You are on page 1of 121

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

UNTUK MENINGKATKAN SIKAP POSITIF SISWA DALAM


PELAJARAN MATEMATIKA

Disusun Oleh:
NOPRI YANTO
105017000431

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer


Untuk Meningkatkan Sikap Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika”
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 3 Desember 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan
Matematika.

Jakarta, Desember 2010


Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Maifalinda Fatra, M.Pd ............................. .............................
NIP. 19700528 199603 2 002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
Otong Suhyanto, M.Si ............................. .............................
NIP. 19681104 199903 1 001
Penguji I
Dr. Kadir, M.Pd ............................. .............................
NIP. 19670812 199402 1 001
Penguji II
Otong Suhyanto, M.Si ............................. .............................
NIP. 19681104 199903 1 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyadah, MA


NIP. 19571005 198703 1 003
ABSTRACT

Nopri Yanto (105017000431), "Application of Learning Model Advance


Organizer to enhance students' positive attitude in mathematics." Thesis
Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training
Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, September 2010.

The purpose of this study was to determine 1) What is the Advance Organizer of
Learning model to increase positive attitudes of students in math, 2) How do
students 'response to the implementation of Advance Organizer on the Learning
models of mathematics lessons, 3) What is the Advance Organizer of Learning
model to improve students' mathematics learning outcomes . This research was
carried out in SMP N 3 Ciputat, South Tangerang, Banten in Academic Year
2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research
(CAR), which consists of four stages, namely planning, execution, observation,
and reflection. The research instrument used was a positive attitude student
observation sheet, the daily student journals, interviews, and tests. Research
results revealed that the implementation of Advance Organizer of Learning model
to increase positive attitudes of students in mathematics, from the average
percentage of 67.12% in the first cycle increased to 87.62% in cycle II. Give a
positive response by an average of 55.624% in the first cycle increased to 78.75%
in the second cycle, and can improve learning outcomes math average of 69 in the
first cycle increased to 79.37 on the second cycle Hopefully the results of this
research was useful in efforts to improve the quality of education in Indonesia.

Keywords: Learning Advance Organizer and Students' Positive Attitude

i
ABSTRAK

NOPRI YANTO (105017000431), ”Penerapan Model Pembelajaran Advance


Organizer untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran Matematika”.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah model Pembelajaran


Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran
matematika, 2) Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model
Pembelajaran Advance Organizer pada pelajaran matematika, 3) Apakah model
Pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten
Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar observasi sikap positif siswa, jurnal harian siswa,
wawancara, dan tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model
pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam
pelajaran matematika, dari persentase rata-rata sebesar 67,12% pada siklus I
meningkat menjadi 87,62% pada siklus II. Memberikan respon positif rata-rata
sebesar 55,624% pada siklus I meningkat menjadi 78,75% pada siklus II, dan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika rata-rata sebesar 69 pada siklus I
meningkat menjadi 79,37 pada siklus II. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat
dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kata Kunci: Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Positif Siswa

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Sikap
Positif Siswa Dalam Pelajaran Matematika” ini dapat diselesaikan. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika serta
pembimbing akademik.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika.
4. Bapak H. Drs, M.Ali Hamzah, M.Pd, pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.
7. Bapak Maryone SE, kepala SMP N 3 Ciputat Kota Tangerang Selatan,
Banten, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.
8. Ibu Wiwit Turtonowati. S.Pd, guru pamong tempat penulis mengadakan
penelitian.
9. Ayahanda (Arsil) dan Ibunda (Sumarni) tercinta yang senantiasa memberikan
motivasi dan dukungan yang tidak terbatas kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

iii
10. Kakak, adik-adik tercinta (Armai Susanto, Arida, Arina, Ronal Regen, Jeje
dan Toto Singo Utomo) tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi,
dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Besti Verawati, yang selalu menemani saat suka dan duka. selalu ada saat
peneliti mengalami kesulitan.
12. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kuantan Singingi (GEMAKUSI) Jakarta,
yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada, Amrizaldi,
Rocky Gustiawan, Irwan Siska, Imam Maryoko, Radinal fauzi, Harry
Muswen, Febrian Sudarta, Oktamiadi, M.Ikbal fikri, Ridho, Ari Kusnadi yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten,
yang telah bersikap baik selama penulis mengadakan penelitian.
14. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika
angkatan 2005, (Wasnila, Dhani, Maryatul, Dhini, Huda, Rani, dll), semoga
kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan
dimasa mendatang.
15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi
serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik
yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan. Amin.

Jakarta, Oktober 2010


Penulis

Nopri Yanto

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 8
C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................... 8
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL


INTERVENSI TINDAKAN .......................................................... 11
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................ 11
1. Pembelajaran Matematika ..................................................... 11
a. Pengertian Matematika.................................................... 11
b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ............................. 14
2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika............ 19
3. Pembelajaran Advance Organizer ......................................... 23
4. Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran
Advance Organize ................................................................. 28

v
5. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer dengan Sikap Positif Siswa ................... 29
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan............................ 31
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 33


A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan.................... 33
1. Metode Penelitian.................................................................... 33
2. Desain Penelitian.................................................................... 35
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................... 36
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian................................... 37
E. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian.................................. 37
F. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................... 38
G. Data dan Sumber Data ................................................................ 43
H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44
I. Instrumen Penelitian.................................................................... 44
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees)
Study ............................................................................................ 45
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis.............................. 46
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................................... 47

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... 48


A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ............................................... 48
1. Survei Pendahuluan............................................................... 48
2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I ................................... 51
3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II................................... 74
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 93
C. Analisis Data ............................................................................... 94
D. Interprestasi Hasil Analisis ......................................................... 97
E. Pembahasan Temuan Penelitian .................................................. 99

vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 101
A. Kesimpulan ................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103


LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 105

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada


Siklus I ......................................................................................... 65
Tabel 2 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Advance Organizer Siklus I ……………………………….... 69
Tabel 3 Rekapitulasi Respon Siswa Selama
Siklus I ........................................................................................ 70
Tabel 4 Nilai Tes Akhir Siklus I................................................................ 72
Tabel 5 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan
Siklus I.......................................................................................... 73
Tabel 6 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Siklus II ............................. 86
Tabel 7 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus II............................... 91
Tabel 8 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II........................... 92
Tabel 9 Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa ........................... 94
Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II................ 96
Tabel 11 Statistik Deskriftif Peningkatan Hasil Belajar Siswa .................. 97

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Pembelajaran Matematika pada Penelitian


Pendahuluan................................................................................... 50
Gambar 2 Proses Pembelajaran Matematika pada Penelitian
Pendahuluan................................................................................. 51
Gambar 3 Siswa yang Berani Mengeluarkan Pendapat . ............................... 71
Gambar 4 Peneliti Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk
Bertanya.......................................................................................... 71
Gambar 5 Siswa yang Beranai Mengeluarkan Pendapat........ ........................ 91
Gambar 6 Siswa yang Merespon Pertanyaan dari Peneliti .............................. . 91

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ................................................... 36


Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................................. 38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................... 106


Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 122
Lampiran 3 Lembar Observasi Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran
Advance Organizer.................................................................. 159
Lampiran 4 Lembar Jurnal Harian Siswa..................................................... 183
Lampiran 5 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru..................... 184
Lampiran 6 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa.................... 185
Lampiran 7 Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Guru............... 186
Lampiran 8 Lembar Wawancara Setelah Penelitian dengan Siswa............. 187
Lampiran 9 Rekapitulasi Sikap Positif Siswa Setiap Pertemuan................. 188
Lampiran 10 Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Setiap
Siklus........................................................................................ 204
Lampiran 11 Tes Setiap Siklus....................................................................... 206
Lampiran 12 Respon Siswa Terhadap Tindakan Pembelajaran Setiap
Siklus.................................................................................. 210
Lampiran 13 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran Siklus I
dan II.................................................................................. 212
Lampiran 14 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Guru......................... 213
Lampiran 15 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa........................ 215
Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Penelitian................... 219
Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Penelitian…............. 220
Lampiran 18 Daftar Nilai Tes Siklus I dan II……………………………… 224

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak
terlepas dari peran matematika sebagai ilmu dasar. Untuk itu manusia sebagai
insan yang berhubungan dengan kemajuan teknologi tersebut, sudah selayaknya
perlu menguasai matematika sampai batas tertentu. Matematika merupakan sarana
untuk menanamkan kebiasaan bernalar dalam pikiran seseorang, karena
matematika merupakan ilmu terapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang
menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Selanjutnya dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas Jakarta, 2003)
disebutkan tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.1

1
Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. Strategi Pemebelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008). hlm 7.3.

1
2

Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi


matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh
Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia
menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah.
Hasil tes dari TIMSS-Third International Mathematics And Science Study
menunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada diperingkat 34
dari 38 negara.2 Beberapa ahli matematika seperti Ruseffendi, mensinyalir
kelemahan matematika pada siswa Indonesia, karena pelajaran matematika di
sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Menurut Sriyanto sikap negatif seperti ini
muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika sulit. Selain itu
pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau
guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap
pelajaran matematika.
Mengingat pentingnya peranan matematika dan melihat hasil belajar
matematika siswa yang kurang memuaskan, maka sudah selayaknya penanganan
yang dimaksud adalah peningkatan kualitas pengajaran dengan memperhatikan
berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Guru sebagai faktor
yang mempengaruhi kualitas pembelajaran hendaknya memilih pendekatan
pembelajaran yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai dan
dapat merangsang partisipasi dari siswa, sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surat An-Nahl ayat 125:

..ُ‫حسَن‬
ْ ‫ي َأ‬
َ ِ‫ي ه‬
ْ ِ‫حسَنَةِ َوجَا ِدلْ ُهمْ ّبِالَت‬
َ ‫عظَةِ ا ْل‬
ِ ْ‫حكْمَةِ وَالْمَى‬
ِ ‫ع ِإلَى سَبِيْلِ رَّبِكَ ّبِا ْل‬
ُ ْ‫اُد‬
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (Q.S. An-Nahl [16] : 125).
Pada ayat tersebut mengandung tiga hal pokok yang berkaitan dengan
mengajar yang baik, pertama guru bersikap bijaksana dalam menyampaikan bahan
ajaran kepada murid. Kedua, guru menggunakan cara yang baik dan tepat dalam
menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin

2
http://Rbaryans, wordpress.com. (Seminar internasional di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).
3

dicapai, dan yang ketiga, guru membina sikap siswa dalam kegiatan
pembelajarannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran, guru hendaknya
memperhatikan berbagai aspek sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap
siswa terhadap matematika itu sendiri. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari
dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, serta
menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.3 Jika siswa bersikap
senang terhadap matematika, tentu sikapnya itu mempengaruhi tingkah lakunya
terhadap matematika. Sedangkan sikap siswa yang tidak senang merupakan suatu
hambatan untuk belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
sikap senang terhadap matematika, maka dalam dirinya akan tumbuh keinginan
atau dorongan untuk belajar matematika dengan baik. Hal ini juga sebaliknya
bahwa siswa yang bersikap kurang senang terhadap matematika maka dari dalam
dirinya muncul suatu sikap penolakan atau anti dengan pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru bidang
studi matematika ibu Wiwit Turtinowoti pada tanggal 1 Maret 2010 di SMP N 3
Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten, diperoleh gejala-gejala sebagai berikut :
1. Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih
bersifat menoton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak
diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif untuk
mengembangkan potensinya.
2. Selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas
secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa
tersebut, karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan.
3. Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik,
seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menganggu teman yang
belajar.

3
Slameto. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003) hlm. 188
4

4. Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak


ada yang aktif mengemukakan pendapatnya, malah kebanyakan siswa
acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Bahkan sebagian besar
siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya beberapa
saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan dan itu pun
kurang lengkap. Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur
guru saja.
5. Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit, sehingga
ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika mereka tidak mau
bertanya kepada guru atau teman, hal ini mempengaruhi pelajaran materi
berikutnya.
6. Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam mengerjakan
latihan.
7. Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal – soal ke
depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian menunjuk teman
yang lain untuk menyelesaikan.
8. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan
kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru
memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa
menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas
mengerjakan.
9. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk.
Fakta di atas menunjukkan sikap dan perbuatan siswa ketika menerima
pelajaran dari guru kurang senang terhadap matematika. Gejala adanya siswa yang
kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak seharusnya terjadi, karena hal
itu akan menghambat proses belajar mengajar. Kurang senangnya seorang siswa
terhadap pelajaran matematika bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang
kurang bervariasi dan metode mengajarnya itu-itu saja.4

4
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006). hlm.163.
5

Beberapa usaha yang telah dilakukan guru untuk menciptakan suasana kelas
sehingga siswa senang belajar matematika, diantaranya adalah membimbing siswa
mengerjakan latihan, meminta siswa mengerjakan latihan/menuliskan hasil
kerjanya ke depan untuk menumbuhkan persaingan, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, belajar, dan memberikan penghargaan kepada siswa
yang berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini belum mampu
menumbuhkan sikap siswa menjadi senang terhadap matematika.
Bertolak dari kondisi sikap siswa yang kurang senang dalam belajar,
sebagaimana yang dikemukakan di atas khususnya dan dalam pelajaran
matematika pada umumnya, maka perlu diperbaiki proses dalam pembelajaran,
sehingga dapat menumbuhkan rasa senang siswa terhadap matematika. Karena
perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual. Sikap yang positif akan
terungkap dalam ”perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan
lain sebagainya). Sikap negatif akan terungkap dalam ”perasaan tidak senang”
(rasa benci, rasa takut, dan lain sebagainya).5 Munculnya rasa senang terhadap
matematika, mendorong siswa bersikap positif terhadap matematika, sehingga
siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik.
Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat
diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan
dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan
pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode, serta teknik tertentu
dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung
pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menerapkan model
Advance Organizer. Advance Organizer untuk mengaktifkan skemata siswa
(eksistensi pemahaman siswa) untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa dan
untuk membentuknya mengenal relevensi pengetahuan yang dimiliki. Advance
Organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat
digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara

5
W.S.Winkel S.J.M.Sc. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia
1984), edisi pertama, cet 3. hlm. 30-31.
6

terperinci.6 Advance Organizer dapat memperkuat struktur kongnitif dan


meningkatkan penyimpanan materi baru7. Ausubel mendeskripsikan Advance
Organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas
pembelajaran dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih tinggi dari pada
tugas pembelajaran itu sendiri.
Advance Organizer pernyataan yang dibuat guru sebelum sebuah presentasi
atau sebelum memerintahkan siswa untuk membaca bahan-bahan tekstual yang
memberikan struktur bagi informasi baru untuk dikaitakan dengan prior
knowledge siswa.8 Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan
menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi pelajaran
yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian Ausubel mengemukakan, bahwa
belajar dikatakan menjadi bermakna, bila informasi yang akan dipelajari peserta
didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Ausubel menggunakan istilah ”Advance Organizer” dalam penyajian
informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Kekuatan
model ini ialah mempermudah siswa dalam mempelajari materi baru, karena
dengan adanya model pembelajaran Advance Organizer ini siswa dapat dengan
mudah mengingat kembali materi yang pernah diperoleh sebelumnya yang
berhubungan dengan materi baru. Model pembelajaran ini juga terjadinya proses
pengaitan informasi berikutnya.
Dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa Advance Organizer
adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan pengetahuan yang
sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan
tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur kognitif yang
dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang disajikan. Dengan
pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa untuk menerima
materi yang baru. Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa

6
Sri Anita dan Suzanah. Op. Cit, hlm 1.5.
7
Joyce, B. dan Weil, M. Model Of Teaching, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi
kedelapan, hlm 281.
8
Richard I. Arends, Learning To Teach, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), edisi
ketujuh, hlm 221.
7

senang bagi siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang
tersebut akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap
matematika.
Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
Advance Organizer, yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka
siswa akan lebih mudah menerima/memahami materi yang akan disampaikan
guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa untuk tetap dalam
tugasnya dan akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan-
kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap
matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai
kesulitan dan sejalan dengan itu, maka keuletan siswa akan tumbuh dan
berkembang.
Tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang menunjukkan, (1) siswa
mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh, (2) siswa menyelesaikan tugas
dengan baik, (3) siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi, (4) siswa mengerjakan
tugas rumah dengan tuntas dan tepat waktu, (5) siswa merespon dengan baik
tantangan yang datang dari bidang studi, (6) siswa percaya diri dalam belajar
matematika, (7) siswa mempunyai keyakinan bahwa matematika berguna buat
dirinya. Tumbuhnya sikap untuk selalu yang terbaik dalam belajar matematika
menunjukkan bahwa dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap
matematika.
Memahami masalah dan kutipan di atas, maka peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada topik bangun datar
segi empat, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran. Karena pada setiap
sub pokok bangun datar segi empat membutuhkan materi awal yang sudah
dipelajari siswa untuk dikaitkan pada materi yang akan dipelajari. Sehingga
mempermudah siswa untuk menerima materi yang akan disajikan, dengan
demikian akan memberikan rasa senang bagi siswa dalam belajar matematika.
Melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini diharapkan
adanya perubahan sikap siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan,
Banten tahun pelajaran 2009/2010 kearah yang lebih baik terhadap matematika.
8

Agar siswa dapat membangun pengetahuan awalnya secara lebih bermakna, maka
dalam penerapan model Advance Organizer fokusnya terletak pada siswa dan
guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.

B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa
pokok kajian ini adalah Pembelajaran Model Advance Organizer dapat
meningkatkan sikap positif siswa. Berdasarkan permasalahan pokok tersebut
maka persoalan-persoalan yang mengintari kajian ini dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Kurangnya keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa cepat putus asa dalam mengerjakan latihan yang agak sulit dalam
belajar serta cenderung mengandalkan jawaban dari guru.
3. Banyak siswa yang takut dan malu menjawab pertanyaan yang diberikan
guru, serta persepsi siswa bahwa pelajaran matematika sulit dan
menakutkan.
4. Metode mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga belum dapat
meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika.

C. Pembatasan fokus Penelitian


Dengan banyaknya masalah di sekitar kajian ini, maka penulis menfokuskan
pada kajian tentang meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran
matematika dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap
siswa kelas VII-4 berjumlah 40 orang, Laki-laki 18 orang dan Perempuan 22
orang di SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun Ajaran 2009/2010
pada pokok bahasan bangun datar segiempat.

D. Perumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti
merumuskan masalah “Apakah penerapan model pembelajaran Advance
Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika”
9

siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun ajaran
2009/2010. Dari perumusan masalah maka dijabarkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan
sikap positif siswa dalam pelajaran matematika?
2. Bagaimana Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Advance Organizer pada pelajaran matematika?
3. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan
penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran
Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran
matematika kelas VII-4 pada pokok bahasan bangun datar segiempat di SMP N 3
Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Sedangkan secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Advance Organizer
pada pembelajaran matematika kelas VII-4 di SMP N 3 Ciputat,
Tenggerang Selatan, Banten.
2. Mengetahui peningkatan sikap positif siswa setelah dilakukan proses
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Advance
Organizer.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.
4. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui
penerapan model pembelajaran Advance Organizer.
10

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, peneliti, siswa,
maupun sekolah. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru, sebagai informasi bahwa penerapan model pembelajaran
Advance Organizer dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan sikap positif siswa yang menguntungkan terhadap
matematika.
b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sikap
positif siswa dalam mata pelajaran matematika dan juga meningkatkan
kualitas pengajaran di sekolah.
c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap
positif siswa terhadap pelajaran matermatika.
d. Bagi peneliti, menjadi ilmu yang berharga dalam penulisan yang
berikutnya.
11

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang
berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu
yang memuat bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah.2 Beberapa pendapat juga muncul tentang
pengertian matematika, ada yang mengatakan matematika simbol,
matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah bahasa yang
dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika
adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir logis;
matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah ratunya ilmu dan
sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari pola, bentuk, dan
struktur.3
Menurut Johnson dan Rissing (1972), matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. James dan James
1
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontempore, (Bandung: JICA-
UPI. 2001), hlm. 18.
2
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) edisi ketiga,
h.723.
3
Erna Suwangsih danTiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2006),
hlm 3.
11
12

(1976), dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika


adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,
dan geometri. Menurut pendapat kelompok matematikawan, matematika
adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik,
akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Reys , dkk (1984), dalam bukunya
mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola hubungan,
suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.4
Kemudian matematika merupakan pelajaran yang sangat penting
dalam dunia pendidikan sekolah, jadi matematika sekolah dapat diartikan
sebagai salah satu ilmu dasar. Matematika sekolah tersebut terdiri atas
bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada
perkembangan IPTEK. Hal ini menunjukan bahwa matematika sekolah
tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek
kajadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.5
Sedangkan fungsi pelajaran matematika sekolah ada tiga, pertama
sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya,
kedua matematika sekolah juga merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan di antara pengertian itu, dan fungsi matematika yang ketiga
adalah ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut
hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.6
Sedangkan matematika sekolah mempunyai peran yang sangat penting
baik bagi siswa, supaya punya bekal pengetahuan dan untuk
pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada umumnya

4
Erman Suherman, dkk, Op. Cit, hlm.15.
5
Sri Anita W. Janet Trineke Manoy dan Suzanah. Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.7.23.
6
Erman Suherman, dkk. Op. Cit, hlm. 55.
13

supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan matematika


itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.
Sedangkan tujuan umum diberikan matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah menurut Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) meliputi dua hal yaitu:
 Mempersiapkan agar siswa sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
 Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.7
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu
pengetahuan tentang ilmu bilangan, logika mengenai bentuk, susunan
besaran dan konsep-konsep dimana dalam mempersentasikannya
menggunakan simbol-simbol, matematika ratu ilmu, matematika ilmu
deduktif, terstruktur dan matematika sekolah merupakan salah satu ilmu
dasar dengan fungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam
pelajaran lain, bagi siswa pembentukan pola pikir, dan sebagai ilmu
pengetahuan bahwa matematika merupakan suatu ilmu mengenai
bilangan-bilangan yang diperoleh dengan bernalar, terorganisasikan
dengan baik yang dapat diterapkan di sekolah untuk mengembangkan
cara berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan
SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) dan
dapat digunakan sebagai pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.

7
Erman Suherman, dkk, Ibid, hlm. 56.
14

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan.8 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.9 Kemudian
Lester D. Crow mengemukakan, belajar ialah upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.10 Belajar dikatakan
berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang
telah dipelajarinya, maka belajar seperti itu disebut ”rotelearning”.
Kemudian, jika yang telah dipelajari itu mampu disampaikan dan
diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut ”overlearning”.
Secara umum belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi
seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.11
James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan
pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan.12
Sedangkan definisi belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.13

8
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 59.
9
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm.10.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.13.
11
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Press, 2006), hlm.117.
12
Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), hlm. 1.8.
13
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 2.
15

Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah


sebagai berikut:
 Skiner (dalam Barlow,1985) mengartikan belajar sebagai suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara prograsif.
 M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu
(2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
yang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
 Thursan Hakim dalam bukunya belajar secara efektif (2002),
mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain
kemampuannya.14
 Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaain
atau suatu pengertian.
 Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning
(1975) mengemukakan, belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan sesaat seseorang.15

14
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama,
2007), hlm 5.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika, (Bandung: Remadja Karya, 1984), hlm. 81.
16

 James O Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di


mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.16
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah ”perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang
setelah melakukan aktifitas tertentu. Peruhahan itu dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah ketingkah
laku yang lebih buruk. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah
terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.17
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut
mengenai belajar, meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan
mengenai pengertian belajar, namun baik secara eksplisit maupun
implisit diantara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi
manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada ”suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan peraktek atau
pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah
belajar itu membawa perubahan tingkah laku, karena pengalaman dan
latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkanya kecakapan baru, dan
perubahan itu didapat karena usaha yang sengaja.18
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku dapat berupa memperoleh perilaku
yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada dan
dapat berupa yang positif atau negatif dan bukan perubahan yang bersifat
sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian menghilang. Perubahan itu
didapat melalui mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman. Tingkah laku yang mengalami perubahan
menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu,

16
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.104.
17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30.
18
Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm. 37.
17

pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek


lainnya.
Proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan proses
belajar disebut pembelajaran. Undang-undang Republik Indonesia No 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa
pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.19
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan
istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne,
Bringgs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa”.20
Pembelajaran lebih mengacu pada segala kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa. Kalau kita
menggunakan kata “pengajaran”, kita membatasi diri hanya pada konteks
tatap muka antara guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan dalam
istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru
secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio,
program televisi atau media lainnya. Guru tetap memainkan peranan
penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajara. Dengan demikian
pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut antara
siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru,
siswa lainnya, tutor, media, atau sumber lainnya. Ciri lain dari
pembelajaran adalah “adanya komponen-komponen yang saling

19
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemudah, 2003 ), hlm. 74.
20
Udin S. Wiranataputra, Op. Cit, hlm 1.19
18

berkaitan satu sama lain dan komponen-komponen tersebut adalah


tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran”.21
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.22
Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah
suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu
pada tujuan (pembentukan kompentensi), yang dengan sistematik dan
terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.23
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, dalam
proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal,
bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memberbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, yang pada giliranya kemampuan berfikir itu
dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri.24
Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi
yang diharapkan, dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
Pandangan behavioristik tentang tujuan pembelajaran ditentukan tentang
penambahan pengetahuan sedangkan pandanga konstruktivisme tujuan
pembelajaran ditentukan tentang bagaimana belajar. Kegitan
pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode,

21
Ibid, hlm. 1.19.
22
Syaiful, Op. Cit, hlm. 62.
23
Zurinal, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2006). Loc. Cit.
24
Syaiful, Op. Cit, hlm 63.
19

dan teknik, serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara
lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.25
Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut, karena sasaran
tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai, bila siswa
telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang
matematika yang dipelajari. Bahan pelajaran matematika yang harus
dipelajari harus bermakna, artinya bahan pelajaran harus sesuai dengan
kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain,
pelajaran matematika yang baru perlu dikaitkan dengan konsep-konsep
yang sudah ada, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap dengan baik.26
Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah)
yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya
interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan
siswa. Sedangkan proses pembelajaranya bersifat exsternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku atau perubahan perilaku
siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada
siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar
matematika.
2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi, serta menentukan apa yang dicari
individu dalam kehidupan. Berbicara tentang sikap, telah didefinisikan
25
Mark K. Smith dkk, Teori Pembelajara dan Pengajaran, (Yogyakarta: Mirza Media
Pustaka, 2009), hlm 29-30.
26
Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 32.
20

dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz menemukan adanya lebih
dari tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian pada
umumnya dapat dimaksudkan kedalam tiga kerangka pemikiran.
Pertama adalah kerangka yang diwakili oleh Louis Thurstone
(1928), Rensis Likert (1932), dan Charles Osgood (tokoh terkenal di
bidang pengukuran sikap). Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable), maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu
objek. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulisasikan sikap
sebagai ”derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek
psikologis” (Edwards,1957).27 Sikap adalah kesiapan seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat
positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindar,
membenci, tidak mnyukai objek tertentu.28
Kelompok pemikir yang kedua diwakili oleh para ahli seperti
Chave (1928), Bogardus (1931), Lapierre(1934), Meaad (1934), dan
Gordon Allport (1935; tokoh terkenal dibidang psikologi sosial dan
psikologi kepribadian). Menurut kelompok pemikiran ini, sikap
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kelompok pemikir yang ketiga
adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic
schema) Secord & Backman (1964), menurut kerangka pemikir ini suatu
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang salain berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek.29

27
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 4-5.
28
Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta, 2006), hlm. 109.
29
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta : Pustaka Pelajar,
2005). Loc. Cit.
21

Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai


persamaan unsur, yaitu adanya kesedian untuk merespon terhadap suatu
situasi. Triandis (1971), mendefinisikan “An attude is an idea charged
with emotion which predisposes a class of actions to a particular class of
social situations”. Rumusan ini menyatakan bahwa sikap mengadung
tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan
sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative.30
Selanjutnya Azwar menyatakan struktur sikap terdiri atas tiga
komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive),
komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). Slameto
menyatakan bahwa terdapat tiga metode yang mempengaruhi siswa
mengubah sikap, antara lain:
a. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang
bersangkutan. Caranya dengan memberi informasi-informasi baru
mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas.
b. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap.
Dengan cara ini komponen afektif turut pula dirangsang cara ini
paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti
untuk berfikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka
senanginya.
c. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku
baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada.
Sikap memegang peranan yang penting dalam belajar, baik sikap
terhadap pengajar maupun terhadap materi yang akan diajarkan, karena
sikap sangat berpengaruh terhadap prestasi. Oleh sebab itu sikap positif
siswa terhadap matematika perlu ditumbuh kembangkan, dengan
menciptakan kondisi belajar matematika yang kondusif, sehingga
memungkinkan siswa belajar dengan baik. Jika ada perubahan dalam

30
Slameto. Op. Cit, hlm 188.
22

sikap berarti adanya tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan


terjadinya perubahan dalam sikap melalui proses tertentu.
Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, sikap terhadap objek
ini disertai dengan perasaan positif dan negatif. Sikap positif terhadap
mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses
belajar siswa. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif terhadap mata
pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulyan rasa kebencian
terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar
bagi siswa yang bersangkutan.
Telah dikemukakan bahwa siswa perlu memiliki sikap positif
terhadap matematika. Sehubungan itu maka guru semestinya memiliki
pengetahuan tentang ciri–ciri siswa yang bersikap senang terhadap
matematika, yang ditunjukkan siswa dalam aktifitasnya saat proses
pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa tersebut menyenangi pelajaran
matematika atau memiliki yang positif terhadap matematika.
Bertolak dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan perilaku yang menunjukkan kecendrungan untuk memberikan
respon, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Sikap
yang positif adalah sikap yang sungguh-sungguh dalam belajar baik di
sekolah maupun di rumah, Misalnya merasa senang dalam belajar,
kesungguhan dalam belajar, dan sebagainya. Sebaliknya sikap yang
negatif adalah sikap yang tidak senang dalam belajar, dapat dilihat
melalui gejala-gejala yang ditimbulkan dalam belajar. Misalnya tidak
tertarik dalam belajar, sering menganggu temannya dalam belajar dan
sebagainya.
Berdasarkan kesimpulan ini, maka sikap terhadap matematika
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kecendrungan untuk
memberikan respon, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif
terhadap matematika. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap
matematika yang dianggapnya bernilai dalam pandangannya, berarti
seseorang siswa mengetahui dan menyadari bahwa matematika itu
23

bermanfaat dalam kehidupan sehari–hari maupun dalam menunjang


untuk mempelajari ilmu lain. Sebaliknya, jika siswa bersikap negatif
terhadap matematika maka motivasi siswa untuk memepelajari
matematika rendah, akhirnya hasil belajarnya tidak memuaskan.
3. Pembelajaran Advance Organizer.
Mengingat sikap merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar, oleh sebab itu sebagai
pengelola pembelajaran harus mampu memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran sebagai upaya menumbuhkan sikap siswa yang positif
terhadap matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang penting
diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana
mempersiapkan peserta didik menerima materi baru dengan mudahh
yang akan diajarkan guru. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa jika
siswa tidak siap menerima pelajaran maka ia tidak akan mengikuti
penjelasan guru dengan baik. Sebagai akibatnya siswa malas belajar dan
seiring dengan itu muncul perilaku-perilaku siswa yang tidak diinginkan
dalam pembelajaran.
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang
disebut ”Pengatur kemajuan (belajar)” (Advance Organizer) didefinisikan
dan dipersentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengaturan
kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
(mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Ausubel percaya bahwa ”Advance Organizer” dapat memberikan tiga
macam manfaat yakni:31

1. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi


belajar yang akan dipelajari oleh siswa.

2. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara


apa yang sedang dipelajari siswa”saat ini” dengan apa yang
”akan” dipelajari siswa.
31
Prasetya Irawan, Suciati, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar,
(Jakarta: PEKERTI, 1994), hlm.10.
24

3. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara


lebih mudahh.
Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus
sangat baik, hanya dengan demikian seorang guru akan mampu
menemukan informasi, yang menurut Ausubel ”sangat abstrak, umum
dan inklusif”, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu,
logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika
berfikir yang baik, maka guru akan kesulitan memilah-milah materi
pelajaran, merumuskanya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta
menguratkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis
dan mudahh dipahami.
Model pembelajaran yang menekankan pentingnya memperkuat
pengetahuan awal siswa sebagai upaya persiapan untuk menerima materi
baru adalah model pembelajaran Advance Organizer. Model
pembelajaran ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa,
seperti fakta–fakta, konsep–konsep, dan generalisasi–generalisasi yang
telah dipelajari siswa. Dengan kata lain struktur kognitif merupakan jenis
pengetahuan tertentu yang ada di dalam pikiran yang berfungsi sebagai
kerangka konseptual bagi pengetahuan berikutnya yang lebih rinci dan
abstrak.
Lebih lanjut Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang
sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya.
Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan
sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan
informasi atau ide baru. Dalam kegiatan ini, sangat diperlukan adanya
alat penghubung yang dapat menjembatinya informasi atau ide baru
25

dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung
dimaksud adalah Advance Organizer. 32
Guru menggunakan Advance Organizer untuk mengaktifkan
skemeta siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apakah
yang telah dikenal siswa dan untuk membantunya mengenal relevansi
pengetahuan yang telah dimilki. Advance Organizer memperkenalkan
pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai
kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci.33
Joyce dan Weil menyatakan, bahwa Advance Organizer berfungsi
untuk menjelasakan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
pelajar. Strategi pembelajaran ini konsisten dengan pemikiran Ausubel
bahwa struktur kognitif yang sudah ada bertindak sebagai alat pengait
informasi baru. Sedangkan Ausubel mengemukakan, bahwa tujuan
Advance Organizer adalah mengaitkan bahan bermakna yang akan
dipelajari (pengetahuan baru) dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa.
Namun perlu digaris bawahi bahwa Advance Organizer bukan
merupakan sebuah rangkuman umum materi bahan ajar yang akan
dipelajari. Advance Organizer merupakan penyajian singkat informasi
visual atau verbal yang tidak mengandung isi atau bahan tertentu dari
materi baru yang akan dipelajari.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa
Advance Organizer merupakan seperangkat materi bahan ajar yang
dirancang dengan baik dan logis, dan merupakan jembatan bagi materi
yang akan diajarkan. Advance Organizer berfungsi menjelaskan,
mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari
dengan pengetahuan atau pengalaman belajar yang telah dimiliki peserta
didik. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperkuat struktur kognitif
32
Bruce Joyce, dkk, Model of Teaching. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi
kedelapan, hlm. 287.
33
Sri Anita. Op. Cit, hlm. 1.5.
26

yang dimiliki siswa, sehingga memudahhkan siswa dalam memahami


materi yang disajikan.
Dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizer terdiri
dari tiga tahap kegiatan yaitu :
a. Tahap pertama adalah persentasi Advance Organizar (penyajian
materi awal). Tahap pertama, terdiri dari tiga aktifitas yaitu :
pertama, menentukan tujuan pembelajaran umum merupakan
salah satu cara untuk menarik perhatian siswa dan membawa
mereka pada tujuan khusus pembelajaran. Tujuan ini penting
untuk memfasilitasi pembelajaran yang bermakna (menentukan
tujuan umun yang bermanfaat bagi guru dalam merancang
pembelajaran). Kedua, penyajian materi awal. Dalam penyajian
materi awal, guru memberikan dorongan kapada siswa untuk
mempelajari kembali konsep–konsep, prinsip–prinsip, dan
aturan–aturan yang sudah dipelajari siswa sebelumnya yang ada
kaitannya dengan materi yang dibahas, serta memahami
contoh–contohnya. Ketiga untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan penguasaan siswa tentang materi awal, guru
perlu memberikan latihan yang bertujuan untuk mendorong
siswa agar konsep–konsep, prinsip–prinsip dan aturan yang
telah dipelajari diingat dan dikuasai dengan baik, selanjutnya
siap untuk menerima materi baru.
b. Tahap kedua adalah penyajian materi pembelajaran.
Tahap kedua, adalah penyajian materi utama. Kegiatan ini
diawali dengan menarik perhatian siswa terhadap materi yang
akan disajikan dengan cara menginformasikan manfaat materi
yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyajikan materi
pembelajaran secara jelas dan tuntas serta memberikan contoh-
contoh. Akhir tahap ini, guru memberikan latihan sebagai
upaya untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap
materi yang disajikan.
27

c. Tahap ketiga memperkuat pengelolahan kognitif.


Tahap ketiga menjadi 4 aktifitas yaitu, (1) memanfaatkan
prinsip rekonsilisi integratif. Maksudnya adalah memanfaatkan
suatu pola penyesuaian hubungan antara struktur kognitif
materi lama dengan materi baru yang akan dipelajari, (2)
meningkatkan pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif, (3)
memperoleh pendekatan kritis (umpan balik) dari siswa, (4)
mengklarifikasihkan.34
Joyce dan Weil mengemukakan terdapat beberapa cara untuk
memadukan materi baru dengan struktur kognitif yang ada. Untuk itu
guru dapat menempuh cara–cara seperti :
1. Mengingatkan siswa pada ide–ide (gambaran umun).
2. Meminta siswa meningkatkan pemahaman pada hal–hal
penting dan materi baru.
3. Mengulangi definisi–definisi utama.
4. Meminta siswa membedakan beberapa aspek penting materi.
5. Meminta siswa menguraikan materi pembelajaran yang
mendukung konsep atau pertanyaan yang digunakan sebagai
materi awal.
Selanjutnya pembelajaran aktif dapat ditingkatkan dengan cara
meminta siswa untuk menguraikan kaitan materi baru dengan materi
awal, meminta siswa membuat contoh-contoh tambahan tentang konsep
dan pernyataan dalam materi pembelajaran, meminta siswa mengulangi
istilah– istilah dengan menggunakan kata–kata pada bagian yang penting,
dan meminta siswa untuk menguji dengan yang berbeda.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Advance
Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk
memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk

34
Bruce Joyce, dkk. Op. Cit hlm. 289.
28

memahami materi yang disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih


baik akan mempermudahhkan siswa untuk memerima materi yang baru.
Kondisi pembelajaran yang demikian akan memberikan rasa senang bagi
siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang tersebut
akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap
matematika.
4. Langkah – Langkah Penerapan Pembelajaran Advance Organizer
Penerapan model Advance Organizer dalam penelitian dirancang
sebagai berikut :
1. Tahap Pertama Presentasi Advance Organizer.
Tahap pertama ini terdiri dari tiga aktivtas yaitu:
mengklarifikasikan tujuan-tujuan pelajaran, menyajikan Advance
Organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan.
Mengklarifikasaikan tujuan adalah salah satu cara untuk
memperoleh perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada
tujuan-tujaun pembelajaran, diawali dengan menginformasikan
tujuan-tujuan pembelajaran khusus materi yang akan dipelajari
siswa.
Selanjutnya dilanjutkan dengan penyajian materi awal yang
dirancang, agar pusat pembelajaran terletak pada siswa dan guru
hanya memberi bantuan jika diminta. Hal ini ditempuh agar
pengalaman belajar diperoleh lebih bermakna. Sehubungan dengan
itu, maka pada tahap ini, siswa belajar memahami materi awal
dengan memberikan pelajaran sebelumnya. Melalui soal yang
diberikan oleh guru, siswa didorong untuk membangun kembali
pengalaman belajarnya yang diperlukan sebagai upaya
mempersiapkan diri untuk mempelajari materi baru. Misalnya
dalam belajar matematika sebelum masuk materi utama seperti
bangun datar segi empat maka terlebih dahulu guru memberi
dorongan kepada siswa untuk mempelajari materi awal yang ada
kaitanya dengan materi bangun datar segi empat.
29

2. Tahap kedua Materi Pembelajaran


Dalam tahap ini, aktifitas guru adalah menyajikan materi
utama yang diawali dengan menarik perhatian siswa. Hal ini
bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap materi
yang akan disampaikan. Selanjutnya guru menyajikan materi
pelajaran secara jelas dan tuntas disertai contoh–contoh, kemudian
memberikan latihan. Selama presentasi, pengelolaan materi
pelajaran dibuat dengan jelas pada siswa sehingga siswa memiliki
seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi
yang disampaikan.
3. Tahap ketiga Memperkuat Struktur Kognitif Siswa
Dalam kegiatan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Guru meminta siswa untuk mengaitkan konsep–konsep,
prinsip- prinsip, dan aturan yang diperoleh lewat penyajian
materi pembelajara dari konsep–konsep, prinsip–prinsip
yang diperolehnya melalui penyajian materi awal.
b. Mengintensifkan proses pembelajaran dengan melibatkan
siswa aktif.
c. Mendapatkan pendekatan kritis (umpan balik) tentang suatu
materi.
d. Membuat kesimpulan atau rangkuman.
5. Hubungan antara Penerapan Model Pembelajaran Advance
Organizer dengan Sikap Positif Siswa
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sikap adalah
satu faktor yang berperan dalam menentukan kualitas proses
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini mengidentifikasikan
bahwa semakin terbukanya kemungkinan tumbuh dan berkembangnya
sikap positif siswa dalam pelajaran matematika menunjukkan bahwa
proses pembelajaran yang dikelola guru semakin baik. Sehubungan
dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai pembantu
30

dalam pengalaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta


membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan
keinginan.35 Artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus mampu
dan terampil dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang
cocok dan sesuai dengan karekteristik siswa dan materi yang akan
dipelajari.
Dengan demikian, Sikap positif besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena apabila siswa tidak memiliki sikap positif dalam belajar,
maka materi yang dipelajari tidak akan dapat diterima oleh siswa dengan
sebaik-baiknya, disebabkan tidak ada daya tarik bagi siswa tersebut. Oleh
karena itu, diharapkan guru dapat meningkatkan sikap positif belajar
siswa tersebut. Berdasarkan teori Gagne dalam belajar matematika ada
dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan objek tak
langsung. Objek langsung antara lain, kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap
matematika, dan tahu bagaimana mestinya belajar. Sedangkan objek
langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Menurut Teori Edward L Thorndike (1874-1947) belajar akan lebih
berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan
rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul
sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran. Menurut Teori
Ausubel, teori ini terkenal dengan belajar bermakn dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai.
Sehubungan dengan hal di atas maka penerapan strategi
pembelajaran untuk mempersiapkan siswa menerima pelajaran
merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran Advance
Organizer merupakan seperangkat materi pelajaran yang berfungsi
menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang
sedang dipelajari dengan pengetahuan siswa dan bertujuan untuk

35
Oemar Hamalik. Op. Cit. hlm 47-48
31

memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk memahami


materi yang disajikan.36
Memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
Advance Organizer yaitu mempersiapkan siswa menerima materi baru,
maka siswa akan lebih mudahh menerima atau memahami materi yang
akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahhan ini akan
mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan–kegagalan
yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap
matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi
berbagai kesulitan dan sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan
tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembang perilaku siswa yang
menunjukkan siswa berminat dan senang belajar matematika, ulet dalam
menghadapi kesulitan, tidak cepat putus asa, dan tumbuhnya sikap untuk
selalu yang terbaik dalam belajar matematika, menunjukkan bahwa
dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap matematika.
Dengan demikian penerapan Advance Organizer dapat
menumbuhkembangkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika.
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Tugas Guru untuk memperhatikan siswanya agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru sangat
penting dalam mengatur dan memilih model dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswanya.
Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat
diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan
dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan
pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode serta teknik tertentu
dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung
pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.

36
Bruce Joyce dan Weil, M, dkk. Op. Cit hlm. 291.
32

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen yang ada di dalamnya tidak tercapai. Salah satu dari
komponen tersebut adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran memudahhkan
jalan pengajaran menuju tujuan yang akan dicapai oleh guru kepada siswa. Antara
model pembelajaran dan tujuan harus saling berhubungan. Model pembelajaran
sebagai penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal, pemilihan model pembelajaran menjadi suatu
tantangan bagi para pengajar.
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan minat,
perhatian, dan keaktifan siswa atau mempunyai sikap positif terhadap matematika.
Salah satunya dengan melakukan model pembelajaran Advance Organizer.
Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur
kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang
disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa
untuk memerima materi yang baru.
Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
Advance Organizer yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka
siswa akan lebih mudahh menerima/memahami materi yang akan disampaikan
guru. Dengan adanya kemudahhan itu diduga dapat meningkatkan sikap positif
siswa terhadap pelajaran matematika dan akan akan mendorong siswa untuk tetap
dalam tugasnya serta akan mendorong siswa untuk mengurangi kegagalan.
Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang.
C. Hipotesis Tindakan
Dengan bertitik tolak pada kajian teoritis yang diuraikan di atas maka
peneliti mengajukan Hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model
pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam
pelajaran matematika.
33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran Advance Organizer untuk meningkatkan sikap
positif siswa dalam pelajaran matematika Kelas VII-4 di SMP N 3
Ciputat Kota Tanggerang Selatan Banten. Karena sekolah ini
tempatnya strategis dan jarak antara sekolah dengan rumah peneliti
dekat.
2) Waktu Penelitian
Pelaksanan penelitian di mulai dengan pra penelitian pada tanggal
8, 9, 12 April 2010 observasi di sekolah, wawancara di sekolah
pada tanggal 14 dan 15 April 2010. Perencanaan dan jadwal
penelitian 2 kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis, dan
pelaksanaan pengamatan di mulai dengan pertemuan pertama pada
hari Rabu tgl 14 April 2010 dan selesai pada tgl 29 Mei Tahun
ajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action
Research yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh Guru atau dengan arahan dari
Guru yang dilakukan oleh siswa.1 Penelitian Tindakan Kelas dapat juga
diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas

1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007)
Cet ke-4, hlm. 3

32
34

melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut


dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari pelaksanaan tersebut.2
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidikan dalam
menangani proses pembelajaran semakin meningkat kualitas pendidikan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan
(pra penelitian) dan akan dilanjutka dengan beberapa siklus. Dalam hal ini,
yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali
kelangkah semula, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 3
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan penelitian menentukan fokus
peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap ini
penelitian menentukan titik fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja
sama dengan kolaborator (Guru kelas) membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses
pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat
instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal
harian, lembar wawancara, dan soal tes untuk akhir siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu
melaksanakan tindakan kelas.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersama
dengan pelaksanan tindakan untuk memperoreh data yang akurat

2
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 26.
3
Suharsimi Arikunto, dkk. Op. Cit, hlm, 16.
35

untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan


sebagai kegiatan mengamati, mengadili, dan mendokumentasikan
semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan
dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan
kolaborator. Sebagai observer yaitu mengamati sikap siswa selama
proses pembelajaran dan member penilaian terhadap peneliti dalam
menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer.
d. Refleksi (Reflecing)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan apa
yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer,
sehingga diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan
mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya
perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk
memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan
diterapkan pada penelitian berikutnya.
2. Desain Penelitian
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I,
penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil
siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah
tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator
keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan kesiklus
III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat
digambarkan dengan alur sebagai berikut.
36

Bagan 1.
Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

Alternatif pemecahan Pelaksanaan


Permasalahan
(Rencana Tindakan) Tindakan

Selesai ? Siklus I

Refleksi Anaslisis Data Observ


asi

Alternatif pemecahan Pelaksanaan


Masalah belum Pengamatan dan
selesai (Rencana Tindakan)
pengumpula
Tindakan
n data
Selesai ? Siklus II
Perencanaan II
Refleksi us 2
Anaslisis Data Observasi

Masalah belum selesai Siklus selanjutnya

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator


keberhasilan sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi sikap positif siswa dalam
belajar matematika menunjukkan peningkatan sikap positif. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan hasil persentase sikap positif siswa mencapai
rata-rata 75%.
2. Rata-rata persentase respon positif siswa dapat mencapai minimal
70%.
37

3. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap
akhir siklus harus mencapai lebih dari atau sama dengan 75.
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
Partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
seluruh siswa kelas VII-4 yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22
perempuan dan 18 laki SMP N 3 Tanggerang Salatan Banten dan guru
kelas VII sebagai observer.
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu
peneliti mengamati sikap yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran yang menggunakan lembar observasi. Selain itu guru
matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada
saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan
tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada
saat tindakan berikutnya.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku
penelitian, yakni berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
Advance Organizer. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas
sebagai kolaborator dan observer. Guru kelas Sebagai kolaborator yaitu
membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran
(RPP), membantu peneliti dalam melakukan refleksi dan menentukan
tindakan–tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Guru
kelas sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam
mengajar dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer dan
mengamati seluruh sikap siswa dalam belajar matematika selama proses
pembelajaran matematika berlangsung.
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama
antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting
dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing
38

mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan


saling melengkapi untuk mencapai tujuan.4
F. Tahap Intervensi Tindakan
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti
melakukan penelitian pendahuluan (Pra Penelitian), kemudian akan
dilanjutkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat
tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan.
Jika pada saat refleksi dari siklus I terdapat masalah dalam
tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan
tindakan ulang melalui siklus berikutnya (siklus II) yang meliputi
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau
observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan dengan hasil dari siklus I
sebagai acuannya.
Jika pada saat refleksi dari siklus II masih terdapat masalah dalam
tindakan dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan
siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi, jika
pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan
indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan.
Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas


2. Wawancara dengan guru kelas
3. Wawancara dengan siswa

4
Suharsimi Arikunto. Ibid, hlm. 63
39

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
Advance Organizer
b. Membuat pedoman observasi
c. Membuat pedoman wawancara
d. Membuat jurnal harian
e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan
menerapkan pembelajaran Advance Organizer kemudian
dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus

.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer
b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

4. Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I.
Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan
ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran Advance
Organizer berdasarkan hasil refleksi siklus 1
b. Menyiapkan pedoman observasi
c. Menyiapkan pedoman wawancara
d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa
e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
40

2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan
pembelajaran Advance Organizer kemudian dilanjutkan dengan
pemberian tes Siklus II.

3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer
b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

4. Tahap Refleksi
Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator
keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila
indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke
siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:


1. Pra penelitian
a. Pengamatan keadaan kelas
Waktu pelaksanaan : 8, 9, 12 April 2010
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses
pembelajaran di kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran
matematika dan dan sikap siswa terhadap pelajaran matematika.
b. Wawancara
Waktu pelaksanaan : 14 dan 15 April 2010
Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan
siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika,
respon siswa terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang
41

dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran matematika di kelas


tersebut.
2. Siklus I
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dengan model pembelajaran Advance Organizer dan
membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi sikap
positif siswa, lembar jurnal harian siswa, pedoman wawancara untuk
guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, LKS dan soal untuk tes pada
akhir siklus I ini.
b. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembelajaran
Advance Organizer peneliti berperan sebagai Guru akan melakukan
beberapa tindakan yaitu :
Tahap Pertama: Persentasi Advance Organizer
 Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran
 Memberi contoh-contoh atau latihan
 Menyajikan konteks mengulang
 Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan
motivasi
Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran
 Menyajikan materi pembelajaran
 Mempertahankan perhatian siswa
 Memperjelas pengolahan materi pelajaran
 Memperjelas aturan materi
 Pembelajaran yang masuk akal
Taha Ketiga: Memperkuat pengelolahan kongnitif
 Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif
 Menganjurkan pembelajaran resefsi aktif
42

 Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang


dipelajari
 Mengklarifikasi
c. Tahap observasi
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator
yang telah ditentukan oleh peneliti melalui lembaran observasi.
d. Tahap analisis dan refleksi
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran
pada Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada
tahap perencanaan Siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus I .
b. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer yang telah dibuat sebelumnya.
Tahap Pertama : Persentasi Advance Organizer
 Mengklarifikasikan tujuan –tujuan pelajaran
 Memberi contoh-contoh atau latihan
 Menyajikan konteks mengulang
 Mendorong kesadaran pengetahuan siswa atau memberikan
motivasi
43

Tahap Kedua: Presentasi Materi Pembelajaran


 Menyajikan materi pembelajaran
 Mempertahankan perhatian siswa
 Memperjelas pengelolahan materi pembelajaran
 Memperjelas aturan materi
 Pembelajaran yang masuk akal
Tahap Ketiga: Memperkuat pengelolahan kognitif
 Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi interagtif
 Mengajurkan pembelajaran resefsi aktif
 Membangkitkan pendekatan kritis pada materi yang sedang
dipelajari
 mengklarifikasi
c. Tahap observasi
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan pengamatan berdasarkan indikator
yang telah ditentukan oleh peneliti.
d. Tahap analisis dan refleksi
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran
pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan
bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan.
Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian
dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data Kualitatif: Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran
matematika, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, Jurnal harian
dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
44

2. Data Kuantitatif: Nilai hasil tes tiap siklus


Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru,
dan peneliti.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hasil observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika:
Data diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada
setiap pertemuan.
2. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa dengan
diterapkannya model pembelajaran Advance Organizer.
3. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan
pada setiap akhir siklus.
4. Hasil wawancara: Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas
dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada tahap akhir siklus.
5. Hasil dokumentasi: Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-
foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari
setiap siklus.
Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator
melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang
perkembangan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, tentang
kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan.
I. Instrument-Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada
setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir
pembelajaran, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil
belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh
materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.
45

2. Instrumen Non Tes


Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika
Lembar observasi sikap positif siswa dalam belajar matematika
digunakan untuk mengetahui peningkatan sikap positif siswa dalam
belajar matematika. Lembar observasi ini juga digunakan untuk
menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus berikutnya.
b. Lembar jurnal harian siswa
Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon
siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Advance
Organizer
c. Lembar wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi di kelas.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ( Trusworthines) Study
Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan
saturasi, yaitu :
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara
yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi
tentang sikap positif siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa,
wawancara siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam
mengerjakan soal.
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal
yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa
dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan
wawancara dengan guru.
3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
46

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.


Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak
ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti
untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus”.5 Untuk dapat
menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional
ataukah belum, dilakukan dengan penelusuran dari segi isinya (content).
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan.6 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan
instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar
di bidang evaluasi pendidikan matematika.
K. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis
Proses analisis data terdiri atas data pada saat di lapangan yaitu pada
saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data
yang sudah terkumpul berupa hasil lembaran observasi, hasil tes siswa,
hasil wawancara, dan hasil pengisian jurnal harian siswa. Data yang
berupa sikap siswa yang tercantum dalam lembar observasi didiskusikan
terlebih dahulu dengan observer. Semua data dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif. Analisis data ini berguna untuk membuat
perbaikan pada kegiatan siklus selanjutnya.
Tahap menganalisa data dimulai dengan membaca keseluruhan data
yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data,
menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Data yang
diperoleh berupa kalimat-kalimat dan sikap siswa diubah menjadi kalimat
yang bermakna dan alamiah. Analisis data tersebut berlangsung pada saat
pengumpulan data dengan pertimbangan analisis berdasarkan analisis
logis. Kriteria keberhasilan peningkatan sikap positif siswa terhadap

5
Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan
Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, hlm. 170.
6
Suharsimi Arikunto. Op. Cit, hlm, 67.
47

pelajaran matematika ditunjukkan dengan rata-rata lembaran observasi


siswa telah mencapai 75 setelah siklus.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (silklus I) dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai Kriteria keberhasilan yaitu peningkatan sikap
positif siswa dalam pembelajaran matematika maka ditindak lanjuti untuk
melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.
Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan
refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka
penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.
Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian
ini telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran Advance
Organizer dalam meningkatkan sikap Positif siswa dalama belajar
matematika.
Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan
perencanana dan persiapan yang cukup panjang. Adapun perencanaan
tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrument penelitian seperti
lembar observasi sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika,
lembar jurnal harian siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan, dan
soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika siswa, serta
lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat
menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau
yang dianjurkan oleh sekolah.
Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi
dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk
membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk
berdiskusi membicarakan kegiatan pada siklus selanjutnya.
48

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan


1. Survei Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan
penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta
wawancara terhadap guru kelas. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8, 9
dan 14 April 2010 di SMP N 3 Ciputat pada tanggal 8 April 2010 peneliti
menemui wakil Kepala sekolah untuk menjelaskan tujuan kedatangan
peneliti ke SMP N 3 Ciputat serta bertemu dengan guru bidang studi
matematika kelas VII di SMP N 3 Ciputat dan pada tanggal 9 April 2010
peneliti menemui guru bidang studi matematika kelas VII yang bernama ibu
Wiwit Turtonowati untuk melaksanakan wawancara. Kemudia pada tanggal
14 April peneliti mengikuti guru mengajar di kelas VII-4.
Observasi yang dilakukan pada tanggal 8 April adalah untuk
mengetahui selabus yang digunakan di SMP N 3 Ciputat sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan proses penelitian dan mencatat kelender
yang berlaku disekolah tersebut. Kemudian pada hari Jum’at tanggal 9 April
2010, peneliti bersama guru bidang studi matematika menentukan kelas
yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan terpilih kelas VII-4.
Selain itu peneliti melakukan wawancara terhadap guru bidang studi
matematika untuk mengetahui gambaran kegitan pembelajaran yang biasa
dilakukan dan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.
Kemudian pada hari rabu, 14 April 2010 peneliti mengikuti guru bidang
studi mengajar di Kelas VII-4 serta mengamati proses pembelajaran siswa.
Adapun hasil pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran dikelas VII-4
sebagai berikut:

48
49

a) Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih


bersifat menonton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih
banyak diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif
untuk mengembangkan potensinya.
b) Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa
izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak
kurang baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan
penjelasan guru secara keseluruhan.
c) Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan
baik, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, menganggu
teman yang belajar.
d) Siswa cepat putus asa jika diberikan latihan yang agak sulit,
sehingga ketika mengalami kesulitan dalam belajar matematika
mereka tidak mau bertanya kepada guru atau teman, hal ini
mempengaruhi pelajaran materi berikutnya.
e) Siswa cenderung mengandalkan jawaban dari guru dalam
mengerjakan latihan.
f) Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja,
tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah
kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika.
Bahkan sebagian besar siswa jarang mencatat materi yang sudah
guru sampaikan, hanya beberapa saja dari mereka yang mencatat
materi yang guru sampaikan dan itu pun kurang lengkap. Mereka
akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.
g) Ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyelesaikan soal–
soal ke depan kelas, ada sebagian siswa yang menolak kemudian
menunjuk teman yang lain untuk menyelesaikan.
h) Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat
dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang
menyukai, ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai.
50

Sehingga ada beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan


alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.
i) Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk.
Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak
siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan alasan karena
matematika itu pelajaran yang sulit dan memusingkan. Siswa terlihat bosan
pada saat mengikuti pelajaran matematika serta sering mintak izin keluar
secara bergantian pada saat proses pembelajaran.
Dokumentasi proses belajar siswa kelas VII-4 pada saat penelitian
pendahuluan.

Gambar 1
Proses pembelajaran matematika pada penelitian pendahuluan
51

Gambar 2
Proses pembelajran matematika pada penelitian pendahuluan

Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas tersebut digunakan


sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus I


Tindakan pembelajaran siklus 1 merupakan tindakan awal yang sangat
penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran tahap
ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran
selanjutnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang
disampaikan yaitu menjelaskan pengertian, sifat-sifat serta menurunkan,
menghitung rumus keliling dan luas bangun datar persegi panjang, persegi,
jajargenjang dan belah ketupat.
a). Tahap Perencanaan
Tahap Perencanan ini peneliti berkonsultasi dan berdiskusi dengan
guru matematika untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya untuk disesuaikan
dengan kondisi kelas penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan
setiap tindakan pembelajaran sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Sebelum proses pembelajaran disepakati bahwa guru matematika kelas
52

bertindak sebagai kolaborator dan peneliti sebagai guru, peneliti


menyusun dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa (LKS), membuat instrumen-instrumen penelitian atau
lembar Ovservasi sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika,
alat dokumentasi, membuat jurnal harian untuk tiap pertemuan. Peneliti
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua persiapan
ini peneliti lakukan sendiri agar dapat menerapak model pembelajaran
Advance Organizer rencana pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan di SMP N 3 Ciputat.
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat
bantu proses pembelajaran agar model pembelajaran Advance
Organizer bisa lebih terarah. Lembar observasi digunakan untuk
mengukur sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika selama
proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model
pembelajaran Advance Organizer. Lembar observasi siswa digunakan
untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap proses belajaran
matematika meningkat atau sebaliknya. Lembaran observasi sikap
positif siswa ini dilakukan pada setiap pertemuan yang diisi langsung
oleh observator.
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer ini dapat
meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran matematika, target
yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami peningkatan
sikap positip siswa terhadap pelajaran matematika, dan siswa memiliki
respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance Organizer
yang dilaksanakan di kelas VII -4.
53

b). Tahap Pelaksanaan


Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam lima kali
pertemuan yang terdiri dari empat kali pertemuan untuk memberikan
materi dan satu kali pertemuan untuk tes siklus 1 dengan alokasi waktu
(2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung tiap Rabu dan
Kamis, mulai tgl 14 April s/d 5 Mei 2010 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat (Terlampir halaman 106).
1) Pertemuan Pertama (Rabu, 14 April 2010)
Pertemuan pertama pokok bahasa yang akan dipelajari persegi
panjang yang dibahas adalah tentang pengertian persegi panjang,
sifat-sifat persegi panjang serta menurunkan rumus keliling dan luas
persegi panjang. Pada pertemuan pertama ini, seluruh siswa hadir di
kelas. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati
dan mengisi lembaran observasi yang telah disediakan dan
memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung,
kemudian diisi pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang sikap siswa terhadap proses
pembelajaran serta perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Observer juga mengoreksi tugas rumah yang telah dikumpulkan oleh
siswa yang sebelumnya sudah diberikan tugas.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer dan
memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran
tersebut serta menjelaskan bahwa model pembelajaran Advance
Organizer ini, struktur pengajaranya atau model pengajaranya dibagi
atas tiga tahap kegiatan yaitu, tahap pertama, penyajian materi awal,
dimana guru memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-
materi pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan
materi utama. Pada saat proses pembelajaran ini masih banyak yang
54

bingung karena model pembelajaran ini belum pernah diterpkan


sebelumnya dan sebagian siswa masih banyak yang ribut.
Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti memberikan materi
pembelajaran materi utama tentang persegi panjang. Pada penyajian
materi utama, peneliti menjelaskan dan membimbing siswa
memahami materi utama beserta contoh yang diiringi dengan siswa
melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya, membaca dan
mengerjakan LKS 1 (Terlampir halaman 122). Pada saat mengerjakan
LKS 1 peneliti bersama observer berkeliling untuk memantau
pekerjaan siswa. Sebagian siswa ada yang ribut ketika mengerjakan
LKS 1. Namun, sebagian siswa ada yang terlihat antusias dan aktif
bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak mengerti
walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan
siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat
siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan
memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham.
Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada
lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang
mencontoh ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya
mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur
berulang-ulang siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya.
Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan
tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada
saat mengerjakan soal latihan.
Peneliti : Dari beberapa soal latihan yang bapak berikan no
berapakah yang sulit dikerjakan?
Siswa : No lima pak (Kebanyakan siswa menjawab no 5 tidak
mengerti).
Peneliti : Siapakah yang bisa mengerjakan no lima?
Siswa : Saya bisa mengerjakan no lima bapak (salah seorang
siswa mengajukan diri).
55

Peneliti : Silahkan mengerjakan didepan kelas (soal tersebut


dibahas secara bersama).
Soalnya : Halaman sekolah berbentuk persegi panjang, jika panjang
halaman dua kali lebarnya dan kelilingnya 48 m, hitunglah
a. Berapakah panjang dan lebar halaman ?
b. Berapakah luas halaman tersebut ?
Jawabanya :
Panjang dua kali lebar
Misalnya lebar = l makanya panjangnya = 2l
Keliling = 48m
Maka K = 2 (p + l) = 48
2 (2l + l) = 48
2 (3l) = 48
6l =48
l = 48:6 = 8 m
jadi lebar =8m
panjang = 2 x 8 = 16 m
luas =pxl
= 6 x 16 =96m2
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian
peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Peneliti juga memberi tugas untuk membaca materi tentang persegi.
Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang di amati oleh
observator pada pertemuan pertama terhadap 40 siswa. Persentase
indikator yang paling sedikit adalah 50% siswa yang berani
mengemukan pendapat, 55% siswa memusatkan perhatian dalam
belajar matematika, 56,66% siswa mengerjakan pekerjaan rumah
matematika yang diberikan oleh guru, 57,5% siswa mengikuti
56

pelajaran matematika dari awal hingga akhir, 58,33% siswa tidak


mengerti bertanya kepada Guru, 60% siswa antusias terhadap
pelajaran matematika yang mudah dan berulang, 60% siswa
mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru, 60,83% siswa
mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika yang
sedang dipelajari. 62,5% siswa membuat catatan setiap belajar,
69,16% siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika.
2). Pertemuan kedua (Kamis, 15 April 2010)
Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar
siswa yang masuk dan siswa yang tidak masuk hari ini. Tercatat
seluruh siswa hadir. Pertemuan kedua ini pokok bahasa yang akan
dipelajari persegi yang dibahas adalah tentang pengertian persegi,
sifat-sifat persegi, serta menurunkan rumus keliling dan luas persegi.
Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan
memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung,
kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan
mengenai penerapan model pembelajaran Advance Organizer, dimana
proses pembelajaranya sama dengan pembelajaran sebelumnya.
Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-materi
pendukung serta contoh-contohnya yang ada kaitannya dengan materi
utama. Pada materi ini yang dibahas adalah tugas rumah yang
sebetulnya ada kaitanya dengan materi utama. Peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa siapa yang berani mengerjakan di depan
kelas, ternyata kebanyakan siswa masih malu-malu untuk
mengerjakannya, peneliti akhirnya menyuruh salah satu siswa yang
berani mengerjakan didepan kelas dan memberikan kata pujian kepada
siswa tersebut.
57

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan


membimbing siswa memaham materi utama beserta contoh yang
diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan, bertanya,
membaca dan mengerjakan LKS 2 (Terlampir halaman 127). Pada
saat mengerjakan LKS 2 peneliti bersama observer berkeliling untuk
memantau pekerjaan siswa. Sebagian siswa masih saja ada yang ribut
ketika mengerjakan LKS 2. Namun, sebagian siswa antusias dan aktif
bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak mengerti
walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha menenangkan
siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat
siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan
memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham.
Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada
lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang
mencontek ketemanya, ada juga beberapa siswa yang hanya
mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur
berulang-ulang, siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya.
Akhirnya peneliti mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakan
tugasnya. Berikut ini kutipan dialog antara peneliti dengan siswa pada
saat mengerjakan soal latihan.
Siswa : Bapak.! No empat susah banget, g ngerti pak?
Peneliti : Siapakah yang bisa mengerjakan no empat?
Siswa : G ada yang bisa mengerjakan no empat pak
Peneliti :Kalau begitu kita kerjakan bersama-sama y, coba
perhatikan soalnya baik-baik.
Soalnya : Pada persegi ABCD panjang AB = (3x-5) cm dan CD =
(2x+2) cm. hitunglah :
a. Keliling ABCD
b. Luas ABCD
58

Jawabanya
a. Dik panjang AB = (3x-5) cm dan CD = (2x+2) cm.
3x – 5 = 2x + 2
3x-2x = 2 + 5
x=7
jadi AB = 3x 7-5= 16cm karna persegi jadi 2x7 + 2 = 16cm
keliling ABCD = 4 x s = 4 x 16 = 64 cm
luas ABCD = s2 = 162 = 256m2
Peneliti : Apakah semua sudah paham ?
Siswa : Sudah pak!
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian
peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca
materi tentang jajargenjang. Terakhir peneliti memberikan jurnal
harian untuk diisi oleh siswa.
Pada pertemuan kedua ini sikap siswa terhadap pelajaran
matematika masih rendah walaupun sudah ada peningkatan dari
pertemuan pertama, bisa dilihat dari persentasi setiap indikator yang di
amati oleh observator, persentase indikatornya adalah 63,33% siswa
mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 58,33% siswa
mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru.
63,33% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.
65,83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah
dan berulang. 66,66% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap
pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 65% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 64,16% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 63,33% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 59,16% siswa tidak
59

mengerti bertanya kepada guru. 63,33% siswa berani mengemukakan


pendapat.
3). Pertemuan Ketiga (Rabu 28 April 2010)
Pada pertemuan ketiga ini terlebih dahulu peneliti mengabsen
siswa ternyata sudah tiga kali pertemuan semua siswa hadir 100%.
Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih peneliti
mengharapkan untuk mengumpulkan PR serta menayakan kepada
siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan dipelajari
tentang pengertian, sifat-sifat, serta keliling dan luas jajargenjang,
dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di rumah.
Siswa sudah mulai mengerti tentang pembelajaran Advance
Organizer, dimana peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari
kembali materi-materi pendukung atau materi sebelumya serta contoh-
contoh yang ada kaitannya dengan materi utama. Pada bagian ini
siswa melakukan aktifitas berupa mendengar, bertanya, dan
mengerjakan latihan yang diberikan peneliti yang berkenan dengan
materi sebelumnya atau materi telah dipelajari siswa sebelumnya.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan
membimbing siswa memaham materi jajargenjang beserta contoh
yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas memperhatikan,
bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 3 (Terlampir halaman
132). Pada saat mengerjakan LKS 3 peneliti bersama observer
berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa karena masih ada
sebagian siswa yang tidak serius untuk mengerjakan tugas yang
diberikan peneliti. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut
pertemuan-pertemuan yang sebelumnya. Sebagian siswa ada yang
antusias dan aktif bertanya kepada peneliti, apa saja yang mereka tidak
mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer tetap saja
berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan
tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti
60

berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut


agar siswa menjadi paham.
Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada
lembar tugas tersebut. Namun sebagian siswa masih ada yang
mencontoh ketemanya dengan alasan yang bermacam-macam ada juga
beberapa siswa yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang
lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang, siswa hanya diam
sejenak tetapi tetap mengulanginya. Peneliti mendampingi siswa yang
kurang paham tentang tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa yang suka ribut untuk
mempersentasikan tuganya di depan kelas.
Peneliti : taufiq (nama siswa) kamu yang sering ribut serta menggu
teman tolong kerjakan latihan no 1
Siswa : Bukan saya yang mulai duluan gangu andi pak!, tapi andi
duluan pak yang sering ganggu saya, jadi yang mengerjakan soal no
1 andi.
Peneliti : Sekarang yang mengerjakn soal no 1 taufiq, karena taufiq
sudah selesai, taufiq pasti bisa mengerjakanya.
Siswa : Tulisan saya jelek pak, jadi malu.
Peneliti : G usah malu, yang penting berani dan yakin pasti bisa
mengerjakanya. karena taufig pintar.
Siswa : (Taufig tertawa) karena dibilang pintar dan dia pun
mengerjakan didepan kelas.
Soalnya
Gambar dibawah ini adalah jajargenjang PQRS.
S R

P Q
Tentukan:
a. 2 buah pasang sisi yang sama panjang ?
61

b. 2 buah pasang sisi yang sejajar ?


c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS?
d. 2 pasang sudut-sudut yang berhadapan sama besar?
e. 4 pasang sudut-sudut yang berdekatan saling berpelurus?
jawab.
a. Dua pasang sisi yang sama panjang
PQ = SR
SP = RQ
b. 2 pasang sisi yang sejajar
PQ.//SR
SP.//RQ.
c. 2 buah garis yang merupakan diagonal jajargenjang PQRS
PR dan SQ
d. 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar
u P = u R
u  S. = u  Q
e. 4 pasang sudut yang berdekatan saling berpelurus
u  P + u  Q. = u  P. + u  S. = u  Q. + u  R. =
u  R. + u  S. = 180.
Peneliti : (memberikan kata pujian kepada taufiq karna sudah
berani mengerjakan tugas didepan kelas dengan benar).
Siswa : benar kan pak, saya ternyata bisa mengerjakn dengan
benar.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian
peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca
materi tentang belahketupat. Terakhir peneliti memberikan jurnal
harian untuk diisi oleh siswa.
62

Pertemuan ketiga yang di amati oleh observator terhadap 40


siswa. Persentase indikatornya adalah 81,66% siswa mempunyai
kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 72,50% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 75,83% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 75,00% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan
pendapat.
4). Pertemuan Keempat (Kamis 29 April 2010)
Pada pertemuan keempat ini terlebih dahulu peneliti mengabsen
siswa ternyata pertemuan keempat ini semua siswa hadir 100%.
Sebelum masuk penyajian materi pelajaran, terlebih dahulu guru
menayakan kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi
yang akan dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang
belajar di rumah, serta yang mengumpulkan PR.
Seperti biasa peneliti memberikan motivasi siswa untuk
mempelajari kembali materi-materi pendukung atau materi
sebelumnya, serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan materi
utama. Siswa sudah begitu mengerti tentang model pembelajaran
Advance Organizer sehingga peneliti tidak perlu banyak menjelaskan
kepada siswa. Pada tahap ini siswa dimintak mengerjakan soal latihan
tahap pertama, dimana soal tahap pertama ini mencakup materi yang
telah dipelajarinya.
63

Peneliti memberikan LKS 4 (Terlampir halaman 136) kepada


masing-masing siswa. Setiap siswa harus membaca dengan cermat
LKS 4 tersebut, siswa terlihat sungguh-sungguh mengerjakan
tugasnya sudah mulai terlihat. Ovservator juga juga mengamati siswa
yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan. Disela-sela
mengerjkan tugas timbul pertanyaan dari seorang siswa yang kurang
paham dengaan soal yang terdapat pada LKS 4, berikut
pertanyaannya:
Siswa ; ”Pak, soal no lima g ngerti pak, caranya gimana?”.
Soalnya: Bangun KLMN adalah belah ketupat dengan OM = 12 cm
dan ON = 16 cm ,tentukanlah : Keliling dan Luas belah ketupat
Peneliti : Pertama kita bikin skesta belah ketupat, kemudian untuk
menentukan panjang salah satu sisi belah ketupat digunakan teorema
pythagoras. Karena panjang setiap sisi belah ketupat merupakan sisi
miring dari segitiga siku-siku maka.
. MN = 𝑂𝑀2 + 𝑂𝑁 2
= 122 + 162
= 144 + 256
= 400
= 20
Keliling belah ketupat KLMN = 4 x MN
Jadi, keliling belah ketupat = 4 x 20 =80 cm
Peneliti : Kalau kita mencari luasnya sekarang tinggal masukin
rumusnya, mengerti kan.
1
Siswa : Jadi rumus luas belah ketupat 2 𝑥 𝐾𝑀 𝑥 𝐿𝑁, y pak.?
1
= 2 𝑥 12 + ! 2 𝑥 (16 + 16)
1
= 2 𝑥 24 𝑥 32

= 384 cm2
Peneliti : Iya benar sekali
64

Ternyata tidak hanya seorang siswa saja yang belum mengerti


tentang soal yang terdapat pada LKS 4 no lima, siswa-siswa lainpun
juga tidak paham. Tetapi setelah guru menjelaskan, siswa menjadi
mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi. Sebagian Siswa
mulai sibuk mengerjakan tugas yang belum selesai. Terlihat siswa
tidak mengalami kesulitan lagi pada saat mengerjakan soal latihan
yang lainya.
Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang
sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa
bahwa hari Rabu, 05 Mai 2010 akan diadakan tes siklus 1. Siswa
harus lebih giat belajar agar tes siklus 1 nanti mendapat nilai yang
baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh
siswa.
Pada pertemuan keempat persentase indikatornya adalah 81,66%
siswa mempunyai kesiapan mengikiti pelajaran matematika. 72,50%
siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh
guru. 75,83% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga
akhir. 75,00% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang
mudah dan berulang. 70,00% siswa mempunyai rasa ingin tahu
terhadap pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 67,50% siswa
mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 66,66%
siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 66,66% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 63,33% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 52,50% siswa berani mengemukakan
pendapat.
5). Pertemuan Kelima (Rabu 5 Mei 2010)
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa,
dan semua siswa hadir. Pertemuan kali ini akan dilaksanakan tes akhir
siklus 1. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas isinya,
soal berjumlah 6 yang terdiri dari mencari luas dan keliling persegi,
persegi panjang, jajargenjang dan belah ketupat. Tes ini dimaksudkan
65

untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap


materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas
materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang
masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses
berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada
beberapa siswa yang masih mencontoh dengan teman sebangkunya
dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera
mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini ovservator
tidak memberikan penilian pada lembaran pengamatan sikap siswa
selama proses pembelajaran dan pada pertemuan ini siswa tidak
diberikan lembar jurnal harian.
c). Tahap Observasi dan analisis
Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersama dengan pelaksanaan
tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang
pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer dan sikap siswa
terhadap proses pembelajaran. Hasil pengamatan sikap siswa melalui
lembar observasi dapat dilihat pada tabel IV.I berikut:

Tabel IV.1
Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada Siklus I

Rata –rata setiap pertemuan (%) Persentase


No Indikator yang diamati
1 2 3 4 (%)
1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti
69,17 63,33 81.67 89.17 75.83
pelajaran matematika.
2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah
matematika yang diberikan oleh 56.67 58.33 72.5 90 69,38
peneliti.
3 Siswa mengikuti pelajaran matematika
57.5 63.33 75.83 90.83 71.88
dari awal hingga akhir.
66

4 Siswa antusias terhadap pelajaran


60 65.83 75 86.67 71.88
matematika yang mudah dan berulang.
5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu
terhadap pelajaran matematika yang 60,83 66.67 70 76,67 68.54
sedang dipelajari.
6 Siswa mengerjakan tugas/latihan
60 65 67.5 80 68.13
matematika yang diberikan peneliti.
7 Siswa memusatkan perhatian dalam
55 64.17 66.67 75.83 64.42
belajar matematika.
8 Siswa membuat catatan setiap belajar
62.5 63.33 66.67 70.83 65.83
matematika.
9 Jika siswa tidak mengerti bertanya
58.33 59,17 63,33 59.17 60
kepada peneliti.
10 Siswa berani mengemukakan
50.83 63,33 52,5 50,83 54,38
pendapat.
Rata – rata total sikap positif siswa 67,12 %

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap siswa


terhadap proses pelajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika.
Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran
matematika mencapai 75.83%. hal ini membuktikan bahwa siswa
sudah ada kesiapan untuk belajar matematika. Aspek ini sudah baik
walaupun masih ada sebagian siswa yang tidak mempunyai kesiapan
untuk belajar misalkan siswa tidak membawa buku paket pelajaran
matematika.
2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan
oleh peneliti.
Untuk siswa yang mengerjakan tugas pekerjaan rumah, rata-rata
persentase baru mencapai 69,38%. Hal ini membuktikan bahwa siswa
belum begitu sungguh-sungguh untuk mengerjakan pekerjaan rumah
matematika tersebut, masih belum tepat waktu dan masih asal-asalan
67

kalau mengerjakan dan sering tidak tepat waktu saat mengumpulkan.


Aspek ini masih kurang karna belum tercapai 75% dan perlu rencana
perbaikan di siklus II.
3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir
Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal
hingga akhir sampai selesai pada siklus 1 ini mencapai 71,88%. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa sudah mengikuti pelajaran dari awal
hingga akhir karena siswa tidak ada lagi yang bolos, walaupu masih
ada sebagian siswa yang tidak mengikuti pelajaran ini dengan baik
karena masih ada yang mintak izin keluar kelas pada proses
pembelajaran berlangsung. Aspek ini sudah menunjukkan adanya
keinginan siswa untuk belajar matematika.
4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan
berulang.
Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias
terhadap pelajaran yang mudah dan berulang-ulang mencapai
71.88%. Aspek ini sudah menunjukkan kreteria baik karena pada
proses pembelajaran berlangsung antusias siswa sudah meningkat.
5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika
yang sedang dipelajari.
Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu
terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai.68,54% masih
kurang karena siswa tidak begitu semangat untuk belajar pelajaran
yang agak sulit, serta belum mencapai ketercapai indikator maka
perlu perbaikan di siklus II.
6. Siswa mengerjakan tugas/ latihan matematika yang diberikan
peneliti.
Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus I
ini hanya 68,13%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
mengerjakan dan membaca LKS belum begitu banyak dan masih
banyak yang cuek terhadap LKS yang peneliti berikan. Apabila LKS
68

muda, baru siswa mau mengerjakan dan siswa cepat putus asa apa
mengerjakan LKS yang sulit dan lebih mengadalkan jawaban dari
guru. Aspek ini perlu berbaikan di siklus II.
7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada
saat menjelaskan materi pada siklus 1 ini sebanyak 64.22%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat
menjelaskan materi masih kurang baik, karena masih ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi,
karena masih banyak siswa yang bercanda sama teman sebangkunya.
Aspek ini perlu perbaikan pada siklus II.
8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.
Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang
peneliti sampaikan hanya mencapai 65,83%. Dalam membuat catatan
siswa dinyatakan masih kurang dan perlu berbaiakan di siklus ke II.
9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.
Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa
tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung hanya mencapai
60%. Persentase ini masih kurang baik karena siswa belum banyak
yang berani bertanya kepada peneliti, masih terlihat ada siswa yang
masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini perlu
perbaikan di siklus II.
10. Siswa berani mengemukakan pendapat.
Rata-rata siswa yang beranai mengemukakan pendapat hanya
54.38%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa
belum berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan
pendapatnya. Aspek ini perlu peningkatan di siklus II.

Berdasarkan hasil observasi sikap siswa pada saat pembelajaran


siklus I rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh sebesar 67,12 %.
Masih banyak yang kurang, yakni sebagian siswa masih terlihat main-
69

main, tidak peduli dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan
baik. Dengan kata lain siswa tidak sungguh-sungguh memusatkan
perhatiannya pada pelajaran, hanya beberapa orang saja yang
mempunyai catatan setiap belajar matematika. Siswa juga belum berani
memberikan pendapat hanya beberapa orang saja yang mau bertanya
tentang pelajaran yang dianggap sulit, antusia belajar bisa dikatakan
masih kuran baik. Ada juga siswa yang masih mencontek ketemanya
pada saat mengerjakan latihan.
Pada siklus I ini ada beberapa soal latihan yang belum dapat
diselesaikan oleh siswa. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan
perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena
sikap positif siswa belum mencapai 75%. Pada siklus I ini sikap siswa
terhadap pelajaran matematika masih rendah dan perlu perbaiakan di
siklus II.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Advance
Organizer pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang
memberi respon positif 55,625 %, siswa yang memberi respon negatif
23,75%, siswa yang bersikap netral 15%, dan siswa yang tidak
berkomentar sebanyak 5,625%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan
pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal
harian siswa dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut:
Tabel IV.2
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer
Pada Siklus I
No Kategori Respon Siswa
1 - Pelajaran jadi lebih mudah dipahami.
- Pembelajaran cukup menarik karena belum
pernah diterapkan guru.
Positif - Menjadi berani tampil di depan kelas.
- Belajar jadi lebih bersemangat.
70

- Pembelajaran lebih menyenangkan.


- Menjadi berani mengemukakan pendapat.
- Belajar menjadi lebih santai dan tidak tegang.
Mengingatkan kita pada pelajaran
sebelumnya.
2 Netral - Biasa-biasa saja.
- Soal LKS ada yang susah dan gampang.
3 Negatif - Tidak seru.
- Membosankan.
- Sulit dan berbelit-belit.
- Sedikit membingungkan.
4 Tidak Berkomentar

Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama


siklus I dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut :
Tabel IV. 3
Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance
Organizer Selama Siklus I

Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata


No Kategori
1 2 3 4 (%)
1 Positif (45 %) (50 %) (60%) (67,5%) 55,625
2 Netral (17,5%) (15%) (15%) (12,5%) 15
3 Negatif (30%) (27,5%) (20%) (17,5%) 23,75
Tidak
4 (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%) 5,625
Berkomentar

Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif


siswa sebesar 55,625%, pada pembelajaran siklus I lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata persentase respon yang negatif, netral
71

maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa
menyatakan respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance
Organizer. Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif,
netral maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan refleksi
untuk tindakan pembelajaran selanjutnya.
Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa
dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus
I:

Gambar 3
Siswa yang berani mengeluarkan pendapat

Gambar 4
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk
72

Pada pertemuan kelima dilaksanakan tes siklus I. Hasil tes siklus I


tersebut dapat dilihat pada tabel IV.4 berikut.
Tabel IV.4
Nilai Tes Akhir Siklus I

Interval F f relatif f relatif kumulatif


35 – 45 3 7,5 % 100%
46 – 56 3 7,5 % 92,5 %
57 – 67 9 22,5 % 85 %
68 – 78 15 37,5 % 62,5 %
79 – 89 4 10 % 25 %
90 – 100 6 15 % 15 %

Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 40
Nilai terendah = 35 Rata-rata = 69

Berdasarkan tabel IV.4 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa


pada siklus I ini mencapai rata-rata 69,00. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa pada siklus I ini cukup baik, namun masih ada 15
siswa yang mendapat nilai di bawah 70.
d). Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil lembaran observasi siswa, jurnal harian dan
ulangan harian matematika siswa, serta wawancara sama guru
matematika kelas pada siklus I. Adapun hasil refleksi siklus I dapat
dilihat pada Tabel IV.5 sebagai berikut :
73

Tabel IV. 5
Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I

Refleksi Rencana Perbaikan


1. Pengaturan waktu kurang optimal 1. Peneliti harus lebih tegas dalam
pada saat proses pembelajaran mengatur waktu dan mengerjakan
materi awal dan materi utama dan LKS. Hal ini bertujuan agar siswa
mengerjakan LKS. dapat bekerja sesuai dengan waktu
yang telah di tentukan.
2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit 2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal
dipahami. dalam LKS dan tes siklus agar mudah
dipahami siswa. Soal-soal yang
dibuat harus jelas dan bervariasi,
terdiri dari soal yang mudah sampai
dengan soal yang sulit.
3. Pengelolaan kelas kurang maksimal, 3. Peneliti harus lebih tegas lagi dalam
sehingga kelas menjadi ribut dan mengelolah kelas dan membimbing
berisik. siswa selama proses pembelajaran.
Suasana kelas harus dibuat lebih
santai lagi, agar siswa tidak tegang
dan bosan dalam pembelajaran
matematika.
4. Siswa masih malu dan belum 4. Peneliti memberi motivasi agar
perjaya diri dalam mengerjakan siswa–siswi berani dan lebih perjaya
tugasnya di depan kelas. diri untuk mengerjakan tugasnya
didepan kelas.
5. Siswa kurang aktif dalam bertanya 5. Dalam bertanya, setiap siswa akan
dan masih sering mintak izin keluar mendapat kesempatan untuk bertanya
kelas pada saat proses belajar atau mengemukakan pendapatnya.
berlangsung. Selian itu siswa tidak akan dikasih
izin keluar tanpa alasan yang jelas,
karana siswa yang keluar dapat
mengganggu proses belajar.

6. Beberapa siswa masih kurang 6. Peneliti harus memotivasi siswa


lengkap dalam mencatat materi yang dalam membuat catatan dari berbagai
sudah dipelajari. sumber.
74

7. Siswa tidak tepat waktu dalam 7. Peneliti harus memotivasi siswa agar
menyelesaikan LKS sera PR. menyelesaikan LKS tepat waktu,
yaitu dengan memberika nilai tamba
bagi siswa yang menyelesaikan LKS
tepat waktu, serta yang
mengumpulkan PR tepat waktu.
8. Siswa tidak begitu antusias dalam 8. Peneliti harus sering memotivasi
belajar dan tidak sungguh-sungguh siswa serta memberihkan arahan yang
dalam proses belajar. jelas pada saat proses belajar
berlangsung.
9. Siswa masih ada yang mencontoh 9. Penelitih harus memberih arahan
dalam mengerjakan LKS. kepada siswa yang mencontoh

Pada tabel diatas terlihat masih banyaknya kekurangan atau


kendala pada siklus I ini. Sehingga dapat dinyatakan bahwa siklus I
belum mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil refleksi siklus I,
peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan perbaikan
dan peningkatan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II


a) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Terlampir halaman 114),
menyiapkan materi ajar, serta lembaran kerja siswa, serta menyipakan
lembaran observasi, jurnal harian, dan keperluan pembelajaran lainnya.
Berdasrkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Pengaturan waktu harus lebih
optimal untuk mengerjakan LKS. Penelitipun harus tegas kepada siswa
yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, serta yang tidak mau
mengerjakan tugas yang telah diberikan guru, apa lagi yang sering
menggagu teman sebangkunya yang sedang belajar, serta siapa yang
mencontoh tidak bakalan dikoreksi hasil kerjanya. Penelitipun
75

memberikan pengarahan secara detail dan memberikan suasan


pembelajaran yang santai tapi serius supaya siswa tidak tegang.
Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah layang layang dan
trapezium, dimana akan dibahas tentang pengertian, sifat-sifat serta
menurunkan rumus keliling, luas trapezium dan layang layang. Target
pada siklus II ini adalah siswa semakin baik dalam menggunakan model
pembelajaran Advance Organize dan sikap positif siswa terhadap
pelajaran matematika semakin meningkat dibanding dengan siklus I.
Dimana rata-rata persentase sikap positif harus mencapai >75%. Tes
hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti
dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 75 dan > 75%
siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70.
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam lima kali
pertemuan, empat kali pertemuan untuk memberikan materi dan satu kali
pertemuan untuk tes siklus 1, dengan dengan alokasi waktu (2x40 menit),
tiap pertemuannya berlangsung setiap hari Kamis dan Rabu mulai tangal
06-20 Mei 2010. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II
dapat dilihat (Lampiran halaman 114).
1.) Pertemuan keenam (Kamis, 6 Mei 2010)
Pertemuan keenam ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew
soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar
menjadi paham dan mengumpulakan tugas yang telah diberikan
sebelumnya. Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar
siswa lebih disiplin. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari
materi siklus II dan memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai
prosedur pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer agar
proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin aktif dalam
menerapkan model Pembelajaran Advance Organizer. Serta memintak
dua orang siswa untuk mengerjkan soal yang mencakup materi
sebelumnya sebagai tahap pembelajaran awal.
76

Pokok bahasan yang dibasan pada pertemuan keenam ini layang-


layang yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat layang-layang
ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga
menurunkan rumus keliling dan luas layang-layang. Selanjutnya,
peneliti menjelaskan materi tentang layang–layang tersebut. Dalam
menjelaskan materi layang-layang, siswa nampak tenang dan
memperhatikan penjelasan peneliti.
Peneliti bersama observer membagikan LKS 5 (Terlampir
halaman 140) yang berisi materi layang-layang kepada setiap siswa.
selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS 5 sesuai dengan perinta
yang telah diberikan peneliti. Saat siswa mulai mengerjakan LKS 5
siswa sudah terlihat serius untuk mengerjakan LKS 5 tersebut. Pada
saat siswa mengerjakan LKS 5, seperti biasanya peneliti dan observer
berkeliling untuk memantau siswa yang mengerjakan LKS 5 dari satu
siswa ke siswa lainya, dan memberikan bantuan jika ada siswa yang
mengalami kesulitan. Selain itu, observer melakukan observasi dan
juga memberikan penilaian pada lembar observasi yang diperoleh
selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kegiatan siswa
selama proses pembelajaran.
Pada saat berkeliling, terlihat siswa nampak bingung mengerjakan
LKS no dua. Penelitipun mulai menanyakan kepada siswa, Dari 40
siswa yang hadir, siapakah yang bisa dan berani mengerjakan sambil
menjelasakan soal no dua di papan tulis? dari sekian banyak siswa
hanya lebih kurang lima orang yang berani menawarkan diri untuk
mengerjakan dan menjelasakan soal no dua tersebut, penelitipun
memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa dengan soal
sebagai berikut : Diketahui layang-layang KLMN dengan panjang KO
= 16 cm, LO = 12 cm, dan MO = 24 cm, seperti tampak pada gambar
di bawah ini:
77

K 16 cm 24 cm M
12 cm

L
a. Tentukan panjang KL
b. Tentukan panjang MN
c. Hitunglah keliling KLMN
d. Hitunglah luas KLMN
Jawab.
a. = KO2 + LO2
= 162 + 122
= 256+ 144
= 400
KL = 400. = 20 cm

b. MN2 = NO2 + MO2


= 122 + 242
= 144+576.= 720
MN = 720 = 26,8
c. Keliling KLMN = KL + LM + MN + KN
= 20+26,8+20+26,8
= 93,6

1
d. Luas KLMN = 2 MN x LN
1
= 2 x26,8. x 24

= 321,6.cm2
78

Penelitipun memberikan kata pujian kepada siswa. Dari


penjelasan siswa mengenai soal no dua pada LKS 5 (Terlampir
halaman 142), sepertinya sebagian besar siswa mengerti sehingga
peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut dari awal.
Seperti pada pertemuan sebelumnya, peneliti melakukan refleksi
dan bersama-sama membuat kesimpulan tetang pelajaran yang telah
dipelajari, memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi
selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.
Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan
memberikan arahan agar pada pertemuan selanjutnya siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah: 95% siswa mempunyai kesiapan
mengikuti pelajaran matematika. 93.33% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 92.5% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 85% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
85.8% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 85,50% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 83.33% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 73.33% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 69.17% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 58.33% siswa berani mengemukakan
pendapat.
Pada pertemuan keenam ini pencapain persentase setiap indikator
sudah meningkat dari setiap petemuan-pertemuan pada siklus I, pada
pertemuan ini setiap indikator mengalami peningkatan.
79

2.) Pertemuan Ketujuh (Rabu, 12 Mei 2010)


Pertemuan ketujuh ini pokok bahasa trapesium siku-siku yang
membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium siku-siku ditinjau
dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga
menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku. Sebagaiman
pada pertemuan sebelumnya, pertemuan ketujuh ini diawali dengan
membuka kegiatan pembelajaran, mengabsen siswa, melakukan
apersepsi dan motivasi dengan cara meriveu sedikit materi pada
pertemuan sebelumnya dan menyuruh siswa untuk dapat
mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan serta mengerjakan
latihan tahap awal. Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan ini semua siswa hadir.
Seperti biasanya, guru mata pelajaran matematika hadir sebagai
observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses
pembelajaran berlangsung.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan
membimbing siswa memaham materi tentang trapesium siku-siku
beserta contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas
memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 6
(Terlampir halaman 144). Pada saat mengerjakan LKS 6 peneliti
bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa yang
tidak serius untuk mengerjakan tugas yang diberikan peneliti.
Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan yang
lalu. Sebagian siswa antusias dan aktif bertanya kepada peneliti apa
saja yang mereka tidak mengerti, walaupun kelas menjadi berisik.
Observer tetap saja berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik
dalam mengerjakan tugas tersebut. Pada saat siswa bertanya kepada
peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada
siswa tersebut agar siswa menjadi paham.
80

Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada


lembar tugas tersebut serta peneliti mendampingngi siswa yang
kurang paham tentang tugas yang di berikan, terutama pada LKS 6
sola no dua penelitipun memberikan penjelasan yakni, perhatikan
gambar dibawah ini.
. P 6 cm Q

S 6 cm T 5 cm R
Pada bangun trapesium PQRS di atas, 𝑃𝑄 = 6 cm , 𝑆𝑅 = 11 cm , 𝑃𝑆
= 12 cm
Tentukan:
a. Keliling dan luas bangun trapesium PQRS tersebut!
jawaban
a. Untuk mencari sisi 𝑄𝑅 dapat menggunakan dalil phytagoras
sebagai berikut:

𝑄𝑅 = 𝑄𝑇 2 + 𝑇𝑅 2
= 122 + 52

= 144 + 25
= 169. = 13cm.
Keliling = jumlah keempat sisi-sisinya
= 𝑃𝑄 + 𝑆𝑅 + 𝑃𝑆 + 𝑄𝑅
= 6 cm + 11 cm +12. cm + 13cm
= 42 cm
1
Luas = × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2
1
= × ( 𝑆𝑅 + 𝑃𝑄 ) × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2
1
= × (11. cm + 6 cm) × 12 cm
2
1
= × 17𝑐𝑚 × 12𝑐𝑚
2
= 102 𝑐𝑚2
81

Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi


dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta
bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari,
peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi
selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.
Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan
memberikan arahan, agar pada pertemuan selanjutnya siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran Ovservasi yang di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah 89.17% siswa mempunyai kesiapan
mengikuti pelajaran matematika. 91.67% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 88.33% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 90.83% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
82.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 87,50% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 87.5% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 79.17% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 85.00% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 69.17% siswa berani mengemukakan
pendapat.
3.) Pertemuan kedelapan (Kamis, 13 mei 2010)
Pertemuan kedelapan subpokok bahasan trapesium sama kaki
yang membahas tentang pengertian, sifat-sifat trapesium sama kaki
ditinjau dari diagonal, sisi dan sudut, serta besar sudutnya dan juga
menurunkan rumus keliling dan luas trapesium siku-siku, pertama
terlebih dahulu peneliti memberikan salam dan mengabsen siswa.
Sebelum masuk penyajian materi, terlebih dahulu peneliti menayakan
82

kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan
dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di
rumah serta mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan.
Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-
materi sebelumnya serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan
materi trapesium sama kaki. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti
menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi tentang
trapesium sama kaki beserta contohnya yang diiringi dengan siswa
melakukan aktifitas memperhatikan dan mengerjakan latihan.
Peneliti bersama observer membagikan LKS 7 (Terlampir
halaman 149). Pada saat siswa mengerjakan LKS 7. Peneliti bersama
observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada saat siswa
bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa
siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas
tersebut. peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang
tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan LKS 7 untuk
mempersentasikan tuganya di depan kelas. Salah seorang siswa
mengerjakan soal no tiga yakni : Diketahui trapesium sama kaki
dengan panjang kedua sisi yang sama panjang = 10 cm, panjang sisi
yang sejajar 16 cm dan 4 cm, dan tinggi 6 cm. hitunglah keliling dan
luas trapesium sama kaki tersebut!
Jawaban:
Keliling = Jumlah keempat sisi-sisinya
= 10cm + 16.cm + 10cm + 4cm
= 40 cm
1
Luas = 2 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
1
= × (16cm + 4 cm) ×6 Cm
2
1
= × 20𝑐𝑚 × 6𝑐𝑚
2
83

= 60 𝑐𝑚2
Setelah selesai mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Peneliti memberikan kata pujian, sebagian besar siswa sudah cukup
baik dalam mengerjakan LKS 7 tersebut, sehingga peneliti tidak perlu
mengulang penjelasan tersebut dari awal.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta
bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari
peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi
selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.
Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan
memberikan arahan agar pada pertemuan selanjutnya siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah: 96.67% siswa mempunyai kesiapan
mengikuiti pelajaran matematika. 93.33% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 90.83% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 83.33% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
92.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 86.67% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 92.5% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 89.17% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 86.67% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 80% siswa berani mengemukakan
pendapat.
84

4.) Pertemuan Kesembilan (Rabu, 19 Mei 2010)


Pertemuan kesembilan ini terlebih dahulu peneliti mengabsen
siswa, ternyata semua siswa hadir 100%. Sebelum masuk penyajian
materi pelajaran, terlebih peneliti mengharapkan untuk
mengumpulkan PR, serta menayakan kepada siswa siapa yang belajar
di rumah tentang materi yang akan dipelajari tentang trapesium
sembarang dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di
rumah. Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-
materi pendukung atau materi sebelumya serta contoh-contoh yang
ada kaitannya dengan materi utama.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti menjelaskan dan
membimbing siswa memaham materi trapesium sembarang beserta
contoh yang diiringi dengan siswa melakukan aktifitas
memperhatikan, bertanya, membaca dan mengerjakan LKS 8
(Terlampir halaman 155). Pada saat mengerjakan LKS 8 peneliti
bersama observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada
saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan
dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut, agar siswa menjadi
paham.
Beberapa siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan LKS 8. Peneliti
mendampingi siswa yang kurang paham tentang LKS 8 yang
diberikan. Pada saat siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha
mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa
menjadi paham, setelah selesai mengerjakan LKS 8, salah seorang
siswa dipersilakan untuk mempersentasikan tugasanya didepan kelas,
ini merupakan kutipan soal yang telah berhasil siswa kerjakan dengan
benar.
Gambar dibawah ini adalah trapesium sembarang KLMN, dengan
panjang 𝑃𝑄 = 9 cm, 𝑃𝑇 = 24 cm, 𝑈𝑅 = 7 cm, 𝑆𝑇 = 10 cm,  R =
80°,  S = 55°.
85

P 9 cm Q

24
cm

S 10 cm T U 7 cm R

Tentukan:
a. Panjang 𝑄𝑅, 𝑄𝑈, 𝑇𝑈, 𝑃𝑆, 𝑆𝑅 !
b. Besar  Q dan  P!
c. Keliling dan luas Trapesium Sembarang PQRS!
Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang
sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa
bahwa hari Kamis, 20 Mei 2010 akan diadakan tes siklus 11. Siswa
harus lebih giat lagi belajar agar tes siklus 11 nanti, mendapat nilai
yang baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh
setiap siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah: 97.5% siswa mempunyai kesiapan
mengikuti pelajaran matematika. 94.17% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 95% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 95.83% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
98.33% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 96.67% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 91.67% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 90.83% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 91.67% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 85% siswa berani mengemukakan
pendapat.
86

5) Pertemuan Kesepuluh (20 Mei 2010)


Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa,
dan semua siswa hadir. Pertemuan ini akan dilaksanakan tes akhir
siklus 11. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas
isinya, soal berjumlah 6 soal yang membahas tentang layang-layang
dan trapezium (Terlampir halaman 208). Tes ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa terhadap materi
yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas
materi yang sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang
masih ada. Tes ini dilaksanakan selama 70 menit. Selama proses
berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada
beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya
dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera
mengumpulkan lembar jawaban tes dan observator tidak memberikan
penilai terhadap lembaran observasi. Pada pertemuan ini siswa tidak
diberikan lembar jurnal harian.
c). Tahap Observasi dan Analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang
pelaksanaan model pembelajaran Advance Organizer terhadap sikap
positif siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan observator
melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.6
Hasil Observasi Sikap Positif Siswa Pada Siklus II
Rata –rata setiap pertemuan (%) Persentase
no Indikator yang diamati
1 2 3 4 (%)
1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti
95 89,17 96,67 96,67 94.38
pelajaran matematika.
2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah
matematika yang diberikan oleh 93,33 91,67 93,33 94,17 93.13
peneliti.
87

3 Siswa mengikuti pelajaran matematika


92,5 88,33 91,67 95 91.88
dari awal hingga akhir.
4 Siswa antusias terhadap pelajaran
85 90,83 88,33 95,83 90
matematika yang mudah dan berulang.
5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu
terhadap pelajaran matematika yang 85,83 82,5 91,67 97,5 89.38
sedang dipelajari.
6 Siswa mengerjakan tugas/latihan
85 87,5 87,5 95,83 88.96
matematika yang diberikan peneliti.
7 Siswa memusatkan perhatian dalam
83,33 87,5 91,67 91,67 88.54
belajar matematika.
8 Siswa membuat catatan setiap belajar
73,33 79,17 89,17 90,8 83.13
matematika.
9 Jika siswa tidak mengerti bertanya 70 85 86,67 90,83 83.13
kepada peneliti.
10 Siswa berani mengemukakan
50,33 69,17 78,33 85 72.71
pendapat.
Rata – Rata Total Sikap Positif Siswa 87,62%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa sikap positif


siswa terhadap proses belajaran siswa pada siklus II adalah sebagai
berikut:
1. Siswa mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran matematika.
Rata–rata siswa yang mempunyai kesiapan mengikuiti pelajaran
matematika dilihat sudah mencapai 94,38%. hal ini membuktikan
bahwa siswa sudah sungguh-sunguh untuk belajar matematika. Aspek
ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila
dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai
75,83%. Pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 18,55%.
88

2. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan


oleh peneliti.
Untuk siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah, Rata-rata
persentase mencapai 93,13%. Hal ini membuktikan bahwa siswa
sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut karena tingkatan soal
sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil
persentase pada siklus I hanya mencapai 69,38%. Pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 23,75%.
3. Siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.
Rata- rata persentase siswa yang mengikuti pelajaran dari awal
hingga akhir sampai selesai pada siklus 11 ini mencapai 91,88%. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa sudah serius untuk belajar dengan
sungguh-sungguh. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan
yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada
siklus I hanya mencapai 71,88%. Pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 20%.
4. Siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan
berulang.
Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa antusias
terhadap pelajaran yang berulang-ulang mencapai 90%. Aspek ini
sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila
dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai
71,88%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,12%.
5. Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran matematika
yang sedang dipelajari.
Rata-rata persentase siswa yang mempunyai rasa ingin tahu
terhadap pelajaran yang sedang dipelajari mencapai 89,38%. Aspek
ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik, bila
dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai
68,54%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,84%.
89

6. Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika yang diberikan peneliti.


Rata-rata persentase siswa yang mengerjakan LKS pada siklus II
ini adalah 88,96%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
mengerjakan dan membaca LKS sudah cukup banyak dan
memperoleh nilai baik. Aspek ini sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil
persentase pada siklus I hanya mencapai 68,13%. Pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 20,83%.
7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada
saat menjelaskan materi pada siklus 11 ini sebanyak 88,54%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat
menjelaskan materi sudah cukup baik, akan tetapi masih ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat
menjelaskan materi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil
persentase pada siklus I hanya mencapai 64,42%. Pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 24,12%.
8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.
Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang
peneliti sampaikan sebanyak 83,13%. Dalam membuat catatan siswa
dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan
siklus I hanya mencapai 65,83%. Pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 17,29%, karena sebagian besar siswa tidak
hanya mencatat dari materi yang peneliti jelaskan di papan tulis dan
LKS, tetapi siswa sudah menambah catatannya dari buku paket
matematika sekolah.
9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.
Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa
tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung mencapai
83,13%. Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa
90

sudah berani bertanya kepada guru, meskipun masih terlihat ada


siswa yang masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini
sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila
dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I hanya mencapai
60%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,13%.
10. Siswa berani mengemukakan pendapat.
Rata-rata siswa yang berani mengemukakan pendapat sebanyak
72,71%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa
sudah berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan
pendapatnya. Aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan
yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada
siklus I hanya mencapai 54,38%. Pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 18,33%.
Berdasarkan hasil observasi sikap positif siswa pada saat
pembelajaran siklus II, rata-rata sikap positif siswa yang diperoleh
sebesar 87,62%. Rata-rata sikap positif siswa pada siklus II ini
mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai
67,12%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif siswa ketika proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Advance Organizer
sudah cukup baik.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran
pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa
dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut:
91

Tabel IV.7
Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap
Model Pembelajaran Advance Organizer Siklus II
No Kategori Persentase pada Pertemuan Rata-rata
6 7 8 9 (%)
1 Positif (72,5%) (77,5%) (80%) (85%) 78,75
2 Netral (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%) 5,625
3 Negatif (17,5%) (15%) (15%) (12,5) 15
4 Tidak (2,5%) (0%) (0%) (0%) 0,625
Berkomentar

Dilihat dari diatas, terlihat siswa merespon dengan baik proses


pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar
siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model
Pembelajaran Advance Organizer.
Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa
dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus
II:

Gambar 5
Siswa yang berani mengeluarkan pendapat
92

Gamabar 6
Siswa yang merespon pertanyaan dari peneliti

Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada
pertemuan ke sepuluh. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada
Tabel IV.8 berikut ini:
Tabel IV.8
Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II

Interval Frekuensi frelatif frelatif Kumulatif


65 – 70 11 27,5% 100 %
71 – 76 8 20 % 72,5 %
77 – 82 5 12,5% 52,5 %
83 – 88 7 17,5% 40 %
89 – 94 5 12,5 % 22,5 %
95 – 100 4 10 % 10 %

Keterangan :
Xmin = 65 Jumlah siswa = 40
Xmax = 100 Rata-rata = 79,37
93

d). Tahap Refleksi


Dalam pelaksanaan proses pembelajaran model yang digunakan oleh
peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model
pembelajaran Advance Organizer walaupun dalam pelaksanaannya masih
terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan
pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap
akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase sikap
positif siswa mencapai 87,62%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
persentase sikap positif siswa dalam belajar pada siklus II telah mencapai
indikator keberhasilan penelitian ini, dimana rata-rata persentase sikap
positif siswa dalam belajar matematika harus mencapai 75%.
Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini
mencapai rata-rata 79,37 dengan nilai terendah 65.
Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan
informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran
Advance Organizer ini dan guru kelas juga menganggap bahwa
penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini telah dilaksanakan
dengan sangat baik, sehingga dapat dikatakan berhasil.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, indikator keberhasilan telah
tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai dengan
siklus II.

B. Pemeriksaan Keabsaan Data


Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif
yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan
pada akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan
untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap
siklus sebagai implikasi dari PTK. Sedangkan instrumen non tes berupa
lembar observasi, jurnal harian dan wawancara yang ditujukan untuk guru
94

dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan


wawancara dilakukan pada akhir siklus II.
Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang
persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance Organizer,
bagaimana sikap positif siswa dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa
didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara dilakukan
kepada 10 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang rendah,
sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat
mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan.

C. Analisis Data
Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Sikap positif siswa dalam belajar matematika
Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh
observer, observer tersebut adalah guru mata pelajaran yang diberikan
lembaran observasi yang berfungsi untuk mengetahui respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang terdapat pada setiap indikator yang
telah ditentukan peneliti. Lembaran observasi juga digunakan untuk
menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil
dari observasi sikap siswa terhadap indikator yang telah ditentukan dapat
dilihat pada tabel IV.9 berikut:
Tabel IV 9
Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa
Siklus I dan Siklus II

Rata –rata setiap pertemuan (%)


No Indikator yang diamati
Siklus I Siklus II
1 Siswa mempunyai kesiapan mengikuti
75.83 % 94.38 %
pelajaran matematika.
2 Siswa mengerjakan pekerjaan rumah
69,38 % 93.13 %
matematika yang diberikan oleh peneliti.
95

3 Siswa mengikuti pelajaran matematika dari


71.88 % 91.88 %
awal hingga akhir.
4 Siswa antusias terhadap pelajaran matematika
71.88 % 90 % %
yang mudah dan berulang.
5 Siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap
68.54 % 89.38 %
pelajaran matematika yang sedang dipelajari.
6 Siswa mengerjakan tugas/latihan matematika
68.13 % 88.96 %
yang diberikan peneliti.
7 Siswa memusatkan perhatian dalam belajar
64.42 % 88.54 %
matematika.
8 Siswa membuat catatan setiap belajar
65.83 % 83.13 %
matematika.
9 Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada
60 % 83.13 %
peneliti.
10 Siswa berani mengemukakan pendapat. 54,38 % 72.71 %

Rata – Rata Total Siakp Positif Siswa 67,12 % 87,62%

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata


persentase sikap positif siswa pada siklus I hanya mencapai 67,12% dan
mengalami peningkatan sebesar 20,5%, pada siklus II mencapai 87,62.
Pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan
pada siklus II telah dapat memperbaiki atau meningkatkan sebagian
besar sikap siswa yang masih rendah pada siklus I, setiap indikator
mengalami peningkatan, rata-rata indikator sudah mengalami
ketercapaian penelitian yaitu sikap positif siswa mencapai 87,62% dan
sudah melebihi batas ketercapaian 75%.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 10 orang
siswa dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan
siswa pada siklus II (Terlampir halaman 213), didapat informasi bahwa
siswa sangat merespon baik model pembelajaran Advance Organizer dan
guru juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran Advance
96

Organizer ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena sikap positif
siswa menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.
2. Respon Siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer
Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting
untuk dijadikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan
rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam
sebuah jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir
tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan beragam, ada yang
berkomentar positif, komentar negatif, komentar netral bahkan ada yang
tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung,
persentase jenis pendapatnya dan hasilnya dirangkum pada Tabel IV.10
Tabel IV.10
Rekapitulasi Persentase Respon Siswa
Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer
Rata-Rata persentase tiap
Rata rata
Kategori siklus
(%)
Siklus I Siklus II
Positif 55,625 78,75 67,18
Netral 15 5,625 10,31
Negative 23,75 15 19,37
Tidak berkomentar 5,625 0,625 3,12

Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa


siswa senang mengikuti model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini
terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel IV.10. Rata-rata
persentase respon positif yang diberikan siswa selama proses
pembelajaran, sebesar 67,18%. Rata-rata persentase ini sudah terbilang
baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan tidak
berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 19,37%, 10,31%,
dan 3,12%.
97

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa


senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Advance Organizer. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase
siswa yang memberikan respon positif dari setiap siklus, menurunya
persentase siswa yang berkomentar negatif. Peningkatan ini tentunya
berdampak positif terhadap sikap positif siswa terhadap pelajaran
matematika yang dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.
3. Hasil Belajar Matematika
Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Adapun hasil tes tersebut dapat
dilihat pada tabel IV.11 berikut.
Tabel IV.11
Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Statistik Siklus I Siklus II


Nilai tertinggi 100 100
Nilai terendah 35 65
Rata-rata 69 79,37

Berdasarkan tabel IV.11, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil


belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan 10,37, yaitu dari yang
sebelumnya 69 menjadi 79,37. Pada siklus I masih ada siswa yang
mendapat nilai dibawah 70 sebanyak 15 siswa dan pada siklus II nilai
terendahnya adalah 65 dan masih ada 8 siswa yang mendapat nilai
dibawah 70. Walaupun demikian, hasil belajar siswa sudah mengalami
peningkatan yang cukup baik.

D. Interprestasi Hasil Analisis


Dari hasil pengamatan dan jurnal harian siswa pada siklus I menunjukkan
bahwa siswa cukup senang dan semangat dalam belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Advance Organizer. Dengan adanya semangat dan
antusias siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model
98

pembelajaran Advance Organizer menunjukkan bahwa model pembelajaran


ini dapat menciptakan sikap yang positif pada siswa terhadap pembelajaran
matematika. Siswa juga terlihat semakin pandai dan terbiasa dalam
menerapkan model pembelajaran Advance Organizer di kelas. Hal ini
ditunjukkan dengan siswa dapat menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS),
serta siswa dapat menuliskan hasil kerjanya didepan kelas dengan baik dan
benar. Apabila siswa tidak mengerti maka siswa tersebut tidak takut untuk
menanyakan kepada peneliti. Dari keterangan yang telah dikemukakan,
menunjukkan bahwa sesungguhnya sikap positif siswa semakin meningkat
pada setiap siklusnya.
Hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti pada awal-awal
pembelajaran siklus I yaitu siswa belum mengerti model pembelajaran
Advance Organizer tersebut dan siswa ingin pembelajaran seperti biasanya.
Tapi hal ini dapat diatasi dengan memberikan pengarahan dan motivasi
kepada siswa. Sehingga proses pembelajaran akhirnya dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang diharapkan.
Hasil yang diperoleh dari lembar observasi sikap positif siswa selama
proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa skor rata-
rata sikap positif pada siklus I 67,12%, dan mengalami peningkatan pada
siklus II mencapai 87,62%.
Selain itu, jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada,
tujuannya agar data yang diperoleh kuat keberadaannya yaitu untuk
mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Advance
Organizer. Berdasarkan hasil jurnal harian siswa yang diperoleh bahwa
persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran Advance Organizer pada
siklus I sebesar 55,625% sedangkan pada silkus II mecapai 78,75%. Ini
mengalami peningkatan sebesar 23,125%. Sedangkan persentase siswa yang
memberikan respon yang negatif pada siklus I sebesar 23,75%. Namun pada
siklus II siswa yang memberikan respon menjadi 15%, dan persentase siswa
yang berkomentar negatif turun 8,75%. Ini artinya sebagian besar siswa
99

merespon positif terhadap proses pembelajaran matematika menggunakan


model pembelajaran Advance Organizer.
Pembelajaran seperti ini memberikan pengaruh terhadap sikap positif
siswa terhadap pelajaran matematik. Namun ada juga yang memberikan
respon atau pendapat yang negatif terhadap model pembelajaran Advance
Organizer ini, namun ini dijadikan sebagai refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran ini belum semua siswa
dapat menyelesaikan masalah matematik secara mandiri.
Berdasarkan hasil pengamatan lembaran Observasi, dokumentasi, jurnal
harian siswa dan wawancara guru, terlihat dari hasil siklus terlihat bahwa
penerapan model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatakan
sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap guru matematika yang bersangkutan bahwa penerapan
model pembelajaran Advance organizer dikelas ini sudah cukup baik dan
dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer siswa dapat
meningkatan sikap positif terhadap pelajaran matematika.

E. Pembahasan Temuan Penelitian


Selama penelitian berlangsung, peneliti mencatat semua kegiatan-
kegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal terjadi tentu
sangat banyak, namun ada beberapa temuan penelitian yang unik yang
ditemukan selama penelitian.
Temuan-temuan unik yang terjadi antara lain, yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer siswa-siswa yang
sebelumnya cenderung terlihat pendiam dan pasif menjadi aktif . Kemudian
selama pembelajaran berlangsung sebelumnya beberapa siswa izin untuk
keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi
siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara
keseluruhan hal ini terbukti tidak ada lagi siswa-siswi yang keluar kelas
secara bergantian tanpa alasan yang tidak jelas pada proses pembelajaran
berlangsung.
100

Respon siswa sebelumnya dalam proses pembelajaran terlihat biasa-


biasa saja, tidak ada yang aktif mengemukakan pendapatnya malah
kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Tetapi
setelah penerapan model pembelajaran Advance Organizer semuanya
menjadi antusia terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam
dan menunduk. Begitu pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan
siswa acuh terhadap pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang
menjawab atau menanggapi pertanyaan teman atau guru. Bahkan sebagian
besar siswa jarang mencatat materi yang sudah guru sampaikan, hanya
beberapa saja dari mereka yang mencatat materi yang guru sampaikan.
Setelah menerapakan model pembelajaran Advance Organizer semuanya
berubah kearah yang lebih baik yakninya, siswa sekarang sudah aktif
bertanya maupun menjawap pertanyaan dari guru serta mencatat materi
yang guru sampaikan.
Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika sebelumnya
dapat dikatakan kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai
ketika guru memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada
beberapa siswa menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti,
malas mengerjakan dan mengadalakan jawaban dari guru. Tetapi pada saat
penerapan pembelajaran Advance Organizer semua siswa merespon positif
semua tugas yang diberikan guru dan jarang sekali siswa yang menyalin
tugas temanya, dan apabila ada soal yang sulit siswa tidak lagi
mengandalkan jawaban dari guru.
101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan


hal-hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan Sikap
positif siswa dalam pelajaran matematika. Peningkatan sikap positif
siswa ini dapat terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa
rata-rata persentase sikap positif siswa pada siklus I adalah 67,12% dan
setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II rata-
rata persentase sikap positif siswa meningkat menjadi 87,62%.
Penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal yaitu 75%.
2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Hal ini
terlihat dari meningkatnya respon positif siswa dari siklus I sebesar
55,625% menjadi 78,75% pada siklus II. Sehingga mengalami
peningkatan sebesar 23,125%.
3. Model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-
rata nilai tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Pada
siklus I nilai rata-ratanya sebesar 69 dan pada siklus II meningkat
menjadi 79,37

101
102

B. Saran
1. Apabila pembelajaran ini akan dilakukan maka guru perlu melakukan
persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa diantaranya,
mempersiapkan RPP, soal latihan, lembar observasi sikap positif siswa,
jurnal harian untuk mengetahui respon siswa tersebut.
2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan
pembelajaran pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui
keinginan siswa sebagai bahan pertimbangan perencanaan yang akan
dipakai.
3. Berhubungan dengan penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan
bangun datar segiempat, peneliti menyarankan model pembelajaran
Advance Organizer dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang
berminat mengembangkan hasil penelitian dalam ruang lingkup yang
lebih luas.
103

DAFTAR PUSTAKA

Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. 2008. Strategi Pemebelajaran Matematika.


Jakarta : Universitas Terbuka.

http://rbaryans.wordpress.com. (Seminar Internasional di UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta).

Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

W.S.Winkel S.J.M.Sc.1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:


Gramedia. edisi pertama. cet 3.

Joyce, B. dan Weil, M. 2009 Model Of Teaching. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi
kedelapan.

Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi


ketujuh.

Erman Suherman, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung : JICA-UPI.

Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ketiga.

Erna Suwangsih dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung:


UPI.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah
Jakarta. Press.

Udin S. Wiranataputra, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

103
104

Pupuh Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rineka


Aditama.

M.Ngalim Purwanto. 1984. Psikologi Pendidika. Bandung: Remadja Karya.

Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan.(Jakarta, Rineka Cipta: 2006).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan
Luar Sekolah dan Pemuda.

Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajara dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza
Media Pustaka.

H.Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaifuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Jakarta: Pustaka
Pelajar.

Zikri Neni Iska. 2006. Psikologi. Jakarta: Kizi Brother.

Prasetya Irawan, Suciati, dkk. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan
Mengajar. Jakarta: PEKERTI.

H.Alisuf Sabri. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Suharsimi Arikunto. 2007. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet
ke-4.

Wina Sanjaya. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.


Lampiran 4 .jurnal harian siswa

JURNAL HARIAN SISWA

Nama : No. Absen :

1. Apa yang telah kamu pelajari hari ini?

2. Bagaimana Pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini? (saran/kritik)

3. Apa yang kamu rasakan setelah mengikuti pelajaran hari ini?

183
212

Lampiran 13

Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus I

Respon Pertemuan Ke- Rata-rata


Siswa 1 2 3 4 (%)
Positif 18 20 24 27
55,625
( 45 %) ( 50 %) (60%) (67,5%)
Netral 7 6 6 5
15
(17,5%) (15%) (15%) (12,5%)
Negatif 12 11 8 7
23,75
(30%) (27,5) (20%) (17,5%)
Tidak 3 3 2 1
5,625
Berkomentar (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%)

Rekapitulasi Respon Siswa selama Pembelajaran Siklus II

Respon Pertemuan Ke- Rat-rata


Siswa 7 8 9 10 (%)
Positif 29 31 32 34
(72,5%) (77,5%) (80%) (85%) 78,75

Netral 3 3 2 1
5,625
(7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%)
Negatif 7 6 6 5
15
(17,5%) (15%) (15%) (12,5%)
Tidak 1 0 0 0
0,625
Berkomentar (2,5%) (0%) (0%) (0%)
224

Lampiran 18

DAFTAR NILAI TES SIKLUS I DAN II

Nilai Tes Siklus


No Kode siswa
I II
1 A1 75 90
2 A2 100 100
3 A3 90 100
4 A4 60 75
5 A5 70 85
6 A6 70 75
7 A7 85 75
8 A8 75 85
9 A9 70 85
10 A10 60 75
11 A11 65 75
12 A12 90 90
13 A13 60 65
14 A14 70 75
15 A15 60 65
16 A16 90 100
17 A17 70 85
18 A18 50 65
19 A19 70 80
20 A20 95 100
21 A21 65 85
22 A22 60 65
23 A23 80 70
24 A24 80 90
225

25 A25 80 90
26 A26 70 75
27 A27 35 65
28 A28 70 80
29 A29 60 65
30 A30 70 70
31 A31 90 90
32 A32 70 85
33 A33 50 65
34 A34 50 70
35 A35 40 65
36 A36 70 85
37 A37 35 75
38 A38 75 80
39 A39 60 80
40 A40 75 80
Nilai Minimum 35 65
Nilai Maksimum 100 100
Rata-rata 69 79,37

You might also like