You are on page 1of 10

english

1.spring:
  The characteristics of the spring occurs is:

  Plants were severely hit by the snow turned into beautiful.

  Eve in the spring of 60% and 40% cold heat.

Animals in the season that often emerge from the nest and activities. And often also
experience rainy weather

Spring is one of the four seasons in nontropical regions, the transition from winter to
summer.

2. Summer.
The characteristics of the Summer:

Beautiful plants turned into a regular plant.

Eve in the summer heat of 80% and 20% cold.


Animals in the summer activities.

  And sometimes the occurrence of storms and strong winds lso adda rain in the season.

Summer is one season in temperate countries. Depending on the location of a country, the
summer can occur at different times.

3.Autumn:
The characteristics of the Fall:

Plants commonly turned into wilted and began to fall.

  Eve in the fall of 60% cooler and 40% heat.

Animals in the season begin preparations to return to the nest.

And sometimes in the fall occurs if the weather will be dark and the atmosphere in the colors
of the season a little orange.

Autumn is one of the four temperate seasons, the transition from summer to winter.
4. Season the snow:
  The characteristics of the winter:

Plants that usually starts to fall out and barren is now beginning to be swamped with snow-
snow

  Eve in the winter of 80% and 20% heat.

  Animals in the season was asleep in the nest or perform activities in the hive

And often in the season frequent rain and sometimes snow blizzard.

Many snowman

Winter or winter is the coldest times of the earth.

Name:
Kholifatun nisa (19)
Qurrota A’ayuni (33)
Aqidah akhlak
Contoh karomah
 Kisah tiga orang yang terperangkap dalam goa, karena mereka tidak mampu
menggulingkan batu besar yang menutup pintu gua, lalu masing-masing bertawassul
dengan amal shalihnya pada waktu yang lalu, kemudian Allah membukakan pintu gua
tersebut, ini menunjukkan karomah orang beriman yang ikhlash beramal karena
Allah. (Shahih bukhari hadits no. 5517).
 Diantara karomah para wali yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah apa yang terjadi
pada Dzul Qornain yaitu seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan (artinya):
“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami
telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu.” (Al Kahfi :84)

Diantara karomah para wali juga apa yang terjadi pada kedua orang tua seorang anak
yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa mengatakan: “Mengapa
engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia tidak membunuh orang lain?”, yang
kemudian Khidhir menjawabnya: “Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya
adalah orang yang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan menariknya kepada
kesesatan dan kekafiran.” (Al Kahfi:74)

Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir tentang berita salafus shalih dari para
sahabat y, tabi’in, tabiut tabi’in dan generasi setelah mereka tentang perkara karomah
yang terjadi pada diri mereka.
 1. Menghidupkan yang sudah mati
Kisah Abu ‘Ubaid al-Bisri dalam sebuah peperangan ketika memohon kepada Allah untuk
menghidupkan kembali binatang yang dikendarainya, maka hiduplah binatang yang sudah
mati itu. Kisah Mifraj al-Dimamini ketika berkata kepada ayam yang dipanggang,
“Terbanglah!” Tiba-tiba ayam itu terbang. Kisah Syaikh al-Ahdai ketika memanggil seekor
kucing yang sudah mati, lalu kucing itu mendatanginya. Hikayat Syaikh ‘Abdul Qadir ketika
berbicara dengan ayam setelah ia menyantap dagingnya, “Bangunlah dengan izin Allah, Zat
Yang Menghidupkan tulang-tulang yang remuk,” tiba-tiba ayam itu bangkit kembali. Kisah
Syaikh Abu Yusuf al-Dahmani ketika mendatangi sesosok mayat, ia berkata, “Bangkitlah!
Dengan izin Allah,” lalu mayat itu berdiri dan hidup kembali dalam waktu yang cukup lama.
Kisah Syaikh Zainuddin al-Faruqi al-Syafi’i, guru besar Syam, yang diriwayatkan oleh Al-Subki
bahwa di rumah Syaikh Zainuddin, ada anak kecil yang jatuh dari atap lalu meninggal. Syaikh
Zainuddin kemudian berdoa kepada Allah, hingga akhirnya anak tersebut hidup kembali.
(Riwayat Syaikh Fathuddin Yahya, putra Syaikh Zainuddin) Al-Subki selanjutnya berkata,
“Tidak ada cara untuk menghitung cerita-cerita seperti ini karena banyaknya. Tetapi saya
atau mungkin juga orang lain belum yakin bahwa seorang wali bisa menghidupkan orang
yang sudah lama mati dan telah menjadi tulang belulang
kemudian mayat itu hidup untuk waktu lama. Hal ini belum pernah kami temui dan saya
tidak percaya hal itu bisa dilakukan oleh seorang wali, tetapi tidak diragukan bahwa kejadian
semacam itu pernah dilakukan oleh nabi-nabi Hal ini bisa terjadi melalui mukjizat bukan
dengan karamah. Seorang nabi sebelum tertutupnya pintu kenabian bisa menghidupkan
umat yang telah hancur beberapa abad, kemudian mereka hidup kembali untuk waktu lama.
Saya tidak percaya bahwa wali bisa menghidupkan Imam Syafi’i atau Imam Abu Hanifah lalu
keduanya hidup dalam waktu lama sebelum wali tersebut wafat atau bahkan hanya untuk
waktu singkat dan mereka bisa bergaul dengan orang yang hidup sebagaimana mereka
bergaul sebelum wafat.’
2. Dapat berbicara dengan orang mati
Karamah ini lebih banyak terjadi dibandingkan karamah sebelumnya. Misalnya kisah tentang
Abu Sa’id al-Kharazi r.a., Syaikh ‘Abdul Qadir r.a., dan golongan wali setelah mereka yakni
beberapa guru Syaikh Imam al-Walid, ayahanda dari Imam Taqiyuddin al-Subki.
3. Membelah dan mengeringkan laut, serta berjalan di atas air Karamah ini sering terjadi.
Syaikhul Islam dan pemimpin kaum
mutaakhirin, Taqiyuddin bin Daqiqil ‘Id juga telah mengalami hal ini
4. Merubah benda-benda
Diceritakan bahwa Syaikh ‘Isa al-Hatar al-Yamani pernah didatangi utusan seseorang yang
mengolok-oloknya dengan membawa dua bejana penuh arak. Kemudian Syeikh ‘Isa
menuangkan arak dari salah satu bejana ke wadah lainnya dan Syaikh berkata kepada murid-
muridnya, “Dengan menyebut nama Allah, makanlah!” Mereka lalu memakannya dan tiba-
tiba arak itu berubah menjadi mentega dan tidak terlihat sedikit pun warna maupun aroma
arak. Banyak orang menceritakan kisah semacam ini.
5. Melipat jarak bumi
Diceritakan bahwa beberapa wali berkumpul di Masjid Tharsus, mereka ingin sekali
mengunjungi Masjidil Haram. Mereka kemudian memasukkan kepala ke dalam saku masing-
masing. Ketika kepala mereka dikeluarkan, mereka sudah sampai di Masjidil Haram. Hikayat-
hikayat semacam ini sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, tidak ada yang
mengingkarinya, kecuali para pendusta.
6. Berbicara dengan benda mati dan binatang
Tidak diragukan hal ini sering terjadi Diceritakan bahwa Ibrahim bin Adham memanggil
sebatang pohon delima ketika ingin sekali me
makannya. Beliau memakannya, mulanya buahnya kecil, tetapi kemudian memanjang, dan
yang mulanya asam, menjadi manis. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun.
7. Menyembuhkan berbagai macam penyakit
Al-Sari menceritakan bahwa ia pernah bertemu dengan seorang laki-laki di sebuah gunung
yang dapat menyembuhkan cacat sebagian anggota badan, buta, dan penyakit lain.
Diceritakan pula kisah Syaikh ‘Abdul Qadir ketika berkata kepada seorang bocah yang
lumpuh, buta, dan sakit lepra, “Bangunlah dengan izin Allah.” Akhirnya bocah tersebut
bangun tanpa kesulitan.
8. Menundukkan binatang
Seperti hikayat Abu Sa’id bin Abu Khair al-Mihani yang menundukkan singa dan hikayat
Ibrahim al-Khawwash. Juga kemampuan menundukkan benda mati seperti hikayat Syaikhul
Islam ‘Izzuddin bin ‘Abdussalam yang menundukkan angin dalam peristiwa al-Faranji,
“Angin, bawalah mereka!”
9. Melipat waktu
10. Membentangkan waktu
Dua macam karamah di atas sulit dipahami, dan lebih baik kita menyerahkan
pemahamannya kepada para ulama. Hikayat-hikayat tentang keduanya cukup banyak.
11. Terkabulnya doa
Karamah macam ini sering terjadi dan kita juga sering menyaksikannya.
12. Mengendalikan lisan ketika berkata dan fasih bicaranya.
13. Memikat hati dalam majelis hingga mempengaruhi akhir keputusan yang diambil
14. Memberitahukan dan menyingkap hal-hal gaib. Karamah ini merupakan tingkatan yang
melampaui batas pengetahuan kita
15. Sabar atas ketiadaan makanan dan minuman dalam waktu yang cukup lama
16. Mengendalikan perubahan musim
Banyak orang menceritakan bahwa ada wali yang selalu diikuti hujan, diantaranya Syaikh
‘Abdul’Abbas al-Syathir (dari kelompok ulama mutaakhirin) yang pernah menjual hujan
dengan harga beberapa dirham. Banyak hikayat tentang karamah semacam ini, sehingga
tidak ada alasan untuk mengingkarinya.
17. Mampu memperoleh banyak makanan
18. Terjaga dari memakan makanan haram
Diceritakan bahwa Al-Harits al-Muhasibi mampu mencium aroma panas makanan yang
haram sehingga ia tidak jadi memakannya. Ada yang mengatakan tubuhnya bergerak-gerak
jika menemukan makanan haram. Syaikh Abu ‘Abbas al-Mursi juga mempunyai kemampuan
serupa.
19. Melihat tempat yang jauh dari belakang h ijab
Sebagaimana diceritakan bahwa Syaikh Abu Ishaq al-Syirazi mampu melihat Ka’bah, padahal
ia sedang berada di Baghdad.
20. Ditakuti
Orang yang menyaksikannya secara langsung bisa meninggal seperti sahabat Abu Yazid al-
Busthami, atau menjadi tidak berkutik di hadapannya, atau mengaku bahwa ia
menyembunyikan sesuatu darinya, dan lain-lain.
21. Allah mencegah kejahatan yang akan menimpa seorang wali dan mengubahnya menjadi
kebaikan, seperti yang terjadi antara Imam Syafi’i dan Khalifah Harun al-Rasyid.
22. Menampakkan diri dalam bentuk yang berbeda-beda
Dalam istilah sufi disebut alam mitsal (dunia penyerupaan). Mereka menetapkannya sebagai
dunia pertengahan antara dunia fisik dan dunia metafisik sehingga disebut alam mitsal, yakni
dunia yang lebih lembut daripada dunia fisik dan lebih kasar daripada dunia metafisik. Ruh
bisa mengambil bentuk dan menampakkan diri dalam bentuk yang bermacam-macam di
alam mitsal lalu menyerupai manusia, berdasarkan firman Allah, Maka ia (malaikat)
menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna (QS Maryam [19]: 17).
Diceritakan bahwa Qadhib al-Ban al-Musili, salah seorang Abdal, dituduh meninggalkan
shalat oleh seseorang yang belum pernah melihatnya. Ia tiba-tiba mengubah dirinya menjadi
beberapa bentuk lalu bertanya, “Dalam bentuk mana engkau melihatku tidak melakukan
shalat?”
Banyak kisah mengenai karamah semacam ini. Salah satu kisah yang disepakati oleh para
ulama Mutaakhirin adalah kisah tentang seorang sufi besar di Kairo yang berwudhu tidak
secara berurutan di madrasah Suyufiyyah. Kemudian ada orang menegurnya, “Wahai Syaikh,
wudhumu tidak berurutan.” Syaikh itu lalu menjawab, “Saya selalu berwudhu dengan urut,
kamu yang salah lihat.” Ia lalu mengambil tangan orang itu dan memperlihatkan Ka’bah
kepadanya.
Orang itu kemudian melewati Mekah dan melihat Syaikh itu ada di Mekah, dan ia tinggal di
sana beberapa tahun.
23. Allah memperlihatkan isi bumi kepada mereka Sebagaimana dalam hikayat Abu Turab,
ketika kakinya menjejak
bumi, tiba-tiba air memancar. Ibn al-Subki mengatakan, “Karamah ini terjadi sebagai berikut:
Allah menciptakan air tidak pada tempatnya, sementara bumi patuh pada kaki yang
menginjaknya.” Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang dilanda kehausan di tengah
perjalanan menunaikan ibadah haji, ia tidak menemukan seorang pun yang memiliki air. Ia
hanya menemukan seorang sufi sedang menyandarkan tongkat di suatu tempat, sementara
air memancar dari bawah tongkat itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknya dengan air
itu, kemudian ia menunjukkan sumber air itu kepada jamaah haji rombongannya, akhirnya
mereka memenuhi bejana yang mereka bawa dengan air tersebut.
24. Kemudahan para ulama untuk menyusun karya dalam waktu relatif singkat. Mereka
mampu menyusun banyak kitab di tengah kesibukan dalam bidang keilmuan sampai mereka
wafat, padahal untuk menuliskan kitab-kitab itu pun waktu yang ada tidak mencukupi
apalagi untuk mengarangnya. Hal ini termasuk karamah memanjangkan waktu seperti telah
kami sebutkan di muka. Para ulama sepakat bahwa umur Imam Syafi’i r.a. tidak cukup untuk
menyusun sepuluh kitabnya, padahal ia setiap hari menghatamkan Al-Qur’an sambil
merenungkannya. Dan setiap bulan Ramadhan ia khatam dua kali sehari padahal ia sibuk
mengajar, memberi fatwa, berpikir dan berzikir serta terkadang tertimpa sakit karena ia
terkena satu atau dua penyakit atau lebih, dan mungkin ia terkena tiga puluh macam
penyakit. Demikian juga yang terjadi pada Imam Haramain Abu Ma’ali al-Juwani r.a., bila
umur, karya-karya yang dihasilkannya, pertemuan-pertemuannya untuk pengajaran, dan
waktu zikirnya di majelis zikir yang tidak pernah terlewatkan dibandingkan, niscaya umurnya
tidak cukup untuk melakukan semua itu.
Banyak wali yang mampu menghatamkan Al-QurKan 8 kali setiap harinya. Imam Al-Rabani
Syaikh Muhyiddin al-Nawawi r.a. telah mengisi hidupnya untuk menyusun berbagai kitab,
padahal usia hidupnya tidak cukup untuk menuliskan kitab-kitab itu apalagi untuk
mengarangnya, ditambah lagi waktu untuk melakukan berbagai ibadah dan aktivitas lainnya.
Demikian juga Syaikh Imam al-Walid, ayahanda
dari Syaikhul Islam Imam Taqiyuddin al-Subki r.a. Jika waktunya untuk menyusun berbagai
kitab, ditambah dengan kegiatan ibadahnya, aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat,
mengajarkan ilmu, menuliskan fatwa, membaca Al-Qursan, dan kesibukannya dalam urusan
hukum dihitung, niscaya umurnya tidak cukup untuk melakukan sepertiga dari aktivitas-
aktivitasnya itu. Semua itu terjadi berkat Allah yang Maha Suci yang telah memberikan
berkah dan rahmat kepada para wali.
25. Menghilangkan pengaruh racun dan hal yang membahayakan.
Diceritakan bahwa pada sua tu hari seorang syaikh ditantang oleh seorang raja untuk
menunjukkan karamahnya, “Kalau Engkau tidak bisa menunjukkan hal yang luar biasa
kepadaku, maka aku akan membunuh murid-muridmu ini?” Saat itu, di dekat syaikh ada
kotoran unta, lalu syaikh berkata, “Lihatlah!” Tiba-tiba kotoran itu berubah menjadi emas. Di
sisi syaikh ada sebuah gayung tanpa air. Lalu ia mengambil gayung itu dan melemparkannya
ke udara. Sewaktu ia mengambilnya kembali, gayung itu sudah penuh air, padahal posisi
gayung itu terbalik tetapi tidak ada setetes air pun yang tumpah. Sang raja berkomentar, “Ini
sihir!” Selanjutnya raja menyalakan api besar, lalu memerintahkan murid-murid syaikh itu
memasukinya. Selesai mengelilingi api, masuklah syaikh dan beberapa muridnya ke dalam
api. Kemudian syaikh keluar lagi dari api itu dan menyambar putra kecil sang raja. Ia masuk
kembali ke dalam api dan menghilang selama satu jam sampai raja menduga anaknya ikut
terbakar. Kemudian Syaikh dan anak raja itu keluar sambil memegang apel dan delima. Sang
ayah bertanya, “Dari mana saja kamu?” Jawabnya, “Dari taman.” Berkomentarlah para
punggawa raja, “Ini dibuat-buat, tidak nyata.” Sang raja berkata kepada Syaikh itu, “Kalau
kamu bisa selamat minum segelas racun ini, maka aku akan mempercayaimu.” Syaikh itu
meminumnya, maka terkoyak-koyaklah pakaiannya. Hadirin lalu memberinya pakaian yang
lain, maka terkoyak-koyaklah kainnya. Demikian hal tersebut dilakukan berulang-ulang
hingga hancurlah pakaian syaikh tersebut hingga kelihatan ototnya. Tetapi racun yang
mematikan itu tidak berpengaruh apa-apa.
Selanjutnya Al-Subki menjelaskan, “Menurut perkiraan saya, karamah para wali lebih dari
seratus macam. Macam-macam karamah yang telah saya kemukakan di atas merupakan
bukti bagi orang yang meremehkan dan mengabaikannya. Semua karamah di atas telah
banyak diriwayatkan dan diceritakan dan telah tersebar pula khabar-khabar dan riwayat-
riwayat tentangnya. Jadi, selain kebenaran adalah
kesesatan, dan kalau bukan berupa penjelasan tentang hidayah berarti sia-sia. Orang yang
setuju tidak menyerah begitu saja, tetapi selalu meminta kepada Tuhannya untuk
menghubungkannya dengan orang-orang yang saleh. Mereka senantiasa berjalan di atas
jalan yang lurus. Kalau saya mencoba membatasi apa yang terjadi pada para wali, berarti
saya telah mempersempit jiwa kita dan menghabiskan banyak kertas.’ Imam’ Abdur Rauf al-
Munawi menuturkan dalam pendahuluan kitab Thabaqah al-Shugra tentang macam-macam
karamah dengan gaya bahasa yang berbeda. Meskipun pendapatnya tidak berbeda dengan
pendapat Muhyiddin Ibnu ‘Arabi dalam kitab Mawaqi’ al-Nujum, akan tetapi Al-Munawi
memberikan ringkasan, mengemukakan pendapat-nya sendiri, dan menolak pendapat yang
sudah ada.
Al-Munawi berkata, “Perlu diketahui bahwa tujuan Allah menampakkan karamah adalah
untuk menunjukkan keajaiban-keajaiban-Nya dan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-
Nya kepada wali tersebut yang akan menambah kecintaan wali kepada maqamnya dan
memperkuat tujuannya. Sebagaimana firman Allah, Agar kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami (QS Al-Isra’ [17]: 1). Maksudnya adalah, apabila
seorang wali telah menaati Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan memberikan karamah
kepadanya seperti kemampuan untuk mengetahui orang yang akan datang dari jarak jauh
atau melalui hijab yang tebal, melihat Ka’bah dari tempat yang jauh, menyaksikan alam gaib,
dan hal-hal luar biasa lainnya seperti yang dialami Nabi, sebagai penghormatan bagi orang
yang mengikuti dan mencintainya. Ia juga bisa menyaksikan alam malakut seperti malaikat,
alam jabarut seperti jin, dan alam ruh seperti Abdal dan Autad. Para malaikat adalah
makhluk yang difirmankan Allah sebagai, Mereka bertasbih malam dan siang tiada hentinya
(QS Al-Anbiya’ [21]: 20). Apa anggapanmu terhadap orang yang menjadi teman para
malaikat yang tidak pernah lalai. Ia pasti orang yang selalu berzikir dan merenungi
kekurangan dirinya dengan menjalankan berbagai ketaatan untuk mendapatkan kedudukan
yang tinggi dan menyaksikan {musyahadah) Yang Maha Agung dan Mulia, dan teman yang
menyelamatkan dari kejahatan. Adapun alam ruhani bisa disaksikan oleh setiap orang yang
mempunyai sifat seperti malaikat yang teguh dan sungguh-sungguh menaati perintah Allah
serta mempunyai sifat-sifat yang sempurna seperti Nabi Khidir a.s. dan lain-lain. Tidakkah
kau lihat Ibrahim al-Khawwas ketika bertemu dengan Khidir, ia menjadikan pertemuan itu
sebagai bentuk penghormatan.
Lalu ia bertanya kepada Khidir, ‘Bagaimana aku bisa melihat engkau?’ Khidir menjawab, Itu
karena kebaikanmu terhadap ibumu.'”
Masih menurut Al-Munawi, pertemuan dengan makhluk-makhluk Allah yang mulia harus
kita yakini sebagai perhatian Allah kepada kita, karena Allah-lah yang telah mempertemukan
kita dengan makhluk-Nya yang taat dan khawwash, yaitu makhluk yang Dia cintai dan
mereka mencintai-Nya. Tidak akan sengsara orang yang menjadi teman mereka karena
mereka adalah orang-orang yang telah terlepas dari unsur-unsur tanah dan keluar dari
kejelekan-kejelekan sifat manusia. Cahaya perlindungan Allah telah mematangkan sifat-sifat
ketanahan mereka yang baik, terberkati, lurus, dan bercampur dengan sifat-sifat yang
lembut, lalu mengeluarkan mereka dari asal mula mereka untuk mencapai alam yang tinggi.
Sehingga pada akhirnya kebiasaan-kebiasan mereka menjadi luar biasa. Apabila manusia
memiliki sifat-sifat malaikat, maka ia akan keluar dari kebiasaan manusia dan muncul darinya
keajaiban seperti yang dimiliki malaikat hasil dari musyahadatnya. Kebanyakan manusia
seperti itu tidak bisa dilihat oleh mata sebab terhalang oleh sesuatu, bisa dirasakan tetapi
tidak bisa dilihat, mampu berjalan di atas air, terbang di udara, tidak terlihat, dan mampu
berubah bentuk seperti alam ruhani, seperti Khidir a.s. yang bisa menjelma menjadi bentuk
yang ia inginkan.
Al-Munawi menjelaskan lagi, “Ketahuilah bahwa manusia bisa berpindah dari menyaksikan
alam malakut yang ada di luar dirinya untuk melihat keadaan alam khusus tersebut. Melihat
di sini artinya terbuka mata batinnya sehingga tersingkaplah baginya rahasia hakikat dan
tampaklah cahaya yang suci, yakni tersingkapnya selubung hati sehingga maksud-maksud
ilahiah dan rahasia-rahasia hakikat menjadi jelas. Hal itu menjelma dalam cermin imajinasi
penglihatan sehingga mata batin bisa melihatnya yang pada akhirnya tampak kepadanya hal-
hal gaib dan apa yang tersembunyi dalam hati. Apabila hijab (penghalang) mata hati telah
tersingkap dan tutupnya telah terbuka, maka orang akan mampu mengetahui getaran-
getaran hati yang baik dan yang buruk. Oleh karena itu, apabila seorang wali mau, niscaya ia
bisa menunjukkan kemampuannya itu dan apabila tidak dia akan menutupinya sesuai
kondisi, waktu, dan kemaslahatan. Berdasarkan hal ini, ada sebagian wali yang mampu
menyingkap hal-hal gaib, dan sebagian lain mampu menandai sifat-sifat orang lain dalam
cermin hatinya karena kesuciannya. Hal itu berlaku bagi orang yang melepaskan keinginan-
keinginan duniawi. Dan apabila ia menemukan keinginan yang tidak sesuai dengan
maqamnya, maka ia tahu bahwa itu adalah keinginan orang-orang yang ada di hadapannya.
Sebagian wali tidak mengetahui itu keinginan siapa, maka ia berbicara tentang ciri-ciri orang
yang sesuai dengan keinginan tersebut. Dan sebagian lagi mengetahui siapa yang
menginginkannya, sehingga langsung menyatakannya kepada orang yang dimaksud. Pangkal
pengetahuannya adalah bahwa pada dasarnya antar hati itu ada hubungan. Apabila terlintas
dalam hati syaikh atau murid sesuatu yang jelek maka muncullah asap yang membentuk
awan gelap dalam hati Syaikh. Apabila syaikh sedang berhadapan dengan orang yang
mempunyai keinginan jelek, maka asapnya semakin tebal, dan apabila ia memalingkan
wajah darinya maka asap itu menghilang. Apabila terlintas sesuatu yang baik maka asap itu
menjadi asap yang lembut dan berbau harum di hidungnya. Keadaan itu terjadi apabila
orang yang menginginkannya ada di hadapannya. Apabila tidak ada, maka seperti ahli
ma’rifa t yang berdiam diri di sebuah masjid dan pada saat yang sama keluarganya atau
orang lain menginginkan makanan tertentu. Tiba-tiba makanan itu ada di hadapannya,
padahal ia tidak menginginkannya. Tahulah ia bahwa ia tidak menginginkan makanan itu
untuk dirinya, maka ia memberikan dan mengirimkannya kepada orang yang
menginginkannya.”
Termasuk kategori mukasyafah yang halus adalah terbersitnya suatu keinginan dalam hati
seorang wali, lalu di bajunya muncullah tanda bahwa keinginannya itu diperintahkan atau
dilarang oleh Allah. Sebagaimana yang dialami Abu Madyan r.a. ketika ingin menceraikan
istrinya, Abu ‘ Abbas al-Khasyab melihat tulisan di baju Syaikh Abu Madyan, “Pertahankan
istrimu!” Dan seperti yang dialami Ibnu ‘Arabi r.a. ketika sibuk menyusun sebuah kitab, ada
yang berkata kepadanya, “Tulislah bab yang sulit dipahami ini.” Setelah itu, ia tidak tahu apa
yang akan dituliskannya dan bingung sesaat. Seteleh kebingungannya hilang, ia melihat
papan bertangkai yang bercahaya di hadapannya, di atasnya terdapat tulisan hijau
bercahaya, kemudian papan itu hilang.

You might also like