You are on page 1of 12

Taufik Mokhamad dan Hartono

MODEL PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH


BERBASIS POTENSI EKONOMI MASYARAKAT
Taufik Mokhamad
Hartono
STIE Widya Gama Lumajang

Abstraction

Shackles of poverty that the people of Indonesia is not a new problem so as to not be a
problem anymore. But the condition is getting worse by the economic crisis that began in mid
1997 and then followed by a multi-dimensional crisis. The number of poor people who
previously has successfully suppressed about 11%, allegedly by CPM could be around 24% at
the peak of the crisis of 1998 due to massive layoffs of the foot-loose industry sector. In the
gloom of the economic crisis, which was originally quite large industry contributes greatly to
the economic growth rate, but when the crisis one by one collapse. In contrast to micro, small
and medium enterprises, has been proven at the time of the crisis can provide a significant
contribution to economic growth.
From the studies have been done, the problems of SMEs in the development model
Lumajang is through: the development and coaching to small and medium enterprises is one
solution to overcome the problem of economic inequality and poverty in the City Lumajang;
model clustering is a pattern of coaching centers that can improve competitiveness and
productivity of small and menengah.dan in the future to be the leading sector in the City
Lumajang poverty alleviation; pattern precise and comprehensive guidance for small and
medium enterprises is a coaching model clustering centers by building partnerships between
SMEs, the Government District, traditional markets and modern market.
In an effort to overcome the problems of small and medium enterprise development,
the need for emphasis of collaborative action from various parties, namely through: the
development and building of small and medium businesses need to get serious attention from
the Government, in the form of stimulus policies and a conducive and productive business
building small and medium-use centers clustering model requires the government's role to
memfasilitasasi involvement of various parties that influence tissue integration of SMEs with
large insdustri involved as a partner and expansion of market access.

Keywords: Poverty, SMEs (Small and Medium Enterprises), Model Development.

Pendahuluan
Kemiskinan yang membelenggu Sementara di itu dampak krisis tersebut
masyarakat Indonesia bukanlah masalah cukup signifikan berpengaruh terhadap
baru sehingga seolah bukan menjadi kemiskinan pada tahun 1999 mencapai
masalah lagi. Namun kondisi tersebut 7,43% penduduk miskin. Angkat tersebut
semakin diperparah dengan adanya krisis hampir mencapai sekitar dua kali lipat
ekonomi yang dimulai pertengahan tahun dibanding penduduk miskin pada tahun
1997 dan kemudian diikuti dengan krisis 1998 dimana dalam catatan BPS masih
multi-dimensi. Jumlah penduduk miskin sekitar 4,91% dan sampai tahun 2003
yang sebelumnya telah berhasil ditekan angkat kemiskinan tersebut terus
sekitar 11%, disinyalir oleh BPS sempat meningkat hingga 13,48%. Dengan
menjadi sekitar 24% pada puncak krisis berbagai upaya program penanggulangan
tahun 1998 akibat dari PHK massal dari kemiskinan yang telah dilakukan,
kelompok sector foot-loose industry. persentase penduduk miskin pada tahun
1 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
2004 berhasil ditekan sekitar 9,51%. berkaitan dengan banyak aktor dan banyak
Namun kebijakan pemerintah terhadap variabel yang berpengaruh serta bersifat
kenaikan harga bahan bakar minyak pada multi year, sehingga sulit untuk diukur
tahun 2005, cukup telak memukul tingkat keberhasilannya sebagai ‘buah
masyarakat rawan jatuh dalam kelompok karya’ suatu instansi atau bahkan suatu
miskin hingga angka tersebut melonjak rezim pemerintahan. Kondisi ini
mencapai 11,70%. diperparah dengan tidak adanya basis data
Dalam kesuraman krisis ekonomi, UKM yang akurat, program yang konsisten
industri besar yang semula cukup dan berkelanjutan, serta lemahnya
memberikan kontribusi besar terhadap koordinasi lintas pelaku dalam
tingkat pertumbuhan ekonomi, namun saat memberdayakan UKM.
krisis satu persatu ambruk. Berkebalikan Fenomena di sebagian besar
dengan usaha mikro, kecil dan menengah, Negara menjadi bukti bahwa UKM dapat
telah terbukti pada saat krisis mampu berperan sebagai dinamisitor dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilisator perekonomian nasional,
pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, disamping sebagai salah satu motor
salah satu cara yang bisa ditempuh dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Hal inilah
menangani problem kemiskinan adalah yang menyebabkan dunia internasional dan
memberdayakan mereka melalui pengamat ekonomi sangat yakin, bahwa
kelompok-kelompok usaha yang UKM sebagai salah satu instrument
disesuaikan dengan potensi ekonomi yang peningkatan kesejahteraan rakyat yang
ada di sekitarnya serta tingkat kemampuan ampuh dan berkelanjutan, serta akan selalu
yang dimilikinya. menjadi isu politik yang utama dalam
Dalam upaya itu diperlukan model menarik dukungan rakyat.
usaha yang tepat untuk tiap-tiap kelompok Tidak tersedianya data dan
berdasarkan potensi ekonomi di wilayah informasi yang komprehensif dan akurat
itu, serta potensi dasar yang dimiliki oleh mengenai UKM serta kebutuhannya,
masing-masing kelompok. Pemodelan mengakibatkan pemerintah dan aktor
usaha ini menjadi kunci jawaban lainnya dalam menyusun program
keberhasilan usaha. Karena itu diperlukan pemberdayaan hanya mengandalkan data
kejelian dalam menyusun dan yang terbatas, sehingga sering kali
membentuknya. program dilaksanakan hanya untuk
Pembangunan UKM di Indonesia menyelesaikan symptom permasalahan
telah berjalan secara baik, namun bagi UKM, dan bukan akar masalah yang
banyak kalangan dirasakan masih berjalan sebenarnya dihadapi UKM. Akibatnya,
lamban, sehingga upaya percepatan program yang dilaksanakan cenderung
pembangunan UKM selalu dimasukkan bersifat hit and run, dan dasarnya hanya
dalam berbagai program monitoring yang menduga-duga; serta sesuai dengan
terkait dengan pinjaman internasional, estimasi mereka.
seperti: ADB, IMF (pada masa lalu ), dan Tujuan yang ingin dicapai dari
juga menjadi perhatian utama dari Presiden studi ini adalah menemukan model
RI yang memasukkan pentingnya pemberdayaan usaha kecil yang tepat
perluasan peranan UKM dalam Keppres untuk memberdayakan masyarakat miskin
No 17 Tahun 2006 tentang UKP3R. melalui kelompok-kelompok usaha yang
Masuknya pembangunan UKM dalam disesuaikan dengan potensi ekonomi yang
agenda percepatan reformasi ekonomi ada di sekitarnya serta tingkat kemampuan
mengindikasikan perlunya upaya yang dimilikinya. Adapun maksud dari
percepatan pembangunan UKM di kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Indonesia pada masa mendatang. membantu instansi berkompeten dalam
Pemberdayaan sektor UKM mengambil kebijakan untuk memecahkan
2 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
problem kemiskinan di Lumajang; menengah sampai dengan usaha besar.
mendukung tekad Pemerintah dalam upaya Dengan memisahkan nilai tambah
menyukseskan program pemberdayaan antara usaha kecil dan menengah dengan
masyarakat miskin di Lumajang. usaha besar di semua sektor (pertanian
sampai dengan jasa-jasa), maka dapat
diperoleh nilai tambah UKM masing-
Tinjaun Pustaka masing sektor, yang pada akhirnya
a. Konsep UKM Secara Umum diperoleh nilai tambah seluruh sektor
Sampai saat ini penentuan kriteria tersebut dijumlahkan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) oleh Berikut ini adalah data Biro Pusat
berbagai pihak/kalangan belum mencapai Statistik tahun 2004 - 2009 tentang
kata sepakat, karena masing-masing pihak perkembangan nilai tambah sektor
mempunyai konsep sendiri. Dari beberapa perekonomian di Kabupaten Lumajang
kriteria yang dikemukan oleh berbagai terhadap PDRB. Angka nilai tambah
pihak tersebut, telah dipilih kriteria dikutip dari Katalog BPS yang diterbitkan
mengenai UKM yakni berdasarkan oleh Kantor BPS Kabupaten Lumajang.
Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Nilai tambah sektor perekonomian tersebut
Usaha Kecil dan Inpres No.10 Tahun 1999 diperoleh Atas Dasar Harga Berlaku
tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. (ADHB) yang dihasilkan pada tahun 2004,
Definisi UKM berdasarkan Undang- 2005 dan 2009 adalah sebesar
undang dan Inpres tersebut, UKM adalah 6.117.602,59 juta rupiah; 7.326.996,41 juta
merupakan gabungan usaha kecil dan rupiah; dan pada akhirnya tahun 2009
menengah yang memiliki kekayaan bersih meningkat menjadi 12.170.614,19 juta
paling banyak Rp 200.000.000,- untuk rupiah. Sedangkan nilai tambah sektor
usaha kecil dan lebih dari Rp perekonomian Atas Dasar Harga Konstan
200.000.000,- untuk usaha menengah; (ADHK), pada tahun 2004 sebesar
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat 4.570.180,20 juta rupiah, tahun 2005
usaha. Atau usaha yang memiliki hasil sebesar 4.793.733,63 juta rupiah dan pada
penjualan tahunan paling banyak Rp akhirnya tahun 2009 tercatat sebesar
1.000.000.000,- milik warga negara 5.917.165,21 juta rupaih. Perbedaan
Indonesia, berdiri sendiri, dan bukan percepatan kenaikan nilai nominal PDRB,
merupakan anak perusahaan atau cabang ADHB dan ADHK yang sangat signifikan
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau ini menunjukkan bahwa meningkatnya
berafiliasai baik langsung maupun tidak nilai PDRB ADHB sebagai cerminan
langsung dengan usaha besar. UKM dapat besaran aktifitas ekonomi di suatu tahun
berbentuk usaha perseorangan, badan lebih banyak didorong oleh kenaikan
usaha yang tidak termasuk badan hukum, harga-harga. Sedangkan perkembangan
atau badan usaha berbadan hukum nilai PDRB ADHK lebih mencerminkan
termasuk koperasi. kondisi riil peningkatan ekonomi karena
b. Perkembangan Nilai Tambah UKM dinilai dari sisi peningkatan kuantum
terhadap Perekonomian produksi. Selama kurun waktu tersebut
Penghitungan tentang PDRB adalah terjadi beberapa kali perlambatan
penghitungan yang dilakukan menurut pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
sektoral, yaitu jumlah nilai tambah barang Lumajang, yaitu tahun 2005 dan tahun
dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit 2008. Kondisi tersebut merupakan dampak
produksi di suatu wilayah dalam jangka dari efek multiplier kenaikan harga BBM
waktu tertentu, dan yang dimaksud dengan yang cukup drastis pada bulan Oktober
unit produksi di sini adalah 2005 dan bulan Mei 2008 yang berdampak
usaha/perusahaan yang terdiri dari semua pada menurunnya daya beli masyarakat.
tingkatan, dari usaha/perusahaan kecil,
3 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
Berikut kita lihat perkembangan Definisi lain tentang wirausaha
nilai tambah bidang tersier (sektor UKM) disampaikan oleh Say (1997), yang
dibanding sektor lain dalam PDRB menyatakan bahwa seorang wirausaha
Kabupaten Lumajang (lihat Tabel) adalah orang yang mampu melakukan
koordinasi, organisasi dan pengawasan.
Tabel 1 : Seorang wirausaha adalah orang yang
Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga memiliki pengetahuan yang luas tentang
Berlaku dan Konstan lingkungan dan membuat keputusan-
Kabupaten Lumajang Tahun 2008 – 2009 keputusan tentang lingkungan usaha,
(dalam jutaan rupiah) mengelola sejumlah modal dan
menghadapi ketidakpastian untuk meraih
HARGA KONSTAN keuntungan.
HARGA BERLAKU
LAPANGAN
USAHA Keputusan seseorang untuk terjun dan
2008 2009 2008 2009
memilih profesi sebagai seorang
(1) (2) (3) (4) (5)
PRIMER 4.072.394,20 4.495.329,10 2.130.410,93 2.257.535,09 wirausaha didorong oleh beberapa
1. Pertanian 3.749.329,27 4.134.289,97 1.947.588,26 2.065.132,51 kondisi. Kondisi-kondisi yangmendorong
2. Pertam- 323.064,93 361.039,13 182.822,67 192.402,58
bangan tersebut adalah : (1) orang tersebut lahir
SEKUNDER 2.203.303,22 2.433.518,59 1.053.773,81 1.097.175,99 dan atau dibesarkan dalam keluarga yang
3. Industri 1.449.725,08 1.611.752,98 764.707,18 795.247,40
Pengolahan memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha
4. Listrik, Gas, 84.765,56 94.547,99 40.784,25 42.771,42 (Confidence Modalities), (2) orang
Air Minum
5. Bangunan 668.812,58 727.217,62 248.282,40 259.157,12 tersebut berada dalam kondisi yang
/Konstruksi menekan, sehingga tidak ada pilihan lain
TERSIER 4.678.616,49 5.241.766,49 2.426.494,52 2.562.454,13
6. Perdagangan, 2.637.061,68 2.983.401,22 1.345.333,55 1.430.256,42 bagi dirinya selain menjadi wirausaha
Hotel, (Tension Modalities), dan (3) seseorang
Restoran
7. Pengangkutan 592.894,27 631.689,42 284.569,30 292.840,34 yang memang mempersiapkan diri untuk
& menjadi wirausahawan (Emotion
Komunikasi
8. Keuangan, 481.830,64 532.537,37 263.573,48 276.167,46 Modalities).
Persewaan Penelitian yang dilakukan oleh Mc
9. Jasa-Jasa 966.829,90 1.094.138,48 533.018,19 563.189,91
Clelland (1961) di Amerika Serikat
Total PDRB 10.954.313,91 12.170.614,18 5.601.679,26 5.917.165,21 menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang
Sumber : Data BPS Kabupaten menjadi sampel penelitiannya (diambil
Lumajang (diolah) secara acak) berasal dari keluarga
Catatan : Untuk Lapangan Usaha pengusaha. Penelitian yang dilakukan
jenis Tersier lebih dominan dilakukan oleh oleh Sulasmi (1989) terhadap 22 orang
para pelaku sektor ekonomi bidang UKM. pengusaha wanita di Bandung juga
menunjukkan bahwa sekitar 55%
c. Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil pengusaha tersebut memiliki keluarga
Menengah pengusaha (orang tua, suami, atau saudara
Wirausaha merupakan istilah yang pengusaha).
diterjemahkan dari kata entrepreneur, Sedangkan penelitian yang dilakukan
dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya oleh Mu’minah (2001) atas 8 orang
dikenal istilah wiraswasta yang pengusaha paling sukses di Pangandaran
mempunyai arti berdiri di atas kekuatan menunjukkan bahwa semua pengusaha
sendiri. Istilah tersebut kemudian tersebut memulai usahanya karena
berkembang menjadi wirausaha, dan keterpaksaan.
entrepreneurship diterjemahkan menjadi Pada kategori yang ketiga (Emotion
kewirausahaan. (Kamus Manajemen – Modalities), menurut Muhandri (2002),
LPPM). Wirausaha mempunyai arti merupakan pengusaha yang umumnya
seorang yang mampu memulai dan atau memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
menjalankan usaha. Orang yang masuk dalam kategori ini
4 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
memang mempersiapkan diri untuk dan keuntungan.
menjadi seorang wirausaha, dengan Peran pemerintah dalam hal ini juga
banyak mempelajari keilmuwan bukan sekedar pemberian modal, tetapi
(akademik) yang berkaitan dengan dunia lebih pada pembinaan kemampuan
usaha. Dalam kategori ini terdapat industri kecil dan membuat suatu kondisi
pengusaha yang langsung memulai yang mendorong kemampuan industri
usahanya (merasa cukup dengan dasar- kecil dalam mengakses modal, (Pardede,
dasar keilmuwan yang dimiliki) dan ada 2000). Atau dengan kata lain, pemerintah
yang bekerja terlebih dahulu untuk harus membina kemampuan industri kecil
memahami dunia usaha secara riil. dalam menghitung modal optimum yang
Era krisis ekonomi yangmelanda diperlukan, kemampuan menyusun suatu
Indonesia (tahun 1997) menyebabkan proposal pendanaan ke lembaga-lembaga
banyak industri besar tumbang. Hal ini pemberi modal, serta mengeluarkan
membuka mata pemerintah Indonesia kebijakan atau peraturan yang lebih
berkaitan dengan timpangnya struktur memihak industri kecil dalam pemberian
usaha (industri) yang terlalu memihak kredit.
pada industri besar. Pada era reformasi Menurut Haeruman (2000), tantangan
(pasca krisis) terjadi kondisi sebaliknya, bagi dunia usaha, terutama pengembangan
yaitu terjadi euphoria berkaitan dengan UKM, mencakup aspek yang luas, antara
pengembangan usaha kecil dan menengah. lain: (a) Peningkatan kualitas SDM dalam
Banyak sekali usaha pemerintah (terutama hal kemampuan manajemen, (b)
dana) yang dicurahkan untuk organisasi dan teknologi, (c) Kompetensi
pengembangan sektor ini (dana Jaring kewirausahaan, (d) Akses yang lebih luas
Pengaman Sosial, kredit lunak dari Bank terhadap permodalan, (e) Informasi pasar
Pemerintah, program pendampingan yang transparan, (f) Faktor input produksi
usaha dan sebagainya). lainnya, dan (g) Iklim usaha yang sehat
Usaha kecil dan menengah (UKM) yang mendukung inovasi, kewirausahaan
idealnya memang membutuhkan peran dan praktek bisnis serta persaingan yang
(campur tangan) pemerintah dalam sehat.
peningkatan kemampuan bersaing. Namun permasalahan yang dihadapi
Pengertian tentang peningkatan oleh pemerintah dalam upaya
kemampuan di sini bukan dalam arti pengembangan wirausaha (pengusaha
kemampuan untuk bersaing dengan usaha UKM) yang tangguh adalah pemilihan
(industri) besar, namun lebih pada dan penetapan strategi (program) untuk
kemampuan untuk memprediksi dua kondisi yang berbeda. Kondisi yang
lingkungan usaha dan kemampuan untuk dimaksud adalah : (1) mengembangkan
mengantisipasi kondisi lingkungan pengusaha yang sudah ada supaya
tersebut. menjadi tangguh, atau (2)
Menurut Stanley dan Morse (1965), mengembangkan wirausaha baru yang
terdapat karakteristik khusus dari suatu tangguh.
produk yang cocok untuk industri kecil Strategi (program) pengembangan
dan ada kelompok produk yang cocok untuk kedua kondisi tersebut haruslah
untuk industri besar. Industri kecil tidak berbeda (spesifik). Bahkan strategi
akan mampu bertahan pada kelompok pengembangan untuk pengusaha yang
produk yang cocok dikerjakan oleh sudah ada pun tidak dapat dilakukan
industri besar. Demikian juga sebaliknya, dengan “penyeragaman”. Apa yang
industri besar tidak akan tertarik untuk disebutkan oleh Haeruman di atas adalah
masuk dan bersaing dalam kelompok kondisi yang di-generalisasi. Tiap jenis
produk yang cocok untuk industri kecil, usaha, bahkan tiap pengusaha pada jenis
karena pertimbangan efisiensi skala usaha yang sama akan mempunyai
5 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
permasalahan yang berbeda. Diperlukan Diagnosis ini mutlak diperlukan untuk
suatu studi yang matang dan mendalam mengidentifikasi karakteristik dari produk
(diagnosis) untuk mengetahui apa yang dihasilkan (keunggulan yang telah
sebenarnya permasalahan yang dihadapi ada atau memungkinkan untuk
oleh UKM yang akan dibina. Tanpa studi dikembangkan), pasar yang telah
dan perencanaan yang matang, maka dimasuki (peluang pengembangan dan
usaha program pengembangan (meski kemampuan tambahan yang diperlukan),
dengan niat yang baik) akan menemui teknologi yang digunakan (optimalisasi
banyak kendala, misalnya : (1) salah penggunaan teknologi disesuaikan dengan
sasaran, (2) sia-sia (mubazir), dan (3) karakteristik industri kecil tersebut), akses
banyak manipulasi dalam bahan baku dan asupan lainnya (kendala
implementasinya. Kasus yang baru yang dihadapi dan kemungkinan
akhirnya muncul berkaitan dengan pemecahannya), modal yang terserap
kebijakan tentang koperasi dan UKM (optimalisasi kebutuhan modal
yang diberi kredit tanpa bunga (kredit disesuaikan dengan peluang pasar), serta
dengan bunga yang rendah), dapat aspek manajerial pengelolaan
dijadikan salah satu contoh kegagalan (pembukuan, organisasi dan lain
usaha pengembangan UKM yang sebagainya).
dilakukan pemerintah. Diagnosis yang baik akan
Menurut Hubeis (1997), menghasilkan tipologi industri kecil
pengembangan bisnis oleh perusahaan berdasarkan peluang pengembangannya.
(termasuk industri kecil) pada awalnya Dari tipologi ini dapat disusun suatu
ditentukan oleh kemampuan untuk strategi pengembangan yang spesifik
mengidentifikasi (diagnosis) pengelolaan sesuai dengan tipologi yang dimiliki oleh
produksi (metode dan kerjasama tim) atas industri kecil tersebut. Jika strategi
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pengembangannya (ingin menjadi seperti
dan factor eksternal (peluang dan apa dan kapan pencapaiannya) sudah
ancaman) melalui analisis SWOT jelas, maka program pembinaan yang
(Strength, Weaknesses, Opportunities dan diberikan oleh pemerintah juga tidak akan
Threats). Dengan analisis ini didapatkan salah sasaran.
tahapan seperti menilai keadaan, d. Manajemen Strategi Dalam Pemecahan
menentukan tujuan dan memutuskan Kasus
(pemilihan dan evaluasi kegiatan). Problem solving menurut metode
Teknik diagnosis industri kecil salah ilmiah adalah problem solving yang
satunya adalah menggunakan metode dilandasi oleh teori yang relevan dengan
PRECOM (Pre-Commercialization) atau masalah yang dihadapi. Landasan teroi
refleksi pemasaran yang didukung oleh dapat memberikan arahan dalam problem
perangkat analisis sistematik seperti solving sehingga hasil pemecahannya lebih
analisis fungsional, analisis proses dan memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang
analisis strategi (Hubeis, 1991). diharapkan sehingga lebih aplikatif,
Dari teknik diagnosis yang saling efektif dan efesien.
mendukung dan melengkapi tersebut Manajemen strategik adalah
diperoleh beberapa peubah penting dari merupakan proses merumuskan visi dan
hal yang dikaji (kondisi umum dan misi, penilaian lingkungan eksternal dan
rencana aksi), yaitu definisi komersial internal, tujuan jangka panjang,
produk, positioning produk / perusahaan mengembangkan dan mengevalusai
di pasar produk, identifikasi dari ragam strategi kemudian memilihnya, menyusun
produksi suatu produk, diagnosis fakta kebijaksanaan dan menyusun tujuan
produksi dan komersialisasi, serta tindak tahunan (target), mengalokasikan sumber
lanjut pengembangan produk. daya dan yang terakhir mengevaluasi
6 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
performance dari suatu organisasi atau berdampak semakin ketat persaingan dunia
perusahaan. perdagangan dan industri dunia.
Visi dan misi sebuah perusahaan atau Persaingan dunia menjadi persaingan
organisasi yang realistik adalah visi dan global atau mega competition dimana
misi yang dirumuskan setelah manajemen memang dunia menjadi seolah-oleh sempit
melakukan analisis internal dan eksternal. atau menjadi desa global (Global Village).
Dengan menggunakan matrik BCG produk Persaingan global menuntut
dari sebuah perusahaan di kelompokan perusahaan-perusahaan dalam proses
dalam empat kondisi yaitu Dogs, Problem produksi harus mulai berberpikiran dan
Children, Star, dan Cash Cows. Dalam berwawasan global walaupun mungkin
matrik BCG sumbu vertikal merupakan sekarang hanya melayani pelanggan
tingkat pertumbuhan pasarnya sedangkan domestik saja. Mengapa demikian? Karena
sumbu horinsontal menunjukan pangsa walaupun merekan hanya melayani
pasar relatif. Matrik terbagi menjadi empat pelanggan domestik saja tetapi mereka
kwadran untuk tingkat pangsa pasar reltif menghadapi pesaing-pesaing dari luar
dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi negeri baik dari importir, cabang, lisensi
dan rendah begitu juga tingkat pangsa dan joint venture ataupun dari invetasi
pasar relatif juga dibagi menjadi dua langsung. Jika demikian maka mau tidak
kategori yaitu tinggi dan rendah. mau perusahaan berada pada persaingan
Dengan menggunakan matrik BCG global.
perusahaan akan dapat mengidentifikasi Maka jika mereka hanya berpikiran
dimana dan bagaimana produk berada di sempit, akan mengecilkan pangsa pasarnya
pasar sehingga perusahaan dapat atau bahkan akan bangkrut dan terlempar
mengambil tindakan dan strstegi yang tepat keluar dari pasar. Pada persaingan global
untuk produknya. Dari matrik BCG yang perusahaan multinasional dapat
sudah dirumuskan, selanjutnya dapat menerapkan global strategy yang
disusun strategi dan langkah kompetisi tersentralisasi, multidomestics strategy atau
yang bisa dilakukan. Hal tersebut dapat strategi regionalisasi atau desentralisasi
dilakukan berdasarkan kondisi dan dan atau perusahaan harus mempunyai
karakteristik dari masing-masing kuadran keunggulan bersaing (competitive
dalam matrik tersebut. advantage).
e. Pengaruh Globalisasi Terhadap Strategi Perusahaan yang menerapkan strategi
Perusahaan global dapat melakukan sentralisasi produk
Globalisasi yang dipicu dan dipercepat maksudnya produk yang diproduksi dan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan dipasarkan seluruh dunia dibuat sama atau
teknologi terutama teknologi relatif sama. Hal tersebut berasumsi bahwa
telekomunikasi, tansportasi dan perjalanan karakteristik pelanggannya dianggap relatif
(travel/turism) atau lebih dikenal dengan sama disebabkan oleh triple-T technoligy
istilah Triple-T Technology Revolution. revolution yang membuat kehidupan atau
Glabalisasi menyebabkan perubahan pada gaya hidup disuatu tempat akan segera
sosial budaya, ekonomi, politik, preferensi, diketahui dan akan ditiru di tempat lain.
selera, perilaku manusia atau pelanggan Perusahaan juga dapat menjalankan
industri. Adanya perubahan pada sentralisasai manajemen berkaitan dengan
kehidupan manusia tersebut mengharuskan keputusan, wewenang, kekuasan, produksi
perusahaan-perusahaan untuk melakukan dan tugas, tetapi sentralisasi ini
perubahan pada proses produksi, proses mengandung mempunyai kelemahan dan
pemasaran, standar keuangan dan akuntasi kelebihan. Kelabihan semua terkendali
dikarenakan adanya pengaruh valuta asing oleh pusat sedangkan kelemahan adalah
dalam transaksinya. Perubahan yang terjadi perusahaan tidak dapat melakukan respon
perusahaan-perusahaan tersebut yang cepat jika terjadi masalah di setiap
7 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
tempat atau regional terutama yang finansial, fisik, manajerial dan
berkaitan teknis. Sebenarnya tidak akan pengetahuan pasar lokal.
menjadi masalah jika ditempat tersebut Pertimbangan-pertimbangan
infrastruktur memadai tetapi pada dibentuknya Joint Venture diantaranya
kenyataan setiap negara kemampuan :
ifrastrukturnya tidak sama. Perusahaan 1) Memungkinkan memanfaatkan
menerapakan global strategy harus kehlian khusus mitra lokal
didukung dan mengandakan comparative 2) Terbuka kesempatan untuk
advantage yang tinggi juga dukungan mengakses ke sistim distribusi di
infrastruktur yang lengkap dan memadai. pasar lokal
Multidomestics strategy, perusahaan 3) Menembus larangan pemerintah
dapat melakukan desentraliasi baik yang atas kepemilikan penuh oleh pihak
berkaitan dengan pengendalian, asing
pemasaran, produksi, dan produk. Hal ini 4) Mengatasi keterbatasan sumber
dilakukan dengan asumsi setiap negara daya finansial dan manusia serta
atau setiap daerah mempunyai karakteristik bahan baku untuk mengembangkan
yang berbeda-beda sehingga dibutuhkan kegiatan di tingkat internsional
strategi yang berbeda pula. Strategi mulri 5) Menawarkan pasar baru yang
domestik lebih realistik dan lebih potensial dan menarik
aplicable jika dibandingkan dengan global 6) Membangun basis ekspor di daerah
strategi. Strategi multi domestik regional setempat
mempunyai kelebihan yang yang tidak 7) Menjual teknologi secara efektif
dimiliki oleh global stategy yaitu Kelemahan dari Joint Venture ini
perusahaan dapat memanfaatkan adalah terbukanya kesempatan terjadinya
keunggulan komparatif (comparative Conflict of Interest dalam membuat
advantage) masing-masing negara. Jadi kebijakan investasi dan menghambat
perusahaan yang menerapkan penerapan kebijakan-kebijakan manufaktur
multidomestics strategy dapat dan pemasaran secara seragam di seluruh
menggabungkan keunggulan kompetitif dunia.Selain itu dengan Joint Venture akan
dengan keunggulan komparatif masing- sulit dilakukan pengendalian secara
masing negara. Multidomestik strategy mutlak, tertutupnya kebebasan sepenuhnya
lebih memungkinkan mendapatkan market untuk mengambil kebijakan produksi dan
share yang besar dan akan mempunyai pemasaran secara mutlak, serta penekanan
harga yang relatif murah dan mempunyai biaya pengendalian dan koordinasi.
daya saing tinggi.
f. Joint Venture (Kemitraan) Metode Penelitian
Aliansi ini banyak dilatarbelakangi a. Pendekatan Penelitian
kepentingan politis dan ekonomi dari Penelitian akan mengkaji
perusahaan-perusahaan yang go “bagaimanakah model usaha kecil yang
international. Joint Venture dibentuk tepat untuk memberdayakan masyarakat
dengan partnership agreement antar miskin melalui kelompok-kelompok usaha
foreign investor dan domestic investor yang disesuaikan dengan potensi ekonomi
untuk mendirikan perusahaan lokal yang yang ada di sekitarnya serta tingkat
masing-masing pihak berhak atas kemampuan yang dimilikinya”.
kepemilikan dan pengendalian perusahaan Berdasarkan permasalahan tersebut maka
dan dibebani risk sharing. Foreign pendekatan yang akan digunakan adalah
Investor biasanya memiliki keunggulan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh
pengetahuan, teknologi dan proses pendekatan kualitatif.
prosuksi, tetapi menghadapi keterbatasan- b. Metode Pengumpulan Data
keterbatasan dibidang sumber daya
8 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
Menurut cara memperolehnya, proses tahun dengan usia minimum 22 tahun dan
pengumpulan data terbagi menjadi dua maksimum 59 tahun. Jumlah rata-rata
yakni pengumpulan data primer dan keluarga mereka adalah 4 orang dalam satu
sekunder. Proses pengumpulan data keluarga. Lama usaha yang telah mereka
memegang peranan penting karena data tekuni rata-rata 8 tahun dengan lama usaha
menjadi tulang punggung dalam setiap minimum 1 tahun. Jumlah pekerja yang
studi. Proses Pengumpulan Data Primer, dipekerjakan oleh pengusaha UKM di
antara lain ditempuh dengan cara: (1) Lumajang rata-rata 4 orang.
Survey, (2) Review Kuesioner, (3) Tingkat pendidikan rata-rata responden
Wawancara. UKM antara lain adalah SMA 44%, S1
Data sekunder merupakan data yang 26%, SMP 14%, SD 8%, Diploma 6%.
telah dikumpulkan oleh pihak lain. Ada Status kependudukan responden UKM 36
dua macam data sekunder yang digunakan % adalah pendatang, mereka berasal dari
sebagai bahan analisa, yaitu data sekunder daerah sekitar Jawa Timur seperti
eksternal dan data sekunder internal. Data Lamongan, Madura, Madiun, Jember,
sekunder eksternal tersedia berbagai Ponorogo, Pasuruan, Banyuwangi dan
tempat misal : dari web internet, BPS yaitu Probolinggo. Sedangkan 64% adalah
data Kabupaten Lumajang Dalam Angka, berasal dari Lumajang.
Susenas, dan PDRB serta data dari Kantor Responden UKM yang pernah
Koperasi & UKM Kabupaten Lumajang. mendapatkan pembinaan hanya sebesar
c. Metode Pengolahan Data dan Analisis 28%, sedangkan 72% lainnya belum
Pengolahan data memegang peranan pernah mendapatkan pembinaan. Penjualan
yang sangat penting dalam penyajian rata-rata perbulan mereka adalah sebesar
informasi yang cepat dan akurat. Desain Rp.21.000.000 dengan biaya rata-rata
pengolahan data yang baik akan perbulan Rp.11.700.000,-. Responden
berpengaruh dalam kecepatan penyajian UKM di Lumajang 72% tidak memiliki
informasi dan kelengkapan informasi yang pinjaman, sedangkan 28% lainnya pernah
bisa disajikan. Tujuan dari desain memiliki pinjaman dari koperasi dan bank.
pengolahan data ini adalah untuk Tujuan responden UKM dalam mencari
menghasilkan model pengolahan data pinjaman 47,7% adalah untuk modal kerja
untuk model usaha kecil yang tepat dalam dan 40,9% lainnya adalah untuk investasi
usaha menangani problem kemiskinan di atau memperbesar usaha lama dan 11,4%
Lumajang dengan karakteristik mudah lainnya adalah karena kesulitan usaha.
diaplikasikan, mudah dikembangkan, Dilihat dari prospek peluang usaha
handal, dan mendukung penyajian masa mendatang 49% responden UKM
informasi yang akurat dan lengkap. yakin bahwa prospek usahanya sangat baik
Sesuai dengan tujuan studi ini secara , 28,6% responden memandang bahwa
umum analisis statistik ditujukan untuk usahanya bisa berkembang, sedangkan
mendeskripsikan / menampilkan beberapa 24% responden merasa sulit berkembang,
rekomendasi tentang model usaha kecil 2% responden merasa tidak bisa
yang tepat dalam usaha menangani berkembang. Faktor yang dibutuhkan
problem kemiskinan di Lumajang. dalam pengembangan usaha berkaitan
dengan aspek permodalan saat ini adalah
Hasil dan Pembahasan penambahan modal 44,9%, 38,8%
a. Gambaran Umum Karakteristik UKM membutuhkan pelatihan keterampilan,
Obyek Studi 10% memerlukan pelatihan
Pengusaha UKM di Lumajang kewirausahaan, 2% pelatihan manajemen,
didominasi oleh pria, 74 % pengusaha dan 4,1% menjawab membutuhkan semua
UKM adalah laki-laki dan 26 % lainnya aspek tersebut.
wanita. Usia pengusaha UKM rata-rata 39
9 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
Mengenai aspek permodalan, kendala Kabupaten Lumajang
yang dihadapi oleh responden UKM adalah Kebijakan yang telah dilakukan oleh
28,6% sulit mendapatkan pinjaman, 22,4% Pemerintah Kabupaten Lumajang berkait
lemah sistem administrasinya, 36,7% dengan pemberdayaan dan pengembangan
responden UKM lemah dalam hal sektor UKM adalah sebagai berikut: (1)
permodalan, dan 4,1% diakibatkan karena Pendataan Data Base sektor UKM secara
tingginya piutang dagang, sedangkan 8,2% bertahap, (2) Pemetaan / pendataan UKM
lainnya menjawab lemah disemua sektor. Unggulan, (3) Membentuk Kelompok
Kendala pengembangan usaha dalam aspek UKM, (4) Membangun sentra bisnis UKM,
pemasaran antara lain adalah 48% karena (5) Mengadakan pembinaan dan
persaingan antar pedagang, 36% karena bimbingan teknis.
sulit melakukan promosi, 14% karena tidak c. Pembahasan
memiliki tenaga pemasaran. Kendala Perekonomian Sektor Usaha Kecil dan
pengembangan usaha dalam aspek menengah (UKM) selama ini telah
operasional produksi antara lain adalah memainkan peran yang cukup strategis
45,8% karena mahalnya harga bahan baku, dalam mendorong laju pertumbuhan
29,2% kesulitan mendapatkan bahan baku, ekonomi baik nasional maupun regional.
12,5% karena rendahnya skill operasional, Bahkan dalam periode pasca krisis tetap
dan 4,2% karena Kontrol terhadap kualitas memperlihatkan kinerjanya sebagai katup
produksi kurang. pengaman perekonomian dengan
Dalam hal persaingan dengan produk menyediakan ragam lapangan usaha yang
impor untuk barang sejenis yang dijual luas bagi banyak tenaga kerja.
oleh UKM 65,9% merasa mampu bersaing, Dibanding usaha besar, kondisi UKM
20,5% merasa tidak mampu bersaing, memang lebih memiliki kekbalan yang
sedangkan 13,6% responden UKM yakin kuat terhadap krisis mata uang yang berupa
sangat mampu bersaing. Dalam hal kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap
pengelompokkan usaha, 22,4% tidak mata uang asing. Oleh karena itu, orientasi
setuju adanya pengelompokan usaha, pembangunan ke depan yang memberikan
53,1% setuju dengan adanya bobot lebih kepada pemberdayaan UKM,
pengelompokkan usaha, dan 24,5% sangat perlu memperoleh dukungan dari segenap
setuju adanya pengelompokkan usaha. masyarakat termasuk di dalamnya peran
Sehubungan dengan pertanyaan pemerintah dan para pelaku ekonomi
“apakah anda setuju bila dibangun sentra lainnya.
pasar berdasarkan jenis produk yang Selanjutnya, program perberdayaan
dihasilkan”, maka 50% responden UKM kelompok UKM perlu didukung sistem
menjawab setuju, tetapi 25% responden perencanaan yang lebih matang dan terarah
UKM lainnya menjawab tidak setuju dan untuk mewujudkan proses pembangunan
25% merasa sangat setuju. Dalam hal yang lebih merata dan adil bagi seluruh
pengadan bahan baku atau persediaan lapisan masyarakat. Untuk itu, perlu
barang dagangan ternyata 79,6% disusun suatu indikator makro sektoral
responden UKM tidak membangun yang dapat menunjukkan kinerja kelompok
hubungan khusus dengan pihak penyedia UKM dalam mendorong pertumbuhan
bahan baku sedangkan 20,4% lainnya ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan
menjalin hubungan khusus dengan pihak tingkat perkembangan usaha yang dapat
penyedia bahan baku. Penjelasan dari digunakan untuk evaluasi kinerja UKM
pernyataan ini adalah bahwa dalam dari tahun ke tahun.
penyediaan bahan baku atau persediaannya Dari gambaran umum obyek penelitian
responden UKM tidak terlalu tergantung tentang kondisi riil UKM yang ada maka
pada supplier. model pengembangan yang tepat adalah
b. Kebijakan Dinas Koperasi dan UKM dengan melalui:
10 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
(1) Strategi Pengembangan UKM untuk meningkatkan kemampuan pelaku
Salah satu upaya konstruktif dalam usaha kecil, menengah dan koperasi dalam
menyelaraskan dan meningkatkan peningkatkan nilai tambah ekonomis
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dengan dukungan para stakeholder
adalah dengan memberikan kesempatan pembangunan ekonomi. Sedangkan
kepada setiap individu dalam masyarakat sasarannya adalah terwujudnya Model
untuk mengoptimalkan segala kemampuan Penguatan Usaha Kecil Menengah yang
dan produktivitasnya dalam pengelolaan tepat dan produktif.
berbagai sumberdaya yang ada. Upaya ini Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan
tidak akan terealisasikan jika tingkat fasilitasi pengembangan kerjasama
pengangguran dan tenaga kerja yang (networking and sharing) kelembagaan
memiliki skill yang rendah, masih berada ekonomi (Usaha Kecil, Menengah dan
pada level yang tinggi. Instrumen Koperasi) adalah: Pertama, Inventarisasi
kebijakan yang biasanya diadopsi untuk dan evaluasi penumbuhkembangan jejaring
mengurangi tingkat pengangguran adalah dan kerjasama kelembagaan ekonomi di
ekspansi permintaan agregat (agregate masing-masing provinsi melalui kegiatan
demand) dan kebijakan industrialisasi, baik pertemuan koordinasi. Kedua,
dalam skala modal besar maupun skala inventarisasi/identifikasi potensi kerjasama
menengah. Bagaimana pun juga, kebijakan kelembagaan lintas sektor diarahkan pada
ini akan menjadi lebih efektif bila upaya menemu kenali berbagai potensi
perspektif yang digunakan adalah dalam sumberdaya yang ada untuk dijadikan
konteks pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai bahan kerjasama kelembagaan
dan pengembangan UKM (usaha kecil dan lintas sektor. Yang ketiga adalah fasilitasi
menengah). Hal ini akan memberikan pengembangan kerjasama kelembagaan
manfaat yang lebih besar pada sebagian ekonomi di wilayah pengembangan UKM
besar masyarakat Indonesia. Kondisi meliputi koordinasi antar pelaku usaha
makroekonomi dan ketidakseimbangan untuk menghasilkan komitmen dalam
eksternal, telah menyebabkan tidak adanya pengembangan usaha UKM. Yang
kemungkinan perluasan permintaan keempat. monitoring dan evaluasi
agregat domestic secara signifikan, juga pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan
akan memperkuat kebijakan tersebut. kegiatan mulai dari persiapan dan
(2) Pengembangan Kerjasama pelaksanaan.
Kelembagaan Usaha Kecil dan Untuk merealisasikan program ini
Menengah (UKM) dapat dilakukan langkah-langkah
Sebagai bagian dari upaya pelaksanaan kegiatan pengembangan UKM
pengembangan UKM menuju bentuk yaitu dengan :
kelembagaan yang lebih mapan dan o Identifikasi model penguatan UKM
strategic, maka diperlukan suatu di Lumajang;
pengembangan kerjasama kelembagaan o Penyusunan dan pembahasan
ekonomi yang tepat, terencana dan model pengembangan UKM.
sistematis. Pengembangan kerjasama o Monitoring dan evaluasi atas
kelembagaan diarahkan kepada adanya pembinaan yang telah
peningkatan nilai ekonomi dan strategik dilaksanakan.
usaha kecil menengah dalam kerangka o Melibatkan semua sektor pelaku
penciptaan kesejahteraan pelaku usaha di ekonomi (kemitraan) secara
sektor ini. Program ini juga selaras dengan terpadu.
upaya restrukturisasi perekonomian yang
lebih mantap dan tangguh.
Program pengembangan kerjasama Kesimpulan
kelembagaan ekonomi UKM bertujuan
11 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944
Taufik Mokhamad dan Hartono
Dari penelitian yang telah of Small Business Management,
dilakukan, permasalahan model vol.43, pp.138-154.
pengembangan UKM di Lumajang Tambunan, T. 2007, Development of
sebagai berikut : SMEsin a developing country: The
1. Pengembangan dan pembinaan Indonesian story, Journal of
terhadap Usaha Kecil dan Business and Entrepreneurship.,
Menengah (UKM) merupakan vol.19, pp.60-78.
salah satu solusi untuk mengatasi Tambunan, T. 2008, Trade Liberalization
masalah kesenjangan ekonomi dan effects on the development of small
kemiskinan di Lumajang. and medium-sized enterprises in
2. Model Sentra Klastering Indonesia : A case study, Asia-
merupakan pola pembinaan yang Pacific Development Journal vol.15
mampu meningkatkan daya saing pp.35-59.
dan produktivitas Usaha Kecil dan Weijland, H. 1999, Microenterprise
Menengah (UKM) serta diharapkan clusters in rural Indonesia:
dimasa akan datang dapat menjadi Industrial seedbed and policy
leading sector pengentasan target, World Development, vol.27,
kemiskinan di Lumajang. pp.1515-1530.
3. Pola pembinaan yang tepat dan
komprehensif bagi Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) adalah
pembinaan dengan model terpadu
(kolaboratif) dengan membangun
kemitraan antara UKM,
Pemerintah, pasar tradisional dan
pasar modern.

Daftar Pustaka
Supratikno, H. & Yuwono, P. 1994,
Promoting small scale and cottage
industries in Indonesia: An impact
analysis for Central Java, Bulletin
of Indonesian Economic Studies,
vol.30, pp.115-142.
Sato, Y. 2000, Linkage formation by small
firms: The case of a rural cluster in
Indonesia, Bulletin of Indonesian
Economic Studies, vol.36, pp.137-
66.
Shridharana, L. & Manimala, M., J 1999,
Promoting industrial cluster: review
of experiences in Europe, East
Asia, and India, The Journal of
Entrepreneurship vol.8, pp.165-
193.
Tambunan, T. 2005, Promoting small and
medium enterprises with a
clustering approach: A policy
experience from Indonesia, Journal

12 Jurnal WIGA .Vol.1 No.1 Maret 2011.ISSN No. 2088-0944

You might also like