You are on page 1of 12

ABSTRACT

Lettuce (Lactuca sativa L.) is one of the best prospects and commercial horticultural
commodities. In addition, lettuce is one of the horticultural commodities that has the nutrients
needed by humans. However, the cultivation of lettuce in the city of Gorontalo is not well known
in the community and is still difficult to find. This is because the interest of farmers is still very
lacking. Besides this, lettuce cultivation requires loose, fertile soil and competition from weeds.
One effort can be taken to increase the production of lettuce plants by using organic mulch.
Organic mulch aims to prevent weed growth, maintain soil moisture, maintain soil
texture, prevent erosion as well as improve soil biology, chemistry and physics. Rice straw is
one of the organic mulch which is very well used as mulch. Rice straw is very much found in
Gorontalo City as a by-product of rice cultivation. However, this rice straw is still not utilized
properly. The purpose of this study is to examine the effect of rice straw mulch sheets and
mulch thickness which are best for growth and production of lettuce plants. Rice straw mulch
sheets can increase growth and production in lettuce plants and a thickness of 2 cm is the best
thickness for lettuce plant growth.
Keywords: Straw Mulch, Lettuce, Mulch Sheet, Gorontalo

37
A. PENDAHULUAN
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki
prospek dan komersil yang cukup baik. Selain itu, selada merupakan salah satu komoditi
hortikultura yang memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Kandungan gizi
yang terkandung pada tanaman selada ini adalah mineral, vitamin, antioksidan, potassium, zat
besi, asam folat, karoten, vitamin C dan vitamin E. Selada juga bermanfaat bagi tubuh seperti
membantu pembentukan sel darah putih dan sel darah merah dalam susunan sum–sum tulang,
mengurangi resiko terjadinya kanker, tumor dan penyakit katarak, membantu kerja pencernaan
dan kesehatan organ–organ disekitar hati serta menghilangkan gangguan anemia.
Cahyono (2005) menyatakan bahwa selada mempunyai nilai ekonomis yang sangat
tinggi setelah kubis krob, kubis bunga dan brokoli. Namun, saat ini budidaya tanaman selada
di kota Gorontalo belum begitu dikenal dimasyarakat dan masih sulit untuk ditemukan. Biro
Pusat Statistik (BPS) tahun 1997-2001, volume ekspor-impor selada menunjukkan bahwa
pemenuhan kebutuhan selada dalam negeri masih didominasi kegiatan impor yang mencapai
1338.3 ton, dengan nilai ekspor hanya sebesar 271.3 ton.
Tingginya permintaan selada yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi
komoditas ini, menyebabkan Indonesia masih harus impor untuk memenuhi kebutuhan selada
dalam negeri. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi tanaman
selada dengan menggunakan mulsa organik. Mulsa organik bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban tanah, menjaga tekstur tanah, mencegah erosi juga
dapat memperbaiki sifat biologi, kimia dan fisika tanah (Utama, 2013).
Mulsa jerami padi merupakan salah satu mulsa bahan organik yang sangat baik
digunakan sebagai mulsa. Hal ini disebabkan karen mulsa jerami dapat menekan pertumbuhan
gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan
tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Jerami padi
juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki
stabilitas agregat tanah. Selain itu mulsa jerami dapat menjadi kompos sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah Untuk menguji lembaran dan ketebalan mulsa jerami padi
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada. Manfaaat dari penelitian ini adalah
diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian
pengunaan jerami padi sebagai mulsa dan bagi peneliti diharapkan dapat menambah ilmu
38
pengetahuan bagi peneliti dalam memanfaatkan jerami padi sebagai mulsa. Manfaat bagi para
petani diharapkan dapat menjadi bahan informasi ilmiah bagi petani untuk memanfaatkan
jerami padi sebagai mulsa.

C. Tinjauan Pustaka
Menurut Edi dan Bobihoe (2010), selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun
yang berumur semusim dan termasuk dalam family compositae yang biasa dikonsumsi sebagai
lalapan atau salad. Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut
menempel pada batang dan tumbuh menyebar kesemua arah pada kedalaman 20–50 cm atau
lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam tergantung varietasnya.
Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30–40 cm dan tinggi tanaman selada kepala
berkisar antar 20–30 cm (Saparinto, 2013).
Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk
tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan
penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap kehujanan, tanaman selada juga
tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari yang terlalu panas. Hanya jenis selada daun dan
selada batang saja yang mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada udara yang panas
dan terbuka. (Haryanto et al, 2001)
Selada dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada daerah
pegunungan daun dapat membentuk krop yang besar sedangkan di dataran rendah daun dapat
membentuk krop yang kecil, tetapi cepat berbunga. Syarat penting agar selada dapat tumbuh
dengan baik yaitu memiliki derajat keasaman tanah pH 5 - 6.5 (Sunarjono, 2014).
Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal
batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya
dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Pada sebagian petani, jerami sering
digunakan sebagai penutup tanah pada saat menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani
menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif pada musim kering karena sulitnya
mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian, sering menjadi
permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk mengatasi masalah tersebut (Ikhsan
et al, 2009). Sementara itu, pembakaran limbah pertanian meningkatkan kadar CO2 di udara
yang berdampak terjadinya pemanasan global (Puspaningsih et al, 2007).
Jerami padi terdiri atas daun, pelepah daun dan ruas atau buku. Ketiga unsur ini relatif
kuat karena mengandung silika dan selulosa yang tinggi, dan pelapukannya memerlukan waktu
yang lama. Namun, apabila jerami padi diberi perlakuan tertentu akan mempercepat terjadinya
39
perubahan strukturnya (Kohar dan Setyaningrum, 2007). Kandungan dari jerami padi ialah
lignoselulosa yang terdiri dari tiga komponen fraksi serat yaitu selulosa 32,1%, hemiselulosa
24%, dan lignin 18%. Disamping itu juga jerami padi mengandung silika (Howard, 2003).
Menurut Reddy dan Yang (2006) bahwa komposisi dari jerami padi terdiri dari 40% selulosa,
30% hemiselulosa, 15% silika dan 15% lignin.
Doring et al, (2006) menyatakan bahwa pada tanaman kentang mulsa jerami
mempunyai daya pantul lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa plastik. Jadi jenis mulsa yang
berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, kandungan
air tanah, penekanan gulma dan organisme pengganggu. Mulsa dapat menaikan suhu tanah
pada musim dingin dan menurunkan suhu tanah pada musim kemarau. Sehingga sesuai dengan
lingkungan yang dibutuhkan oleh tanaman oleh sebab itu sejak tahun 2009 Kementerian
Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mulai mengembangkan tanaman kentang
dataran menengah.
Pemakaian mulsa merupakan salah satu cara yang efektif dalam usaha pengendalian
gulma (Sukman dan Yakup, 1991). Pada tanah- tanah yang tidak diberi mulsa jerami padi ada
kecendrungan menurunnya bahan organik tanah, dan sebaliknya pada tanah- tanah yang diberi
mulsa jerami padi kandungan bahan organiknya cukup mantap dan cenderung meningkat.
Selanjutnya mulsa jerami padi dapat mengurangi penguapan dalam kurun waktu yang lama
dan karena dapat menambah bahan organik tanah maka kemampuan untuk menahan air
menjadi meningkat (Purwowidodo, 1988).

D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain
pola Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 4 taraf perlakuan , ke 4 taraf
perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
E. M0 : Kontrol (tanpa mulsa)
F. M1 : Mulsa jerami ketebalan 2 cm
G. M2 : Mulsa jerami ketebalan 4 cm
H. M3 : Mulsa jerami ketebalan 6 cm
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali, sehingga terdapat 16 (enam belas)
unit percobaan yang masing-masing perlakuan terdiri dari 8 sampel tanaman sehingga
keseluruhannya itu 128 tanaman.
Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil berupa pertumbuhan dan produksi
selada antara penanaman selada dengan menggunakan lembaran mulsa jerami padi dengan
40
penanaman padi tanpa menggunakan mulsa yang berperan sebagai kontrol. Dimensi lembaran
mulsa yang dicetak mempunyai panjang 160 cm dan lebar 120 cm. Dalam penelitian ini akan
dirancang tiga ketebalan lembaran mulsa yakni ketebalan 2 mm, 4 mm dan 6 mm. Ketiga
ketebalan ini akan dibandingkan dengan kontrol untuk mengamati pengaruh pertumbuhan
selada yang terdiri dari jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar dan bobot basah panen.
Disamping itu akan dilakukan pengamatan antara ketiga ketebalan tersebut terhadap daya tahan
lembaran mulsa selama proses pertanaman sampai dengan panen.
Adapun alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar bagan alir di bawah ini.
Gambar Bagan Alir Penelitian

Pembuatan Persiapan lahan dan


Lembaran mulsa Pembibitan penanaman
jerami padi

Pengamatan kondisi Pemanenan Pengamatan


mulsa pada akhir Hasil pertumbuhan selada
proses

Pengamatan dilakukan secara berkala setiap 7 hari. Pengamatan dilakukan untuk


melihat perkembangan tanaman yang terdiri dari jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar
dan bobot basah panen.
data yang diperoleh dari analisis sidik ragam dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
Yij = ui + τi + βi + Ɛij
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan
Ui : Rata-rata Umum
τi : Pengaruh perlakuan ke - i
βi : Pengaruh kelompok ke - j
Ɛij : Pengaruh galat
τi2
FK = k.t

JK Total : T (Yij)2 - FK
TK2
JK Kelompok : t
- FK
TP2
JK Perlakuan : – FK
k

41
JK Galat : JK Total - JK Kelompok - JK Perlakuan
KT Perlakuan
F.hitung :
KT Galat

Jika F 0,05 < F hitung < 0,01 maka terima H1 pada taraf nyata 5 %. F hitung 0,05 maka terima
H1 pada taraf nyata 1 %. F hitung < F 0,05 maka terima H0. Jika hasil uji berpengaruh nyata
atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT.
Lembaran mulsa jarami dibuat dari jerami padi dengan kadar air 15%-20% kadar air basis
basah. Jerami akan dipotong-potong dengan panjang sekitar 1 cm untuk memudahkan proses
pengeringan dan proses pencampuran dengan bahan perekat. Setelah proses pemotongan dan
proses pengeringan dilakukan maka selanjutnya dilakukan proses pencampuran dengan bahan
perekat dengan cara jerami berukuran 1 cm dicampurkan bahan perekat berupa lem fox dengan
perbandingan sebesar 1:10. Tahapan selanjutnya adalah proses pamasakan bahan yang
dicampur dengan air secukupnya. Berikutnya dilakukan proses pencetakan dengan meletakkan
adonan jerami pada cetakan kayu yang dibuat dengan ukuran panjang 160 dan lebar 120 untuk
menghasilkan lembaran dengan mengatur ketebalan sebesar 2 mm, 4 mm dan 6 mm.

Mulai

Pemotong Jerami
(± 1cm)

Pengering

Pencampuran Dengan
Bahan Perekat

Pencetakan

Pengujian
Hasil

Selesai

Gambar 2 Bagan Alir Pembuatan Lembaran Mulsa Jerami

42
Adapun variabel yang akan diamati pada penelitian ini adalah :
1. Jumlah daun ; dihitung jumlah tangkai daun yang muncul pada setiap pengamatan. Dihitung
tanaman berumur 1 minggu setelah tanam dan dilakukan setiap 7 hari.
2. Tinggi tanaman ; mengukur tinggi tanaman dengan menggunakan meteran rol, dan
pengukurannya mulai dari permukaan tanah atau pangkal batang sampai ujung tertinggi
tanaman selada. Dihitung sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam dan dilakukan
setiap 7 hari.
3. Panjang akar ; Panjang akar tanaman yang telah dipanen diukur dari pangkal leher akar
sampai ujung akar.
4. Bobot basah panen ; Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 40 HST. Bobot basah
panen yang ditimbang adalah berat batang, akar dan daun yang termasuk daun segar, layu
dan rusak dengan menggunakan timbangan analitik.

I. Hasil Penelitian
 Tinggi tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan lembaran mulsa jerami padi
berpengaruh nyata terhadap petumbuhan tinggi tanaman selada. Hasil uji lanjut dengan
menggunakan jarak berganda Duncan disajikan pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Selada Pada Umur 1 MST sampai 5 MST
Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
M0 3,61 b 4,83 b 6,45 c 7,49 d 7,97 c
M1 4,20 a 5,86 a 8,56 a 12,67 a 13,50 a
M2 4,41 a 6,21 a 7,95 ab 11,72 b 13,47 a
M3 4,41 a 5,65 ab 7,36 b 9,89 c 12,35 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
angka yang berbeda nyata. M0 : Tanpa perlakuan mulsa jerami, M1 : Ketebalan
mulsa jerami 2 cm, M2 : Ketebalan mulsa jerami 4 cm, dan M3 : Ketebalan mulsa
jerami 6 cm
Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan lembaran mulsa dapat meningkatkan tinggi
tanaman selada dan berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan lembaran mulsa dengan
ketebalan 2 cm merupakan perlakuan terbaik yaitu 13,50 cm dibandingkan dengan perlakuan
yang lainnya. Perlakuan lembaran mulsa jerami dengan ketebalan 4 cm menunjukan hasil 13,47

43
cm dan dengan ketebalan mulsa jerami padi 6 cm menunjukan hasil tinggi tanaman selada
12,35 cm, sedangkan tanpa pemberian mulsa jerami padi menunjukan hasil terendah yaitu 7,97
cm. Hal ini disebabkan karena perlakuan dengan menggunakan mulsa jerami akan
mengakibatkan tingginya kelembaban tanah. Kelembaban tanah yang tinggi pada tanaman
selada sangat baik untuk pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Widyasari et al. (2011)
yang menunjukan bahwa aplikasi mulsa jerami akan memberikan kelembaban tertinggi sebesar
49,44 % dibandingkan dengan perlakuan mulsa lainnya.
 Jumlah daun
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pemberian lembaran mulsa
jerami padi memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol pada variabel
pengamatan jumlah daun. Hasil uji jarak berganda Duncan disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Selada Pada Umur 1 MST sampai 5 MST
Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
M0 4,79 b 5,71 c 5,96 b 6,42 b 6,42 b
M1 5,00 a 5,79 bc 6,46 a 7,79 a 8,04 a
M2 4,96 ab 6,13 a 6,38 a 7,50 a 8,09 a
M3 4,96 ab 6,04 ab 6,42 a 7,50 a 7,83 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
angka yang berbeda nyata. M0 : Tanpa perlakuan mulsa jerami, M1 : Ketebalan
mulsa jerami 2 cm, M2 : Ketebalan mulsa jerami 4 cm, dan M3 : Ketebalan mulsa
jerami 6 cm.
Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian lembaran mulsa jerami padi
dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman selada. Perlakuan dengan
ketebalan mulsa 4 cm menunjukan jumlah daun terbanyak yaitu 8,09 helai dibandingkan
dibandingkan kontrol 6,42 helai. Sedangkan untuk perlakuan mulsa jerami dengan ketebalan 2
cm menunjukan rata-rata jumlah helai daun 8,04 helai sedangkan mulsa jerami dengan
ketebalan 6 cm menunjukan jumlah helai daun rata-rata 7,83 helai daun. Hal ini diduga selain
jerami padi berperan sebagai mulsa, aplikasi mulsa jerami padi dapat memberikan kontribusi
dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman.
 Lebar Daun (cm)

44
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan dengan menggunakan
lembaran mulsa jerami padi dengan ketebalan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang
berbeda nyata dibandingkan kontrol. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Rata-Rata Lebar Daun Tanaman Selada Pada Umur 1 MST sampai 5 MST
Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
M0 3,61 b 4,83 b 6,45 c 7,49 d 8,19 b
M1 4,20 a 5,86 a 8,56 a 12,67 a 13,13 a
M2 4,41 a 6,21 a 7,95 ab 11,72 b 12,25 a
M3 4,41 a 5,65 ab 7,36 b 9,89 c 10,67 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
angka yang berbeda nyata. M0 : Tanpa perlakuan mulsa jerami, M1 : Ketebalan
mulsa jerami 2 cm, M2 : Ketebalan mulsa jerami 4 cm, dan M3 : Ketebalan mulsa
jerami 6 cm
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukan angka yang berbeda nyata. M0 : Tanpa perlakuan mulsa jerami, M1 : Ketebalan
mulsa jerami 2 cm, M2 : Ketebalan mulsa jerami 4 cm, dan M3 : Ketebalan mulsa jerami 6 cm
Tanaman yang diberikan lembaran mulsa jerami padi dengan ketebalan 2 cm
menunjukan lebar daun tertinggi yaitu 13,13 cm pada minggu kelima dibandingkan tanpa
pemberian mulsa 8,19 cm. Sedangkan untuk perlakuan dengan ketebalan mulsa jerami padi 4
cm menunjukan lebar daun rata-rata 12,25 cm dan untuk perlakuan dengan ketebaln 6 cm
menunjukan rata-rata lebar daun 10,67 cm. Hal ini diduga lembaran mulsa jerami padi sangat
efektif menekan pertumbuhan gulma sehingga pembentukan daun tanaman dapat berjalan
seimbang.
 Berat Segar Tanaman Selada (g)
Hasil pengamatan terhadap berat segar pada tanaman selada menunjukkan perlakuan
dengan menggunakan lembaran mulsa jerami padi dapat meningkatkan berat segar tanaman.
Perlakuan dengan berbagai ketebalan mulsa jerami dapat memberikan pengaruh yang berbeda
nyata dibandingkan dengan kontrol. Adapun hasil analisis uji lanjut duncan dapat dilihat pada
tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Rata-Rata Berat Segar Tanaman Selada Per Plot Akhir Penelitian
Perlakuan Berat segar tanaman per plot (g)
M0 45,75 a

45
M1 76,75 b
M2 76,25 b
M3 75,00 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
angka yang berbeda nyata. M0 : Tanpa perlakuan mulsa jerami, M1 : Ketebalan
mulsa jerami 2 cm, M2 : Ketebalan mulsa jerami 4 cm, dan M3 : Ketebalan mulsa
jerami 6 cm.
Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan dengan menggunakan berbagai ketebalan
mulsa jerami dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Perlakuan dengan
ketebalan mulsa 2 cm menunjukan berat segar per plot yang tertinggi yaitu 76,75 g sedangkan
kontrol 45,75 g. Hal ini disebabkan karena mulsa jerami padi dapat menahan proses penguapan
yang berlebih. Penguapan yang berlebih akan mengakibatkan kebutuhan air pada tanaman
semakin terbatas
J. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lembaran mulsa jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada
tanaman selada
2. Lembaran mulsa jerami padi pada ketebalan 2 cm merupakan perlakuan yang terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman selada dibandingkan kontrol dan
perlakuan yang lainnya
Adapun rekomendasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Gorontalo, melalui Dinas Pertanian dan Balitbang untuk mendukung
kebutuhan sayuran dan meningkatkan produksi khususnya tanaman selada di Kota
Gorontalo, maka penggunaan mulsa jerami dapat menjadi salah satu solusi kepada para
petani dalam mengatasi masalah dalam hal budidaya tanaman dibidang hortikultura.
2. Untuk mendukung ketersediaan pangan khususnya kebutuhan konsumsi sayuran maka
penggunaan lembaran mulsa ini sangat cocok untuk diaplikasikan ke lahan pertanian,
maka dinas pertanian dapat membuat lembaran mulsa ini dalam bentuk massal untuk
menekan biaya petani dalam penggunaan mulsa plastik dan pupuk.
3. Perlu adanya Rumah Kreasi Anak Bangsa yang di bangun untuk menjadi pusat hasil kreasi
teknologi tepat guna dan dapat bersinergi dengan program-program pemerintah khususnya
pertanian di Kota Gorontalo

46
4. Bobot basah panen ; Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 40 HST. Bobot basah
panen yang ditimbang adalah berat batang, akar dan daun yang termasuk daun segar, layu
dan rusak dengan menggunakan timbangan analitik.

DAFTAR PUSTAKA

Ansyari P. L., Steyono Y.T dan Sudiarso. 2017. Pengaruh Jenis dan Ketebalan Mulsa dalam
Mempertahankan Kandungan Air Tanah dan Dampak Terhadap Tanaman Kedelai
(Glycine max L) di Lahan Kering. Jurnala Produksi Tanaman 5(5) : 791-798
Damaiyanti, D.R.R., N.Aini., dan Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Mulsa Organik Pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar ( Capsicum annum L). J. Produksi
Tanaman 1 (2) : 25-32
Doring T., U. Heimbach, T. Thieme, M. Finckch, H. Saucke. 2006. Aspect of Straw Mulching
Inorganic Potatoes-I, Effects on Microclimate, Phytophtora infestans, and
Rhizoctonia solani. Nachrichtenbl. Deut. Pflanzenschutzd. 58 (3):73-78.
Dwiyanti. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan Mulsa Jerami Padi dan Jumlah Pemberian Air
pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Agrivita. 25 (1) : 22-
30.
Hamdani, J. S. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar
Kentang (Solanum tuberosum L.) yang ditanam di Dataran Medium. J. Agronomi
Indonesia 37 (1) : 14-20
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi dan Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Norsalis,E., 2011. Padi Gogo dan Padi Sawah. Diakses dari http: //repository.usu.ac.id. pdf.
Pada 5 Desember 2011
Osvalso ZS, Panca PS, [Faizal M. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan Waktu pada Proses
Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari Alang-Alang. Jurnal Teknik
Kimia No 2, Vol 18, April 2012.
Purwono, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Purwowidodo. 1988. Teknologi Mulsa. Dewa Ruci Press. Jakarta.
Rukmana, R dan U.U. S Saputro. 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit Kanisius
88 hal.
47
Saufani I., dan Wawan. 2017. Pengaruh Pupuk Cair Limbah Biogas Pada Tanaman Selada
(Lactuca sativa L). JOM Faperta 4(2) : 1-12
Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Syihabul F. 2008. Upaya Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine
Max L) Melalui Palikasi Mulsa. J. Agronomi 2(5) : 22-28
Widyasari, L., T. Sumarni dan Arifin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan mulsa Jerami
Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L Merr). J. Agronomi
6 (3) : 16-24
Widjaja A, Gunawan S. 2012. Pengembangan Teknologi Produksi Bioetanol Generasi 2
Melalui Pemanfaatan Selulosa Dan Hemiselulosa Dalam Jerami Padi. Prosiding
Insinas 2012.
Wiwara, S. Tohari dan Djafar. 2013. Pengaruh Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tiga Varietas Kacang Hijau (Vigna radia L. Wilcek) di Lahan Pasir Pantai
Bugel. Kulon Progo. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 4 (8) : 21-29

48

You might also like