Professional Documents
Culture Documents
44-50
ABSTRACT
The abundance of nutmeg seed shells in Tidore is the reason to study the possibility to prepare
charcoal briquettes. The use of charcoal briquettes was expected to reduce waste of nutmeg seed shell
and can be an alternative energy source with a high economic value. This study aims to investigate the
effect of pyrolysis temperature and composition of tapioca adhesive to resulting quality of briquettes.
The first step of the research was preparation of nutmeg seed shells consisted of drying and size
reduction into <20 mesh size. Afterward, the powder was put into furnace and heated to 350°C,
400°C, and 450°C for 90 minutes. During the process, volume of gas and liquids were measured every
15 minutes, while gas was sampled at 60 minute reaction. When pyrolysis was finished, about 20 g of
charcoal was mixed with tapioca adhesive. The compositions of adhesive were 10%, 15%, 20%, 25%,
and 30%. Finally, composite was formed in a cylindrical shape and compressed with hydraulic press
at f 3 tons weight for a minute. The briquettes were then dried and analyzed with proximate analysis
test. The results show that the highest calorific value was 6717.74 cal/g for material pyrolized at
450oC and 20% adhesive. The effect of adhesive on shatter index test showed that increasing
composition of adhesive makes a better briquette quality as shown by a lower shatter index. In this
study, the minimum weight loss was obtained by the addition of 30% adhesive.
ABSTRAK
Ketersediaan cangkang biji pala yang melimpah di kota Tidore menjadi dasar dilakukannya
penelitian mengenai pemanfaatan cangkang biji pala menjadi briket arang. Penggunaan briket arang
diharapkan dapat mengurangi limbah cangkang biji pala dan sebagai sumber energi alternatif ramah
lingkungan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
suhu pirolisis dan komposisi campuran perekat dengan arang cangkang biji pala terhadap kualitas
briket. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah penyiapan bahan baku berupa pengeringan dan
penyesuaian ukuran cangkang biji pala sebesar 20 mesh. Tahap kedua yaitu proses pirolisis dengan
cara memasukkan bubuk cangkang biji pala ke dalam tungku pirolisis (pirolisis selama 90 menit
dengan variasi suhu 350oC, 400oC dan 450oC). Selama proses pirolisis berlangsung, volume gas dan
cairan diukur setiap 15 menit, sedangkan pengambilan sampel gas dilakukan setelah pirolisis
mencapai waktu 60 menit. Setelah dipirolisis, arang cangkang biji pala ditimbang seberat 20 gram
kemudian bahan ini dicampurkan dengan perekat tapioka dengan variasi komposisi sebesar 10%,
15%, 20%, 25%, dan 30%. Setelah itu, arang cangkang biji pala dicetak dalam bentuk silinder dan
dikempa dengan alat kempa hidrolik dengan berat 3 ton selama 1 menit. Briket kemudian dikeringkan
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 9, No. 1, 2015, hal. 44-50 45
dan dianalisis uji proksimat. Hasil uji proksimat menunjukkan bahwa nilai kalor yang tertinggi sebesar
6717,74 kal/g dimiliki oleh bahan hasil pirolisis suhu 450oC dengan campuran perekat 20%. Pengaruh
perekat terhadap uji shatter index menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan perekat dalam briket
maka semakin baik shatter index dari briket. Pada penelitian ini diketahui bahwa briket dengan
penambahan perekat sebesar 30% mengalami kehilangan berat yang paling sedikit.
menggunakan oven pada suhu ±60-80oC hingga parameter dievaluasi dengan minimasi jumlah
kering. kuadrat (SSE) yang dihitung menggunakan
persamaan 7:
2.3 Varibel penelitian
SSE = ∑ (mCdata-mChitung)2 + (mGdata-mGhitung)2 +
Variabel tetap terdiri dari waktu pirolisis
(mPdata-mPhitung)2 …(7)
selama 90 menit dan ukuran partikel <20 Mesh.
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu suhu
pirolisis 350oC, 400oC dan 450oC dan persentase
k1 Gas (G)
berat perekat tepung tapioka dalam briket 10%,
15%, 20%, 25%, 30%.
k2
Bahan baku (K)
Cairan (C)
2.4 Analisis hasil dari proses pirolisis
Yield (Y) dihitung dari total produk yang k3
dihasilkan berupa padatan (Pa), gas (G) dan Padatan (Pa)
cairan (C) dengan menggunakan Persamaan 1. Gambar 1. Three-step mechanism
Y= x 100% (1)
Untuk melihat kesesuaian model, koefisien
Kandungan gas CO, CO2, dan metan yang determinasi (R2) digunakan yaitu 1 dikurangi
keluar saat pirolisis dianalisis menggunakan gas perbandingan jumlah kuadrat selisih (SSE)
chromatography (GC) di Laboratorium Analisis dengan jumlah kuadrat rata-rata (SST) seperti
Instrumental Departemen Teknik Kimia UGM. persamaan 8.
Analisis proksimat dari briket yaitu analisis nilai
kalor, kadar air, volatile matter, karbon terikat, R2 = 1- (8)
kadar abu dilakukan di Laboratorium Pangan dan SST disebut sebagai kuadrat rata-rata yang dicari
Gizi Pusat Antar Universitas (PAU) UGM. Uji dengan persamaan 9.
shatter index atau pengujian drop test
menggunakan metode ASTM D 440-86 R02 SST = ∑ (xi -ẍ)2 (9)
dilakukan untuk mengetahui kekuatan briket.
40
berantai pendek akan mengalami degradasi lebih
30
awal setelah itu rantai panjang akan terdegradasi
20 yang menyebabkan kenaikan massa gas dan
10 cairan secara signifikan.
0 Nilai pre-eksponensial (A) dan energi aktivasi
350 400 450 500 (Ea) dievaluasi dari konstanta kinetika. Hasil
Suhu, °C dirangkum pada Tabel 1. Nilai energi aktivasi
Gambar 2. Yield produk dari pirolisis cangkang biji pala briket cangkang biji pala tidak jauh berbeda
dengan energi aktivasi jerami yaitu 11,3(kJ/mol)
100 (Riyanto, 2009).
Massa produk, g
80
60 Tabel 1. Nilai parameter kinetika dari pirolisis cangkang
biji pala
40
Parameter k1 k2 k3
20
Nilai pre- 4,77 0,52 6,36x10-4
0 eksponensial (A),
0 15 30 45 60 75 90 105 menit-1
Waktu, menit
energi aktivasi 27,89 11,59 11,22
a. 350oC (Ea), kJ/mol
100
Massa produk, g
60
35 CO
40 30 CO2
CH4
20 25
% gas
0 20
0 15 30 45 60 75 90 15
Waktu, menit 10
c. 450⁰C 5
Gambar 3. Grafik pengaruh suhu terhadap hasil gas dan 0
cairan pada suhu (a).350°C, (b). 400°C dan 300 350 400 450 500
(c). 450°C
Suhu, °C
Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap komposisi gas
3.3 Kinetika reaksi pirolisis
Mekanisme untuk menggambarkan Menurut Varfolomeev dan Grachev (2015)
dekomposisi cangkang biji pala selama proses yang menyebabkan produksi CH4 meningkat
pirolisis adalah three-step mechanism oleh adalah karena lignin yang mulai terdekomposisi
Erawati dkk (2013). Model ini menggambarkan di atas 350⁰C. Produksi gas CO juga semakin
penurunan massa padatan, kenaikan massa gas meningkat dengan bertambahnya suhu pirolisis.
dan cairan terhadap waktu pirolisis. Gambar 3 Hasil ini sama dengan yang dikemukakan oleh
memperlihatkan plot hasil gas dan cairan baik Ion (2013).
berupa data maupuan garis simulasi dengan
three-step mechanism. Seperti terlihat, jumlah
3.5 Pengaruh suhu dan berat perekat semakin rendah. Selain itu kadar karbon
terhadap kualitas briket terikat juga berpengaruh terhadap nilai kalor
Pengaruh suhu dan perekat terhadap kualitas bakar briket arang (Faizal, 2014).
briket dianalisis dengan uji proksimat (kadar air, Berdasarkan pengaruh kompisisi perekat,
kadar abu, volatile matter, karbon terikat dan kandungan karbon terikat semua briket yang
nilai kalor) dan nilai shatter indexs. Semua dihasilkan belum memenuhi standar. Bahan
parameter uji dapat dilihat pada Gambar 5 dan yang memenuhi standar hanya berupa
diuraikan seperti berikut: material hasil pirolisis pada suhu 400 oC
a. Kadar Air dengan karbon terikat sebesar 77,68%.
Semakin kecil kadar air yang terkandung Berdasarkan standar SNI No. 1/6235/2000,
dalam briket, maka semakin baik kualitas nilai karbon terikat senilai ≥77%. Data
briket tersebut. Standar kadar air yang karbon terikat dirangkum pada Gambar 5d.
ditetapkan SNI No. 1/6235/2000 adalah ≤ e. Nilai kalor
8%. Berdasarkan Gambar 5a nilai terendah Semakin tinggi nilai kalor maka semakin
kadar air cangkang biji pala sebelum baik kualitas briket. Standar nilai kalor
dicampur dengan perekat adalah material berdasarkan SNI No. 1/6235/2000 adalah ≥
hasil pirolisis pada suhu 400oC. Hal ini 5000 kal/g. Nilai kalor dari semua bahan
berbeda dengan hasil material suhu 450 oC yang dibuat ditampilkan pada Gambar 5e.
yang memiliki nilai kadar air yang lebih Material briket dengan nilai kalor tertinggi
tinggi. Penelitian Novak (2007) menjelaskan yaitu material hasil pirolisis pada suhu 450 oC
hal ini bahwa kadar air dipengaruhi oleh suhu dengan penambahan perekat 20% dengan
pirolisis dan cara penyimpanan bahan yang nilai kalor sebesar 6717,74 kal/g. Gambar 5e
berpengaruh terhadap penyerapan air dari menunjukkan bahwa semua briket yang
udara. dihasillkan telah memenuhi nilai kalor bahan.
b. Kadar abu f. Shatter index
Abu merupakan residu yang tersisa Berdasarkan Gambar 5f, shatter index
setelah proses pirolisis atau mineral yang dari briket hasil pirolisis bahan baku pada
tidak terbakar. Berdasarkan Gambar 5b, 400⁰C dan 450⁰C lebih kecil dibanding
kadar abu meningkat dengan meningkatnya shatter index material yang dipirolisis pada
suhu pirolisis. Hal ini sama halnya dengan 350⁰C. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
hasil laporan dari Siahaan dkk. (2013) dan kandungan karbon terikat yang tinggi yang
Iskandar (2012) bahwa kadar abu meningkat menyebabkan ikatan dengan perekat
pada suhu 400-500oC. Kadar abu maksimum semakin tinggi, sehingga semakin kuat bahan
yang didapat pada penelitian yaitu 11,3% (shatter index kecil). Selain itu hasil
yang merupakan material hasil pirolisis pada penelitian menunjukkan bahwa semakin
450oC. Sedangkan kadar abu yang terendah tinggi kandungan perekat dalam briket
(2,8%) didapat dari material hasil pirolisis semakin kuat briket tersebut. Misalnya briket
pada 350oC. Ketika material hasil pirolisis dengan perekat 30% kehilangan padatan
dicampur dengan perekat, persentase kadar lebih sedikit dibanding yang lainnya. Hasil
abu menjadi di bawah 8% atau memenuhi penelitian memiliki kesimpulan yang sama
standar SNI Standar SNI No. 1/6235/2000. sama dengan penelitiannya Utomo dan
c. Volatile matter Primastuti (2013).
Volatile matter ditunjukkan pada Gambar
5c. Kadar zat volatil yang terendah terdapat 3.6 Aspek lingkungan dan ekonomi
pada bahan hasil pirolisis pada 450 oC yaitu Pemanfaatan cangkang biji pala sebagai briket
8.4%. Kadar ini memenuhi Standar SNI No. merupakan salah satu cara untuk mengurangi
1/6235/2000 untuk zat volatil yaitu ≤ 15%. penumpukan cangkang biji pala yang meningkat
Sedangkan pada penambahan perekat saat panen. Hasil panen pala tahun 2013 sebesar
lainnya, kadar zat volatil menunjukkan nilai 225 ton dan dengan cangkang sebesar 28% maka
tinggi dan belum memenuhi standar. diperoleh material seberat 71,4 ton. Bila
d. Karbon terikat cangkang dikonversi menjadi arang maka jumlah
Tingginya nilai karbon terikat dipengaruhi arang yang diperoleh sebesar 31,7 ton
oleh kadar abu dan kadar zat volatil pada (pengurangan massa maksimal 44,4%), jika
briket. Semakin tinggi nilai karbon terikat semua bahan dipakai sebagai bahan baku untuk
maka kadar abu dan zat volatil pada briket pembuatan briket. Hal ini menunjukkan bahwa
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 9, No. 1, 2015, hal. 44-50 49
12
12
10
10
% Kadar air
% Kadar abu
8
8
6 6
4 4
2 2
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35
% Perekat % Perekat
(a) (b)
70 100
60
80
% Fixed carbon
50
% VM
40 60
30 40
20
20
10
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35
% Perekat % Perekat
(c) (d)
120
8000
100
6000
Nilai kalor, kkal/g
Shatter Index
80
60
4000
40
2000
20
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
% Perekat % Perekat
(e) (f)
Gambar 5. Pengaruh suhu pPirolisis dan komposisi perekat terhadap kualitas briket: kadar air (a), kadar abu (b), volatile
matter (c), fixed carbon (d), nilai kalor (e) dan Shatter Index (f).