Professional Documents
Culture Documents
Diterima: - Disetujui: -
ABSTRACT
Currently there are some masks are not effective when used. Therefore, research was needed to analyze masks
effectiveness which used in the daily life. The purpose of this research were to analyze masks effectiveness in
filtering smoke, Total Suspended Particulate (TSP), dustfall, and odor intensity, determine the best mask based
on the seven masks are tested. As well as analyzing pore size filter layer mask. The results showed that all masks
tested has a different value same type of masks was tested of effectiveness on each parameter tested. The average
of masks effectiveness in filtering the smoke was 77%, TSP was 57%, dustfall amounting was 22%, and 77% for
odor intensity and for all parameterswas 58%. The best effective masks was mask D. Pore size mask have various
value from 200.62-387.09 μm for the first layer, 43.28-391.84 μm for the second layer, and the layer μm 379.99
172.63-third. The difference in the effectiveness of masks may be due to the filter material, shape, and number of
different masks filter.
Keywords: dustfall, mask effectiveness, odor, smoke, Total Suspended Particulate
PENDAHULUAN
Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri dan transportasi, akan mendorong
meningkatnya pencemaran-pencemaran yang terjadi (Susilawaty 2009). Pencemaran udara
dapat berasal dari aktivitas pembakaran sampah, kendaraan bermotor, industri ataupun gas
ammonia dari penimbunan sampah (Basri 2008). Pencemaran yang dapat terjadi salah satunya
pada unsur udara. Bahan pencemar yang terbuang ke udara ambien dapat dalam bentuk partikel
dan gas. Partikel pencemar antara lain asap, debu, timbal (Pb), partikel debu karet dan partikel
asbes. Adapun pencemar gas yang kerap terhirup adalah karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), ammonia (NH3) dan nitrogen dioksida (NO2) (Zakaria dan Azizah 2013).
Para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat meyakini bahwa partikel udara dalam
wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 μm yang disebut dengan PM10 (particulate
matter) dan kurang dari 2.5 μm (PM2.5) merupakan pemicu timbulnya infeksi saluran
pernafasan, karena pertikel padat PM10 dan PM2.5 dapat mengendap pada saluran pemafasan
daerah bronki dan alveoli. Partikel debu yang berdiameter kurang dari 10 μm (PM10) sangat
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI (F44160064)
memprihatinkan, karena memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menembus ke dalam
paru. Rambut di dalam hidung dapat menyaring debu yang berukuran lebih besar dari 10 μm.
Partikel dibawah 2.5 μm (PM2.5) tidak disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan
menempel pada gelembung paru, sehingga dapat menurunkan pertukaran gas (Bunawas et al
1999).
Pentingnya kebersihan udara karena udara merupakan elemen yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, tanpa udara manusia tidak dapat bertahan hidup karena manusia butuh
bernafas (Dewi dan Gayuh 2012). Akibat tercemarnya udara manusia membutuhkan alat
sebagai perlindung pernafasan yaitu masker karena, gas dan debu yang terhirup dapat
menyebabkan pengaruh kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, tiga gangguan fungsi vital
paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI 2003). Namun, saat ini
banyak orang yang menggunakan masker tidak sesuai dengan fungsinya. Akibatnya, fungsi
dari masker yang digunakan tidak dapat terpenuhi secara efektif dan efisien. Penggunaan
masker yang sesuai dengan standar kesehatan dapat memperkecil potensi paparan. Sebuah
penelitian di New York menyatakan apabila masker yang memenuhi standar dikenakan pada
potensi sumber infeksi, maka tingkat perlindungan keseluruhan meningkat hingga 300 kali
lipat. Oleh karena itu, dibutuhkannya penelitian yang menganalisis efektivitas masker yang
biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari (masker disposable).
METODOLOGI
menggunakan ruang uji masker. Pengujian terhadap asap dilakukan dengan metode yang
mengacu pada SNI 19-7117.11-2005 (BSN 2005). Skala Ringelmann berupa skala dalam
bentuk gambar lingkaran dengan gradasi tingkat opasitas 20% sampai dengan 100%. Sumber
asap yaitu dengam melakukan pembakaran terhadap ban bekas, kemudian disalurkan ke dalam
pipa inlet ruang uji masker. Pengujian terhadap TPS ini dilakukan dengan mengukur ukuran
pori seluruh lapisan masker menggunakan mikroskop digital. Selanjutnya dibandingkan
dengan standar patikel membahayakan kesehatan yaitu PM10 dan PM2.5. Pengujian efektivitas
masker terhadap debu jatuh dilakukan dengan menggunakan filter pada masingmasing
kompartemen sebelum dan sesudah masker, kemudian masker tersebut ditimbang dan dihitung
reduksi debu dan partikelnya. Pengukuran efektivitas masker terhadap intensitas kebauan
menggunakan sumber bau dari sampah yang disalurkan pada ruang uji masker. Selanjutnya
pengujian dilakukan menggunakan odor judge panel yaitu hidung manusia. Karakteristik bau
diterangkan dengan menggunakan deskriptor bau yang dapat diterima oleh indera penciuman
manusia. Pengukuran ukuran pori masker menggunakan mikroskop digital yang dilakukan di
Laboratorium Pengujian Teknologi Industri Pertanian. Efektivitas masker dihitung
menggunakan persamaan 1 (Kurniawan 2014).
𝑋𝑎−𝑋𝑏
𝜂= 𝑥 100% (1)
𝑋𝑎
dimana:
η = efektivitas (%)
Xa = data hasil pengukuran awal
Xb = data hasil pengukuran akhir
Penentuan jenis masker yang digunakan yaitu masker debu dan asap yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemodelan dalam pengujian ini dibuat menyesuaikan
Inspiratory Capacity pada orang dewasaadalah sekitar 3500 ml/menit (Sari 2013). Skema
penelitian disajikan pada Gambar 1.
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI (F44160064)
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI
(F44160064)
jumlah dan kerapatan yang berbeda-beda. Berdasarkan tujuh merk masker jumlah
lapisan yang diuji sebanyak 17 lapisan penyaring.
Masker dengan tiga lapisan kain penyaring nonwoven terdiri dari spunbod,
meltbond dan spunbond, masker dengan dua lapisan penyaring yaitu spunbond dan
meltbond, selanjutnya masker hanya memiliki satu lapisan penyaring yaitu
spunbond. Jenis material lapisan penyaring setiap masker berbeda-beda yaitu
material spunbond dan meltbond. Spunbond didefinisikan sebagai kain terstruktur
datar, seperti lembaran atau jaring, tidak dibuat dengan menenun tetapi oleh ikatan
dan melibatkan serat dengan cara mekanik, termal atau proses kimia. Spunbond atau
istilah lainnya polypropylene merupakan bahan dasar yang umum digunakan dalam
memproduksi bahan–bahan yang terbuat dari plastik (Kartini 2007). Sama halnya
dengan spunbon, meltbond juga merupakan kain yang termasuk non woven,
memiliki diameter serat 1-2 μm (Hassan et al 2012). Jenis dan jumlah lapisan
masker berpengaruh terhadap efektivitas masker karena partikel ataupun gas yang
tersaring akan berbeda. Efektivitas itu sendiri pada dasarnya berhubungan dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna) (Mardiasmo 2009). Berbeda
dengan efisiensi yaitu efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitas.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
keluaran yang dihasilkan terhadap masukan yang digunakan (cost of output).
Berdasarkan Gambar 10, lapisan satu yaitu spunbond, lapisan dua yaitu
metlblown dan lapisan tiga yaitu spunbond. Diameter rata-rata pori masker pada
lapisan penyaring satu memiliki rentang nilai 200.62-387.09 µm, masker yang
memiliki ukuran pori terkecil diurutkan yaitu masker F, B, C, A, G, D, dan E.
Ukuran pori rata-rata masker lapisan kedua memiliki rentang nilai yaitu 43.28-
391.84 µm, masker yang memiliki lapisan kedua diurutkan berdasarkan ukuran pori
rata-rata terkecil yaitu masker D, G, E, A, B, dan F. Selanjutnya ukuran pori rata-
rata masker lapisan ketiga memiliki rentang nilai 172.63-379.99 µm, masker yang
memiliki lapisan ketiga diurutkan berdasarkan ukuran pori rata-rata terkecil yaitu
masker E, D, G, dan A.
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI
(F44160064)
A 83 53 36 61 58
B 49 46 15 67 44
C 81 73 14 73 60
D 97 68 34 79 69
E 76 68 11 86 60
F 74 24 13 88 50
G 78 66 30 87 65
Rata-rata 77 57 22 77 -
KESIMPULAN
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI
(F44160064)
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan A, Yuwono AS, Fatimah R. 2014. Teknik Pengelolaan Kualitas
Udara. Bogor (ID): IPB Press.
Basri IW. 2008. Pencemaran Udara Dalam Antisipasi Teknis Pengelolaan
Sumberdaya Lingkungan. SMARTek 8 (2): 120-129.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Cara Uji Opasitas Menggunakan
Skala Ringelmann untuk Asap Hitam (SNI 19-7117.11-2005). Jakarta
(ID): Badan Standardisasi Nasional.
Budiono S, Jusuf RMS, Andriana P. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Bunawas, Ruslanto OP, Sur TA, Yumiarti. 1999. Partikel Debu Anorganik :
Komposisi, diameter, pengendapan di saluran pemafasan dan efek
terhadap kesehatan. Prosiding Seminar Nasional Kimia Anorganik.
Yogyakarta (ID): Hotel Garuda.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Modul Pelatihan
Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.
Dewi F, Gayuh U.2012.Pengaruh Kecepatan dan Arah Aliran Udara Terhadap
Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah. Jurnal
Rekayasa Mesin 3(2): 299-304.
Faisal F, Faisal Y, Fachrial H. 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada
Pernapasan. Jurnal CDK 39 (1): 189.
Hassan MA, Yeom BY, Wilkie A, Pourdeyhimi B, Khan SA. 2012. Fabrication of
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN DIAN HESIYANTARI
(F44160064)