You are on page 1of 5

[ LAPORAN KASUS ]

A 62 YEARS OLD WOMAN WITH RECURRENT DEPRESSIVE


DISORDER, CURRENT EPISODE MODERATE, WITH SOMATIC
SYMPTOMS
Hanif Fakhruddin
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Depressive disorder is a disorder in which there is a change in the emotional condition, motivation, function and motor behavior,
and even cognitive. Female, 62 years old, with chief complain of moody, lost of interest, difficulty of sleeping, anxiety, restlessness,
and feel hatred of her mother. Physhical examination found epigastric pain, from psychiatry status patient appearance was good,
moody, often bowing her head and cry. The affective was depressive, talked less velocity with pressure, volume decrease, had idea
of guilt, and insight was 5. Pasient diagnosed with axis I: recurrent depressive disorder, current episode moderate, with somatic
symptoms; axis II: not found; axis III: dyspepsia syndrome; axis IV: family problems; axis V: GAF HLPY: 80-71, Current GAF: 60-51.
Pharmacotherapy treated with fluoxetine 1 x 20 mg, clobazam 2 x 5 mg, 2 x 150 mg ranitidine, and interpersonal psychotherapy.
Depressive disorder patients is due to family problems with her biological mother. Based on GAF scores indicate good prognosis in
this case. [J Agromed Unila 2015; 2(1):1-5]

Keywords: moderate episode, recurrent depressive disorder, somatic symptoms

Abstrak
Gangguan depresi adalah gangguan yang berupa perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam
fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif. Wanita, usia 62 tahun, dengan keluhan mudah murung, hilang minat, sulit
tidur, cemas, gelisah, dan merasa benci terhadap ibunya. Pemeriksaan fisik dijumpai nyeri epigastrium, status psikiatrikus
didapatkan penampilan baik, tampak murung, sering menundukan kepala, dan sesekali menangis. Mood dan afek depresif,
pembicaraan kecepatan kurang dan tertekan, volume menurun, ide bersalah, dan tilikan 5. Pasien didiagnosis dengan aksis I:
gangguan depresi berulang, episode kini sedang, dengan gelaja somatik; aksis II: tidak ditemukan; aksisi III: sindrom dyspepsia;
aksis IV: masalah keluarga; aksis V: GAF HLPY: 80-71, Current GAF: 60-51. Terapi psikofarmaka yaitu fluoxetin 1 x 20 mg, clobazam
2 x 5 mg, ranitidine 2 x 150 mg, dan psikoterapi interpersonal. Gangguan depresi pasien ini disebabkan masalah keluarga yakni ibu
kandungnya. Berdasarkan skor GAF menunjukan prognosis baik pada kasus ini. . [J Agromed Unila 2015; 2(1):1-5]

Kata kunci: episode sedang, gangguan depresi berulang, gejala somatik

...
Korespondensi: Hanif Fakhruddin | haniffakhruddin@gmail.com

Pendahuluan
Depresi merupakan gangguan mental dokter keluarga, psikiatri dan klinisi kesehatan
yang sering terjadi di tengah masyarakat. mental juga harus dapat mendiagnosis depresi.
Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka Tingginya prevalensi dari MDD dengan penyakit
seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini medis lainnya menunjukkan bahwa professional
kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang kesehatan dan dokter, ataupun internis atau
sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau
tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan neurologis atau spesialis lainnya, juga harus
1
bunuh diri. mengenali dan memberikan tatalaksana depresi
2
Depresi tersebar luas, tetapi jumlah klinis pada pasien.
dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif
berhubungan dengan gangguan depresi mayor Kasus
atau major depressive disorder (MDD) yang Wanita, usia 62 tahun, berpenampilan
berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala sesuai dengan usianya, cara berpakaian rapi dan
emosional. Satu dari tujuh orang akan perawatan diri baik datang ke poliklinik jiwa
menderita gangguan psikososial dari MDD, dengan keluhan mudah murung, hilang minat
beberapa tidak terdiagnosis kecuali dengan dalam melakukan aktivitas, dan sulit tidur. Sejak
kunjungan ke dokter yang berulang. Tidak hanya satu setengah bulan sebelum datang ke rumah
Hanif Fakhruddin | A 62 Years Old Woman with Recurrent Depressive Disorder, Current Episode Moderate

sakit, pasien mengeluh cemas, gelisah, dan Pada pemeriksaan fisik pasien
merasa benci terhadap seseorang. Hal tersebut didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
selalu muncul jika pasien memikirkan tentang compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg,
o
ibu kandungnya. Pasien selalu merasa benci nadi 79 x/m, laju napas 19 x/m, suhu 36,4 C,
ketika memikirkan ibunya. Di sisi lain, pasien status lokalis ditemukan nyeri di daerah
juga merasa bersalah tidak dapat mengurusi epigastrium, status neurologis maupun
ibunya. Sejak 1 bulan sebelum datang ke rumah pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
sakit, ibu pasien bertempat tinggal di rumah Status psikiatri didapatkan deskripsi
pasien. Keadaan tersebut membuat pasien umum, penampilan sesuai dengan usianya, cara
semakin gelisah, cemas, dan merasa bersalah. berpakaian rapi, perawakan tubuh kurus,
Perasaan tersebut dipendam sendiri oleh pasien, pendek, dengan perawatan diri baik. Tampak
membuat keadaan menjadi semakin berat. Sejak murung disertai sering menundukan kepala.
2 minggu terakhir, keluhan semakin berat, Tingkah laku dan aktivitas psikomotor tangan
keluhan disertai sulit tidur, mudah murung kanan memegang tissue, sesekali mengelapkan
sendiri bahkan sampai menangis. Pasien juga tissue pada wajah untuk menghilangkan air
menjadi sulit berkonsentrasi, hilang minat dalam mata. Padangan ke depan, kadang gerakan mata
melakukan aktivitas, dan mudah lelah. Pasien lebih cenderung ke bawah. Sikap terhadap
juga semenjak terjadi keadaan seperti ini sering pemeriksa cukup kooperatif, penuh perhatian,
merasakan nyeri di daerah ulu hati, mual, dan terbuka, dan terksesan jujur dalam menjawab
sakit kepala. Sejak 5 hari sebelum masuk rumah pertanyaan pemeriksa. Mood dan afek depresif,
sakit, pasien berobat ke dokter spesialis tampak kesesuaian dan empati bisa dirasakan.
penyakit dalam, dan diberikan obat tablet Pembicaraan menjawab spontan, artikulasi jelas,
ranitidin, antasida, amoxicilin, dan aprazolam. kecepatan kurang dan tertekan, kuantitas
Riwayat penyakit dahulu, pada tahun cukup, volume menurun, serta kualitas cukup.
1979 pasien juga pernah merasakan depresi, Gangguan perseptual tidak ditemukan, proses
mudah sedih, tiba-tiba menangis sendiri. Pasien pikir logis realistik, isi pikir ide bersalah,
juga merasakan sulit tidur, hilang minat sensorium dan kognitif baik, dan tilikan 5.
melakukan aktivitas dan merasa hidupnya tidak Diagnosis pasien berupa diagnosis
berguna lagi. Keadaan ini dipicu karena pasien multiaksial yaitu aksis I: F33.11 gangguan
memiliki masalah dengan ibu pasien, ditambah depresi berulang, episode kini sedang, dengan
lagi dengan watak suami pasien yang keras. gelaja somatik; aksis II: tidak ditemukan; aksis III:
Pada saat itu pasien berobat ke dokter spesialis sindrom dyspepsia; aksis IV: masalah keluarga;
jiwa dan didiagnosismenderita gangguan depresi aksis V: GAF HLPY: 80-71, Current GAF: 60-51.
dan berobat jalan selama 3 bulan. Terapi psikofarmaka yaitu fluoxetin 1 x 20 mg,
Sejak 2 tahun terakhir, pasien juga clobazam 2 x 5 mg, ranitidine 2 x 150 mg, dan
sering mudah murung, sedih, gelisah, dan sulit psikoterapi interpersonal.
tidur. Keadaan tersebut muncul secara tiba-tiba
dan reda bila pasien tidak fokus memikirkannya Pembahasan
atau saat banyak kegiatan. Depresi merupakan salah satu
Riwayat penyakit medis umum tidak gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri
ada. Riwayat pemakaian zat psikoaktif/alkohol adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang
tidak ada. Riwayat premorbid, sejak dalam mengacu pada satu kutub (arah) atau tunggal,
kadungan usia kehamilan 6 bulan, ayah pasien yang terdapat perubahan pada kondisi
meninggal dunia. Pada saat usia bayi 6 bulan, emosional, perubahan dalam motivasi,
pasien ditinggal oleh ibunya menikah lagi dan perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik,
diasuh oleh kakek neneknya. Ibu pasien menikah dan perubahan kognitif. Terdapat gangguan
3 kali. Pada saat SMP pasien mulai merasakan penyesuaian diri (gangguan dalam
tidak ada kasih sayang dari seorang ibu. perkembangan emosi jangka pendek atau
Pendidikan terakhir pasien Diploma II masalah-masalah perilaku, dalam kasus ini
Pasien beragama islam dengan aktivitas aktif perasaan sedih yang mendalam dan perasaan
dalam kegiatan keagamaan di lingkungan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai
rumah. Pasien seorang pensiunan guru PNS. reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood
2,3
Pasien tinggal dengan suami yang berwatak yang menurun.
keras dan dengan ibu kandungnya. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
dari MDD adalah 1,6-3,1 kali lebih sering terjadi

J Agromed Unila | Volume 2 Nomor 1 | Februari 2015 | 2


Hanif Fakhruddin | A 62 Years Old Woman with Recurrent Depressive Disorder, Current Episode Moderate

pada wanita dibandingkan dengan pria dengan adalah mencakup informasi yang komprehensif
insiden yang besar di Amerika dan Eropa Barat. sehingga dapat membantu dalam perencanaan
Episode depresi meningkat karena perbedaan terapi dan meramalkan prognosis. Diagnosis
hormonal pada saat haid dan menopause, stress multiaksial juga merupakan format yang mudah
1,4
psikososial, dan kelahiran anak. dan sistematik sehingga dapat membantu dalam
Menurut PPDGJ III, episode depresif menata dan mengkomunikasikan informasi
ditandai dengan gejala utama, yaitu: 1) afek klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis,
depresif; 2)kehilangan minat dan kegembiraan; dan menggambarkan heterogenitas individual
dan 3) berkurangnya energi yang menuju dengan diagnosis klinis yang sama. Selain itu,
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah diagnosis multiaksial turut memacu penggunaan
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan model bio-psiko-sosial dalam klinis, pendidikan,
6
menurunnya aktivitas dan gejala lainnya, yaitu: dan penelitian. Penilaian terhadap fungsi
1) konsentrasi dan perhatian berkurang; 2) adaptasi pasien terhadap gangguan kejiwaan
harga diri dan kepercayaan diri berkurang; 3) menggunakan skor General Adaptive Function
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak (GAF), yang dapat mengukur tingkat
berguna; 4) pandangan masa depan yang suram kegawatdaruratan dan prognosis pasien. Skor
dan pesimistis; 5) gagasan atau perbuatan GAF yang sering dinilai adalah GAF Current dan
4
membahayakan diri atau bunuh diri; 6) tidur GAF High Level Past Year (HLPY).
4
terganggu; 7) nafsu makan berkurang. Menurut Pada pasien ini, diagnosis multiaksial
ICD-10, episode depresi harus memenuhi pada aksis I: F33.11 gangguan depresi berulang,
kriteria umum: 1) episode depresi harus episode kini sedang, dengan gelaja somatik.
bertahan setidaknya 2 minggu; 2) tidak ada Aksis II: tidak ditemukan gangguan-gangguan
hipomanik atau manik gejala cukup untuk kepribadian atau retardasi mental. Aksis III:
memenuhi kriteria untuk episode hipomanik sindrom dispepsia. Pada pasien ditemukan
atau manik pada setiap saat dalam kehidupan gejala somatik ditandai nyeri di daerah
individu dan tidak disebabkan penggunaan zat epigastrium, riwayat penyakit maag berulang
5
psikoaktif atau gangguan mental organik. dan rutin mengkonsumsi obat tablet ranitidin
Pada pasien ini, episode depresi sudah dan antasida. Aksis IV: adanya masalah dengan
sejak 2 tahun yang lalu, tidak ditemukan episode keluarga. Masalah dengan ibu kandung
hipomanik atau manik di antara episode depresi. disebabkan perasaan bergejolak antara
Selain itu, riwayat pemakaian alkohol/zat perasaan benci pasien akibat tidak
psikoaktif disangkal. mendapatkan kasih sayang pada saat anak-anak
Gejala episode depresif tingkat sedang dan perasaan iba atau takut durhaka apabila
didapatkan sekurang-kurangnya harus ada 2 dari tidak merawat ibunya. Aksis V: GAF HLPY: 80-71,
3 gejala yang paling khas yang ditentukan untuk Current GAF: 60-51. Skala Current GAF tersebut
episode depresif ringan, ditambah sekurang- yakni pasien merasakan gejala yang sedang dan
kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala disabilitas sedang. GAF 1 tahun terakhir (HLPY)
4
lainnya. Pada pasin ini terdapat gejala utama, yakni 80-71, bawasanya pasien merasakan
yaitu 1) afek depresi; 2) hilang minat dan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
kegembiraan. Gejala lainnya adanya 1) ringan dalam sosial dan pekerjaan. Berdasarkan
konsentrasi dan perhatian kurang; 2) gagasan nilai GAF, faktor stresor, dan tidak adanya gejala
tentang rasa bersalah; 3) tidur terganggu; dan 4) psikotik, dapat dikatakan bahwa prognosisnya
nafsu makan berkurang. Pada pasien juga cukup baik.
ditemukan gejala somatik ditandai nyeri di Memilih pengobatan harus mencakup
daerah epigastrium dengan diagnosis medik evaluasi seberapa parah episode depresif telah
umum sindrom dispepsia. terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan,
Diagnosis pada penderita gangguan dan keinginan pribadi pasien. Untuk depresi
jiwa berupa diagnosis multiaksial yang terdiri ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti
dari 5 aksis yaitu aksis I adalah gangguan klinis sama efektifnya dengan farmakoterapi.
dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara
klinis; aksis II adalah gangguan kepribadian dan farmakoterapi dan psikoterapi untuk
retardasi mental; aksis III adalah kondisi medik pengobatan dini lebih unggul daripada
umum; aksis IV adalah masalah psikososial dan pengobatan lainnya untuk depresi tanpa
lingkungan; dan aksis V adalah penilaian fungsi komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan
secara global. Tujuan dari diagnosis multiaksial kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi

J Agromed Unila | Volume 2 Nomor 1 | Februari 2015 | 3


Hanif Fakhruddin | A 62 Years Old Woman with Recurrent Depressive Disorder, Current Episode Moderate

depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, kerja yang tinggi mengarahkan respons yang
atau tidak adanya respon yang memadai pada baik terhadap farmakoterapi; 4) keparahan
7
monoterapi. depresi yang tinggi menyatakan respons yang
Perbedaan yang paling dasar di antara baik terhadap terapi interpersonal dan
9
antidepresan adalah pada proses farmakologis farmakoterapi.
yang terjadi, yakni ada antidepresan yang Terapi interpersonal dikembangkan
memiliki efek farmakodinamika jangka pendek oleh Gerald Klerman, memusatkan pada satu
utamanya pada tempat ambilan kembali atau dua masalah interpersonal pasien yang
(reuptake sites) atau pada tingkat inhibisi enzim sedang dialami sekarang, dengan menggunakan
monoamine oksidasi. bekerja untuk dua anggapan, yang pertama yakni masalah
menormalkan neurotransmitter yang abnormal interpersonal sekarang kemungkinan memiliki
di otak khususnya epinefrin dan norepinefrin. akar pada hubungan awal yang disfungsional.
Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini Kedua, masalah interpersonal sekarang
sesuai dengan etiologi dari depresi yang kemungkinan terlibat dalam mencetuskan atau
10
kemungkinan diakibatkan dari abnormalitas dari memperberat gejala depresif sekarang.
sistem neurotransmitter di otak. Obat
antidepresan yang akan dibahas adalah Simpulan
antidepresi generasi pertama (Trisiklik, Depresi merupakan gangguan mental
Tetrasiklik, dan MAOIs), antidepresi golongan yang sering terjadi di tengah masyarakat.
kedua (SSRIs), dan antidepresi golongan ketiga Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka
8
(SRNIs). seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Depresi
Pada pasien ini diberikan obat dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
antidepresan fluoxetine. Pemilihan antidepresan sosial sehari-harinya. Gangguan depresi ditandai
ini dikarenakan metabolit fluoxetine memiliki dengan afek depresif, kehilangan minat dan
waktu paruh yang lebih panjang daripada SSRI kegembiraan, berkurangnya energi dan
lainnya, yang menyebabkan fluoxetine hanya menurunnya aktivitas, dan gejala lainnya
diperbolehkan untuk dimakan satu dosis per seperti, konsentrasi dan perhatian berkurang,
hari dan dengan demikian mengurangi efek dari harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
diskontinuasi pengobatan SSRI. Namun gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
Fluoxetine perlu digunakan secara berhati-hati berguna, pandangan masa depan yang suram
pada pasien dengan sindroma bipolar atau dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
pasien dengan riwayat keluarga sindroma membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
bipolar, karena metabolit aktif yang terdapat terganggu, dan nafsu makan berkurang.
dalam darah selama beberapa minggu dapat Penatalaksaan gangguan depresi dilakukan
memperburuk episode manik pada saat secara farmakologi dan psikoterapi atau
perubahan episode dari depresi ke episode konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat
manik. SSRI juga dapat digunakan pada pasien serta dukungan spiritual juga sangat membantu
yang tidak berespons dengan pengobatan dalam penyembuhan.
trisiklik antidepresan, serta pada pasien yang
memiliki daya toleransi yang rendah pada kasus Daftar Pustaka
diskontinuasi obat SSRI dan efek 1. Lam RW. Depression (Oxford Psychiatry Library).
9 England: Oxford University Press; 2000. hlm. 1-57.
kardiovaskular.
2. Nakagawa A, William A, Sado M, Oguchi Y, Mischoulon
Penatalaksanaan gangguan depresi D, Smith F, et al. Comparison of treatment selections by
dapat dilakukan dengan psikoterapi. Terdapat Japanese and American psychiatrists for major
tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang depressive disorder: A case vignette study. Psychiatry
Clin Neurosci. 2015; doi: 10.1111/pcn.12273
digunakan dalam pengobatan depresif berat
3. Maramis WF, Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, dan jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press;
terapi perilaku. National Institute of Mental 2009.
Health (2002) telah menemukan predictor 4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s: synopsis of
psychiatry behavioral sciences/clinical psychiatry. Edisi
response terhadap berbagai pengobatan sebagai
ke-10. New York: Lippicontt Williams & Wilkins; 2007.
berikut ini: 1) disfungsi sosial yang rendah 5. Maj M, Sartorius N. Depressive disorder. Edisi ke-2.
menyatakan respons yang baik terhadap terapi Chichester: John Wiley & Sons; 2002. hlm. 8-12.
interpersonal; 2) disfungsi kognitif yang rendah 6. Maslim R. Pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa di Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta:
menyatakan respons yang baik terhadap terapi
kognitif-perilaku dan farmakoterapi; 3) disfungsi

J Agromed Unila | Volume 2 Nomor 1 | Februari 2015 | 4


Hanif Fakhruddin | A 62 Years Old Woman with Recurrent Depressive Disorder, Current Episode Moderate

Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI;


2004.
7. Maslim R. Panduan praktis pengguaan klinis obat – obat
gangguan jiwa edisi ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007.
8. Arozal W, Gan S. Psikotropik dalam farmakologi dan
terapi. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2007.
9. Semple D, Smyth R, Burns J, Darjee R, McIntosh
A.Oxford handbook of psychiatry. England: Oxford
University Press; 2005.
10. Kay J, Tasman A. Essential of Psychiatry. West Sussex :
John Wiley & Sons; 2006.

J Agromed Unila | Volume 2 Nomor 1 | Februari 2015 | 5

You might also like