayaan kaya bisul, cacat. Terus
mengenai pantangan / larangan untuk makan baso,kenapa?takut anakanaknya gak
makanan tertentu. Dari hasil wawancara besar dalam perut, es juga
mendalam dengan informan utama, seluruh begitu”(Informan F).
informan memiliki pantangan atau larangan
terhadap makanan tertentu. Makanan yang Distribusi Makanan Dalam
dipantang bagi mereka ada makanan yang tidak Keluarga
baik dimakan oleh ibu hamil. Selain itu mereka
juga mengenal makanan yang baik dimakan
oleh ibu hamil. Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai cara mendistribusikan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan makanan dalam keluarga saat masakan
utama didapatkan makanan pantangan bagi ibu siap untuk dihidangkan. Aspek yang
tersebut yaitu seperti fastfood, makanan dilhat dari pengetahuan adalah
berkaleng, telur, bakso, makanan pedas, pengetahuan informan dalam
minuman bersoda, dan kopi. mendistribusikan makanan keluarga
Dari hasil wawancara dengan informan utama, dan cara mendistribusikan makanan
informan R dan S tidak memilih makanan keluarga yang baik. Dari hasil
tertentu yang memang baik untuk dipantang wawancara mendalam, setiap informan
bagi ibu hamil. Berikut adalah kutipannya: memiliki pengetahuan yang berbeda
dalam mendistribusikan makanan
“Biasanya? Makanan yang fast food atau keluarga yang baik. Berikut adalah
junk food terus makanan pengawet yang di kutipannya: “Yaa sesuai umurnya dan
kaleng, kaya mie kalo bisa dikurangin kalo porsinya, gimana anak-anaknya juga
berhenti sama sekali sih masih belum sih”
bisa”(Informan R). “Kalo makanan yaa (Informan R).
paling terlalu pedes banget kalo lagi hamil
kan gak boleh. Kalo minuman kaya soda dan “Yang baik yaa makanan yang sehat,
terjamin kesehatannya dan bergizi
kopi karena dasarnya juga saya gak suka
minum soda dan kopi”(Informan S). kalo kaya ikan satu potong per
anak”(Informan F).
Informan S juga juga cukup memahami tentang
jenis makanan yang bergizi bagi ibu hamil seprti “Emmmh paling buat anak kecilnya
daging, susu dan vitamin ibu hamil. Berikut kaya adik saya, dia kan susah makan,
adalah kutipannya: ngakalinnya misalnya sosisnya
dibentukbentuk”(Informan S).
“Makan yang mengandung zat gizi?
Makan apa aja jangan dipantang dan Berdasarkan dari hasil wawancara
yang memenuhi kriteria yaa paling itu dengan informan utama mengenai sikap
daging-dagingan, susu, dan vitamin” terhadap porsi makanan masing-masing
(Informan S). anggota keluarga, didapatkan hasil
bahwa seluruh informan utama
menunjukkan sikap dan respon yang
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

kurang baik seperti respon mereka nasi, telur, tempe, tahu dan susu.
ketika ditanya mengenai porsi makan Berikut adalah kutipannya:
mereka.6 Berikut adalah kutipannya:
“Kalo protein ibu hamil bagusnya
“Karena emang saya tidak pernah menjatah makan tempe, tahu, daging-dagingan,
makanan jadi sikap saya biasa kalo energinya dari susu”(Informan
saja”(Informan R) S).
“Biasa saja, tapi walaupun porsinya sedikit “Ikan, sayur, susu..”
saya senang karena bisa makan dan kumpul
bersama”(Informan F) Selanjutnya kutipan jawaban dari
pertanyaan mengenai makanan
“Sebenarnya kalau lihat porsi ayah, saya bersumber energi dan protein, berikut
wajar aja karena memang dia laki-laki tapi adalah kutipannya:
kalau saya lihat porsi makan saya sendiri
sebenarnya agak kurang senang karena saya “kalo ikan ada proteinnya, sumber
tidak biasa makan banyak”(Informan S) energi kaya nasi”(Informan F). “Susu,
telur, sayur, ikan karena gak ada
Cara Pemilihan Makanan pantangan yaaa..masuk semua”
Bagian ini akan menjelaskan mengenai cara Selanjutnya kutipan jawaban dari
pemilihan makanan ibu hamil. Aspek pertanyaan mengenai makanan
pengetahuan yang dilihat adalah pengetahuan bersumber energi dan protein, berikut
ibu hamil dalam memilih bahan makanan dan adalah kutipannya:
pengetahuan ibu hamil seputar jenis makanan “Sumber energi kaya roti, nasi kalo
yang bergizi bagi ibu hamil. gak ubi-ubi atau singkong.kalo
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan sumber protein telur, ikan” (Informan
utama, masing-masing informan memilki R).
pengetahuan yang berbeda mengenai cara Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
memilih bahan makanan. Ada informan yang informasi bahwa kebiasaan makan ibu
sudah mengerti dan paham tetapi ada juga hamil sangat berpengaruh untuk
informan yang belum paham bagaimana terjadinya
memilih bahan makanan yang baik. Berikut KEK (Kekurangan Energi Kronis).6
adalah kutipannya:
“Biasanya sih yang seger, karena lebih banyak PEMBAHASAN
vitaminnya pasti”(Informan R).
Dari hasil wawancara mendalam dengan Tata Krama Makan
informan, informan S dan F kurang paham Tata krama yang dimaksud dalam
bagaimana cara memilih bahan makanan yang penelitian ini adalah tata krama makan
baik dalam hal ini yang dilihat adalah makanan bersama keluarga yang dilihat dari
yang masih segar dan memiliki kualitas gizi beberapa aspek pembentuk perilaku
yang baik. Berikut adalah kutipannnya: seperti pemikiran dan perasaan yang
“Kalo disini aku engga tau terima jadi aja dapat dilihat adalah pengetahuan dan
karena ada pembantu”(Informan S). “Yang sikap ibu hamil mengenai tata krama
seadanya yang pengen dimasak, yang makan individu maupun keluarga,
seadanya di tukang sayur tergantung referensi orang yang dianggap penting
selera”(Informan F). bagi ibu hamil untuk menerapkan
kebiasaan makan bersama, sumber daya
yang dimiliki oleh ibu hamil dalam
Selanjutnya kutipan jawaban dari aspek ini yang dapat dilihat adalah
pertanyaan mengenai makanan waktu, aspek kebudayaan yang dilhat
bersumber energi dan protein seperti dari kebiasaan makan bersama
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

keluraga yang selalu bersumber energi dan protein. Hal ini sudah
diterapkan.6 sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989) yang
mengatakan bahwa faktor konseptual dan
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan pengetahuan umum maupun pengetahuan
informan mengenai tata krama makan keluarga kesehatan dan gizi merupakan faktor yang
kurang baik. Sebagian besar informan utama menonjol dalam mempengaruhi komposisi dan
tidak dapat menjelaskan bagaimana kebiasaan pola konsumsi pangan. Dari pendapat tersebut,
makan yang baik menurut mereka. Informan seorang ibu hamil yang sudah mengetahui jenis
tersebut tidak dapat menjelaskan dengan baik makanan yang bergizi tentunya ibu tersebut
apa arti kebiasaan makan bersama yang baik. dapat memilih bahan makanan yang bernilai
Mereka menjawab bahwa kebiasaan makan gizi tinggi khususnya zat energi.6
yang baik itu yang memenuhi kaidah empat
sehat lima sempurna. Namun, ada informan Tetapi dalam praktiknya, seluruh
utama yang dapat menjelaskan dengan baik apa informan utama memang kurang
itu kebiasaan makan atau norma makan bersama menerapkan pola makan atau kebiasaan
keluarga yang baik. Informan tersebut makan yang baik. Berdasarkan analisa
menjawab bahwa kebiasaan makan bersama itu pada wawancara diketahui bahwa pola
seperti makan bersama setiap pagi dan siang. makanan seluruh informan kurang baik
Tetapi dalam praktiknya, seluruh informan dan tidak beragam. Menurut Rumdasih
utama tidak menerapkan kebiasaan makan (2004), pola makanan yang baik akan
bersama tersebut sesuai dengan pengetahuan cukup menyediakan gizi yang
yang dimiliki informan utama. dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan,
dan mengurangi risiko lahirnya bayi
Selain itu, aspek waktu dalam menerapkan
cacat. Berdasarkan hasil penelitian,
kebiasaan makan bersama dari setiap informan
sebagian besar informan utama
berbeda. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh
memiliki pengetahuan yang cukup baik
informan utama memiliki waktu untuk
mengenai pola makanan yang baik,
menerapkan kebiasaan makan bersama keluarga
namun ada informan utama yang belum
namun waktunya berbeda. Menurut
bisa menjelaskan dengan benar
Notoatmodjo (2010), waktu merupakan hal yang
mengenai pola makanan yang baik. Hal
sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang
ini juga didukung oleh jawaban dari
atau kelompok masyarakat, pengaruh tersebut
informan pendukung yang berasal dari
dapat bersifat positif terhadap perilaku
keluarga terdekat yaitu suami. Mereka
kebiasaan makan ibu hamil tersebut.10 Hal ini
tidak dapat menjelaskan dengan baik
sudah sesuai dengan praktiknya, seluruh
bagaimana kebiasaan makan yang baik
informan memiliki waktu untuk menerapkan
untuk ibu hamil. Hal ini dikarenakan
kebiasaan makan bersama keluarga.
kurangnya pemahaman mereka
Pola Makanan Yang Dimakan mengenai kebiasaan makan yang baik
Pola makanan adalah susunan beragam dan mereka tidak mendapatkan edukasi
makanan yang biasa dikonsumsi ibu hamil dari dokter kandungan atau bidan.
selama kehamilan.6 Aspek yang dilihat adalah Namun di satu sisi, informan pendukung
susunan jenis makanan ibu hamil terutama yang berasal dari keluarga terdekat
makanan bersumber energi yang dikaji dari yaitu ibu kandung informan utama
aspek pembentuk perilaku. Dari hasil dapat menjelaskan jika kebiasaan
pengamatan dengan informan utama didapatkan makan atau pola makan yang baik dapat
bahwa jenis makanan seluruh informan kurang menyebabkan ibu dan bayi sehat. Hal
beragam dan asupan energinya masih kurang ini sudah sesuai dengan pendapat
pemenuhannya yang tidak sesuai dengan nilai Rumdasih (2004) yang mengatakan
AKG seharusnya. Sedangkan pengetahuan bahwa pola makanan yang baik akan
seluruh informan utama mengenai jenis cukup menyediakan gizi yang
makanan bersumber energi dan protein sudah dibutuhkan untuk kesehatan kehamilan,
cukup baik. Seluruh informan dapat dan mengurangi risiko lahirnya bayi
menjelaskan dengan benar jenis makanan yang
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

cacat. Selain itu, makanan yang baik salah satu dari mereka yang memiliki porsi
akan membantu sistem pertahanan makanan utama serba satu, artinya nasinya 1
tubuh ibu hamil terhadap terjadinya centong, lauknya satu potong dan sayurnya satu
infeksi dan kekurangan zat gizi tertentu centong. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
khususnya energi dan protein.5 Almatsier (2004) yang mengatakan bahwa
takaran konsumsi makanan sehari pada orang
Frekuensi Dan Porsi Makanan dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti
3-5 piring (1 porsi 200 garm), lauk-pauk hewani
Hasil yang diperoleh dari aspek ini adalah 3-4 potong ayam/daging/ikan (1 porsi 25
frekuensi dan porsi makanan ibu hamil yang gram/100 gram sehari), lauk nabati 2-3 potong
dikaji dari aspek pembentuk perilaku. Pada tempe/tahu/kacang-kacangan (1 porsi 50
aspek pemikiran dan perasaan yang dikaji adalah gram/100-150 gram sehari), sayuran 1 ½ - 2
pengetahuan ibu hamil mengenai frekuensi dan mangkok (1 porsi 100 gram/150-200 gram
porsi kudapan dan porsi makanan utama ibu sehari) dan buah-buahan 2-3 potong (1 porsi 100
hamil yang baik dan gambaran frekuensi dan gram). Dengan catatan dalam keadaan berat
porsi kudapan serta porsi makanan utama badan ideal.12 Sedangkan informan tersebut tidak
tersebut.6 memiliki gambaran porsi makanan utama yang
baik.
Hal ini bertentangan dengan hasil
Frekuensi makan merupakan seringnya
penelitian Fatma (2009), yang
seseorang melakukan kegiatan makan dalam
sehari baik makanan utama ataupun selingan. mengatakan bahwa dalam sehari ibu
Frekuensi makan seseorang yang merupakan hamil makan 4-5 kali aneka ragam
makanan untuk memenuhi kebutuhan
kebiasaan makan berhubungan erat dengan
gizi selama hamil, termasuk makanan
kecukupan kebutuhan zat gizi. Hal ini karena
semakin banyak masukan zat gizi yang sumber zat besi yaitu bahan makanan
diperoleh. Sedangkan porsi merupakan suatu hewani, kacang-kacangan dan sayuran
ukuran maupun takaran makanan yang hijau tua.13 Disamping itu untuk
dikonsumsi pada tiap kali makan.6 menambah asupan energi, ibu hamil
mengonsumsi makanan selingan pada
Dalam praktiknya, sebagian besar informan pagi dan sore seperti kolak pisang, dan
utama tidak memiliki gambaran frekuensi dan bubur kacang hijau.
porsi kudapan yang baik. Mereka jarang Menurut hasil observasi mengenai porsi
mengonsumsi kudapan, porsinya hanya +100 makanan utama dan kudapan selama
gram dalam sehari. Namun, ada informan yang tiga hari, asupan energi informan utama
dalam praktiknya sudah memiliki gambaran tersebut dalam tiga hari rata-rata 1125,6
frekuensi dan porsi kudapan yang baik. kkal dari AKG seharusnya (2080 kkal)
Informan tersebut sering mengonsumsi kudapan
dan 1443,7 kkal dari AKG seharusnya
sejenis biskuit atau krakers dan kue bolu. (2200 kkal). Sedangkan rata-rata
Frekuensinya setiap hari dan dimakan pada informan yang memiliki gambaran porsi
selang waktu makan. Porsinya untuk biskuit + makanan utama yang baik, asupan
60-80 gram sekali makan, dan untuk bolu + 100 energi pada hari pertama sudah cukup
gram sekali makan.
baik yaitu 2054,4 kkal dari AKG
Hal ini sudah sejalan dengan pendapat Admin seharusnya (2100 kkal). Namun
(2008) yang mengatakan bahwa makanan kekurangan asupan energi pada hari
selingan tidak lagi dikonsumsi sore hari saja kedua dan ketiga, sehingga tidak dapat
namun di berbagai waktu baik pagi, siang, dihitung rata-rat kecukupan energinya
ataupun malam.11 selama pengamatan.
Sebagian besar informan utama memiliki Menurut hasil survei konsumsi
gambaran porsi makanan utama yang kurang makanan yang dilakukan dengan
baik. Mereka tidak mengonsumsi makanan metode FFQ (Food Frequency)
dengan lengkap dan sedikit jumlahnya. Bahkan didapatkan gambaran frekuensi
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

makanan dari informan utama. Bahan juga diperkuat dengan penelitian Fadjria
makanan nasi dan cabe merupakan (2008), perilaku kebiasaan makan terbentuk
bahan makanan yang paling sering dikarenakan beberapa faktor yaitu: praktek
dikonsumsi oleh informan utama. terhadap makanan, alasan makan, jenis
Namun ada informan utama yang makanan yang dimakan, dan pengetahuan gizi.
berasal dari golongan ekonomi Faktor yang paling berpengaruh terhadap
menengah ke atas, informan tersebut perilaku kebiasaan makan adalah pengetahuan
juga paling sering mengonsumsi sereal, gizi.4 Anwar (1997) juga menambahkan bahwa
telur, dan buah-buahan seperti: pepaya, intake makanan yang tinggi bagi pertumbuhan
pir, dan semangka. janin, kehamilan, dan laktasi sangat penting.
Kebutuhan nutrisi pada masa kehamilan dan
Selain itu, intensitas penggunaan bahan
menyusui merupakan tambahan bagi kebutuhan
makanan yang paling jarang atau hampir tidak
gizi pada masa reproduksi.15
pernah sama sekali dikonsumsi oleh informan
utama juga berbeda dari setiap informan utama. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Sebagian besar informan utama jarang informan utama mengenai kepercayaan
mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran tentang frekuensi dan porsi makan yang
tertentu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh baik dikonsumsi ibu hamil didapatkan
keadaan ekonomi mereka yang membeli dan hasil bahwa sebagian besar informan
memilih makanan tertentu yang dapat utama yaitu sebagian besar informan
dikonsumsi sesuai dengan daya belinya. Hal ini utama tidak memiliki kepercayaan
juga dijelaskan pada penelitian Mulyaningrum mengenai frekuensi dan porsi makanan
(2008) yang menjelaskan bahwa proporsi KEK yang baik untuk dikonsumsinya. Hal ini
didapatkan pada ibu yang memiliki pengeluaran juga diperjelas oleh Notoatmodjo
bahan makanan rumah tangga < 80% atau (2010) yang mengatakan bahwa
kurang dari total pengeluaran rumah tangga, kepercayaan dibentuk oleh
sedangkan tidak ditemukan risiko KEK pada ibu pengetahuan, kebutuhan, dan
yang memiliki kepentingan, hal ini dimaksudkan
pengeluaran rumah tangga di atas 80%.14 bahwa seseorang percaya kepada
Berdasarkan hasil penelitian melalui hasil sesuatu dapat disebabkan karena ia
wawancara mendalam dengan informan mempunyai pengetahuan tentang itu.10
diperoleh informasi bahwa pengetahuan
informan mengenai frekuensi dan porsi Kepercayaan Dan Pantangan
makanan ibu hamil yang kurang baik. Menurut Terhadap Makanan
Almatsier (2004) yang mengatakan bahwa
takaran konsumsi makanan sehari pada orang Kepercayaan yang dimaksud dalam
dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti penelitian ini adalah ada tidaknya
3-5 piring (1 porsi 200 garm), lauk-pauk pantangan atau larangan untuk makan
hewani 3-4 potong ayam/daging/ikan (1 porsi makanan tertentu. Berdasarkan hasil
25 gram/100 gram sehari), lauk nabati 2-3 penelitian, seluruh informan utama
potong tempe/tahu/kacangkacangan (1 porsi 50 memiliki pantangan makan makanan
gram/100-150 gram sehari), sayuran 1 ½ - 2 tertentu. Makanan yang dipantang ada
mangkok (1 porsi 100 gram/150-200 gram yang memamg baik untuk dimakan dan
sehari) dan buahbuahan 2-3 potong (1 porsi 100 baik untuk dipantang. Pantangan atau
gram). tabu adalah suatu larangan untuk
mengonsumsi jenis makanan tertentu,
Sebagian dari mereka tidak dapat menjelaskan karena terdapat ancaman bahaya atau
frekuensi dan porsi makanan ibu hamil dengan hukuman terhadap barang siapa yang
jelas dan tepat. Mereka hanya menjawab bahwa melanggarnya. Ancaman bahaya yang
porsi makanan ibu hamil harus dua kali lebih dimaksud dalam pernyataan Suhardjo
banyak dari wanita yang tidak hamil. Padahal (1989) adalah gangguan kesehatan jika
pengetahuan ibu hamil akan gizinya sangat mengonsumsi makanan pantangan
berpengaruh terhadap asupan makanan. Hal ini tersebut.6
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

Dari hasil penelitian melalui wawancara gizi, bahan makanan tersebut justru
mendalam dengan informan utama, sebagian mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu
besar mereka memiliki pantangan makanan itu tetap dijalankan dengan alasan takut
tertentu yang memang baik untuk tidak menanggung resiko yang akan timbul.6
dikonsumsi seperti junk food, makanan Sehingga masyarakat yang demikian akan
pengawet, makanan pedas, kopi dan minuman mengonsumsi bahan makanan bergizi dalam
soda. Hal ini sudah sesuai dengan Rumdasih jumlah yang kurang, dengan demikian maka
(2004) yang mengatakan bahwa makanan yang penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul di
tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil adalah masyarakat, terutama pada anak-anak dan ibu
makanan kaleng, makanan manis yang hamil.
berlebihan, makanan pedas yang berlebihan,
Selain itu, tentang pengetahuan
susu berlemak, margarin yang berlebihan, dan
mengenai dampak dan alasan ibu hamil
makanan yang sudah tidak segar.5 Berdasarkan
tidak memilih makanan tertentu
hasil penelitian, ada informan yang memiliki
didapatkan informasi bahwa sebagian
pantangan makanan yang sebenarnya makanan
besar informan utama mengetahui
tersebut baik untuk dikonsumsi untuk ibu hamil
dampak dan alasan untuk tidak memilih
seperti telur dan baso. Hal ini dikarenakan
makanan tertentu yang memang baik
mereka beranggapan jika mengonsumsi telur
untuk dipantang. Namun, ada informan
atau baso bayi yang dikandung akan besar dan
yang kurang memahami dampak dan
bisul. Padahal telur dan baso memiliki
alasan untuk tidak memilih makanan
kandungan energi dan protein yang baik untuk
tertentu untuk dimakan padahal
kecukupan gizi ibu hamil tersebut. Kandungan
makanan tersebut baik untuk ibu hamil
energi dalam 1 butir telur adalah 155 kkal, dan
seperti baso dan telur. Menurut
baso 370 kkal. Sedangkan kandungan protein
pendapat Suhardjo (1989), dalam hal
dalam sebutir telur adalah 12,6 gram dan baso
makanan, masyarkat biasanya
23,5 gram. (angka kalori didapat berdasarkan
mempunyai penilaian terhadap jenis
perhitungan software nutrisurvey)
makanan sehingga makanan itu
Angka ini tentu baik untuk pensuplai zat gizi mempunyai status yang berbeda. Dalam
khususnya untuk ibu hamil. Hal ini juga hal ini ibu memegang peranan penting
diperkuat oleh Arisman (2004) yang karena bertanggung jawab terhadap
mengatakan bahwa budaya yang menabukan pengolahan, menyiapkan dan memasak
makanan tertentu dan mengonsumsi bahan makanan.6 Untuk itu, ibu tersebut harus
bukan pangan akan memicu dan melestarikan mempunyai pengetahuan gizi agar dapat
KKP membedakan mana makanan yang baik
(Kekurangan Kalori dan Protein) dalam hal ini secara gizi dan makanan yang tidak baik
khususnya kekurangan energi. Seorang ibu yang untuk dikonsumsi.
KEK selama kurun waktu selama hamil pada
Distribusi Makanan Dalam Keluarga
gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan
Menyusun dan menilai hidangan
rendah.8
merupakan pengetahuan dan
Hasil penelitian Suhardjo (1989) di Kalimantan keterampilan dasar yang diperlukan
Tengah, ditemui bahwa ada 27 jenis ikan yang oleh semua orang, terutama mereka
berhasil dikumpulkan, yang merupakan yang bertanggung jawab atas
makanan pantangan. Alasannya dapat pengurusan dan penyediaan makanan,
menyebabkan gangguan kesehatan jika baik bagi keluarga maupun berbagai
mengonsumsi ikan tersebut. Hal ini tidak sesuai institusi. Seorang ibu rumah tangga
jika ditinjau dari konteks gizi, dimana yang bukan ahli gizi, juga harus dapat
kandungan zat gizi dalam ikan sangat baik untuk menyusun dan menilai hidangan yang
dikonsumsi ibu hamil. Kandungan energi pada akan disajikan kepada para anggota
ikan cukup tinggi yaitu sekitar 84-450 kkal. Hal keluarganya.6
ini juga tidak sesuai dengan pendapat Suhardjo
(1989) yang mengatakan bahwa makanan
pantangan tersebut jika ditinjau dari konteks
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

Pada bagian ini yang akan dibahas adalah cara Notoatmodjo (2003) juga
mendistribusikan makanan dalam keluarga saat menambahkan mengenai cara
masakan siap untuk dihidangkan yang dikaji menyusun hidangan bagi ibu rumah
dari aspek pembentuk perilaku. Berdasarkan tangga, yaitu sebagai berikut :
hasil penelitian diperoleh informasi bahwa a. Makanan harus dapat
setiap informan memiliki gambaran yang menyediakan zat- zat gizi
berbeda mengenai cara pendistribusian dan b. Makanan harus dalam
porsi makanan keluarga. jangkauan keuang an keluarga
c. Hidangan harus dinikmati oleh
seluruh keluarga
Dalam hal ini, ada informan utama yang
d. Suasana ketika makan harus
memang bukan dia yang mengurus
menyenang kan
pendistribusian makanan keluarga jadi
e. Makanan harus memenuhi
informan tersebut memiliki gambaran yang
syarat sosial budaya 16
kurang baik.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Dalam praktiknya, pada pendistribusian
seluruh informan utama kurang dapat
makanan keluarga informan utama tersebut
menjelaskan cara distribusi makanan
dilakukan oleh pembantu sehingga informan
keluarga yang baik. Ada informan
utama tidak memiliki informasi rutin mengenai
utama yang dapat menjawab sedikit
makanan yang disajikan. Hal ini bertolak
seperti makanan harus bergizi dan
belakang dengan pendapat Suhardjo (1989)
suasana ketika makan harus
yang mengatakan bahwa pada umunya
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan
penyelenggaraan makanan dalam rumah tangga
pernyataan Notoatmodjo (2003) di atas,
sehari-hari dikoordinir oleh ibu.6 Informan
namun cara distribusi makanan keluarga
utama yang lainnya merupakan peran utama
informan tersebut hanya memnuhi satu
dalam mengatur pendistribusian makanan
kriteria saja yaitu makanan tersebut
keluarga tersebut, namun mereka memiliki
harus terjamin kesehatannya. Informan
gambaran cara distribusi makanan yang baik.
lainnya tidak dapat menjelaskan dengan
Mengenai porsi, mereka tidak terlalu terampil
tepat bagaimana cara mendistribusikan
dalam mendistribusikan makanan untuk
makanan keluarga yang baik.
anakanaknya. Dalam praktiknya, informan
tersebut kurang terampil dalam
membagibagikan makanan untuk anak-anak Pada aspek sumber daya yang dimiliki
mereka. Notoatmodjo (2003) juga yang dilihat adalah waktu yang dimiliki
menambahkan bahwa porsi bagi masing- informan utama dalam
masing anggota keluarga harus diperhatikan, mendistribusikan makanan keluarga.
apakah sesuai dengan kebutuhan masing- Berdasarkan hasil wawancara, waktu
masing umur dan jenis kelamin serta jenis pendistribusian makanan keluarga dari
pekerjaan yang menjadi tugasnya sehari-hari.16 setiap informan utama berbeda.
Menurut Suhardjo (1989) yang mengatakan Sedangkan dari hasil wawancara
bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan gizi dengan informan pendukung keluarga
dan berkesadaran gizi yang tinggi akan melatih terdekat mengenai waktu
kebiasaan makan yang sehat sedini mendistribusikan makanan keluarga
mungkin kepada semua putra dan putrinya.6 oleh kerabatnya didapatkan hasil bahwa
seluruh informan pendukung keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil terdekat memiliki jawaban yang sama
bahwa pengetahuan informan utama berbeda dari waktu kerabatnya mendistribusikan
seperti pendistribusian dilakukan oleh makanan keluarga yaitu setelah masak.
pembantu rumah tangga dan ada yang Menurut Sediaoetama (2004), hidangan
dilakukan sendiri oleh informan tersebut. makanan sebaiknya langsung disajikan
setelah masakan matang agar tidak
berkurang nilai gizinya.17
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3, Desember 2012 : 91 – 104

banyak kandungan vitaminnya. Sedikit lebih


Cara Pemilihan Makanan mengerti jika dibandingkan dengan informan
lainnya yang kurang begitu memahami
bagaimana cara memilih bahan makanan yang
Menurut Suhardjo (1989), sebagai ibu baik.
rumah tangga, diperlukan keterampilan Salah seorang informan utama bukanlah
untuk memilih bahan yang murah dan orang yang yang mengatur
sesuai dengan kebutuhan keluarga, penyelenggaraan makanan dimulai dari
meskipun selera masih menjadi masalah pemilihan bahan makanan, karena hal
utama.6 Pada bagian ini yang akan itu dilakukan oleh pembantu dan ibu
dibahas adalah cara pemilihan makanan kandungnya. Hal ini menyebabkan
yang ditinjau dari aspek pembentuk informan tersebut kurang mengetahui
perilaku yakni pemikiran dan perasaan, bagaimana cara memilih bahan
referensi orang penting, sumber daya makanan yang baik. Hasil penelitian ini
yang dimiliki, dan kebudayaan. Dalam bertentangan dengan pendapat Suhardjo
hal ini, aspek yang paling berpengaruh (1989) yang mengatakan bahwa
adalah pengetahuan ibu hamil yang kesanggupan menyusun hidangan
kurang mengenai cara memilih tidaklah diturunkan dalam pengertian
makanan yang baik. herediter, tetapi merupakan kepandaian
yang diajarkan dari leluhur melalui
Berdasarkan hasil wawancara mengenai aspek orang tua,
kepercayaan tentang memilih bahan makanan terus ke generasi lebih muda.6
didapatkan bahwa seluruh informan utama tidak
memiliki kepercayaan mengenai cara memilih
bahan makanan untuk dikonsumsi keluarganya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Mereka sudah memiliki bekal pengetahuan yang Ibu hamil masih banyak yang tidak
bagi mereka cukup dalam memilih bahan menerapkan kebiasaan makan bersama
makanan sehingga mereka tidak memiliki keluarga, pola makanan ibu hamil yang
kepercayaan dari orang atau pengalaman kurang beragam, porsi makanan utama
siapapun mengenai cara pemilihan bahan ibu hamil masih kurang adekuat. Masih
makanan. ada pantangan terhadap makanan
bersumber energi dan protein tinggi
Dalam praktiknya, sebagian besar informan seperti ikan dan telur, distribusi
utama tidak dapat memilih bahan makanan yang makanan keluarga yang kurang tepat.
baik. Hal ini dikarenakan sebenarnya mereka Cara pemilihan makanan yang kurang
kurang memiliki bekal pengetahuan yang cukup baik menjadi salah satu penyebab
dalam memilih bahan makanan yang baik. Hal terjadinya kekurangan energi kronis
ini juga tidak sesuai dengan pernyataan pada ibu hamil di poli kebidanan
Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa RSI&A Lestari Cirendeu Tangerang
pengetahuan dan kemauan yang utuh akan Selatan.
membentuk suatu perilaku dalam penelitian ini
adalah kebiasaan memilih bahan makanan.16 Saran
Menurut Sarwono (1989), kondisi psikologis Petugas kesehatan diharapkan dapat
seseorang sangat mempengaruhi sikap orang memberikan Komunikasi, Informasi,
tersebut untuk menerima dan memilih objek Edukasi (KIE) tentang kebiasaan makan
tertentu, dalam hal ini adalah bahan makanan.18 yang baik kepada ibu hamil, suami dan
ibu kandung dari ibu hamil agar ibu
Pengetahuan informan mengenai cara pemilihan hamil memiliki bekal pengetahuan gizi
makanan, diperoleh hasil bahwa hanya sedikit yang baik sehingga terhindar dari
informan yang dapat menjelaskan bagaimana kekurangan zat gizi terutama KEK.
cara memilih makanan yang baik. Informan Selain itu, penyuluhan khusus terkait
tersebut menjelaskan kalau memilih bahan masalah kebiasaan makan yang baik
makanan itu yang masih segar karena lebih untuk ibu hamil perlu diadakan di
Kebiasaan Makan Menjadi Salah Satu Penyebab Kekurangan …( Deuis)

rumah sakit tersebut. Rumah sakit juga


dapat mengadakan pelatihan
keterampilan khusus seperti memasak
makanan yang bergizi dimulai dari cara
pemilihan bahan makanan, penyiapan,
pengolahan, penyajian, dan distribusi
makanan tersebut untuk keluarga.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih saya haturkan untuk Ibu
Febrianti, M.Si dan Ibu Minsarnawati, SKM,
M.Kes yang telah memberikan pengarahan dan 7. Achadi, E.L. Gizi Ibu dan Kesehatan Reproduksi
bimbingannya sehingga penelitian dan karya Dalam: Dep.Gizi dan Kesehatan
tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain Masyarakat, FKM UI. “ Gizi dan
Kesehatan Masyarakat”. 2007. Jakarta:
itu, saya juga ucapkan terima kasih kepada
PT. Raja Grafindo Persada
Kepala RSI&A Lestari Cirendeu Tangerang
8. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar
Selatan yang telah memberikan ijin peneliti Ilmu Gizi. 2004. Jakarta : EGC.
dalam pengambilan data sehingga dapat 9. Depkes RI. Rencana Pembangunan
melancarkan proses penelitian. Kesehatan tahun 2005-2009. 2006. Jakarta
10. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu
Perilaku
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. 2010. Jakarta: Rineka Cipta
1. Depkes RI. Angka Kematian Ibu (AKI) 11. Admin 2008. jenis makanan.
Melahirkan. 2010. Jakarta http://duniamakanan.com. Diakses tanggal 14
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. Jakarta: agustus 2010. pukul 13.00 wib
Departemen Kesehatan 12. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 2004.
3. Albugis, Djamilah.Faktor-faktor yang berhubungan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah 13. Fatma. Gambaran Pola Makan dan Perilaku Sehat
Puskesmas Jembatan Serong Kecamatan Pancoran Ibu Hamil di Kotif Depok. 2009. Pusat Penelitian
Mas Depok Jawa Barat Tahun 2008. 2008. FKM UI Keluarga Sejahtera Universitas Indonesia (PUSKA
Depok UI) Depok Jawa Barat
4. Fadjria, Nur. Hubungan Antara Citra Raga Dengan 14. Mulyaningrum, Sri. Faktor-faktor
Perilaku Makan Pada Remaja Putri. Fakultas yang berhubungan dengan risiko Kurang Energi
Psikologi. 2008. Universitas Kronik (KEK) pada ibu hamil di DKI Jakarta tahun
Muhammadiyah Surakarta 2007. 2009.FKM UI Depok
5. Rumdasih, Yuyum. Gizi Dalam Kesehatan 15. Anwar, Mochamad. Kesehatan
Reproduksi. 2004. Jakarta : EGC Wanita
6. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. 1989. IPB PAU Sebuah Perspektif Global. 1997. Yogyakarta:
Pangan dan Gizi. Gajah Mada University Press
16. Notoatmodjo, Soekidjo.
Pendidikan dan perilaku kesehatan.
2003. Jakarta: Rineka Cipta
17. Sediaoetama, Achmad Djaeni. Ilmu Gizi Untuk
Mahasiswa dan Profesi, Jilid 1. 2004. Jakarta: Dian
Rakyat
18. Sarwono, S. W. Pengantar Psikologi Umum. 1989.
Jakarta: Bulan Bintang

You might also like