You are on page 1of 5

Dian

| Tn. S Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

Tn. S Usia 35 Tahun Dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

Dian Laras Suminar
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang terklasifikasi berat dan kronik. Secara umum ditandai oleh distorsi pikiran,
persepsi yang khas, dan gangguan afek yang tidak wajar. Sifat perjalanan penyakit skizofrenia yang progresif, kronik,
eksaserbasi, memberikan kesan penderita tidak bisa disembuhkan.. Tn. S, 38 tahun, datang dengan keluhan marah-marah
tanpa sebab, mengamuk hingga menampar ibunya. Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya serta ada
yang menggerakkan tubuhnya, ini adalah ke-enam kalinya pasien dibawa ke RSJ. Status psikiatrikus didapatkan kesadaran
jernih, perilaku normoaktif, sikap kooperatif, mood eutimia, afek terbatas, kurang serasi, bentuk pikir derealistik,
produktivitas cukup, arus pikir koheren namun terkadang asosiasi longgar, isi pikir delusion of control dan waham rujukan,
persepsi halusinasi auditorik, fungsi kognitif cukup baik, daya nilai kurang baik, tilikan satu dan dapat dipercaya.
Tatalaksana dengan psikofarmaka risperidon 2x2 mg, psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif terhadap pasien dan
keluarga. Diagnosis pasien ini skizofrenia episodik berulang, episode kini akut, pasien memiliki riwayat tidak taat berobat
sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antipsikotik jangka panjang.

Kata kunci: psikoterapi, skizofrenia, waham

Mr. S 35 Years Old Man with Multiple Episodes Schizophrenia,
Currently in Acute Episode
Abstract
Schizophrenia is classified as a chronic severe mental disorder. Generally characterized by distortion of thinking, typical
perception, and abnormalaffective disorders. The nature of schizophrenia disease, which progressive, chronic and
exacerbate, giving the impression that patient can not be cured. Mr. S, 38 years old, came with complaints of angry without
cause, raged up to slap his mother. Patient told that he heard commanding voices and felt something moved his body, this
is the sixth time the patient was taken to the asylum. Psychiatric status obtained a clear awareness, behavior normoaktive,
cooperative attitude, mood eutimia, limited affect, less harmonious, thought form: derealistik, productivity enough,
thought continuity:coherent but sometimes loose association, thought contents:delusion of control and delusion of
reference, perception: auditory hallucinations, Cognitive function good enough, individual judgment less good, insight level
one and trustworthy. Patient treatment with psychofarmacology therapyrisperidone 2x2 mg, also supportive and
reeducative psychotherapy to patient and his families. Patient’s diagnosis is multiple episodes schizophrenia, currently in
acute periode, patient had a bad compliance history of treatment so that necessary to consider long acting antipsychotic
administration.

Keywords: delusion, psychotherapy, schizophrenia.

Korespondensi: Dian Laras Suminar, S.Ked, alamat jl. Sultan Haji, no. 99B, Kedaton, Bandarlampung, HP 082176274508,
email dianlarassuminar@ymail.com


Pendahuluan skizofrenia. Tidak ada keraguan bahwa ada
Skizofrenia merupakan gangguan mental komponen herediter merupakan etiologi
yang terklasifikasi berat dan kronik. Secara skizofrenia. Diketahui juga bahwa genetik
umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi bukan satu-satunya etiologi skizofrenia.
yang khas dan gangguan afek yang tidak wajar. Konkordansi pada kembar monozigot hanya
Skizofrenia disebabkan oleh hal yang sekitar 50% pasien skizofrenia sisanya
multikompleks, seperti ketidakseimbangan bergantung pada lingkungan seseorang, sering
neurotransmiter di otak, faktor edukasi dan dibagi menjadi faktor lingkungan awal dan
perkembangan mental sejak masa anak-anak, akhir. Faktor psikososial tampaknya
serta stressor psikososial berat yang berkontribusi baik pada onset maupun
menumpuk. Sifat perjalanan penyakit kekambuhan skizofrenia.3
skizofrenia yang progresif, cenderung menahun Obat antipsikotik merupakan sarana
(kronik), eksaserbasi (kumat-kumatan), terbaik yang tersedia untuk mengobati gejala
sehingga terkesan penderita tidak bisa orang yang menderita skizofrenia, namun ada
disembuhkan.1,2 variabilitas yang signifikan dalam respon klinis
Faktor risiko terpenting untuk terjadinya terhadap obat-obatan psikotropika.4,5 Selain itu,
skizofrenia adalah memiliki relatif dengan sebanyak 30-40% dari pasien tersebut mungkin

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|35


Dian | Tn. S Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

menunjukkan respon yang tidak memadai atau untuk mengamuk dan menampar ibunya, dan
bahkan buruk untuk antipsikotik konvensional pasien merasa ada yang menggerakkan
dan sampai 50% dari mereka mungkin tubuhnya untuk melakukan perbuatan tersebut
mengalami efek samping yang serius oleh namun pasien tidak bisa menahannya, keluhan
pengobatan tersebut.5 Respon yang buruk ini sudah berlangsung sejak satu tahun yang
terhadap terapi obat antipsikotik dan/atau lalu semenjak pasien berhenti bekerja.
dalam fase pemeliharaan ditemukan efek Perilaku pasien berubah sejak 12 tahun
samping yang merugikan dapat menyebabkan yang lalu, yaitu menjadi sering melamun, sulit
pasien tidak patuh, gangguan psikososial dan untuk tidur, gelisah, mondar-mandir, dan
hasil yang buruk.6,7 merusak barang-barang di rumahnya. Pasien
Efek samping antipsikotik meliputi efek sering mencurigai orang lain termasuk
pada susunan saraf pusat (gangguan aktivitas keluarganya sendiri, pasien merasa bahwa
motorik yaitu sindrom ekstrapiramidal, orangtuanya tidak adil padanya dan lebih
penurunan fungsi kognitif), sistem saraf menyayangi adik-adiknya. Pasien merasa
otonom (hipertensi atau hipotensi, takikardi, orang-orang di sekitar lingkungannya
diaporesis dan pallor), serta sistem endokrin.7,8 membicarakan keburukannya, yang mana hal
Kebanyakan obat antipsikotik yang tersedia tersebut tidak secara nyata didengar oleh
dapat menyebabkan peningkatan sekresi pasien.
prolaktin karena produksi prolaktin dihambat Lima belas tahun yang lalu pasien pernah
oleh pelepasan dopamin di sirkuit hipotalamus- merasa sakit hati karena kekasihnya menikah
hipofisis dan dapat ditingkatkan dengan dengan orang lain, pasien merasa putus asa
menghalangi tipe 2 (D2) reseptor dopamin. dan memutuskan untuk pergi ke Jakarta selama
Peningkatan ini terkait dengan berbagai efek 2 tahun, perilaku pasien berubah menjadi
samping: menurunnya libido dan disfungsi murung dan pemarah setelah kembali dari
ereksi pada pria, amenorea dan galaktorea Jakarta. Pasien mengatakan saat di jakarta
pada wanita, serta percepatan osteoporosis pasien pernah mengkonsumsi narkoba untuk
pada wanita. 9-11 melampiaskan sakit hatinya namun berhenti
Diperlukan terapi suportif dalam setelah 1 bulan. Pasien pernah dirawat kurang
memulihkan dan memperkuat pertahanan lebih selama 1 bulan saat 15 tahun yang lalu,
pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang kemudian pasien melakukan rawat jalan,
telah terganggu. Disamping itu juga diperlukan namun pasien malas untuk minum obat,
psikoedukasi kepada keluarga untuk membantu sehingga pasien sering kambuh sehingga
penyembuhan atau pemulihan pasien.2 Dengan berulang kali dirawat di RSJ. Saat jeda waktu
output kesembuhan yang tidak begitu baik, perawatan di RSJ pasien melakukan rawat
penderita skizofrenia memerlukan perawatan jalan, dan dapat kembali bekerja, namun satu
yang komprehensif dan berkesinambungan tahun yang lalu pasien dikeluarkan dari
untuk membantu diri mereka beradaptasi pekerjaannya karena perilakunya yang
dengan lingkungan keluarga, lingkungan sosial terkadang meresahkan lingkungan kerjanya
serta layanan sosial ketika penderita skizofrenia sehingga sekarang pasien menganggur.
dipulangkan setelah menjalani rawat inap.12 Saat ini pasien tinggal serumah dengan
kedua orangtuanya serta kedua adiknya yang
Kasus sudah menikah, hal ini membuat pasien merasa
Tn. S, usia 35 tahun wajah sesuai dengan tertekan karena pasien merupakan anak tertua
usianya dengan kesan penampilan tidak rapi, dan belum menikah. Pendidikan terakhir pasien
dibawa ke rumah sakit oleh adiknya dengan adalah SMA. Riwayat keluarga yang pernah
keluhan mengamuk, marah-marah tanpa sebab mengalami gangguan jiwa disangkal. Riwayat
yang jelas dan menampar ibu pasien. Pasien minum-minuman beralkohol (+) namun sudah
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa ini untuk ke-enam berhenti sejak 1 tahun yang lalu, riwayat
kalinya, pasien mengatakan bahwa ia penggunaan obat-obatan terlarang (+) 14
melakukan hal itu karena emosinya yang tahun yang lalu, riwayat panas tinggi
memuncak saat melihat motor keluarganya disangkal, riwayat kejang disangkal, riwayat
yang rusak setelah dipakai oleh adiknya namun trauma kepala disangkal, serta riwayat sakit
belum diperbaiki. Menurut pasien, pasien kepala hebat disangkal.
mendengar suara-suara yang menyuruhnya

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|36



Dian | Tn. S Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

Pada pemeriksaan fisik pasien waham, halusinasi, adanya gejala negatif


didapatkan keadaan umum baik, tekanan seperti alogia; Kriteria B, terdapat disfungsi
darah 120/80 mmHg, nadi 76x/menit, laju sosial atau pekerjaan: penurunan nyata di
napas 18x/menit, suhu 36,0oC, status bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
generalis, neurologis maupun pemeriksaan dalam suatu rentang waktu yang bermakna
laboratorium dalam batas normal. Status sejak onset gangguan seperti pekerjaan,
psikiatrikus didapatkan kesadaran jernih, hubungan interpersonal atau perawatan diri;
perilaku normoaktif, sikap kooperatif, mood Kriteria C, durasi gangguan terus berlanjut dan
eutimia, afek terbatas, kurang serasi, bentuk menetap lebih dari 6 bulan, meliputi 1 bulan
pikir derealistik, produktivitas cukup, arus pikir gejala-gejala fase aktif yang memenuhi kriteria
koheren namun terkadang asosiasi longgar, isi A, Kriteria D, gangguan skizoafektif dan mood
pikir delusion of control dan waham rujukan, dengan gambaran psikotik dikesampingkan
persepsi halusinasi auditorik, fungsi kognitif karena tidak ada episode depresi, mania atau
cukup baik, daya nilai kurang baik, tilikan satu, campuran keduanya yang terjadi bersamaan
dan dapat dipercaya. dengan gejala-gelala fase aktif; Kriteria E,
Diagnosis pasien berupa diagnosis gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
multiaksial yaitu aksis I: Skizofrenia episodik fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-
berulang, episode kini akut, aksis II dan III: tidak obatan medikasi atau yang disalah gunakan)
ada. Terapi psikofarmaka yaitu Risperidone 2x2 atau oleh suatu kondisi medis umum; Kriteria
mg, psikoterapi suportif dan psikoterapi F, tidak ditemukan suatu gangguan
reedukatif terhadap pasien dan keluarga, serta perkembangan pervasif, Multiple episodes,
rehabilitasi sesuai bakat dan minat pasien. adalah episode berulang setelah minimal
terdapat dua episode (setelah episode
Pembahasan pertama, masa remisi dan minimal satu kali
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter kekambuhan); currently in acute episode adalah
Indonesia (SKDI) penyakit Skizofrenia yang periode waktu dimana terdapatnya
18-20
termasuk dalam golongan gangguan Psikosis karakteristik kriteria A.
memiliki tingkat kemampuan 3A yang berarti Diagnosis Aksis II, tidak ada gangguan
seorang dokter pada pelayanan kesehatan kepribadian berdasarkan autoanamnesis dan
primer harus mampu membuat diagnosis klinik alloanamnesis, sejak kecil tidak terdapat pola
dan memberikan terapi pendahuluan pada perilaku yang abnormal, gaya berhubungan
keadaan yang bukan gawat darurat, dokter dengan orang lain cukup baik sebelum sakit,
mampu menentukan rujukan yang paling tepat dan pasien dapat mengikuti pembelajaran di
bagi penanganan pasien selanjutnya dan sekolahnya dengan baik tanpa tinggal kelas.
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari Pada pemeriksaan fisik maupun penunjang
rujukan.13,14 laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin
Diagnosis berdasarkan sistem multiaksial dan kimia darah tidak ditemukan adanya
mencakup penilaian pada beberapa aksis, kelainan sehingga tidak ada diagnosis aksis
setiap aksis merujuk kepada bidang informasi III.21,22
yang berbeda yang dapat membantu seorang Penatalaksanaan pada pasien Skizofrenia
dokter merencanakan penatalaksanaan dan meliputi fase akut, fase stabilisasi, dan fase
memperkirakan hasilnya.15 Terdapat 3 aksis rumatan. Pada fase akut terapi bertujuan
pada sistem multiaksial menurut DSM 5 yaitu, mencegah pasien melukai dirinya atau orang
Aksis I : Gangguan Klinis, Gangguan lain yang lain, mengendalikan perilaku yang merusak,
menjadi fokus perhatian klinis; Aksis II : mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala
Gangguan kepribadian, Retardasi Mental; Aksis terkait lainnya misalnya agitasi, agresi dan
III : Kondisi Medik Umum.16,17 Pada kasus ini gaduh gelisah.18-20 Pada kasus ini pasien
diagnosis Aksis I adalah Skizofrenia episodik diberikan terapi antipsikotik golongan atipikal
berulang, episode kini akut (multiple episodes berupa Risperidon 2x2 mg dipertimbangkan
Schizophrenia, currently in acute episode), yang peningkatan dosis setiap 2-3 hari sesuai
mana memenuhi kriteria diagnostik dengan gejala. Hal ini sesuai dengan guideline
berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual schizoprenia dari American Psychiatric
of Mental Disorder (DSM) V yaitu Kriteria A, Association 2010 yang menyatakan bahwa
terdapat lebih dari dua gejala yang khas: terapi skizofrenia menggunakan antipsikosis

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|37


Dian | Tn. S Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

golongan atipikal sebagai first line. Untuk dosis difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah,
Risperidon dianjurkan pemberian 2-8 mg.21-23 mondar mandir tidak bisa berhenti bukan
Pada fase akut, obat segera diberikan segera akibat gejala) berikan propranolol (2-3)x(10-20)
setelah diagnosis ditegakkan, dosis dimulai dari mg.19,22
dosis anjuran dinaikkan perlahan secara Selain terapi psikofarmaka, psikoterapi
bertahap dalam waktu 1-3 minggu sampai juga berperan penting dalam proses
dicapai sampai dosis optimal yang dapat pengobatan. Psikoterapi merupakan suatu
mengendalikan gejala, lalu dipertahankan bentuk intervensi, dengan berbagai macam
sampai 8-12 minggu sebelum masuk ke fase cara dan metode yang bersifat psikologik untuk
rumatan lalu diturunkan tiap dua minggu tujuan menghilangkan, mengubah, atau
perlahan lahan selanjutnya dipertahankan menghambat gejala-gejala dan penderitaan
sampai dengan lima tahun. Risperidon memiliki akibat penyakit.13,18 Psikoterapi yang dapat
spektrum kerja yang luas bukan hanya pada diterapkan diantaranya psikoterapi suportif
reseptor D2 melainkan juga untuk 5-HT2A. kepada pasien dengan cara pengenalan pasien
Sehingga dapat mengatasi gejala positif dan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan,
negatif. Risperidon juga memiliki efek samping cara pengobatan dan efek samping
yang lebih aman jika dibandingkan antipsikosis pengobatan, memotivasi pasien agar minum
yang lain.5,7,19 obat secara teratur dan rajin kontrol,
Jika pasien dibawa oleh keluarga dalam mendorong pasien untuk melakukan fungsinya
keadaan gaduh gelisah dapat diberikan dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan
intervensi sementara injeksi intra muskular aktivitas harian lain, mendorong pasien untuk
haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, menghargai norma dan harapan masyarakat
dapat diulangi dalam 30 menit sampai 1 jam (berpakaian, berpenampilan dan berperilaku
jika belum ada perubahan yang signifikan, dosis pantas). Kemudian dapat dilakukan psikoterapi
maksimal 30 mg/hari. Untuk pemberian reedukatif seperti terapi kelompok dan terapi
haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi keluarga yang bertujuan untuk mengobah pola
intra muskular diazepam untuk mengurangi perilaku dengan meniadakan kebiasaan
dosis antipsikotiknya dan menambah tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih
efektivitas terapi.24,25 menguntungkan.16,21,23
Farmakoterapi pada fase stabilisasi
bertujuan mempertahankan remisi gejala serta Simpulan
meminimalisasi risiko kekambuhan dan Diagnosis kasus ini adalah Skizofrenia
mengoptimalkan fungsi dan proses episodik berulang, episode kini akut (multiple
kesembuhan. Setelah diperoleh dosis optimal, episodes Schizophrenia, currently in acute
dosis tersebut dipertahankan selama lebih episode) berdasarkan kriteria diagnostik DSM-
kurang 8-10 minggu sebelum masuk ke tahap 5. Penatalaksanaan Skizofrenia mencakup
rumatan. Pada fase rumatan dosis mulai Farmakoterapi (fase akut, fase stabilisasi, fase
diturunkan secara bertahap sampai diperoleh rumatan) dan Psikoterapi (suportif, reedukatif)
dosis minimal yang masih mampu mencegah yang membutuhkan dukungan keluarga serta
kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, masyarakat di lingkungan pasien. Pada kasus ini
terapi diberikan sampai dua tahun, bila sudah pasien memiliki riwayat tidak taat berobat
berjalan kronis dengan beberapa kali sehingga perlu dipertimbangkan pemberian
kekambuhan, terapi diberikan sampai lima antipsikotik jangka panjang seperti haloperidol
tahun bahkan seumur hidup.20,22 decanoate 50 mg atau fluphenazine decanoate
Untuk pasien yang tidak taat berobat, 25 mg.
dapat dipertimbangkan untuk pemberian
injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik DAFTAR PUSTAKA
seperti haloperidol decanoate 50 mg atau 1. Jeste DV, Dolder CR. Schizophrenia and
fluphenazine decanoate 25 mg. Bila terjadi efek paranoid disorders. Dalam: Blazer DG,
samping, misalnya sindrom ekstrapiramidal Steffens DC, Busse EW, eds. Essentials of
(distonia akut atau parkinsonisme), langkah Geriatric Psychiatry. Arlington: American
pertama yaitu menurunkan dosis antipsikotika, Psychiatric Publishing; 2000.
kemudian dapat diberikan triheksifenidil (2-4)x2 2. Pilpala, Triharim KS. Terapi supportif dan
mg. Jika timbul distonia akut berikan injeksi psikoedukasi untuk meningkatkan

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|38



Dian | Tn. S Usia 35 Tahun dengan Skizofrenia Episodik Berulang, Episode Kini Akut

pemahaman diri pada penderita 13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


skizofrenia paranoid. Procedia Studi Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. Panduan
Kasus dan Intervensi Psikologi. 2013;46- praktik klinis bagi dokter di fasilitas
51. pelayanan kesehatan primer; 2014.
3. Stefan M, Travis M, Murray RM. 14. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar
Epidemiology and risk factors on atlas of kompetensi dokter indonesia; 2012.
schizophrenia. The Parthenon Publishing 15. American Psychiatric Association.
Group; 2002. Diagnosis dan statistical manual of
4. Shaikh S, Collier DA, Sham P, Pilowsky L, mental disorders (DSM IV TR).
Sharma T, Lin LK, et al. Analysis of Washington DC: APA; 2000.
clozapine response and 16. Maramis W. Psikoterapi dalam catatan
polymorphisms of the dopamine D4 ilmu kedokteran jiwa. Surabaya:
receptor gene (DRD4) in Universitas Airlangga; 2009. hlm. 478-89.
schizophrenic pati ents. Am. J Med. 17. Maslim R. Buku saku diagnosis
Genet. (Neuropsychiatric Genet). gangguan jiwa (PPDGJ III). Jakarta:
2005;541–5. Fakultas Kedokteran Jiwa Unika
5. Shafti SS, Gilanipoor M. A comparative Atmajaya; 2004. hlm. 56.
study between olanzapine and risperidon 18. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan &
in the management of schizophrenia: sadock’s: synopsis of psychiatry
clinical study. Hindawi Publishing behavioral sciences/clinical psychiatry,.
Corporation Schizophrenia Research and New York: Lippicontt Williams & Wilkins;
Treatment; 2014. 2007.
6. Arijaya DNK. Clozapine pada skizofrenia 19. American Psychiatric Association.
paranoid dengan obesitas: sebuah Treatment of patients with
laporan kasus. Fakultas Kedokteran schizophrenia. Edisi ke-2. Amerika
Universitas Udayana; 2010. Serikat: APA; 2010.
7. Kusumawardhani A, Elvira SD. Terapi fisik 20. Perhimpunan Dokter Spesialis
dan psikofarmaka; psikoterapi. Dalam: Kedokteran Jiwa (PP PDSKJI). Pedoman
Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: nasional pelayanan kedokteran
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran jiwa/psikiatri; 2012.
Universitas Indonesia; 2013. 21. Buckley PF, Miller BJ, Lehre DS, Castle DJ.
8. Baggaley M. Sexual dysfunction in Psychiatric comorbidities and
schizophrenia: focus on recent evidence. schizophrenia. Schizophrenia Bulletin.
Dalam: Human Psychopharmacology. 2009; 35(2): 383-402.
2008; 23(3):201–9. 22. Lieberman JA, Stroup TS, McEvoy JP,
9. Haddad PM, Wieck A. Antipsychotic- Swartz MS, Rosenheck RA et al.
induced hyperprolactinaemia: Effectiveness of antipsychotic drugs in
mechanisms, clinical features and patients with chronic schizophrenia. The
management. 2004; 64(20):2291–314. New England J of Medicine. Volume ke-
10. O’Keane V. Antipsychotic-induced 353. No. 12; 2005.
hyperprolactinaemia, hypogonadism and 23. Turola MC, Comelini G, Galuppi A, Nanni
osteoporosis in the treatment of MG, Carantoni E, Scapoli C.
schizophrenia. J of Psychopharmacology. Schizophrenia in real life: courses,
2008; 22(2):70–5. symptoms and functioning in an Italian
11. Rajkumar RP. Prolactin and population. International J of Mental
psychopathology in schizophrenia: Health Systems. 2012; 6(12).
Review article. Hindawi Publishing 24. American Psychiatric Association.
Corporation Schizophrenia Research and Diagnosis dan statistical manual of
Treatment; 2014. mental disorders (DSM 5). Washington
12. Putri PK, Ambarini TK. Makna hidup DC: APA; 2013.
penderita skizofrenia pasca rawat inap. 25. Tandon R et al. Definition and description
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan of schizophrenia in the DSM-5.
Mental; 2012. Schizophrenia Research Elsevier; 2013.

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 3|Januari 2016|39

You might also like