You are on page 1of 8

Ainun Marliah et al. (2011) J.

Floratek 6: 84 - 91

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS CABAI MERAH


PADA MEDIA TUMBUH YANG BERBEDA

Growth and Yield of Some Varieties of Chili


In Different Growing Media

Ainun Marliah, Mariani Nasution, dan Armin

Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

The study was aimed at determining appropriate varieties and growing


media on growth and yield of red peppers as well as interactions between the two
factors mentioned. The experimental design used was a completely randomized
design (CRD) 3 x 3 with three replications. Factors studied were red pepper
varieties (TM 999, ST 168 and local), and growing media (soil + sand, soil +
manure, and soil + husk) with a ratio of 2:1. The results showed that varieties
exerted highly significant effects on plant height at 15 days after transplanting
(DAT) and fruit weight per plant at first harvest 90 DAT and a significant effect on
number of fruits per plant at first harvest 90 DAT. Varieties of TM 999 and ST 168
were better than that of local. Growing media also exerted highly significant
effects on plant height at 45 DAT, number of productive branches, number of fruits
per plant at first harvest (90 DAT) and fruit weight per plant at first harvest (90
DAT), and significant effects on plant height at 15 and 30 DAT, number of fruits
per plant at second harvest (93 DAT), and weight of fruit per plant at third harvest
(96 DAT). The best growing medium was soil + sand. There was no significant
interaction between varieties and growing media on growth and yield of red chili.

Keywords: Varieties, Growing Media, Red Hot Pepper

PENDAHULUAN meningkatnya jumlah penduduk dan


berkembangnya industri makanan
Cabai merah merupakan salah yang membutuhkan bahan baku
satu tanaman sayuran penting di cabai. Hal ini menyebabkan komoditi
Indonesia, karena mampu memenuhi ini menjadi komoditi yang paling
kebutuhan khas masyarakat Indonesia sering menjadi perbincangan di
akan rasa pedas dari suatu masakan. seluruh lapisan masyarakat karena
Cabai merah juga memberikan warna harganya dapat melambung sangat
dan rasa yang dapat membangkitkan tinggi pada saat-saat tertentu
selera makan, banyak mengandung (Andoko, 2004). Mengingat prospek
vitamin dan dapat juga digunakan cabai merah yang sangat cerah maka
sebagai obat-obatan, bahan campuran perlu dibudidayakan secara intensif.
makanan dan peternakan (Setiadi, Salah satu usaha untuk
2005). meningkatkan hasil cabai merah
Kebutuhan akan cabai merah adalah dengan menggunakan benih
terus meningkat sejalan dengan bermutu dari suatu varietas. Varietas

84
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

cabai merah pada dasarnya terdiri (kuntan) adalah sekam padi berwarna
dari varietas hibrida dan non hibrida hitam, yang dihasilkan dari pem-
(lokal), yang masing-masing mempu- bakaran sekam yang tidak sempurna.
nyai beberapa kelebihan dan keku- Menurut Agoes (1994) arang sekam
rangan. Beberapa varietas cabai sangat banyak kandungan haranya
hibrida di antaranya TM-999 dan ST- seperti SiO2 (52%) dan K (31%),
168. serta komponen lainnya seperti
Menurut Andoko (2004) Fe2O3, K2O, MgO, CaO. MnO, Cu
bahwa varietas TM-999 mempunyai dan bahan-bahan organik lainnya ada
akar dan cabang sangat kuat sehingga dalam jumlah yang sangat kecil.
tahan terhadap kekeringan, warna Selanjutnya, Warna hitam dari sekam
buah merah terang, ukuran daun lebih bakar tersebut disinyalir mampu
kecil, tahan terhadap layu bakteri mengabsorbsi sinar matahari dengan
phytoptora dan anthracnose sehingga baik yang dapat dimanfaatkan untuk
dapat ditanam di musim hujan mau- menunjang berbagai proses meta-
pun kemarau. Selanjutnya dikatakan bolisme tanaman. Syarif (1986)
bahwa varietas ST-168 mempunyai menyatakan untuk mendapatkan
perakaran dan batang yang kuat, media tumbuh lebih baik yang memi-
bercabang banyak, buahnya lebat, liki tata udara dan air yang sesuai
produksi tinggi, warna buah merah maka media tanah dapat dicampur
menyala, tahan terhadap layu bakteri dengan berbagai bahan organik, yaitu
phytoptora dan antraknosa, tidak dengan perbandingan 2:1.
mudah patah dan tahan disimpan Setiap varietas mempunyai
lama. Sebaliknya, varietas lokal adaptasi yang berbeda-beda terhadap
produksinya rendah dan tidak tahan lingkungannya, baik unsur iklim
terhadap kondisi lingkungan yang maupun terhadap media tumbuh.
ekstrem baik itu kekeringan maupun Poespodarsono (dalam Ashari dan
hujan yang tinggi. Andi, 2000) menyatakan setiap
Selain varietas, faktor media varietas terdiri dari sejumlah genotipe
tumbuh juga merupakan hal yang yang berbeda, dimana masing-masing
sangat penting dalam menunjang genotipe mempunyai kemampuan
pertumbuhan dan hasil cabai merah. tertentu untuk beradaptasi dengan
Media tumbuh yang baik adalah lingkungan tempat tumbuhnya.
media yang memiliki sifat fisik, Penelitian ini bertujuan untuk
kimia dan biologi yang sesuai. Hal mengetahui varietas terbaik dan me-
tersebut dapat diperoleh dengan dia tumbuh yang sesuai terhadap
mencampur tanah, pasir, pupuk pertumbuhan dan hasil cabai merah.
kandang, sekam ataupun bahan-bahan Selain itu, penelitian ini juga untuk
organik lainnya (Anonymous, 1991). mengetahui apakah varietas mem-
Pupuk kandang merupakan kotoran punyai tanggap yang berbeda pada
padat dan cair dari hewan ternak yang berbagai media tanam bagi pertum-
tercampur dengan sisa-sisa makanan buhan dan hasil cabai merah.
atau alas kandang (Hakim et al.,
1986). Pupuk kandang dapat METODE PENELITIAN
memperbaiki sifat fisik, kimia dan
mendorong kehidupan dan perkem- Tempat dan Waktu Penelitian
bangan jasad renik (Sutejo dan Penelitian ini dilaksanakan di
Kartasapoetra, 1990). Arang sekam Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

85
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

Universitas Syiah Kuala Darussalam M3 = Tanah + sekam (2:1)


Banda Aceh, yang berlangsung dari Dengan demikian terdapat 9
bulan Maret sampai Agustus 2007. kombinasi perlakuan, dan setiap
kombinasi perlakuan memiliki 3
Bahan ulangan, sehingga keseluruhannya
Bahan-bahan yang digunakan terdapat 27 unit percobaan. Model
dalam penelitian ini adalah benih matematika dari rancangan yang
cabai merah varietas TM 999, ST 168 digunakan dalam penelitian ini adalah
dan varietas lokal masing-masing 10 sebagai berikut:
g. Tanah yang digunakan adalah Yijk = μ + Vi + Mj + (VM)ij + εijk
tanah lapisan atas yang berasal dari Dimana:
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian. Yijk= Hasil pengamatan dari varietas
Pasir yang digunakan adalah pasir cabai merah (V) pada taraf ke-j dan
kali yang diperoleh dari Desa media tanam (M) pada taraf ke-k dan
Lampisang. Pupuk kandang dan ulangan ke-i
sekam diperoleh dari Desa Tungkop. μ = Rata-rata umum
Pupuk urea, SP36 dan KCl diperoleh Vi = Pengaruh varietas cabai
dari pedagang komersial. Polibag merah (V) taraf ke-i (i=1,2,3)
yang digunakan adalah polibag warna Mj = Pengaruh media tumbuh
hitam dengan kapasitas 5 kg. Untuk (M) taraf ke- j (j=1,2,3)
melindungi tanaman dari serangan (VM)ij = Pengaruh interaksi antara
hama dan penyakit digunakan faktor V taraf ke-i dengan faktor M
insektisida Decis 2,5 EC (2 mL/L air) taraf ke-j
dan fungisida Dhitane M-45 (2 g/L εijk = Pengaruh galat percobaan
air). Jika analisis ragam
menunjukkan pengaruh yang nyata,
Alat maka analisis dilanjutkan dengan uji
Alat yang digunakan dalam BNJ 5%, dengan rumus sebagai
penelitian ini adalah cangkul, gem- berikut:
bor, meteran, timbangan, gunting,
ayakan, handsprayer, dan alat tulis- BNJ0,05 = Q0,05 (p ; dbA)
menulis. Dimana:
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur
Rancangan Percobaan pada level 5%
Penelitian ini menggunakan q0,05 (p;dbA) = Nilai baku q pada
rancangan acak lengkap (RAL) pola level 5; jumlah perlakuan p dan
faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Ada derajat bebas acak
2 faktor yang diteliti yaitu varietas KTA = Kuadrat tengah acak
dan media tumbuh. r = Jumlah ulangan
Faktor varietas cabai merah
(V) terdiri dari 3 taraf yaitu: Pelaksanaan Penelitian
V1 = varietas TM 999 Persiapan Benih
V2 = varietas ST 168 Benih yang digunakan diren-
V3 =varietas Lokal dam terlebih dahulu dalam larutan
Faktor media tumbuh (M) fungisida kira-kira 1 jam, kemudian
terdiri dari 3 taraf yaitu: benih tersebut ditiriskan dan
M1 = Tanah + pasir (2:1) diletakkan di atas kertas merang
M2 = Tanah +pupuk kandang (2:1) sebagai media perkecambahan benih.

86
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

Setelah benih berkecambah, benih penyemprotan insektisida Decis 2,5


dipindahkan ke dalam polibag EC dengan konsentrasi 2 mL/L air
persemaian yang bertujuan untuk mencegah
serangan hama serta fungisida
Persemaian Dithane M-45 dengan konsentrasi 2
Media persemaian yang g/L air untuk mencegah serangan
digunakan adalah campuran tanah jamur. Pestisida tersebut
dan pupuk kandang dengan perban- diaplikasikan pada 20 HST dan
dingan 1:1. Dalam satu polibag diulang setiap 7 hari apabila masih
ditanam satu benih, kemudian menunjukkan gejala serangan.
disiram 2 kali sehari.
Pengamatan
Penanaman Peubah yang diamati dalam
Bibit dipindahkan ke media penelitian ini adalah:
penanaman setelah berumur 35 hari 1. Pertambahan tinggi cabai merah,
setelah semai. Bibit yang digunakan dilakukan pengukuran dari pangkal
adalah bibit yang pertumbuhannya batang yang telah diberi tanda sampai
baik dan seragam. Penanaman ujung daun tertinggi pada umur 0, 15,
dilakukan pada sore hari. Penanaman 30, dan 45 HST dalam satuan cm.
dilakukan dengan cara membuat 2. Jumlah cabang produktif,
lubang di media penanaman sesuai dilakukan dengan menghitung jumlah
dengan ukuran polibag persemaian, cabang yang menghasilkan buah pada
kemudian polibag disobek dan umur 75 HST
tanaman dimasukkan ke dalam 3. Jumlah buah per tanaman,
lubang tanam dengan hati-hati. dilakukan dengan menghitung jumlah
buah pada panen pertama(90 HST),
Pemupukan panen kedua (93 HST) dan panen
Pupuk yang diberikan adalah ketiga (96 HST).
Urea 2 g/polibag, SP-36 2,5 g/polibag
dan KCl 2 g/polibag, yang diberikan HASIL DAN PEMBAHASAN
sekaligus pada saat tanam secara Varietas
piringan 7 cm dari batang bibit. Hasil uji F pada analisis
ragam menunjukkan bahwa varietas
Pemeliharaan berpengaruh sangat nyata terhadap
Pemeliharaan tanaman meli- pertambahan tinggi tanaman cabai
puti penyiraman, penyulaman, penyi- merah umur 15 HST dan berat buah
angan dan pengendalian hama dan per tanaman pada panen pertama 90
penyakit. Penyiraman dilakukan 2 HST. Varietas berpengaruh nyata
kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. terhadap jumlah buah per tanaman
Penyulaman dilakukan terhadap bibit pada panen pertama 90 HST, namun
yang pertumbuhannya terganggu dan tidak berpengaruh nyata terhadap
mati yang dilakukan pada 2 sampai 7 pertambahan tinggi cabai merah umur
hari setelah tanam. Penyiangan 30 dan 45 HST, jumlah cabang
dilakukan dengan membersihkan produktif umur 75 HST serta jumlah
gulma yang ada di sekitar tanaman, dan berat buah per tanaman pada
dengan cara manual. Untuk mengen- panen kedua dan ketiga yaitu umur
dalikan serangan hama dan penyakit 93 dan 96 HST. Rata-rata
dilakukan tindakan preventif dengan pertambahan tinggi tanaman cabai

87
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

merah umur 15, 30, dan 45 HST, tanaman akibat varietas dapat dilihat
jumlah cabang produktif, jumlah pada Tabel 1.
buah per tanaman, berat buah per

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman cabai merah umur 15, 30,45 HST,
jumlah cabang produktif, jumlah buah per tanaman, berat buah per
tanaman akibat varietas
Varietas
Peubah yang diamati BNJ 0,05
TM 999 ST 168 Lokal
Pertambahan tinggi tanaman
19,13 a 13,78 b 13,91 b 3,37
15 HST (cm)
Pertambahan tinggi tanaman
14,56 12,96 13,26 -
umur 30 HST (cm)
Pertambahan tinggi tanaman
15,63 17,41 15,70 -
umur 45HST (cm)
Jumlah cabang produktif
16,30 15,11 15,37 -
(buah)
Jumlah buah per tanaman 90
22,37 a 20,82 a 15,04 b 1,80
HST (buah)
Jumlah buah per tanaman 93
11,18 13,30 13,59 -
HST (buah)
Jumlah buah per tanaman 96
9,26 9,85 10,0 -
HST (buah)
Berat buah per tanaman 90
34,50 a 32,45 a 22,30 b 7,58
HST (g)
Berat buah per tanaman 93
19,77 19,26 19,54 -
HST (g)
Berat buah per tanaman 96
14,46 14,99 14,82 -
HST (g)
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05)

Hasil penelitian menunjukkan hasil dan TS 168 disebabkan masing-


cabai merah terbaik diperoleh pada masing varietas mempunyai perbe-
varietas TM 999 yang tidak berbeda daan genetik, sehingga mempe-
nyata dengan varietas ST 168, namun ngaruhi pertumbuhan dan hasil.
berbeda nyata dengan varietas lokal, Puspodarsono (dalam Ashari dan
yang dapat dilihat pada peubah Andi, 2000) menyatakan tiap-tiap
jumlah buah cabai merah per varietas terdiri dari sejumlah genotipe
tanaman pada panen pertama (90 yang berbeda dan mempunyai
HST) dan berat buah cabai merah kemampuan beradaptasi yang
pada panen pertama (90HST). berbeda terhadap lingkungan tertentu.
Sedangkan untuk peubah pada Gardner et al. (1991) menyatakan
komponen hasil lainnya, tidak bahwa ciri-ciri tertentu dari suatu
menunjukkan perbedaan yang nyata pertumbuhan dipengaruhi oleh
diantara ketiga varietas tersebut. genotipe sedangkan yang lainnya
Tingginya hasil cabai merah dipengaruhi oleh lingkungan.
yang diperoleh pada varietas TM 999 Simatupang (1997) menyatakan

88
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

bahwa tingginya hasil suatu varietas cabang produktif, jumlah buah per
disebabkan varietas tersebut telah tanaman pada panen pertama (90
mampu beradaptasi dengan ling- HST) dan berat buah per tanaman
kungannya. Oleh sebab itu, meskipun pada panen pertama (90 HST),
secara genetik ada varietas yang berpengaruh nyata terhadap
mempunyai potensi hasil tinggi, pertambahan tinggi tanaman cabai
namun hasil tersebut hanya dapat merah umur 15 dan 30 HST, jumlah
tercapai setelah berinteraksi dengan buah per tanaman pada panen kedua
lingkungan, dan dalam hal ini (93 HST), dan berat buah per
varietas TM 999 dan ST 168 tanaman pada panen ketiga (96 HST),
mempunyai sifat genotipe yang lebih namun tidak berpengaruh nyata
baik dan mampu beradaptasi dengan terhadap jumlah buah per tanaman
lingkungannya dibandingkan dengan pada panen ketiga (96 HST) dan berat
varietas lokal. buah per tanaman pada panen ke dua
(93 HST). Rata-rata pertambahan
Media Tumbuh tinggi tanaman cabai merah umur 15,
Hasil uji F pada analisis 30, dan 45 HST, jumlah cabang
ragam menunjukkan bahwa media produktif, jumlah buah per tanaman,
tumbuh berpengaruh sangat nyata berat buah per tanaman akibat media
terhadap pertambahan tinggi tanaman tumbuh dapat dilihat pada Tabel 2.
cabai merah umur 45 HST, jumlah

Tabel 2. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman cabai merah umur 15, 30,45 HST,
jumlah cabang produktif, jumlah buah per tanaman, berat buah per
tanaman akibat media tumbuh
Media tumbuh
Tanah+pupuk
Peubah yang diamati Tanah+pasir Tanah+sekam BNJ 0,05
kandang
(2:1) (2:1)
(2:1)
Pertambahan tinggi tanaman 15
18,17 a 13,20 b 15,45 ab 3,37
HST (cm)
Pertambahan tinggi tanaman umur
15,44 a 13,40 ab 12,33 b 2,64
30 HST (cm)
Pertambahan tinggi tanaman umur
19,78 a 15,67 b 13,30 c 1,15
45HST (cm)
Jumlah cabang produktif (buah) 16,30 a 17,00 a 13,78 b 1,54
Jumlah buah per tanaman 90 HST
23,56 a 21,37 b 13,30 c 1,80
(buah)
Jumlah buah per tanaman 93 HST
15,37 a 12,48 b 10,89 b 2,63
(buah)
Jumlah buah per tanaman 96 HST
10,63 10,59 7,89 -
(buah)
Berat buah per tanaman 90 HST (g) 36,33 a 32,78 a 20,14 b 7,58
Berat buah per tanaman 93 HST (g) 21,44 20,51 16,62 -
Berat buah per tanaman 96 HST (g) 16,60 a 15,83 ab 11,85 b 4,28
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05)

89
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

Hasil penelitian menunjuk- pupuk. Simamora (2006) menyatakan


kan bahwa secara umum pertum- bahwa suatu tanaman akan tumbuh
buhan dan hasil cabai merah terbaik subur apabila unsur hara yang
diperoleh pada media tumbuh tanah dibutuhkan cukup tersedia dalam
+pasir (2:1). Hal ini diduga karena bentuk yang sesuai untuk diserap
pada media tanah+pasir (2:1) tanaman. Penambahan pasir dalam
merupakan campuran yang tepat, media tanah akan dapat memperbaiki
dengan keadaan aerasi tanah yang struktur tanah dan meningkatkan
baik sehingga akar tanaman dapat stabilitas agregat tanah yang pada
berkembang lebih baik dan dapat akhirnya dapat memperbaiki aerasi
menjalankan fungsinya dalam dan meningkatkan efisiensi penggu-
mengabsorbsi unsur hara dan air naan pupuk, sehingga mampu
lebih optimal. Hakim et al. (1986) meningkatkan hasil cabai merah.
menyatakan bahwa media tumbuh
yang baik harus mampu menyediakan Interaksi
air, udara, dan hara dalam kondisi Hasil penelitian menunjukkan
seimbang guna menjamin perkem- bahwa terdapat interaksi yang tidak
bangan akar yang sempurna dan nyata antara varietas dan media
pertumbuhan tanaman yang lebih tumbuh terhadap semua peubah
baik. pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
Media tumbuh merupakan merah. Hal ini berarti bahwa perbe-
salah satu faktor eksternal yang daan respons tanaman cabai merah
sangat mempengaruhi pertumbuhan akibat perbedaan varietas tidak
dan hasil tanaman. Hal ini karena tergantung pada media tumbuh,
media selain sebagai tempat tumbuh- begitu juga sebaliknya.
nya tanaman, juga sebagai pendu-
kung dalam menjalankan berbagai DAFTAR PUSTAKA
proses metabolisme. Widodo (1996)
menyatakan bahwa perakaran Agoes,D. 1994. Aneka Jenis Media
tanaman akan berkembang dengan Tanam dan Penggunaannya. Pe-
baik apabila didukung oleh air, hara, nebar Swadaya, Jakarta. 70 hlm.
dan udara yang cukup dari media Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai
tumbuh. Merah Secara Vertikultur Orga-
Selain itu tingginya hasil nik. Penebar Swadaya. Jakarta.
cabai merah pada media tanah+ pasir 85 hlm.
(2:1) diduga karena tanah yang Anonymous. 1991. Perkecambahan
digunakan pada penelitian ini dan Pembibitan Kemiri. Edisi
mengandung banyak bahan organik, Khusus Penelitian Tanaman
sehingga penambahan bahan organik Pangan dan Obat. Balitro Puslit-
seperti pupuk kandang dan sekam bangtri, Jakarta VII (2) : 32-38
tidak meningkatkan hasil yang hlm.
memadai. Osman (1996) menyatakan Ashari, S. dan S. Andi. 2000.
bahwa potensi tanah sebagai media Pertumbuhan dan hasil dua
tumbuh sangat dipengaruhi oleh varietas mentimun (Cucumis
struktur tanah. Struktur tanah akan sativus L.). Jurnal ilmu-ilmu
mempengaruhi sirkulasi udara dalam hayati. Universitas Brawijaya.
tanah, laju infiltrasi air, penetrasi akar Malang.
dan efisiensi dalam pemanfaatan

90
Ainun Marliah et al. (2011) J. Floratek 6: 84 - 91

Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R.L. Sarief, E. S. 1986. Kesubaran dan


Mitchell. 1991. Fisiologi Tana- Pemupukan Tanah Pertanian.
man Budidaya. Universitas Pustaka Buana, Bandung. 182
Indonesia, Jakarta. 427 hlm. hlm.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Setiadi. 2005. Bertanam Cabai. Pe-
Lubis, S.E. Nugroho, M. R. Saul, nebar Swadaya. Jakarta. 183
M. A. Diha, Go Ban Hong dan hlm.
H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Sutejo, M. M. dan A. G.
Ilmu Tanah. Universitas Lam- Kartasapoetra. 1990. Pupuk dan
pung. Bandar Lampung. 488 Cara Pemupukan. Bineka
hlm. Aksara, Jakarta. 177 hlm.
Osman, F. 1996. Memupuk Tanaman Widodo, W. 1996. Memperpanjang
Padi dan Palawija. Penebar Umur Produktif Cabai. Penebar
Swadaya, Jakarta. 87 hlm. Swadaya, Jakarta. 49 hlm.
Simamora, S. 2006. Meningkatkan
Kualitas Kompos. Agromedia,
Jakarta.

91

You might also like