Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing :
Disusun Oleh :
Meida Putri Utami
406162065
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba,
bersifat sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai
penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga
frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 3 hari. Oleh karena kerusakannya terutama di koklea dan
biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan ke dalam keadaan darurat
otology.1,2
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga
(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral)
biasanya disertai dengan tinnitus dan vertigo. Di Amerika Serikat terjadi 5-20
kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun. Hadjar E melaporkan di sub
bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang
merupakan 6,24 % dari seluruh penderita ketulian dan 10% dari tuli sensorineural
dan 36% dari penderita tuli akibat kelainan vaskuler.2,3
Pada umumnya terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba. Kadang
bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya bersifat menetap.
Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak berlangsung lama.1
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kecepatan
pemberian obat, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor- faktor predisposisi.
Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan
untuk sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih
kecil. Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur telinga terbagi menjadi bagian luar, tengah, dalam. Telinga bagian
luar dan tengah hanya berperan dalam proses pendengaran, sedangkan telinga
bagian dalam berperan dalam pendengaran dan keseimbangan. Telinga bagian
luar terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus dan berakhir pada sisi
medial di membran timpani. Telinga bagian tengah terletak di rongga berisi udara
dalam bagian petrosus os temporal, dan terdiri dari osikel auditori (malleus, inkus,
stapes), dan di telinga bagian dalam, terdapat organ sensori untuk pendengaran
dan keseimbangan4.
Gambar 1. Telinga4
2
telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar
dan rangka tulang pada dua pertiga bagian dalam. Panjang liang telinga kira-kira
2,5 – 3 cm.5
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut halus. Kelenjar terdapat pada
seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen.7 Serumen menjaga membran timpani tetap lunak dan tahan-air
serta melindungi telinga tengah dan dalam dari benda asing berukuran kecil dan
serangga.5
3
Organ telinga tengah terdiri dari:
a. Membran timpani.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Sharpnell) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa
(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah
lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di
tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam.6
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke
arah bawah, yaitu pada arah jam 5 untuk membran timpani kanan, sementara
membran timpani kiri pada arah jam 7. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar
yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua
serabut yaitu sirkuler dan radier sehingga menyebabkan timbulnya refleks
cahaya.6
Membran timpani dibagi menjadi empat kuadran dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian/kuadran, yaitu atas-depan, atas-belakang,
bawah depan, dan bawah belakang.6
Cabang-cabang dari arteri karotis eksterna dalam meatus auditori eksternal,
memberikan suplai darah pada pars flaksida, bagian manubrial dari pars tensa dan
persimpangan antara cincin fibrokartilaginosa dari membran timpani dan sulkus
timpanikum pada tulang temporal.7
Pembuluh darah yang mensuplai daerah pars flaksida dan bagian manubrial
cincin fibrokartilaginosa terdapat dibawah lapisan epitel skuamosa, dekat dengan
sel mast dan bundel saraf. Pembuluh darah yang berasal dari rongga timpani yang
juga berasal dari arteri karotis eksterna mensuplai daerah perifer dari pars tensa
dengan cabang-cabang kecil, terlokalisasi tepat dibawah epitel membran timpani.
Jika dibandingkan dengan bagian manubrial, pars tensa memiliki vaskularisasi
yang lebih sedikit. Sehingga bagian sentral dan sebagian besar dari pars tensa
4
mendapatkan nutrisi secara difusi intra sel. Keadaan kurangnya pembuluh darah
ini juga menyebabkan imunitas pada pars tensa ini lebih sedikit dari bagian
lainnya. Sehingga kecenderungan terjadinya perforasi akibat infeksi sering berada
pada bagian ini.7
b. Rongga timpani.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya
merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior
pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia.
Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum.4
c. Tulang pendengaran.
Tulang pendengaran terdiri dari tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga
tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus
melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada
ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap
celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam.4
d. Otot
Terdapat 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.
Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran
berfrekuensi tinggi. Otot tersebut adalah:4
5
Muskulus tensor timpani. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas
tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian
mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani
dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus.
Muskulus stapedius. Tendon otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang
berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk
berinsersi ke dalam leher stapes.
Telinga bagian dalam berisi cairan dan terletak dalam os temporal di sisi
medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin (labirin
vestibula dan labirin membranosa). Labirin vestibula merupakan ruang berliku
6
berisi perilimfe (menyerupai cairan serebrospinal) dan di labirin membranosa
yang mengandung cairan endolimfe (menyerupai cairan intraselular). Bagian ini
melubangi bagian petrosus os temporal dan terbagi menjadi tiga bagian: vestibula,
kanalis semisirkular, dan koklea (seperti siput). Bagian dari telinga dalam yang
berkaitan dengan proses pendengaran adalah koklea 4.
a. Koklea
7
b. Organ Korti
8
(koklear) neuron akustik vestibulokoklear dan berakhir di nucleus koklear
ventralis dan dorsalis di medulla oblongata. Jumlah total serat aferen dan eferen di
tiap-tiap nucleus auditorius sekitar 28.000.4
Di koklea, terdapat tight junction antara sel rambut dan sel phalanges di
dekatnya, tight junction ini mencegah endolimfe mencapai dasar sel. Namun
membrane basilaris relative permeable terhadap perilimfe di skala timpani, dan
dengan demikian, terowongan organ korti dan dasar sel rambut dibasahi oleh
perilimfe. Oleh karena adanya tight junction serupa, keadaan sel rambut dibagian
lain telinga dalam serupa; yaitu tonjolan-tonjolan sel rambut dibasahi oleh
endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh perilimfe4.
c. Kanalis Semisirkularis
2. 2. Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga
dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen oval) yang juga
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Selanjutnya getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimf dan membran basal ke arah
9
bawah, Perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar
(foramen rotundum) terdorong ke arah luar.6
2.3.1. Definisi
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba,
bersifat sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai
penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga
frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam
10
waktu kurang dari 3 hari. Oleh karena kerusakannya terutama di koklea dan
biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan ke dalam keadaan darurat
otology.1,2
2.3.2. Epidemiologi
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga
(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral). Di
Amerika Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk
pertahun. Hadjar E melaporkan di sub bagian Neurotologi THT FKUI/ RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 terdapat 262
pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24 % dari seluruh penderita ketulian dan
10% dari tuli sensorineural dan 36% dari penderita tuli akibat kelainan vaskuler.1,3
Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing loss
(SSNHL) terjadi di USA setiap tahunnya. Insidens kejadian di US ini berkisar
antara 5-20 kasus per 100.000 orang. Banyak kasus yang tidak dilaporkan,
sehingga sangat besar kemungkinan angka tersebut bisa lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan tuli mendadak dapat teratasi sebelum pasien tersebut mengunjungi
tempat pelayanan kesehatan.2
Distribusi antara pria dan wanita terlihat hampir sama. Berdasarkan data
dari beberapa penelitian, menyimpulkan bahwa sekitar 53% pria terkena tuli
mendadak dibandingkan wanita. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian kasus ini. Tuli mendadak dapat mengenai
semua golongan usia, walaupun pada beberapa penelitian, hanya sedikit
ditemukan pada anak-anak dan lansia. Puncak insidensi muncul pada usia 50an.
Dewasa muda memiliki angka kejadian yang hampir sama dengan dewasa
pertengahan-tua. Usia rata-rata sekitar 40-54 tahun.2
2.3.3. Etiologi
Etiologi dari tuli mendadak dapat dibagi menjadi kategori yang luas: (1)
infeksi virus (2) autoimun, (3) ruptur membran labirin/ trauma, (4) vaskular, (5)
neurologik, dan (6) neoplastik. Terdapat bermacam kondisi didalam setiap
kategori ini yang berhubungan dengan tuli mendadak, diantaranya:8
11
Infeksi: Autoimun:
- Meningococcal meningitis - Autoimmune inner ear disease
- Herpesvirus (simplex, zoster, (AIED)
varicella, cytomegalovirus) - Ulcerative colitis
- Mumps - Relapsing polychondritis
- Human immunodeficiency virus - Lupus erythematosus
- Lassa fever - Polyarteritis nodosa
- Mycoplasma - Cogan’s syndrome
- Cryptococcal meningitis - Wegener’s granulomatosis
- Toxoplasmosis
- Syphilis
- Rubeola
- Rubella
- Human spumaretrovirus
Trauma Vaskular
- Perilymph fistula - Vascular disease/alteration of
- Inner ear decompression sickness microcirculation
- Temporal bone fracture - Vascular disease associated with
- Inner ear concussion mitochondriopathy
- Otologic surgery (stapedectomy) - Vertebrobasilar insufficiency
- Surgical complication of - Red blood cell deformability
nonotologic surgery - Sickle cell disease
- Cardiopulmonary bypass
Neurologic Neoplastic
- Multiple sclerosis - Acoustic neuroma
- Focal pontine ischemia - Leukemia
- Migraine - Myeloma
- Metastasis to internal auditory
canal
- Meningeal carcinomatosis
- Contralateral deafness after
acoustic neuroma surgery
12
Faktor Predisposisi
Terdapat faktor predisposisi pada kasus-kasus tuli mendadak saat ini masih
banyak diperdebatkan. Penggunaan alkohol yang berlebihan, kondisi emosional
penderita, kelelahan, penyakit metabolik (diabetes melitus, hiperlipidemia),
penyakit kardiovaskuler, stres, umur dan kehamilan sering dianggap sebagai
faktor predisposisi terjadinya tuli mendadak. Banyak ahli berpendapat bahwa
keadaan kardiovaskuler sangat berpengaruh terhadap kejadian tuli mendadak.7
2.3.4. Patogenesis
Tuli mendadak dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain oleh
iskemia koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan
tekanan atmosfir, autoimun, obat ototoksik, penyakit Meniere dan neuroma
akustik. Tetapi yang biasanya dianggap sebagai etiologi adalah iskemia koklea
dan infeksi virus. 1
Beberapa jenis virus, seperti virus parotis, virus campak, virus influenza B
dan mononukleosis menyebabkan kerusakan pada organ korti, membran tektoria
dan selubung myelin saraf akustik. Ketulian yang terjadi biasanya berat, terutama
pada frekuensi sedang dan tinggi 3. Ada beberapa jalan yang dilalui virus untuk
dapat sampai ke telinga dalam yaitu yang paling sering melalui aliran darah
(viremia). Pada fase awal virus akan dideposit dalam membrane koklea. Selain itu
virus dapat masuk ke telinga dalam dari ruang subaraknoidea melalui akuaduktus
13
koklearis masuk ke ruang perilimfe. Jalur lain adalah langsung dari telinga tengah
masuk ke telinga dalam, seperti pada otitis media nonsupurativa akibat infeksi
saluran nafas. Partikel virus akan memperbanyak diri, mempercepat terjadinya
perubahan-perubahan patologis, yang kadang-kadang masih reversible tapi dapat
juga berupa kelainan yang menetap. Mula-mula virus akan melekat pada endotel
pembuluh darah, terjadi pembengkakan dan proliferasi endotel sehingga
mengakibatkan menyempitnya lumen pembuluh darah dan berkurangnya aliran
darah. Hemaglutinasi dan penyumbatan akan terjadi apabila partikel virus
menempel pada sel-sel darah merah, selain itu juga akan menyebabkan keadaan
hiperkoagulasi dan menyumbat pembuluh darah kapiler. Apabila terjadi pada
arteri yang mendarahi koklea akan muncul keluhan tinnitus dan ketulian. Bila
terjadi sumbatan yang lebih proksimal, akan terjadi gangguan pada fungsi
vestibuler berupa vertigo.7
14
pada satu telinga, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo. Kemungkinan ada
gejala dan tanda penyakit virus seperti parotis varisela, variola atau pada
anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut.1
2.3.6. Diagnosis
a. Anamnesis 1,2,3
3. Gejala pertama adalah berupa tinitus, beberapa jam bahkan beberapa hari
sebelumnya bisa didahului oleh infeksi virus, trauma kepala, obat-obat
ototoksik, dan neuroma akustik.
15
b. Pemeriksaan fisik
Tes penala :
c. Pemeriksaan penunjang
Audiometri khusus 1
- Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor : 100% atau kurang
dari 70%
- Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.
Kesan : Bukan tuli retrokoklea
Audiometri impedans1
16
Kesan : Tuli sensorineural Koklea
17
yang lebih keras dari
percakapan biasa dalam jarak 1
meter.
Hanya mampu mendengar
– Penurunan
61-80 dB beberapa kata pada suara
pendengaran berat
teriakan di telinga yang sehat.
– Penurunan Tidak mampu mendengar dan
pendengaran sangat ≥81 dB mengerti kata pada suara
berat termasuk ketulian teriakan keras.
2.3.7. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk tuli mendadak sampai saat ini merupakan suatu hal yang
kontroversi, tingginya angka perbaikan secara spontan ke arah normal maupun
mendekati normal menyulitkan evaluasi pengobatan untuk tuli mendadak. Tak ada
studi terkontrol yang dilakukan yang dapat membuktikan bahwa suatu obat secara
bermakna menyembuhkan tuli mendadak. Seperti diketahui angka penyembuhan
secara spontan tuli mendadak terjadi antara 40-70% kasus. Ada pendapat ahli
menyatakan bahwa sebagian besar kasus tuli mendadak mengalami proses
penyembuhan secara partial terutama selama 14 hari pertama setelah onset
penyakit.1
1. Tirah baring sempurna (total bed rest) istirahat fisik dan mental selama 2
minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress yang besar
pengaruhnya pada keadaan kegagalan neovaskular.
2. Vasodilatansia yang cukup kuat misalnya dengan pemberian Complamin
injeksi.
3x 1200 mg (4 ampul) selama 3 hari
3x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari
3x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari
3x 300 mg (1 ampul) selama 3 hari
Disertai dengan pemberian tablet vasodilator oral tiap hari.
18
3. Prednison 4x 10 mg (2 tablet), tappering off tiap 3 hari
4. Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari
5. Neurobion 3x1 tablet /hari
6. Diit rendah garam dan rendah kolesterol
7. Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 liter/menit), obat antivirus sesuai dengan virus
penyebab
8. Hipertonik oksigen terapi
Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan
kortikosteroid injeksi dan bila perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara
rutin setiap hari serta konsultasi ahli penyakit dalam. Apabila hasil konsultasi
dengan Sub Bagian hematologi Penyakit Dalam dan Bagian kardiologi ditemukan
kelainan, terapi ditambah sesuai dengan nasehat bagian tersebut.1
19
Gambar 6. Manajemen Tuli mendadak
2.3.8. Prognosis
20
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Mindargo
Usia : 59 tahun
Alamat : Mojoagung 3/1 Puncakwangi, Pati
Tgl Lahir : 01-10-1958
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Suku : Jawa
No RM : 106333
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
21
tidak dikeluhkan lagi. Tidak ada keluhan mual muntah, pusing berputar,
telinga terasa penuh, nyeri telinga, batuk pilek dan nyeri kepala. Pasien
tidak pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Pekerjaan:
Pasien seorang petani sejak 1 tahun yang lalu, sebelumnya pasien bekerja
menggunakan router kayu dan terpapar bising selama 10 tahun.
22
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
BB : 71 kg
Tekanan darah : 160/100mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,40C
Status Lokalis :
1. Telinga
Dekstra Sinistra
Aurikula Bentuk (N) Bentuk (N)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)
Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Preaurikula Fistula (-) Fistula (-)
Abses (-) Abses (-)
Retroaurikula Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
CAE Sekret (-) Sekret (-)
Serumen (-) Serumen (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Corpus allienum (-) Corpus allienum (-)
MEMBRAN TIMPANI
23
Bentuk Cekung Cekung
2. Hidung
3. Tenggorok
24
Palatum durum dan mole Warna merah muda
Lidah 2/3 anterior Merah muda,
Ulkus (-)
Tonsil
25
IV. Pemeriksaan Penunjang
Audiometri
Tanggal 20 April 2018 Tanggal 12 Mei 2018
V. RESUME
26
Pada pemeriksaan audiometri didapatkan pada tanggal 20 April
2018 : rata-rata batas ambang pendengaran pada telinga kanan : 60 dB dan
rata-rata batas ambang pendengaran pada telinga kiri : 65 dB (Penurunan
pendengaran berat).
VI. DIAGNOSIS
Presbiakusis
VIII. PENATALAKSANAAN
IX. EDUKASI
X. PROGNOSIS
27
ANALISIS KASUS
TEORI KASUS
Definisi
Sudden deafness : penurunan Pasien mengeluhkan penurunan
pendengaran sensorineural 30 dB atau pendengaran sejak 1 hari yang lalu
lebih, paling sedikit tiga frekuensi
berturut-turut pada pemeriksaan
audiometri dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 3 hari
Epidemiologi
Sebagian besar kasus terjadi pada satu Pasien mengeluhkan penurunan
telinga (unilateral) dan hanya 1,7% - pendengaran pada kedua telinga
2% kasus terjadi pada dua telinga
(bilateral)
Puncak insidensi muncul pada usia Usia pasien 57 tahun
50an
Etiologi
Penyebab tuli mendadak : infeksi virus, Idiopatik
autoimun, ruptur membran labirin/
trauma, kelainan vaskular, neurologik,
dan neoplastik
Data Anamnesis
Kehilangan pendengaran tiba-tiba Kedua telinga berdenging sejak 4
biasanya satu telinga yang tidak jelas hari yang lalu
penyebabnya berlangsung dalam keluar cairan bening sejak 2 hari
waktu kurang dari 3 hari yang lalu
Gejala pertama adalah berupa tinitus,
beberapa jam bahkan beberapa hari
Pusing mendadak (vertigo)
Mual dan muntah
Riwayat infeksi virus seperti mumps,
campak, herpes zooster, CMV,
influenza B
Riwayat hipertensi dan DM
Riwayat berpergian dengan pesawat
atau menyelam ke dasar laut
Riwayat trauma kepala dan bising
keras
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Tidak ada kelainan pada pemeriksaan Tidak ada kelainan pada
otoskop pemeriksaan otoskop
28
Tes penala : Rinne positif, Weber Audiometri pada tanggal 20 April
lateralisasi ke telinga yang sehat, 2018 :
Schwabach memendek Rata-rata kanan : 60 dB
Audiometri nada murni : Tuli Rata-rata kiri : 65 dB
sensorineural ringan sampai berat. (Penurunan pendengaran berat)
Tes SISI (Short Increment Sensitivity
Index) dengan skor : 100% atau Audiometri pada tanggal 12 Mei
kurang dari 70% 2018 :
Rata-rata kanan : 47,5 dB
Tes Tone decay atau reflek kelelahan
negatif Rata-rata kiri : 57,5 dB
Audiometri tutur (speech audiometry)
SDS (speech discrimination score): ( Penurunan pendengaran sedang)
kurang dari 100%
Audiometri impedans
BERA ( Brainstem Evolved Responce
Audiometry)
ENG ( Electtronistagmografi)
Arteriografi
Pemeriksaan Laboratorium
Tata Laksana
Tirah baring (total bed rest) istirahat Metilprednisolon tab 8 mg 3x1
fisik dan mental selama 2 minggu Piracetam tab 800 mg 2x1
Vasodilatansia yang cukup kuat Mecobalamin tab 2x1
misalnya dengan pemberian -
Complamin injeksi.
- 3x 1200 mg (4 ampul) selama 3 hari
- 3x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari
- 3x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari
- 3x 300 mg (1 ampul) selama 3 hari
Prednison 4x 10 mg (2 tablet),
tappering off tiap 3 hari
Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari
Neurobion 3x1 tablet /hari
Diet rendah garam dan rendah
kolesterol
Inhalasi oksigen 4x15 menit (2
liter/menit), obat antivirus sesuai
dengan virus penyebab
Hipertonik oksigen terapi
29
Prognosis
.Ad vitam: Dubia ad bonam Ad vitam: Dubia ad bonam
Ad sanactionam: Dubia ad malam Ad sanactionam: Dubia ad malam
Ad fungsionam: Dubia ad bonam Ad fungsionam: Dubia ad bonam
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Jenny B dan Indro S. Tuli mendadak. Dalam: Soepardi EF, dkk (editor). Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi
keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007. Hal 46-48
2. Stachler JR, et al. Clinical Practice Guideline: Sudden Hearing Loss.
Otolaryngology – Head and Neck Surgery 146(1S) S1–S35 © American
Academy of Otolaryngology—Head and Neck Surgery Foundation 2012: p.1-
28
3. Foden N, Mehta N, Joseph T. Sudden onset hearing loss: Causes,
investigations and management. Australian Fa mily Physician Vol. 42, No. 9,
September 2013: p.641-644
4. Seeley, Stephen, Tate. The Special Sense. Anatomy and Physiology. The
McGraw-Hill Companies, 2004: p. 528-540
5. Van De Graaff. Head. Human Anatomy, 6th edition. New York: The
McGraw-Hill Companies. 2001. pg 516-519
6. Indro S, Hendarto H., dan Jennt B. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam:
Soepardi EF, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher, edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal 10 – 13
7. Suckfull M. Continuing Medical Education :Perspectives on the
Pathophysiology and Treatment of Sudden Idiopathic Sensorineural Hearing
Loss. Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2009; 106(41):
669–76
8. Muller C, Vrabec J, Quinn FB. Sudden Sensorineural Hearing Loss. USA:
UTMB Dept. of Otolaryngology.June 13, 2001: p.1-15
31