Professional Documents
Culture Documents
Oseana Xxxii (2) 29-41 PDF
Oseana Xxxii (2) 29-41 PDF
id
Oleh
Afdal 1 )
ABSTRACT
29
30
industri perminyakan (petroleum), dan gas hilang dari atmosfer akibat pelapukan
alam akan melepaskan karbon yang sudah silikat. Kedua proses kimia ini yang saling
tersimpan selama jutaan tahun di dalam berkebalikan ini akan memberikan hasil
geosfer. Hal inilah yang merupakan penjumlahan yang sama dengan nol dan
penyebab utama naiknya jumlah karbon tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon
dioksida di atmosfer. dioksida di atmosfer dalam skala waktu
yang kurang dari 100.000 tahun.
4. Produksi semen. Salah satu komponennya,
yaitu kapur atau gamping atau kalsium
oksida, dihasilkan dengan cara
SIKLUS KARBON GLOBAL
memanaskan batu kapur atau batu gamping
yang akan menghasilkan juga karbon
Konsentrasi dari bahan bakar fosil
dioksida dalam jumlah yang banyak.
CO2 yang di serap oleh samudera dan yang
5. Di permukaan laut yang lebih hangat, diambil oleh daratan dapat dihitung dari
karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke perubahan pada konsentrasi CO2 dan O2 di
atmosfer. atmosfer. Budget karbon global berdasarkan
pada pengukuran CO2 dan O2 untuk 1980 dan
6. Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi 1990 ditunjukkan pada Tabel 1. Manusia
akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas mempengaruhi fluks karbon di antara ke-tiga
tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, "reservoir" (atmosfer, samudera, dan biosfer
dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang terestrial) dengan memberikan gangguan yang
dilepas ke atmosfer secara kasar hampir kecil tapi berpengaruh besar terhadap siklus
sama dengan jumlah karbon dioksida yang global (Gambar 1).
31
Panah yang tebal menunjukkan fluks produksi CaCO 3 oleh organisme laut
yang paling utama dari titik keseimbangan CO2 mengakibatkan separuh DIC dari sungai
di atmosfer yaitu produksi primer kotor dan kembali ke atmosfer dan setengahnya lagi
respirasi oleh biosfer daratan, dan pertukaran mengendap dalam sedimen dasar laut yang
fisik antara atmosfer dan laut. Perubahan yang merupakan awal pembentukan batu karang
terus menerus ini kira-kira seimbang setiap karbonat (SCHLESINGER, 1990). Gambar 1
tahun, tetapi ketidakseimbangannya dapat juga menunjukkan proses dengan skala waktu
mempengaruhi konsentrasi CO2 atmosfer secara yang lebih panjang yaitu penguburan material
signifikan dari tahun ke tahun. Panah yang tipis organik sebagai fosil karbon organik (termasuk
menandakan fluks alami tambahan (bentuk yang bahan bakar fosil), dan luaran gas CO2 sampai
terlarut untuk fluks karbon sebagai CaCO3) yang pada proses tektonis (vulcanism). Emisi dalam
cukup penting pada skala waktu yang lebih kaitannya dengan vulkanisme diperkirakan 0,02
panjang. Fluks 0,4 PgC/th dari CO2 atmosfer sampai 0,05 PgC/th (BICKLE, 1994).
melalui tumbuh-tumbuhan ke karbon tanah kira- Pembakaran bahan bakar fosil dan
kira seimbang pada skala waktu beberapa perubahan penggunaan lahan menjadi proses
millenium oleh ekspor organik karbon terlarut antropogenik utama yang melepaskan CO2 ke
(DOC) di sungai (SCHLESINGER, 1990). atmosfer. Hanya sebagian dari CO2 ini yang
Lebih lanjut fluks 0,4 PgC/th dari anorganik tinggal di atmosfer, sisanya diserap oleh daratan
karbon terlarut (DIC) diperoleh dari kerusakan (tanah dan tumbuh-tumbuhan) atau oleh
karena hujan CaCO3, yang mana penyerapan samudera. Penyerapan komponen ini
CO2 dari atmosfer dalam perbandingan 1:1. menyebabkan ketidak-seimbangan fluks dalam
Fluks dari DOC dan DIC secara bersamaan di dua jalur alami yang besar yaitu antara samudera
bawa oleh aliran sungai sebanyak 0,8 PgC/th. dan atmosfer dan antara atmosfer dan daratan
Di samudera, DOC dari sungai berespirasi dan (IPCC, 2001).
dilepaskan kembali ke atmosfer, sedangkan
32
33
34
Penyerapan C02 oleh samudera sangat ekspor global berkisar antara 1 0 - 2 0 PgC/th
tergantung pada tinggi rendahnya suhu, (FALKOWSKI et al., 1998 dan LAWS et al.,
sehingga transfer panas antara udara dan laut 2000). Suatu perkiraan alternatif untuk produksi
berpengaruh pada pola regional dan musiman ekspor global adalah 11 PgC/th yang diperoleh
dari transfer CO2. Permukaan air yang dingin dengan menggunakan suatu model terbalik data
cenderung lebih mudah menyerap CO 2 , fisika dan kimia dari samudera-samudera di
sedangkan permukaan laut yang hangat dunia (SCHLITZER, 2000). Hanya sebagian
menyebabkan hal yang sebaliknya dimana kecil (± 0,1 PgC) produksi ekspor yang
permukaan laut akan lebih mudah melepaskan mengendap pada sedimen, pengendapan yang
gas CO2 ke atmosfer. Daerah hangat (perairan paling besar terjadi di perairan pantai
tropis) dan dingin (perairan kutub) ini (GATTUSO et al., 1998). Respirasi
dihubungkan oleh sirkulasi atau aliran arus laut Heterotropik di lapisan dalam mengkonversi
yang oleh para ilmuwan disebut sebagai Sabuk sisa organik karbon kembali ke DIC. Pada suatu
Laut. Fungsi sabuk laut ini adalah mendorong waktu DIC ini terangkat kembali ke lapisan
air laut yang sudah dipanaskan oleh matahari permukaan samudera dan kembali ke
di wilayah tropik ke daerah yang lebih dingin keseimbangan CO2 atmosfer. Mekanisme ini,
di daerah kutub. Proses sebaliknya juga terjadi, sering dikenal sebagai "pompa biologis" (IPCC,
yaitu air dingin di Artik dan Antartika dibawa 2001).
ke daerah tropik untuk dipanaskan (NOAA, Organisme laut seperti kerang juga
2007). membentuk cangkangnya dari kalsium karbonat
Di samping adanya sabuk laut, proses padat (CaCO 3 ) yang tenggelam atau
biologi juga ikut memandu distribusi regional terakumulasi pada sedimen, terumbu karang dan
dan musiman dari fluks CO2. Produksi primer pasir. Proses penipisan CO32- permukaan ini
kotor oleh fitoplankton laut telah diperkirakan mengurangi kadar alkalinitas dan cenderung
oleh BENDER et al. (1994) sekitar 103 PgC/th. meningkatkan pCO2 (CO2 partial pressure)
Sebagian dikembalikan ke DIC melalui respirasi dan membawa lebih banyak luaran gas CO2
autotropik, dan sisanya menjadi produksi primer (IPCC, 2001). Pengaruh dari formasi CaCO3
bersih yang diperkirakan sekitar 45 PgC/th pada pCO2 permukaan dan fluks udara-laut
(FALKOWSKI et al., 1998). Sekitar 14-30% kemudian terhitung untuk produksi organik
dari total NPP terjadi di dalam perairan pantai karbon. Untuk lapisan permukaan laut
(GATTUSO et al., 1998). Hasil karbon organik secara global, perbandingan antara ekspor
kemudian dikonsumsi oleh zooplankton (secara organik karbon dan ekspor kalsium karbonat
kuantitatif lebih penting dibanding herbivora di ("rain ratio") adalah suatu faktor kritis yang
daratan) atau menjadi detritus. Beberapa karbon mengontrol keseluruhan efek aktivitas biologi
organik dilepaskan dalam bentuk terlarut (DOC) pada pCO2 permukaan laut (IPCC, 2001).
dan oksidasi oleh bakteri dengan produksi DOC MILLIMAN (1993) memperkirakan suatu
bersih yang masuk ke reservoir samudera. produksi global dari CaCO 3 adalah 0,7
Penenggelaman partikel organik karbon (POC) PgC/th, dengan dipro-duksinya sejumlah
yang terdiri dari organisme-organisme yang ekuivalen pada perairan dangkal dan lapisan
telah mati dan detritus bersama-sama dengan permukaan laut dalam. Dari total ini, kira-kira
transfer vertikal DOC menciptakan suatu fluks 60% terakumulasi di dalam sedimen. Sisanya
karbon organik yang mengarah ke bawah dari larut kembali di dalam kolom air atau
permukaan samudera yang dikenal sebagai mengendap kembali di dalam sedimen
"produksi ekspor". Perkiraan untuk produksi tesebut. Perkiraan dari fluks CaCO3 untuk
produksi ekspor dari karbon organik meliputi
35
penenggelaman dari lapisan permukaan Fluks karbon tambahan dalam kaitan dengan
samudera, akumulasi bersih pada sedimen dan aktivitas manusia diperkirakan sekitar 0,1 PgC/
batu karang dangkal, dan ekspor material dari th yang sebagian besar adalah karbon organik
sistem dangkal ke lingkungan laut dalam. (MEYBECK, 1993). Sebagian besar karbon
Tingkat produktivitas dari samudera organik disimpan dan sebagian lain digunakan
sebagian besar ditentukan oleh suplai nutrien untuk respirasi yang mana luaran gasnya
yang berasal dari laut dalam. Berbagai nutrien kembali ke daratan. Luaran gas karbon
yang berpotensi sebagai faktor pembatas antropogenik dari muara cukup besar bila
diantaranya nitrat, fosfat dan silikat yang dibandingkan dengan perkiraan emisi CO2
berfungsi sebagai makro nutrien dan Fe, Mn, regional (seperti 5 - 10% untuk Eropa Barat)
Cu, Zn, B, Na, Mo, Cl dan Co sebagai mikro (FRANKIGNOULLE et al., 1998).
nutrien (PARSONS et al., 1984 dan Bagaimanapun transpor DIC alami yang
FALKOWSKI et al., 1998). Peranan besi (Fe) melewati sungai menjadi bagian dari skala
dalam membatasi produktivitas primer terutama besar siklus karbon antara daratan dan
di daerah dengan nitrat dan fosfat yang tinggi samudera dengan asosiasi daya larut dan
tetapi produktivitas rendah (HNLC atau "high presipitasi dari mineral-mineral karbonat.
nutrient, low chlorophyll”) secara eksperimen
telah demonstrasikan di perairan Pasifik PENYERAPAN CO, ANTROPOGENIK
katulistiwa (COALE et al., 1996) dan Laut OLEH SAMUDERA
Selatan (BOYD et al., 2000). Di kedua daerah
tersebut penambahan Fe merangsang Di samping pentingnya proses
pertumbuhan fitoplankton, yang menghasilkan biologis dalam siklus karbon alami samudera,
penurunan pCO2 permukaan air. Di daerah terdapat pemikiran yang menyatakan bahwa
HLNC, suplai Fe berasal dari laut dalam yang penyerapan CO2 antropogenik juga dikontrol
merupakan suatu sumber penting yang secara secara fisika dan kimia yang membawa siklus
umum tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan karbon mendekati posisi steady state. Kondisi
fitoplankton. Suplai tambahan penting dari Fe ini berbeda dengan situasi di daratan yang
ke permukaan air berasal dari sedimen dan disebabkan, karena perbedaan faktor-faktor
aliran sungai. Suplai ini dapat membatasi yang mengontrol produktivitas primer laut dan
produksi primer di daerah HNLC, seperti halnya terestrial. Di daratan, beberapa eksperimen
ketersediaan fosfat dan nitrat. Fe diduga menunjukkan bahwa konsentrasi CO 2
memainkan peranan tidak langsung dalam skala membatasi pertumbuhan tanaman. Sedangkan
waktu yang lebih panjang (seperti glacial- di samudera terjadi hal yang sebaliknya, kecuali
interglacial) melalui pembatasan dari fiksasi untuk spesies tertentu pada konsentrasi CO2
nitrogen samudera (FALKOWSKI et aL, 1998). yang lebih rendah (FALKOWSKI, 1994). Lebih
Karbon (organik dan anorganik) yang lanjut, konsentrasi nutrien utama dan DIC
diperoleh dari daratan juga masuk ke samudera samudera mempunyai hubungan yang erat
melalui sungai-sungai dan perairan sekitarnya. dengan rasio tetap kebutuhan nutrien organisme
Transpor ini meliputi transpor karbon alami laut yang biasa disebut sebagai "Redfield ratio".
bersama-sama dengan gangguan antropogenik Kondisi ini mengimplikasikan bahwa
lainnya. Transpor alami karbon global dari konsentrasi nutrien yang tercampur pada lapisan
sungai ke samudera adalah sekitar 0,8 Pg C/th, permukaan samudera sebagian besar
separuhnya terdiri dari material organik dan dipindahkan oleh produksi karbon organik dan
separuhnya lagi anorganik (MEYBECK, 1993). ekspor, kemudian nutrien tersebut mendorong
36
suatu transfer karbon sederhana antara udara- dalam komposisi kimia mereka (MELILLO &
laut sampai pada perubahan tingkat GOSZ, 1983). Bagaimanapun daerah
produktivitas global. Ekosistem terestrial permukaan samudera yang luas di mana nutrien
menunjukkan variabilitas yang lebih besar utama tidaklah secara penuh dihabiskan, boleh
dalam kasus ini, karena tumbuhan daratan jadi memainkan suatu peranan yang penting
mempunyai banyak cara untuk memperoleh dalam perubahan antara karbon atmosfer dan
nutrien, dan mempunyai kekenyalan lebih besar laut.
37
Pada Gambar 4, dapat dilihat uraian diangkut oleh sirkulasi permukaan, dan secara
konsentrasi CO2 atmosfer dengan skala waktu cepat disimpan sebagai air permukaan yang
yang berbeda: Gambar (a) Pengukuran langsung tenggelam atau tercampur ke dalam lapisan laut
dari konsentrasi CO2 atmosfer (KEELING & dalam. Sedangkan pengangkatan massa air ke
WHORF, 2000), dan O 2 dari 1990 awal lapisan permukaan (upwelling) secara
(BATTLE et. al., 2000); (b) Konsentrasi CO2 kuantitatif seimbang pada skala global dengan
di dalam inti es Antartika selama satu milenium penenggelaman, lokasi dimana air dalam
(ETHERIDGE et al., 1996). Pengukuran muncul dan tenggelam dapat dipisahkan oleh
Atmosfer terbaru di Mauna Loa (KEELING & jarak horizontal yang besar (IPCC, 2001).
WHORF, 2000) ditunjukkan sebagai Transfer gas udara-laut menyediakan
pembanding; (c) Konsentrasi CO2 di dalam perairan dengan massa air yang lebih lama untuk
Kubah Taylor inti es Antartika (INDERMUHLE mendekati suatu posisi steady state baru dengan
et al., 1999); (d) Konsentrasi CO2 di dalam tingkat CO2 atmosfer yang lebih tinggi setelah
Vostok inti es Antartika (FISCHER et al., 1999); sekitar satu tahun di permukaan laut. Hal ini
(e) Pendugaan konsentrasi CO 2 secara relatif cepat untuk kecepatan pencampuran air
Geokimia, dari PAGANI et al. (1999a) dan laut, yang mengimplikasikan bahwa penyerapan
PEARSON & PALMER (2000); (f) Pendugaan CO2 antropogenik dibatasi oleh kecepatan di
konsentrasi CO2 secara Geokimia: bar yang mana perairan dengan massa air yang "lebih
diwarnai mewakili studi yang berbeda yang lama" tercampur ke arah hubungan udara-laut.
dikutip oleh BERNER (1997). Data dari Tingkat ekspose dari perairan dengan massa air
PEARSON & PALMER (2000) ditunjukkan yang lebih lama dan perairan yang lebih dalam,
oleh suatu garis hitam. (BP= before present). merupakan suatu faktor kritis yang membatasi
Peningkatan pCO 2 atmosfer yang penyerapan CO2 antropogenik. Pada prinsipnya,
melebihi tingkatan pra-industri cenderung kapasitas penyerapan di dalam samudera
meningkatkan penyerapan CO2 alami oleh berkisar antara 70 - 80% dari emisi CO 2
samudera. Sedangkan fluks CO2 antara udara- antropogenik ke atmosfer, bahkan total emisi
laut saat ini adalah meliputi pencampuran mencapai 4,500 PgC (ARCHER et al., 1997).
spasial dari komponen fluks CO2 antropogenik Terbatasnya kecepatan pencampuran samudera,
dan alami. Pada daerah upwelling, karbon menyebabkan kapasitas ini baru bisa terserap
dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah dalam beberapa ratus tahun (ARCHER et. al.,
downwelling karbon (CO2) berpindah dari 1997). Netralisasi kimia dari penambahan CO2
atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki kemudian bereaksi dengan CaCO3 yang terdapat
lautan, asam karbonat akan terbentuk : dalam sedimen laut dalam yang secara potensial
bisa menyerap 9 - 15% dari total jumlah yang
dipancarkan, mengurangi fraksi yang kembali
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai ke udara.
sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya Dengan penggunaan data time-series
yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan dan data survei global, peningkatan kandungan
adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. karbon di samudera telah teramati secara
Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar langsung, walaupun sinyalnya lebih kecil
pada pH : dibandingkan variabilitas alami dan
memerlukan pengukuran yang sangat akurat
(SABINE et al., 1997). Peningkatan yang lama
Penambahan karbon ke dalam dari tingkat CO2 lapisan permukaan mengikuti
samudera sebagai hasil penyerapan, kemudian peningkatan rata-rata CO 2 atmosfer telah
38
diamati di perairan subtropis (BATJES, 1996) ICKLE, M.J. 1994. The role of metamorphic
dan Pasifik katulistiwa (FEELY et al., 1999b). decarbonation reactions in returning
Sedikitnya ketersediaan data time-series seperti strontium to the silicate sediment mass.
itu menyebabkan respon wilayah oseanik lain Nature, 367: 699-704.
yang penting dalam peningkatan pCO2 atmosfer
belum bisa diperkirakan. Jumlah total dari BOYD, P.W.; A. WATSON; C.S. LAW; E.
akumulasi CO2 antropogenik di samudera ABRAHAM; T. TRULL; R.
semenjak zaman pra industri dapat juga MURDOCH; D.C.E. BARKER; A.R.
diperkirakan dari pengukuran dengan perbaikan BOWIE; K. BUESSELER; H.
metoda untuk memisahkan komponen CHANG; M. CHARETTE; P. CROOT;
antropogenik dan alami dari DIC samudera. K. DOWNING; R. FREW; M. GALL;
M. HADFIELD; J. HALL; M.
HARVEY; G. JAMESON; J. LA
DAFTAR PUSTAKA ROCHE; M. LIDDICOAT; R. LING;
M. MALDONADO; R.M. MCKAY; S.
ARCHER, D.E; H. KHESHGI and E. MAIER- NODDER; S. PICKMERE; R.
REIMER1997. Multiple timescales for PRIDMORE; S. RINTOUL; K. SAFI;
neutralization of fossil fuel CO 2 P. SUTTON; R. STRZEPEK; K.
Geophysical Research Letters, 24, 405- TANNEBERGER; S. TURNER; A.
408. WAITE and J. ZELDIS 2000. A
mesoscale phytoplankton bloom in the
BATJES, N.H. 1996. Total carbon and nitrogen polar Southern Ocean stimulated by
in the soils of the world. European iron fertilization. Nature, 407:695-702.
Journal of Soil Science 47: 151-163.
COALE, K.H.; K.S. JOHNSON; S.E.
BATTLE, M.; M. BENDER; P.P. TANS; J.W.C. FITZWATER; R.M. GORDON; S.
WHITE; J.T. ELLIS; T. CONWAY and TANNER; F.P. CHAVEZ; L.
R.J. FRANCEY 2000. Global carbon FERIOLI; C. SAKAMOTO; P.
sinks and their variability, inferred from ROGERS; F. MILLERO; P.
atmospheric 02 and dl3C. Science, STEINBERG; P. NIGHTINGALE; D.
287: 2467-2470. COOPER; W.P. COCHLAN; M.R.
LANDRY; J. CONSTANTINOU; G.
BENDER, M.; T SOWERS and L. LABETHIE ROLLWAGEN; A. TRASVINA and R.
1994. The Dole effect and its variations KUDELA 1996. A massive
during the last 130,000 years as phytoplankton bloom induced by an
measured in the VOSTOK ice core. ecosystem-scale iron fertilization
Global Biogeochemical Cycles, 8:363- experiment in the equatorial Pacific
376. Ocean. Nature, 383: 495-501.
BERNER, R.A. 1997. The rise of plants and FALKOWSKI, P.G. 1994. The role of
their effect on weathering and phytoplankton photosynthesis in global
atmospheric CO2. Science, 276: 544- biogeochemical cycles. Photosynthesis
546. Research, 39: 235-258.
39
FALKOWSKI, P.G.; R.T. BARBER and V. KEELING, CD. and T.P. WHORF 2000:
SMETACEK 1998. Biogeochemical Atmospheric CO2 records from sites in
controls and feedbacks on ocean the SIO air sampling network. In:
primary production. Science, 281:200- Trends: A compendium of data on
206. global change. Carbon Dioxide
Information Analysis Center, Oak
FEELY, R.A.; R. WANNINKHOF; T. Ridge National Laboratory, Oak Ridge,
TAKAHASHI and P. TANS 1999b. Tenn., USA.
Influence of El Nino on the equatorial
Pacific contribution to atmospheric LAWS, E.A.; P.G. FALKOWSKI; W.O.
CO2 accumulation. Nature, 398: 597- SMITH JR.; H. DUCKLOW and J.J.
601. MCCARTHY 2000. Temperature
effects on export production in the open
FRANKIGNOULLE; M., G. ABRIL; A. ocean. Global Biogeochemical Cycles,
BORGES; I. BOURGE; C. CANON; 14(4): 1231-1246.
B. DELILLE; E. LIBERT and J.-M.
THEATE 1998. Carbon dioxide MARLAND, G.; T.A. BODEN and R.J.
emission from European estuaries. ANDRES 2000. Global, regional, and
Science, 282: 434-436. national CO2 emissions. In: Trends: A
compendium of data on global change.
GATTUSO, J.P.; M. FRANKIGNOULLE and Carbon Dioxide Information Analysis
R. WOLLAST 1998. Carbon and Center, Oak Ridge National
carbonate metabolism in coastal Laboratory, U. S. Department of
aquatic ecosystems. Annual Review of Energy, Oak Ridge, Tenn., USA.
Ecology andSystematics, 29:405-434.
MELILLO, J.M. and J.R. GOSZ 1983.
INDERMUHLE, A.; T.F. STOCKER; F. JOSS; Interactions of biogeochemical cycles
H. FISCHER; H.J. SMITH; M. in forest ecosystems. In: The major
WAHLEN; B. DECK; D. biogeochemical cycles and their
MASTROIANNI; J. TSCHUMI; T. interactions BOLIN, B. and R.B.
BLUNIER; R. MEYER and B. COOK (eds.). John Wiley and Sons,
STAUFFER 1999. Holocene carbon- New York: 177-222.
cycle dynamics based on CO2 trapped
in ice at Taylor Dome, Antarctica. MEYBECK, M. 1993. Riverine transport of
Nature, 398: 121-126. atmospheric carbon - sources, global
typology and budget. Water, Air and
IPCC 2001. The carbon cycle and atmospheric Soil Pollution, 70: 443-463
carbon dioxida. The Scientific Basis.
In Climate change 2001: 185-237. MILLIMAN, J.D. 1993. Production and
accumulation of calcium-carbonate in
JANZEN, H. H. 2004. Carbon cycling in earth the ocean - budget of a nonsteady state.
systems. A soil science perspective. In Global Biogeochemical Cycles, 7:927-
Agriculture, ecosystems and 957.
environment, 104: 399-417.
40
41