You are on page 1of 5

ANTI JAMUR HASIL FERMENTASI Streptomyces

Isp. 192 PADA MEDIA PAT I DAN GLUKOSA

S. Ojajasupena\ O.Suprijana\ S.A.Oesak Gede2 dan A.T.Karossi2

Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Pajajaran (UNPAD) Bandung


Pusat Penelitian Kimia, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia (LlPI) Bandung

INTISARI ABSTRACT

Streptomyces ISP 192 iermasuk dalam kelompok Streptomyces ISP 192 was family of
Actinomycetes yang secara industri merupakan Actinomycetes which was high value microorganism
mikroorganisme bernilai tinggi karena kemampuannya that industrially important because it was capablefor
dalam memproduksi bahan bioaktif yang sangat producing ofbioactive compound that very useful in the
berguna bagi dunia pengobatan yaitu aniibioiik: Saai field of medicine that is antibiotic. Recently antibiotic
ini antibiotik masih merupakan obat terpilih untuk is still eligible medicine to overcome infection disease,
menanggulangi penyakit infeksi, namun makin banyak but many more organism that cause of infection have
organisme penyebab infeksi yang resisten terhadap been resistant against various antibiotics so need to look
berbagai antibiotik sehingga perlu dicari antibiotika for a new antibiotic. This research cover cultivation of
baru. Penelitian tni meliputi pembiakan Streptomyces ISP 192 in potato dextrose agar (PDA)
Streptomyces ISP 192 pada medium potato dextrose medium then fermentation by 250 mL shakeflash with
agar (PDA) kemudian difermeniasi menggunakan labu 50 ml working volume. Microorganism was inoculated
kocok 250 mL dengan volume kerja 50 mililiter. in fermentation medium MF1 and MF2 that contain
Mikroba diinokulasikan ke dalam media fennentasi (% )w/v variation of starch and glucose to be a source of
MFI dan MF2 yang mengandung (% )w/v variasi pati carbon as soon as (% )v/v variation of inoculum.
dan glukosa sebagaisumber karbon serta (% )v/v variasi Fermentation process was conducted in 30°C
inokulum. Prosesfennentasi dilakukan pada suhu 30°C temperature with 150 rpm shaking for seven days.
dengan kecepatan pengocokan 150 putaran per menit Regularly for each 24 hour, sample was taken for
selama tujuh hari. Setiap hari diambil sampel dan analyzing ofpH, glucose and protein concentration, dry
ditentukan pH, kadar glukosa, kadar protein, berai weight of cell and testing of anti fungal activity
sel kering serta aktivitas anti jamur ierhadap Candida against Candida albicans, Microsporum gypseum,
albicans, Microsporum gypseum, Tricophyton sp. dan Tricophyton sp. dan Aspergillus niger. The result of
Aspergillus niger. Hasil penelitian menunjukkan research showed Streptomyces ISP 192 has high anti
bahwa Streptomyces ISP 192 mempunyai aktivitas anti fungal activities against Candida albicans,
jamur yang tinggi terhadap Candida albicans, Microsporum gypseum, Tricophyton sp., in usage of
Microsporum gypseum, Tricophyton sp., pada media fementation media MF2 with 10 % glucose to be a
fennentasi MF2 dengan 10 % glukosa sebagai sumber carbonsource and 10% inoculum but not have activited
karbon dan 10% inokulum, tetapi tidak memberi against Aspergillus niger. Biosynthesis of antibiotic
hambatan pada Aspergillus niger. Biosintesis antibiotik anti fungal start from 4th to 6th day that indication in
anti jamur mulai terjadi pada hari ke 4 sampai hari ke 6 decreasing of glucose and protein concentration as well
diiandai dengan penurunan konsentrasi glukosa, aspH.
protein dan pH.
Keywords: Streptomyses ISP 192, fermentation, testing
Kata kunci: Streptomyces ISP 192, fermentasi, uji ofantifungal activities
aktivitas antijamur

30 JKTI, VOL. 11, No.2, Oesember 2009


PENDAHULUAN BAHAN DAN METODA

Di Indonesia dewasa ini kebutuhan Mikroorganisme


antibiotik cenderung makin meningkat, Streptomyces ISP 192 digunakan sebagai
berkaitan dengan bertambahnya jumlah strain penghasil antibiotika anti jamur.
penduduk yang pada tahun 2005 berjumlah 219 Candida albican, Aspergillus niger,
juta jiwa dan diproyeksikan pada tahun 2020 Microsporum gypseum dar: Tricophyton sp.
berjumlah sekitar 252 juta jiwa. Selain itu juga, digunakan sebagai strain uji aktivitas anti jamur
karena peningkatan ekonomi, jangkauan
pelayanan kesehatan atau pengetahuan Media peliharaan
kesehatan dari masyarakat yang semakin Semua strain dipelihara dalam media potato
membaik. Sementara bahan baku untuk dextrose agar (PDA). Media PDA dipanaskan
pembuatan antibiotik masih didatangkan dari sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam
luar negeri ( Shastry, 1984; Mulyono, dkk., 1987; tabung-tabung reaksi lalu disterilisasi pada 120°C,
anonim,2005; anonim,2006). selama 20 menit. Tabung dimiringkan dan setelah
Lebih dari 90% antibiotik yang dihasilkan dari dingin diinokulasikan dengan biakan lalu
diinkubasi pada 30°Cselama 5 hari.
berbagai spesies Streptomyces digunakan untuk
terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Tetapi karena adanya resistensi kuman Media sporulasi
yang timbul akibat adanya mutan-mutan barn, Isolat agar nunng Streptomyces ISP 192
maka sering mengakibatkan antibiotik tidak bisa disuspensi dalam air stern dengan konsentrasi 5
digunakan sesuai dosis anjurannya. Antibiotik dan 10% lalu diinokulasi ke dalam media aktivasi
yang mengandung glukosa, pepton, natrium
tidak efektif lagi dalam dosis anjurannya (Betina,
1983; Suwandi, 1989,1992).
klorida, kalium hidrofosfat, magnesium sulfat,
masukkan dalam erlenmeyer ukuran 250 mL
Nistatin dan Amphoterisin adalah contoh
dengan volume kerja 50 mL kemudian diinkubasi
obat anti jamur komersial yang diproduksi oleh
dalam shaker inkubator pada 30°C dengan
Streptomyces noursei dan Streptomyces nodosus.
pengadukan 150rpmselama 48 jam.
Melihat kebutuhan Streptomyces sp. akan media
yang spesifik untuk pertumbuhannya agar dapat
Kuroa pertumbuhan
menghasilkan antibiotik anti jamur, maka pada
Sebelum memproduksi anti jamur secara
penelitian ini akan dilakukan produksi anti jamur
fermentasi dilakukan analisa terhadap
oleh Streptomyces ISP 192 melalui proses
pertumbuhan mikroba optimum dengan cara:
fermentasi dengan studi dua macam variasi mengukur absorbansi hasil sampling media
media yaitu MF1 dengan pati sebagai sumber sporulasi setiap 2 jam sekali dengan spektrometer
karbon dan MF2 dengan glukosa sebagai sumber pad a panjang gelombang 240 - 600 nm selama 48
karbon serta dua macam konsentrasi kultur (5% jam, penentuan berat kering dengan cara
danl0%). pengeringan 1 mL sampel pada suhu 70°C selama
24jam dan metode totalplate counts (TPC) dengan

JKTI, VOL. 11, No.2, Desember 2009 31


cara menanamkan sampel dari media sporulasi fermentasi dan kultur aktivasi, dengan
pada media PDA dari pengenceran 10-1_10-6 pengukuran pH, kadar glukosa dan kadar protein
Jumlah koloni dihitung antara 30- 300. yang paling baik adalah media fermentasi MF2
dengan glukosa sebagai sumber karbon dan
konsentrasi kultur aktivasi 10%.Daya hambat anti
hlediaferr.nentasi
jamur dari hasil fermentasi terhadap Candida
Untuk memproduksi antibiotik anti jamur albicans hari ke 4 dan 5 hampir sama (Gambar 4),
digunakan variasi media fermentasi terdiri dari: Microsporum gypseum pada hari ke 5 (Gambar 5) dan
Mf1:pati, kasein, kalium nitrat, natrium klorida, Tricophyton sp. pada hari ke 4 (Gambar 6),
kalium hidrogen fosfat, magnesium sulfat, sedangkan terhadap Aspergillus niger tidak
kalsium karbonat, dan fero sulfat. MF2: glukosa, memberikan daya hambat. Pertumbuhan
ammonium sulfat, magnesium sulfat, kalium mikroorganisme optimum dengan mengukur
hidrogen fosfat, kalsium karbonat, natrium absorban pada panjang gelombang (A)486 nm,
hidrogen fosfat, mangan sulfat, seng sulfat dan berat kering dan perhitungan jumlah mikroba
ekstrak ragi. Media difermentasi dalam secara TPC (Total Plate Count) dapat dilihat pada
erlenmeyer ukuran 250 mL dengan volume kerja Gambar 1,2 dan 3.
50 mL pada suhu 30°C, pengocokan 150 rpm
selama 7 hari. Sampling dilakukan setiap hari
untuk pengukuran terhadap pH media, kadar E 1.4
c
glukosa dengan metode Nelson-Somogyi
(Sudarmadji dkk, 1976), kadar protein dengan
.,
: 12

c
dengan metode Lowry tHartree, 1972) dan uji ~
• 0.8
e
aktivitas anti jamur (Ronald, 1995).
~ 0.6
(
0.•

Uji aktivitas anti jamur 0.2

Uji aktivitas anti jamur dilakukan dengan


o • 8 12 16 20 24 28 32 all 40 44 46 52
pembanding anti jamur komersial ketoconazole
Waktu (jam)
dan griseovulvin. Sebanyak 100J,l.Ljamur uji
ditanam secara merata dalam plat agar, Gambar 1. Absorbansi sel Streptomyces ISP 192
bersamaan dengan menanamkan cairan hasil padaA486nm
fermentasi secara difusi agar ke dalam sumur-
sumur yang berdiameter 6 mm dalam plat agar,
70
lalu diinkubasi pada suhu 30°C selama 5 hari,
kemudian dilihat adanya daerah bening disekitar ! 60
\I
:1
sumur-sumur. Luas daya hambat dari mikroba 50
\I
merupakan suatu cincin, dimana perhitungannya: C
~ 40
Luas daya hambat = llRL2 - llRD2 •
.lI:
- 30

Dimana: ..,= 3,14;RL = jari-jari lingkaran luar; RD



II
; 20
= jari-jari lingkaran dalam ~

ID 10

8 U ~ 20 ~ U' 32 3lI ~ 44 46 ~
HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu (Jam)

Gambar 2. Beratsel kering (ug/rnl.) Streptomyces


Hasil proses fermentasi dari media
ISP192pada 70°C,24jam

32 JKTI, VOL. 11, No.2, Desember 2009


350
" 700
"E
•, g 600

~
300
..
.c~
500
,
0 250
E 400
.c~
0
0 300
200
~ ~ 200 ~.~--

Il. 150
),
~
'C 100
••~ 1/1
~ 0
0 100 j
I- oJ

50
Waktu (hari)

o 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60
-+- Luas Hamb. Glukosa 5% -+- Luas Hamb. Glukosa 10%
~ Luas Hamb. Pati 5% Luas Hamb. Pati 10%
Waktu (jam)

Gambar 3. Total plate count (TPC) Streptomyces


Gambar 5. Luas daya hambat anti jamur hasil
ISP 192
fermentasi Streptomyces ISP 192 terhadap
Microsporum gypseum pada variasi waktu.
Pada Gambar 1, 2 dan 3, pertumbuhan
optimum terlihat pada jam ke 34. Pada jam ke 34
ini, mikroba menghasilkan metabolit tertingginya
untuk anti jamur yang kemudian akan -I- luas Hamb. Glukosa 10%
diperbanyak produksinya pada mediafermentasi. luas Hamb. Pali 5% - luas Hamb. Pali 10%
"
"E
Pada Gambar 4, 5 dan 6, dapat dilihat g 1400 ,-------------------,
fermentasi yang paling baik diperoleh dengan ~ 1200 -1----------.-----------1
.c
menggunakan media glukosa sebagai sumber E 1000
~
t---::a=::;t:::?£~~";;::::_::::i-I
karbon dengan konsentrasi kultur 10%. Aktivitas .c 800
~
~-~~--------~~~--4
anti jamur optimum terhadap Candida albicans ~ 600
'C 400 -h"''-----
diperoleh pada hari ke 4, Microsporum gypseum 1/1
~ 200 .f----'----------'---'-.:::; '.~=-------l
pada hari ke 5 dan Tricophyton sp. pada hari ke 4, oJ 0+--....----r-----r--...,---r--r--;,..--4
sedangkan terhadap Aspergillus niger tidak o 3 4
memberikanhambatan. Waktu (hari)

Gambar 6. Luas daya hambat anti jamur hasil


fermentasi Streptomyces ISP 192
600....------------------,
terhadap Tricophyton sp. pada variasi
waktu.
500 +--------~~~-~~---_____l
f
'E

~ 300
400

Ir
••••
-~-.w~.-cw;~
.,~~
.,.,
"\.
..,,----'IIr•'\.
..-
.....
-----i Produksi anti jamur dimulai pada hari ke 4
sampai hari ke 6 ditandai dengan penurunan
~
"C 200 +------------------i konsentrasi glukosa dari 0.038 sampai 0.026
J1g/mL, konsentrasi protein dari 0.747 sampai
0.414 J1g/mL dan perubahan pH dari 5.82 sampai
4 5.96. Perubahan ini menunjukkan adanya
Waktu (hari)
pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru
-.- Glukosa 5% -.- Glukosa 10%~ati 5% ,...~Pati 10%
Streptomyces!SP 192 dan biosintesis antibiotik anti
fungi dengan memanfaatkan sumber karbon pada
Gambar 4. Luas daya hambat anti jamur hasil glukosa dan sumber nitrogen pada ragi serta
fermentasi Streptomyces ISP 192 terhadap
adanya akumulasi asam - asam organik hasil
Candida albicans pada variasi waktu

JKTI, VOL. 11, No.2, Oesember 2009 33


metabolisme Streptomyces ISP 192 pada proses 5.· Muljono, J., Abdul., A.D., Endang., G.S.,1987.
fermentasi. Uji aktivitas produk terhadap Candida Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas,
albicans, Microsporum gypseum, Tricophyton sp. Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
dengan pembanding Ketoconazole dan 6. Ronald, M.A., CiP. Lawrence and B.B.Alfred,
Griseovulfin menunjukkan adanya aktivitas anti 1995, Laboratory manual Experimental
jamur. Hasil dari uji aktivitas anti jamur baik hasil Microbiology, Saint Louis Missoury, Mosby-
produksi maupun pembanding, memberikan Year Book,USA.
daya hambat. Daya hambat dari ketoconazole 7. Shastry J.S. 1984, Development of Bulk
lebih baik dari griseovulvin dan memberikan Antibiotic Industry in Indonesia, Proceding
daerah bening yang lebih jelas dibanding dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
hasil produksi anti jamur. Hal ini karena produk JurusanFarmasi, ITB, 126-129
anti jamur masih dalam bentuk ekstrak hasil
8. Srikandi, F. 1992. Mikrobiologi Pangan.
fermentasi, sedangkan pembanding lebih murni.
Jakarta; Gramedia Pustaka Utama
9. Sudarmadji, S.,Haryono, B.dan Suhardi. 1976.
KESIMPULAN Analisa bahan makanan dan pertanian
Liberti Yogyakarta.
Streptomyces ISP 192 dapat memproduksi 10. Suwandi, U.(b), 1989. Mikroorganisme
bahan bioaktif dengan aktivitas anti jamur Penghasil Antibiotik. Pusat Penelitian dan
terhadap jamur patogen Candida albicans, Pengembangan P.T. Kalbe Farma, Jakarta.
Microsporum gypseum dan Tricophyton sp. pada Cermin Dunia Kedokteran No.58,73
media fermentasi MF2 dengan 10% w/v glukosa
11. Suwandi, u.e, 1992. Mekanisme Kerja
sebagaisumber karbon danl0% v/v inokulum.
An tibiotik. Pus at Penelitian Pengembangan
P.T. Kalbe Farma, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 76,57
DAFfAR PUSTAKA

1. Anonim. 2005.Kebijakan ObatNasional (Konas).


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
2. Anonim. 2006. Kebijakan Obat Nasional
(Konas) - Obat. Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat kesehatan. Lokakarya
Nasional Perencanaan Pembangunan
Kesehatan. Bandung
3. Betina, V. 1983. The Chemistry and Biology of
Antibiotics. Eisivier Scientific Publishing
Company, New York.
4. Hartree, E.F.,Anal Biochem 48:422- (1972)

34 JKTI, VOL. 11, No.2, Desember 2009

You might also like