You are on page 1of 3

Depresi, Anxietas, dan Ide Bunuh Diri pada Pasien

dengan ESRD : Laporan Kasus.


Musfiqoh Tusholehah1, Tety Y Sudiro2, Junuda RAF3
1Rumah Sakit Umum Pendidikan Bahteramas, Kendari, Sulawesi Tenggara; 2Departemen Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Pendidikan Bahteramas, Kendari, Sulawesi Tenggara; 3Departemen Psikiatri Rumah Sakit Umum
Pendidikan Bahteramas, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Abstract

Background Depression and anxiety are prevalent among patients with end-stage renal
disease (ESRD) and associated with increase in morbidity and mortality and decrease the
quality of life. Generally, depression and anxiety are under-diagnosed and under-treated due to
lack of evidence-based regime that ensures the safety of psychotropic drugs in the ESRD
population. The similarity of depressive and anxiety symptoms with uremia symptoms delays
diagnosis and worsens the underlying depression and potentially leads to suicidal ideation,
which falls into one of the signs of a severe clinical depression. Therefore, the aim of this
manuscript is to raise the awareness of depression and anxiety in ESRD patients. Case
Illustration A 36-years-old man presented with palpitation, shortness of breath, tremors,
choking sensation around the neck, and the feeling of impeding doom especially at nighttime,
everyday for the past two months. He was admitted to the hospital due to anemia and ESRD
with maintenance dialysis. Upon futher interview, we discovered that the patient has had
suicidal ideation for the past eight months accompanied with classic presentation of severe
clinical depression. The patient was immediately consulted to the psychiatric department and a
treatment was initiated on low-dose fluoxetine daily. He reported a significant improvement on
the subsequent visit. Discussion Depression and anxiety are easily overlooked and results in
worsening of the symptoms that contribute to poor outcome. Early screening for depression and
prompt referral for psychiatric evaluation is needed to diagnose and initiate suitable treatments
to prevent futher mental deterioration. Conclusion Mental health comorbidities, commonly
depression and anxiety, presents a great challenge in diagnosis and treatment for patients with
ESRD due to the nature of the disease. There are urgent needs to develop multidisciplinary
collaboration to screen and evaluate patients for depression and anxiety and develop algorithms
for the treatment in order to decrease morbidity and mortality, thus increase the quality of life.
Keywords : Depression, Anxiety, Suicidal Ideation, ESRD, Consultation-Liaison Psychiatry.

disertai rasa takut yang hebat akan terjadi


Latar Belakang hal-hal yang menimbulkan kematian pada
Depresi dan anxietas dirinya. Hal ini terjadi setiap hari selama
beberapa minggu terakhir ini terutama pada
Laporan Kasus malam hari atau saat bepergian keluar
Pasien laki-laki , 36 tahun, dirawat dengan rumah, jauh dari istri dan tabung oksigen.
Anemia dan ESRD mengeluh jantungnya Kumpulan gejala tersebut menyerang pasien
sering berdebar-debar tiba-tiba diikuti sekitar sepuluh menit hingga setengah jam
dengan perasaan sesak pada dada, seperti dan mereda secara perlahan saat pasien
tercekat pada leher, berkeringat dingin, mencoba menenangkan dirinya dengan
gelisah, keram pada ujung-ujung jari, dan bernafas menggunakan oksigen dari tabung.
Karena hal tersebut pasien menjadi tidak dengan nyeri yang dirasakan, putus asa
bisa keluar dari rumahnya kecuali membawa terhadap keadaaan yang sekarang, dan tidak
tabung oksigen. Selain itu, istri pasien sanggup untuk terus hidup seperti sekarang.
mengeluh terjadi perubahan emosi pada diri Namun saat ditanya tentang rencana, waktu,
pasien terutama sejak pasien terdiagnosis serta teknik bunuh diri yang akan dilakukan,
gagal ginjal dan harus menjalani terapi pasien tidak menjawab. Tidak terdapat
dialisis sejak satu tahun yang lalu. gangguan persepsi. Tidak terdapat gangguan
Perubahan tersebut awalnya berupa marah, pada sensorium dan fungsi kognitif. Pasien
emosi yang meledak-ledak, dan tidak meiliki tilikan 4 yaitu sadar bahwa
percaya dengan penyakitnya. Namun lama penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang
kelamaan pasien menjadi sering melamun tidak diketahui pada dirinya. Pasien
dan cenderung murung, susah diajak untuk memiliki daya nilai sosial yang baik dan
mengobrol, enggan bersisoalisasi dengan penilaian realitas yang tidak terganggu.
kerabat, teman maupun tetangga dan lebih Pada pemeriksaan fisik didapatkan
senang menyendiri. Pasien sering menangis kesadaran compos mentis, tekanan darah
ketika mengingat pekerjaannya, merasa 160/90 mmHg, Pulsasi nadi 88 kali per
tidak berdaya dan putus asa terhadap menit, laju pernafasan 26 kali per menit,
penyakitnya. Sekitar enam bulan yang lalu suhu 36,1°C. Terdapat konjungtiva yang
pasien mulai memiliki ide bunuh diri dengan anemis ODS, jantung, paru, abdomen dalam
meminta racun kepada istrinya setiap kali batas normal.
pasien merasakan nyeri atau dalam keadaan Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
putus asa. Meskipun begitu, pasien tidak berupa pemeriksaan laboratorim darah rutin
pernah melakukan percobaan bunuh diri. dan kimia darah dengan hasil : leukosit 4.4 x
Selain itu nafsu makan yang memburuk, dan 103/uL, hemoglobin 8.1g/dL, Hematokrit
tidur yang sulit karena nyeri juga 23.7%, trombosit 167x103/uL, Gula darah
dilaporkan. sewaktu : 92mg/dL, Ureum 254mg/dL,
Pasien merupakan pasien ESRD yang Kreatinin 16mg/dL, SGOT 23 U/L, SGPT
menjalani terapi dialisis selama 2 kali setiap 52U/L. Pada pemeriksaan EKG tidak
minggu di RSUP Bahteramas. Pasien tidak terdapat kelainan.
memiliki riwayat psikiatri sebelumnya Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
maupun di keluarga. Tidak ada riwayat mental serta penunjang didapatkan
penggunaan alkohol atau zat sebelumnya. diagnosis Episode depresi berat tanpa
Pasien adalah seorang polisi, muslim, sudah gangguan psikotik dan gangguan panik.
menikah dan memiliki satu anak. Hubungan Pasien dikonsulkan ke departemen psikiatri
pasien dengan kerabat baik sebelum pasien dan mendapat terapi nonfarmakologi seperi
sakit. konseling, dan terapi farmakologi, yaitu
Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesan fluoxetine 10mg satu kali sehari pada malam
umun tampak lebih tua, pucat dan sakit. hari. Pada pertemuan berikutnya pasien
Terdapat mood yang hipotimik dengan afek merasa lebih tenang meski masih terjadi
yang terbatas. Pasien berbicara spontan dan gangguan panik, tidur masih terganggu
menjawab saat ditanya, dan tidak terdapat karena nyeri yang dialami, pasien lebih
hendaya bahasa. Terdapat preokupasi bersemangat, ide bunuh disi masih sesekali.
tentang penyakitnya, dan keinginan untuk Setelah itu pasien tidak melanjutkan
bunuh diri. Terdapat ide bunuh diri yang pengobatan setelah obat yang diresepkan
bermula saat pasien menjalani dialisis habis karena pasien tidak mau keluar rumah
sekitar 6 bulan yang lalu karena tidak tahan dan menunggu di poli. Pasien masuk dirawat
kembali karena anemia dan terdapat
benjolan pada leher kanan, pasien meninggal
dunia setelah empat hari dirawat.

Diskusi

Kesimpulan

You might also like