You are on page 1of 63

AKUNTANSI PERPAJAKAN

Daniel Peterson, SE.,Ak.,M.Ak.,CA.,BKP


OUTLINE
• Proses Akuntansi &
Pembukuan untuk
Pajak
• Akuntansi Pajak
Penghasilan (PSAK
46)
• Revaluasi Aset Tetap
• Akuntansi Sewa
Guna Usaha
PROSES AKUNTANSI DAN
PEMBUKUAN UNTUK PAJAK
ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSTRAINTS
1. Economic entity 1. Measurement 1. Cost
2. Going concern 2. Revenue recognition 2. Materiality
3. Monetary unit 3. Expense recognition
Third
level
4. Periodicity 4. Full disclosure
5. Accrual

QUALITATIVE
CHARACTERISTICS ELEMENTS
1. Fundamental 1. Assets
qualities 2. Liabilities Second level
2. Enhancing 3. Equity
qualities 4. Income
5. Expenses
Illustration 2-7
Framework for Financial
Reporting OBJECTIVE
Provide information
about the reporting
entity that is useful
to present and potential First level
equity investors,
lenders, and other
creditors in their
capacity as capital
Chapter Providers. LO 2 Describe efforts to construct
2-4 a conceptual framework.
Second Level: Fundamental Concepts

Illustration 2-2
Hierarchy of Accounting
Qualities

Chapter
2-5 LO 4 Identify the qualitative characteristics of accounting information.
Second Level: Basic Elements

Chapter
2-6 LO 5 Define the basic elements of financial statements.
Debits and Credits Summary
Liabilities
Debit / Dr. Credit / Cr.
Normal Normal
Balance Balance
Debit Credit Normal Balance

Assets Chapter

Equity
3-24

Debit / Dr. Credit / Cr.


Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance
Normal Balance

Chapter

Expense
3-23

Revenue
Chapter
3-25

Debit / Dr. Credit / Cr.


Debit / Dr. Credit / Cr.

Normal Balance
Normal Balance

Chapter
3-27 Chapter
3-26

Slide
3-7 LO 2 Explain double-entry rules.
Debits and Credits Summary
Statement of Financial Position Income Statement

Asset = Liability + Equity Revenue - Expense =

Debit

Credit

Slide
3-8
LO 2 Explain double-entry rules.
The Accounting Cycle
Illustration 3-6
Transactions

9. Reversing entries 1. Journalization

8. Post-closing trail balance 2. Posting

7. Closing entries 3. Trial balance

Work
6. Financial Statements Sheet 4. Adjustments

5. Adjusted trial balance

Chapter
2-9 LO 3 Identify steps in the accounting cycle.
1. Journalizing

General Journal – a chronological record of transactions.


Journal Entries are recorded in the journal.

September 1: Shareholders invested $15,000 cash in the


corporation in exchange for ordinary shares.
Illustration 3-7

Slide LO 4 Record transactions in journals, post to


3-10 ledger accounts, and prepare a trial balance.
2. Posting
Posting – Transferring amounts from journal to ledger.

Illustration 3-8

Slide
3-11 LO 4
3. Trial Balance
Illustration 3-19

Trial Balance –
A list of each
account and its
balance; used
to prove
equality of debit
and credit
balances.

Slide LO 4 Record transactions in journals, post to


3-12 ledger accounts, and prepare a trial balance.
4. Adjusting Entries

Makes it possible to:

Report on the statement of financial position the


appropriate assets, liabilities, and equity at the statement
date.
Report on the income statement the proper revenues and
expenses for the period.
 Revenues are recorded in the period in which they are
earned.
 Expenses are recognized in the period in which they are
incurred.

Slide
3-13
LO 5 Explain the reasons for preparing adjusting entries.
Types of Adjusting Entries

Illustration 3-20

Deferrals Accruals

1. Prepaid Expenses. 3. Accrued Revenues.


Expenses paid in cash and Revenues earned but not
recorded as assets before yet received in cash or
they are used or consumed. recorded.

2. Unearned Revenues. 4. Accrued Expenses.


Revenues received in cash Expenses incurred but not
and recorded as liabilities yet paid in cash or recorded.
before they are earned.

Slide
3-14
LO 5 Explain the reasons for preparing adjusting entries.
5. Adjusted Trial Balance

Illustration 3-33
Shows the balance of all
accounts, after adjusting
entries, at the end of the
accounting period.

Slide
3-15
LO 5
6. Preparing Financial Statements
Illustration 3-34

Slide
3-16 LO 6
6. Preparing Financial Statements
Illustration 3-35

LO 6
Slide
3-17
7. Closing Entries
Illustration 3-36

Slide
3-18
LO 7
8. Post-Closing Trial Balance

Illustration 3-38

Slide
3-19 LO 7 Prepare closing entries.
9. Reversing Entries

After preparing the financial statements and


closing the books, a company may reverse
some of the adjusting entries before
recording the regular transactions of the next
period.

Slide
3-20
LO 7 Prepare closing entries.
Illustration of Reversing Entries—Accruals
Illustration 3B-1

Slide
3-21
LO 9 Identifying adjusting entries that may be reversed.
Illustration of Reversing Entries—Deferrals
Illustration 3B-2

Slide
3-22
LO 9 Identifying adjusting entries that may be reversed.
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 29 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA dan


INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
Untuk periode Tahun Pajak tersebut
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YG MELAKUKAN


KEGIATAN USAHA WAJIB PAJAK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, PEREDARAN BRUTO BADAN
DALAM SATU TAHUN >= 4,8 MILIAR

DI INDONESIA

WAJIB
MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
KEWAJIBAN PEMBUKUAN TAHUN PAJAK 2009 - DST
Pasal 28 ayat (1) UU KUP Jo. Pasal 14 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008

KEWAJIBAN PEMBUKAN

Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang


lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, kecuali peraturan perundang-undang perpajakan
menentukan lain (Pasal 28 ayat 7 UU KUP No.28 Tahun 2007)
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PEMBUKUAN
TETAPI WAJIB PENCATATAN UNTUK TAHUN 2009 - DST
Pasal 28 ayat (2) UU KUP

TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI


WAJIB MELAKUKAN PENCATATAN

WP ORANG PRIBADI
YANG MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA/
WP ORANG PRIBADI
PEKERJAAN BEBAS YANG TIDAK MELAKUKAN
KEGIATAN USAHA
ATAU
PEKERJAAN BEBAS
YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG
PENGHASILAN NETO DGN MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO  PEREDARAN
BRUTONYA DALAM 1 (SATU) TAHUN KURANG
DARI Rp 4.800.000.000,00 (Ps. 14 ayat (2) UU
PPh No.36 Th 2008)
SYARAT PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (3), (4), (5), (7) UU KUP

 Harus memperhatikan itikad baik;


 Mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya;
 Diselenggarakan di Indonesia;
 Huruf latin;
 Angka Arab;
 Satuan mata uang Rupiah;
 Bahasa Indonesia atau Bahasa Asing yang diizinkan Menteri Keuangan
yaitu bahasa Inggris;
 Diselenggarakan dgn prinsip taat asas dan dgn stelsel akrual atau stelsel
kas;
 Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,kewajiban,
modal, penghasilan & biaya, serta penjualan & pembelian (sehingga
dapat dihitung besarnya pajak yang terutang).
PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN/ATAU METODE PEMBUKUAN
Pasal 28 ayat (6) UU KUP

PERUBAHAN

METODE PEMBUKUAN,
misal :
 Pengakuan Penghasilan
TAHUN BUKU & biaya
 Metode Penyusutan
Aktiva Tetap
 Metode Penilaian Persediaan

 Harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Pajak


 Diajukan sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan alasan-
alasan perubahan
PENGERTIAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (9) UU KUP

PENGUMPULAN DATA SECARA TERATUR


tentang
 Peredaran atau penerimaan bruto dan
atau;
 Penghasilan bruto

SEBAGAI DASAR UNTUK


MENGHITUNG JUMLAH PAJAK TERUTANG,
(termasuk Penghasilan yg bukan objek pajak
dan atau yg dikenakan pajak yg
bersifat final)
KEWAJIBAN PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN
Pasal 28 ayat (11) UU KUP

PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN YANG MENJADI DASAR


PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN & DOKUMEN LAIN TERMASUK
PEMBUKUAN SECARA ELEKTRONIK/PROGRAM APLIKASI ONLINE

SELAMA 10 TAHUN
DI INDONESIA

BADAN ORANG PRIBADI

Tempat Kegiatan
Tempat Kedudukan atau
Tempat Tinggal
KEGIATAN PENCATATAN
Pasal 28 ayat (12) UU KUP dan Peraturan Menkeu
(Keputusan Dirjen Pajak KEP-520/PJ./2000)

1. WP OP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN


PENCATATAN BEBAS YANG DIPERBOLEHKAN MENGHITUNG PENGHASILAN
WAJIB NETO DENGAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
DILAKUKAN 2. WP OP YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAAN BEBAS

SYARAT PENCATATAN

1. PENCATATAN HARUS DIBUAT LENGKAP DAN BENAR


2. DIDUKUNG DENGAN DOKUMEN ;
* YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN PEREDARAN ATAU
PENERIMAAN BRUTO DAN ATAU PENGHASILAN BRUTO
* PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PAJAK DAN ATAU
* PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
FINAL
3. JANGKA WAKTU PENCATATAN MELIPUTI JANGKA WAKTU 12 BULAN
MULAI TANGGAL 1 JANUARI SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 DESEMBER
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
(PSAK 46)
Latar Belakang

• Koreksi Fiskal  Lap Keu Fiskal


• Lap Keu Komersial…..????
• Lap Keu Komersial tidak dapat menggambarkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan
perlakuan akuntansi dan fiskal
• Diperlukan PSAK 46
AKUNTANSI PPh
Accounting
Process PSAK dkk
Peraturan
Perpajakan

Neraca
REKONSILIASI Rugi Laba
Rugi Laba FISKAL SPT
FISKAL
KOMERSIAL

PPh
Terhutang
Beda Koreksi + Beda
Tetap Koreksi - Waktu

Pajak Tangguhan

Pajak Kini
REKONSILIASI FISKAL

BEDA TETAP
BEDA WAKTU
KOMERSIAL FISKAL
Perbedaan periode
•Bukan Objek Pajak
Penghasilan pengakuan penghasilan
•Dikenakan PPh Final
dan
alokasi pembebanan
Bukan Penghasilan Objek Pajak

Biaya Bukan Biaya

Bukan Biaya Biaya


Berpengaruh pada
tahun berjalan dan
Tahun mendatang

Berpengaruh pada tahun berjalan


Pengaruh Beda Waktu Terhadap Pajak Terutang

2009 2010 2011 2012 Jumlah


KOMERSIAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 100 100 100 100 400
Laba 200 200 200 200 800
PAJAK 56 56 56 56 224
FISKAL
Penghasilan 800 800 800 800 3200
Biaya
- Lain-lain 500 500 500 500 2000
- PENYUSUTAN 200 100 50 50 400
Laba 100 200 250 250 800
PAJAK 28 56 70 70 224

Pajak Tertangguh 28 0 (14) (14) 0


Pengaruh Beda Waktu Terhadap Pajak Terutang

Pajak Pemulihan
tangguhan Pajak tangguhan

70
Jumlah pajak

56

28

Periode waktu
DEFFERED TAX ASSET (DTA)

• DTA merefleksikan adanya jumlah PPh yang dapat


diperoleh kembali(refundable) pada periode
mendatang sebagai akibat adanya“deductible
temporary differences”

• Laba fiskal saat ini > laba akuntansi saat ini

• Laba fiskal myad < laba akuntansi myad


Jurnal DTA

Dr. Beban Pajak– Pajak Sekarang ( Tax Expense –Current)


Dr. Aktiva–Pajak Tangguhan ( Deffered Tax Asset)
Cr. Hutang Pajak Penghasilan (Income Tax Payable)
Cr. Penghasilan Pajak Tangguhan ( Deffered Tax Income)
DEFFERED TAX LIABILITIES (DTL)
• DTL merefleksikan adanya“future tax liability”
dalam bentuk kenaikan PPh terutang pada
periode mendatang sebagai akibat adanya
”taxabletemporary difference” pada tanggal
neraca

• Laba fiskal saat ini < laba akuntansi saat ini

• Laba fiskal myad > laba akuntansi myad


Jurnal DTL

Dr. Beban Pajak – Pajak Sekarang ( Tax Expense –Current)


Dr. Beban Pajak – Pajak Tangguhan ( Tax Expense – Deffered)
Cr. Hutang Pajak Penghasilan (Income Tax Payable)
Cr. Kewajiban Pajak Tangguhan ( Deffered Tax Liabilities)
REVALUASI AKTIVA TETAP
(PMK-79/2008)
Revaluasi Ak. Komersial Ak. Pajak
PSAK 16 R 79/PMK.03/2008
Aktiva Tetap
Akurasi
Tujuan Perpajakan
Revaluation model

Kapan saja
Kapan Setiap ada perbedaan Paling cepat
signifikan antara nilai 5 tahun sekali
Pasar dg nilai buku

Penilai Tidak perlu penilai Penilai yg diakui


Yg diakui pemerintah pemerintah

Minimal 1 kelompok Seluruh aktiva


Aktiva yg dinilai Kecuali tanah
Aktiva sejenis
(boleh Ya boleh tidak)

Selisih revaluasi
Kewajiban Tidak ada kewajiban
Dikenakan
perpajakan
PPh final 10%
Dasar Penyusutan Aktiva yg Direvaluasi

BULAN
Dasar penyusutan lama Revaluasi Nilai revaluasi

Masa manfaat penuh


CAPITAL GAIN
Terutang PPh Final
10% X Capital gain

Nilai Revaluasi
-/-
Nilai Buku Lama Dapat diangsur 12 bulan

Dibukukan pada perkiraan


Nilai Revaluasi Modal dg nama
-/- “Selisih lebih Penilaiaan
Nilai Buku Lama Kembali Aktiva Tetap”
Komersial

Pemberian saham bonus


Bukan objek pajak*
Pengalihan Aktiva yg direvaluasi

Kel 1
4 th

8 th
Kel 2

Kel 3, 4
Tanah & 10 th
bangunan
Dikenakan PPh Final
capital gain X (tarif tertinggi -10%)
Kecuali:
Force majeur : kep pemerintah/pengadilan
penggabungan,eleburan, pemekaran
Kerusakan berat
AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA
SEWA-GUNA-USAHA (LEASING)

KMK Nomor: 1169/KMK.01/1991


Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing)
Ketentuan Umum
 Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara
sewa-guna-usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh Lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
Ketentuan Umum
 Lessor adalah perusahaan pembiayaan
atau perusahaan sewa-guna-usaha yang
telah memperoleh izin usaha dari
Menteri Keuangan dan melakukan
kegiatan sewa-guna-usaha.
 Lessee adalah perusahaan atau
perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari Lessor
Ketentuan Umum
 Opsi adalah hak Lessee untuk membeli
barang modal yang disewa-guna-usaha
atau memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha
Sewa Guna Usaha

Finance Lease Operating Lease


(Dengan Hak Opsi) (Tanpa Hak Opsi)
Operating Lease
Penjual

LESSEE

4
Barang modal Barang modal

LESSOR
Uang sewa 2
3
1
Pembelian
Financial Lease
Penjual

LESSEE

4 Barang modal
5
Barang modal
LESSOR
3 2
Angsuran
Hak opsi (pokok+bunga) 1
Kepemilikan
berpindah ke Pembelian
lease
Finance Lease
a. Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha
selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal,
harus dapat menutup harga perolehan barang
modal dan keuntungan lessor;
b. Masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal
Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk
Golongan bangunan → Tunduk Pada
Ketentuan Pasal 11 UU PPh
c. Perjanjian sewa-guna-usaha memuat
ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Operating Lease

 Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha


selama masa sewa-guna-usaha pertama
tidak dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang disewa-guna-
usahakan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor;
 Perjanjian sewa-guna-usaha tidak
memuat ketentuan mengenai opsi
bagi lessee.
Sewa Guna Usaha

Finance Lease Operating Lease


(Dengan Hak Opsi) (Tanpa Hak Opsi)

Dikecualikan dari
Terhutang PPN
Pengenaan PPN
FINANCE LEASE - Perlakuan PPh LESSOR

Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari


pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa
imbalan jasa sewa guna usaha

lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang


disewa-guna-usahakan dengan hak opsi

dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan,
Dirjen Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor

lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah
2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha
dengan hak opsi

kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata


tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang
ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan
FINANCE LEASE - Perlakuan PPh LESSOR

dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu


tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani
untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya
dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila
cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya
dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan
dari penghasilan bruto.
FINANCE LEASE - Perlakuan PPh LESSEE

selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan


atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee
menggunakan hak opsi untuk membeli

setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal


tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah
nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan

pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee


kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha
tersebut memenuhi ketentuan

dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan
dalam Pasal 3 Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi
atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.
FINANCE LEASE - Perlakuan PPh LESSEE

Lessee tidak memotong PPh Pasal 23


atas pembayaran
sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang
berdasarkan
perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi.
OPERATING LEASE - Perlakuan PPh LESSOR

seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi


yang diterima atau diperoleh lessor merupakan
obyek Pajak Penghasilan

lessor membebankan biaya penyusutan atas


barang modal yang disewa-guna-usahakan tanpa
hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 beserta
peraturan pelaksanaannya.
OPERATING LEASE - Perlakuan PPh LESSEE

pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang


dibayar atau terutang oleh lessee adalah
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

lessee wajib memotong PPh Pasal 23


atas pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi
yang dibayarkan atau terutang kepada lessor

You might also like