Professional Documents
Culture Documents
98139-Nopri Yanto-Fitk PDF
98139-Nopri Yanto-Fitk PDF
Disusun Oleh:
NOPRI YANTO
105017000431
The purpose of this study was to determine 1) What is the Advance Organizer of
Learning model to increase positive attitudes of students in math, 2) How do
students 'response to the implementation of Advance Organizer on the Learning
models of mathematics lessons, 3) What is the Advance Organizer of Learning
model to improve students' mathematics learning outcomes . This research was
carried out in SMP N 3 Ciputat, South Tangerang, Banten in Academic Year
2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research
(CAR), which consists of four stages, namely planning, execution, observation,
and reflection. The research instrument used was a positive attitude student
observation sheet, the daily student journals, interviews, and tests. Research
results revealed that the implementation of Advance Organizer of Learning model
to increase positive attitudes of students in mathematics, from the average
percentage of 67.12% in the first cycle increased to 87.62% in cycle II. Give a
positive response by an average of 55.624% in the first cycle increased to 78.75%
in the second cycle, and can improve learning outcomes math average of 69 in the
first cycle increased to 79.37 on the second cycle Hopefully the results of this
research was useful in efforts to improve the quality of education in Indonesia.
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
iii
10. Kakak, adik-adik tercinta (Armai Susanto, Arida, Arina, Ronal Regen, Jeje
dan Toto Singo Utomo) tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi,
dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Besti Verawati, yang selalu menemani saat suka dan duka. selalu ada saat
peneliti mengalami kesulitan.
12. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kuantan Singingi (GEMAKUSI) Jakarta,
yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada, Amrizaldi,
Rocky Gustiawan, Irwan Siska, Imam Maryoko, Radinal fauzi, Harry
Muswen, Febrian Sudarta, Oktamiadi, M.Ikbal fikri, Ridho, Ari Kusnadi yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
13. Siswa dan siswi kelas VII-4 SMP 3 Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten,
yang telah bersikap baik selama penulis mengadakan penelitian.
14. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika
angkatan 2005, (Wasnila, Dhani, Maryatul, Dhini, Huda, Rani, dll), semoga
kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan
dimasa mendatang.
15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi
serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik
yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan. Amin.
Nopri Yanto
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
v
5. Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran
Advance Organizer dengan Sikap Positif Siswa ................... 29
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan............................ 31
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 32
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 101
A. Kesimpulan ................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................ 102
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sri Anita W. Janet Trineke Manoy. Strategi Pemebelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008). hlm 7.3.
1
2
..ُحسَن
ْ ي َأ
َ ِي ه
ْ ِحسَنَةِ َوجَا ِدلْ ُهمْ ّبِالَت
َ عظَةِ ا ْل
ِ ْحكْمَةِ وَالْمَى
ِ ع ِإلَى سَبِيْلِ رَّبِكَ ّبِا ْل
ُ ْاُد
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (Q.S. An-Nahl [16] : 125).
Pada ayat tersebut mengandung tiga hal pokok yang berkaitan dengan
mengajar yang baik, pertama guru bersikap bijaksana dalam menyampaikan bahan
ajaran kepada murid. Kedua, guru menggunakan cara yang baik dan tepat dalam
menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin
2
http://Rbaryans, wordpress.com. (Seminar internasional di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).
3
dicapai, dan yang ketiga, guru membina sikap siswa dalam kegiatan
pembelajarannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran, guru hendaknya
memperhatikan berbagai aspek sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap
siswa terhadap matematika itu sendiri. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari
dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi, serta
menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.3 Jika siswa bersikap
senang terhadap matematika, tentu sikapnya itu mempengaruhi tingkah lakunya
terhadap matematika. Sedangkan sikap siswa yang tidak senang merupakan suatu
hambatan untuk belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
sikap senang terhadap matematika, maka dalam dirinya akan tumbuh keinginan
atau dorongan untuk belajar matematika dengan baik. Hal ini juga sebaliknya
bahwa siswa yang bersikap kurang senang terhadap matematika maka dari dalam
dirinya muncul suatu sikap penolakan atau anti dengan pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru bidang
studi matematika ibu Wiwit Turtinowoti pada tanggal 1 Maret 2010 di SMP N 3
Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten, diperoleh gejala-gejala sebagai berikut :
1. Dalam menyampaikan materi pelajaran, sistem pembelajaran masih
bersifat menoton yaitu berpusat pada guru, sehingga siswa lebih banyak
diam dan menerima apa adanya, siswa tidak punya inisiatif untuk
mengembangkan potensinya.
2. Selama pembelajaran berlangsung, beberapa siswa izin untuk keluar kelas
secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi siswa
tersebut, karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara keseluruhan.
3. Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik,
seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menganggu teman yang
belajar.
3
Slameto. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003) hlm. 188
4
4
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006). hlm.163.
5
Beberapa usaha yang telah dilakukan guru untuk menciptakan suasana kelas
sehingga siswa senang belajar matematika, diantaranya adalah membimbing siswa
mengerjakan latihan, meminta siswa mengerjakan latihan/menuliskan hasil
kerjanya ke depan untuk menumbuhkan persaingan, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, belajar, dan memberikan penghargaan kepada siswa
yang berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun hal ini belum mampu
menumbuhkan sikap siswa menjadi senang terhadap matematika.
Bertolak dari kondisi sikap siswa yang kurang senang dalam belajar,
sebagaimana yang dikemukakan di atas khususnya dan dalam pelajaran
matematika pada umumnya, maka perlu diperbaiki proses dalam pembelajaran,
sehingga dapat menumbuhkan rasa senang siswa terhadap matematika. Karena
perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual. Sikap yang positif akan
terungkap dalam ”perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan
lain sebagainya). Sikap negatif akan terungkap dalam ”perasaan tidak senang”
(rasa benci, rasa takut, dan lain sebagainya).5 Munculnya rasa senang terhadap
matematika, mendorong siswa bersikap positif terhadap matematika, sehingga
siswa akan terdorong untuk belajar dengan baik.
Berkaitan dengan pembelajaran, bahwa untuk mencapai suatu tujuan sangat
diperlukan pemikiran tentang siasat, prosedur atau cara yang akan digunakan
dalam pembelajaran matematika. Demikian juga untuk mencapai tujuan
pengajaran diperlukan strategi, pendekatan atau metode, serta teknik tertentu
dalam pembelajaran atau kata lain keberhasilan proses pembelajaran tergantung
pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menerapkan model
Advance Organizer. Advance Organizer untuk mengaktifkan skemata siswa
(eksistensi pemahaman siswa) untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa dan
untuk membentuknya mengenal relevensi pengetahuan yang dimiliki. Advance
Organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat
digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara
5
W.S.Winkel S.J.M.Sc. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia
1984), edisi pertama, cet 3. hlm. 30-31.
6
6
Sri Anita dan Suzanah. Op. Cit, hlm 1.5.
7
Joyce, B. dan Weil, M. Model Of Teaching, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi
kedelapan, hlm 281.
8
Richard I. Arends, Learning To Teach, (Yongyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), edisi
ketujuh, hlm 221.
7
senang bagi siswa dalam belajar matematika. Selanjutnya dengan rasa senang
tersebut akan tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang positif terhadap
matematika.
Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
Advance Organizer, yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka
siswa akan lebih mudah menerima/memahami materi yang akan disampaikan
guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa untuk tetap dalam
tugasnya dan akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan-
kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif terhadap
matematika. Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai
kesulitan dan sejalan dengan itu, maka keuletan siswa akan tumbuh dan
berkembang.
Tumbuh dan berkembangnya sikap siswa yang menunjukkan, (1) siswa
mengikuti pelajaran dengan sunguh-sungguh, (2) siswa menyelesaikan tugas
dengan baik, (3) siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi, (4) siswa mengerjakan
tugas rumah dengan tuntas dan tepat waktu, (5) siswa merespon dengan baik
tantangan yang datang dari bidang studi, (6) siswa percaya diri dalam belajar
matematika, (7) siswa mempunyai keyakinan bahwa matematika berguna buat
dirinya. Tumbuhnya sikap untuk selalu yang terbaik dalam belajar matematika
menunjukkan bahwa dalam diri siswa telah tumbuh sikap positif siswa terhadap
matematika.
Memahami masalah dan kutipan di atas, maka peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada topik bangun datar
segi empat, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran. Karena pada setiap
sub pokok bangun datar segi empat membutuhkan materi awal yang sudah
dipelajari siswa untuk dikaitkan pada materi yang akan dipelajari. Sehingga
mempermudah siswa untuk menerima materi yang akan disajikan, dengan
demikian akan memberikan rasa senang bagi siswa dalam belajar matematika.
Melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer ini diharapkan
adanya perubahan sikap siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan,
Banten tahun pelajaran 2009/2010 kearah yang lebih baik terhadap matematika.
8
Agar siswa dapat membangun pengetahuan awalnya secara lebih bermakna, maka
dalam penerapan model Advance Organizer fokusnya terletak pada siswa dan
guru hanya berfungsi sebagai fasilitator.
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa
pokok kajian ini adalah Pembelajaran Model Advance Organizer dapat
meningkatkan sikap positif siswa. Berdasarkan permasalahan pokok tersebut
maka persoalan-persoalan yang mengintari kajian ini dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Kurangnya keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa cepat putus asa dalam mengerjakan latihan yang agak sulit dalam
belajar serta cenderung mengandalkan jawaban dari guru.
3. Banyak siswa yang takut dan malu menjawab pertanyaan yang diberikan
guru, serta persepsi siswa bahwa pelajaran matematika sulit dan
menakutkan.
4. Metode mengajar guru yang kurang bervariasi sehingga belum dapat
meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika.
siswa kelas VII-4 SMP N 3 Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Tahun ajaran
2009/2010. Dari perumusan masalah maka dijabarkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan
sikap positif siswa dalam pelajaran matematika?
2. Bagaimana Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Advance Organizer pada pelajaran matematika?
3. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan
penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran
Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam pelajaran
matematika kelas VII-4 pada pokok bahasan bangun datar segiempat di SMP N 3
Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Sedangkan secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Advance Organizer
pada pembelajaran matematika kelas VII-4 di SMP N 3 Ciputat,
Tenggerang Selatan, Banten.
2. Mengetahui peningkatan sikap positif siswa setelah dilakukan proses
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Advance
Organizer.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer.
4. Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui
penerapan model pembelajaran Advance Organizer.
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, peneliti, siswa,
maupun sekolah. Adapun manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru, sebagai informasi bahwa penerapan model pembelajaran
Advance Organizer dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan sikap positif siswa yang menguntungkan terhadap
matematika.
b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sikap
positif siswa dalam mata pelajaran matematika dan juga meningkatkan
kualitas pengajaran di sekolah.
c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap
positif siswa terhadap pelajaran matermatika.
d. Bagi peneliti, menjadi ilmu yang berharga dalam penulisan yang
berikutnya.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang
berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu
mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu
yang memuat bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah.2 Beberapa pendapat juga muncul tentang
pengertian matematika, ada yang mengatakan matematika simbol,
matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah bahasa yang
dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika
adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berfikir logis;
matematika adalah sarana berfikir; matematika adalah ratunya ilmu dan
sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari pola, bentuk, dan
struktur.3
Menurut Johnson dan Rissing (1972), matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. James dan James
1
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontempore, (Bandung: JICA-
UPI. 2001), hlm. 18.
2
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) edisi ketiga,
h.723.
3
Erna Suwangsih danTiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2006),
hlm 3.
11
12
4
Erman Suherman, dkk, Op. Cit, hlm.15.
5
Sri Anita W. Janet Trineke Manoy dan Suzanah. Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm.7.23.
6
Erman Suherman, dkk. Op. Cit, hlm. 55.
13
7
Erman Suherman, dkk, Ibid, hlm. 56.
14
8
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 59.
9
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm.10.
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.13.
11
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Press, 2006), hlm.117.
12
Udin S. Wiranataputra, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), hlm. 1.8.
13
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 2.
15
14
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama,
2007), hlm 5.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika, (Bandung: Remadja Karya, 1984), hlm. 81.
16
16
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.104.
17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30.
18
Syaiful Sagala, Op. Cit, hlm. 37.
17
19
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemudah, 2003 ), hlm. 74.
20
Udin S. Wiranataputra, Op. Cit, hlm 1.19
18
21
Ibid, hlm. 1.19.
22
Syaiful, Op. Cit, hlm. 62.
23
Zurinal, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2006). Loc. Cit.
24
Syaiful, Op. Cit, hlm 63.
19
dan teknik, serta media dalam rangka membangun proses belajar, antara
lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.25
Setiap tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut, karena sasaran
tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai, bila siswa
telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan dibidang
matematika yang dipelajari. Bahan pelajaran matematika yang harus
dipelajari harus bermakna, artinya bahan pelajaran harus sesuai dengan
kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain,
pelajaran matematika yang baru perlu dikaitkan dengan konsep-konsep
yang sudah ada, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar
terserap dengan baik.26
Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah)
yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar, serta terjadinya
interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan
siswa. Sedangkan proses pembelajaranya bersifat exsternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku atau perubahan perilaku
siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada
siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman dalam belajar
matematika.
2. Sikap Positif Siswa Terhadap Pelajaran Matematika.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap. Sikap
merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi, serta menentukan apa yang dicari
individu dalam kehidupan. Berbicara tentang sikap, telah didefinisikan
25
Mark K. Smith dkk, Teori Pembelajara dan Pengajaran, (Yogyakarta: Mirza Media
Pustaka, 2009), hlm 29-30.
26
Hamzah, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 32.
20
dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz menemukan adanya lebih
dari tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian pada
umumnya dapat dimaksudkan kedalam tiga kerangka pemikiran.
Pertama adalah kerangka yang diwakili oleh Louis Thurstone
(1928), Rensis Likert (1932), dan Charles Osgood (tokoh terkenal di
bidang pengukuran sikap). Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable), maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu
objek. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulisasikan sikap
sebagai ”derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek
psikologis” (Edwards,1957).27 Sikap adalah kesiapan seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat
positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindar,
membenci, tidak mnyukai objek tertentu.28
Kelompok pemikir yang kedua diwakili oleh para ahli seperti
Chave (1928), Bogardus (1931), Lapierre(1934), Meaad (1934), dan
Gordon Allport (1935; tokoh terkenal dibidang psikologi sosial dan
psikologi kepribadian). Menurut kelompok pemikiran ini, sikap
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu. Sedangkan kelompok pemikir yang ketiga
adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic
schema) Secord & Backman (1964), menurut kerangka pemikir ini suatu
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang salain berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek.29
27
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 4-5.
28
Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta, 2006), hlm. 109.
29
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukuran, (Jakarta : Pustaka Pelajar,
2005). Loc. Cit.
21
30
Slameto. Op. Cit, hlm 188.
22
dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung
dimaksud adalah Advance Organizer. 32
Guru menggunakan Advance Organizer untuk mengaktifkan
skemeta siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apakah
yang telah dikenal siswa dan untuk membantunya mengenal relevansi
pengetahuan yang telah dimilki. Advance Organizer memperkenalkan
pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai
kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci.33
Joyce dan Weil menyatakan, bahwa Advance Organizer berfungsi
untuk menjelasakan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
pelajar. Strategi pembelajaran ini konsisten dengan pemikiran Ausubel
bahwa struktur kognitif yang sudah ada bertindak sebagai alat pengait
informasi baru. Sedangkan Ausubel mengemukakan, bahwa tujuan
Advance Organizer adalah mengaitkan bahan bermakna yang akan
dipelajari (pengetahuan baru) dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa.
Namun perlu digaris bawahi bahwa Advance Organizer bukan
merupakan sebuah rangkuman umum materi bahan ajar yang akan
dipelajari. Advance Organizer merupakan penyajian singkat informasi
visual atau verbal yang tidak mengandung isi atau bahan tertentu dari
materi baru yang akan dipelajari.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa
Advance Organizer merupakan seperangkat materi bahan ajar yang
dirancang dengan baik dan logis, dan merupakan jembatan bagi materi
yang akan diajarkan. Advance Organizer berfungsi menjelaskan,
mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari
dengan pengetahuan atau pengalaman belajar yang telah dimiliki peserta
didik. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperkuat struktur kognitif
32
Bruce Joyce, dkk, Model of Teaching. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), edisi
kedelapan, hlm. 287.
33
Sri Anita. Op. Cit, hlm. 1.5.
26
34
Bruce Joyce, dkk. Op. Cit hlm. 289.
28
35
Oemar Hamalik. Op. Cit. hlm 47-48
31
36
Bruce Joyce dan Weil, M, dkk. Op. Cit hlm. 291.
32
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen yang ada di dalamnya tidak tercapai. Salah satu dari
komponen tersebut adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran memudahhkan
jalan pengajaran menuju tujuan yang akan dicapai oleh guru kepada siswa. Antara
model pembelajaran dan tujuan harus saling berhubungan. Model pembelajaran
sebagai penunjang untuk pencapaian tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal, pemilihan model pembelajaran menjadi suatu
tantangan bagi para pengajar.
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan minat,
perhatian, dan keaktifan siswa atau mempunyai sikap positif terhadap matematika.
Salah satunya dengan melakukan model pembelajaran Advance Organizer.
Advance Organizer adalah kumpulan materi pelajaran yang berfungsi mengaitkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Sedangkan tujuan Advance Organizer adalah untuk memperkuat struktur
kognitif yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk memahami materi yang
disajikan. Dengan pengetahuan awal yang lebih baik akan mempermudah siswa
untuk memerima materi yang baru.
Dengan memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran
Advance Organizer yakni mempersiapkan siswa menerima materi baru, maka
siswa akan lebih mudahh menerima/memahami materi yang akan disampaikan
guru. Dengan adanya kemudahhan itu diduga dapat meningkatkan sikap positif
siswa terhadap pelajaran matematika dan akan akan mendorong siswa untuk tetap
dalam tugasnya serta akan mendorong siswa untuk mengurangi kegagalan.
Artinya siswa tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
sejalan dengan itu maka keuletan siswa akan tumbuh dan berkembang.
C. Hipotesis Tindakan
Dengan bertitik tolak pada kajian teoritis yang diuraikan di atas maka
peneliti mengajukan Hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model
pembelajaran Advance Organizer dapat meningkatkan sikap positif siswa dalam
pelajaran matematika.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1) Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran Advance Organizer untuk meningkatkan sikap
positif siswa dalam pelajaran matematika Kelas VII-4 di SMP N 3
Ciputat Kota Tanggerang Selatan Banten. Karena sekolah ini
tempatnya strategis dan jarak antara sekolah dengan rumah peneliti
dekat.
2) Waktu Penelitian
Pelaksanan penelitian di mulai dengan pra penelitian pada tanggal
8, 9, 12 April 2010 observasi di sekolah, wawancara di sekolah
pada tanggal 14 dan 15 April 2010. Perencanaan dan jadwal
penelitian 2 kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis, dan
pelaksanaan pengamatan di mulai dengan pertemuan pertama pada
hari Rabu tgl 14 April 2010 dan selesai pada tgl 29 Mei Tahun
ajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action
Research yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh Guru atau dengan arahan dari
Guru yang dilakukan oleh siswa.1 Penelitian Tindakan Kelas dapat juga
diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007)
Cet ke-4, hlm. 3
32
34
2
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 26.
3
Suharsimi Arikunto, dkk. Op. Cit, hlm, 16.
35
Bagan 1.
Alur Prosedur Pelaksanaan PTK
Selesai ? Siklus I
3. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap
akhir siklus harus mencapai lebih dari atau sama dengan 75.
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
Partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
seluruh siswa kelas VII-4 yang berjumlah 40 orang yang terdiri dari 22
perempuan dan 18 laki SMP N 3 Tanggerang Salatan Banten dan guru
kelas VII sebagai observer.
Pada tahap pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu
peneliti mengamati sikap yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran yang menggunakan lembar observasi. Selain itu guru
matematika juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada
saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan
tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada
saat tindakan berikutnya.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku
penelitian, yakni berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
Advance Organizer. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas
sebagai kolaborator dan observer. Guru kelas Sebagai kolaborator yaitu
membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanaa Pembelajaran
(RPP), membantu peneliti dalam melakukan refleksi dan menentukan
tindakan–tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Guru
kelas sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam
mengajar dengan menerapkan pembelajaran Advance Organizer dan
mengamati seluruh sikap siswa dalam belajar matematika selama proses
pembelajaran matematika berlangsung.
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama
antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting
dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing
38
Kegiatan Pendahuluan
4
Suharsimi Arikunto. Ibid, hlm. 63
39
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran
Advance Organizer
b. Membuat pedoman observasi
c. Membuat pedoman wawancara
d. Membuat jurnal harian
e. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan
menerapkan pembelajaran Advance Organizer kemudian
dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus
.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer
b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
4. Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I.
Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan
ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran Advance
Organizer berdasarkan hasil refleksi siklus 1
b. Menyiapkan pedoman observasi
c. Menyiapkan pedoman wawancara
d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa
e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
40
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan
pembelajaran Advance Organizer kemudian dilanjutkan dengan
pemberian tes Siklus II.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran Advance Organizer
b. Kolaborator mengamati sikap positif siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
4. Tahap Refleksi
Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator
keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila
indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke
siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
5
Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan
Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, hlm. 170.
6
Suharsimi Arikunto. Op. Cit, hlm, 67.
47
BAB IV
48
49
Gambar 1
Proses pembelajaran matematika pada penelitian pendahuluan
51
Gambar 2
Proses pembelajran matematika pada penelitian pendahuluan
Jawabanya
a. Dik panjang AB = (3x-5) cm dan CD = (2x+2) cm.
3x – 5 = 2x + 2
3x-2x = 2 + 5
x=7
jadi AB = 3x 7-5= 16cm karna persegi jadi 2x7 + 2 = 16cm
keliling ABCD = 4 x s = 4 x 16 = 64 cm
luas ABCD = s2 = 162 = 256m2
Peneliti : Apakah semua sudah paham ?
Siswa : Sudah pak!
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian
peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Peneliti juga memberi tugas, serta menyuruh siswa untuk membaca
materi tentang jajargenjang. Terakhir peneliti memberikan jurnal
harian untuk diisi oleh siswa.
Pada pertemuan kedua ini sikap siswa terhadap pelajaran
matematika masih rendah walaupun sudah ada peningkatan dari
pertemuan pertama, bisa dilihat dari persentasi setiap indikator yang di
amati oleh observator, persentase indikatornya adalah 63,33% siswa
mempunyai kesiapan mengikuti pelajaran matematika. 58,33% siswa
mengerjakan pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru.
63,33% siswa mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir.
65,83% siswa antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah
dan berulang. 66,66% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap
pelajaran matematika yang sedang dipelajari. 65% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 64,16% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 63,33% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 59,16% siswa tidak
59
P Q
Tentukan:
a. 2 buah pasang sisi yang sama panjang ?
61
= 384 cm2
Peneliti : Iya benar sekali
64
Tabel IV.1
Hasil Observasi Sikap Positif Siswa pada Siklus I
muda, baru siswa mau mengerjakan dan siswa cepat putus asa apa
mengerjakan LKS yang sulit dan lebih mengadalkan jawaban dari
guru. Aspek ini perlu berbaikan di siklus II.
7. Siswa memusatkan perhatian dalam belajar matematika.
Rata- rata persentase siswa yang memperhatikan peneliti pada
saat menjelaskan materi pada siklus 1 ini sebanyak 64.22%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan peneliti pada saat
menjelaskan materi masih kurang baik, karena masih ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi,
karena masih banyak siswa yang bercanda sama teman sebangkunya.
Aspek ini perlu perbaikan pada siklus II.
8. Siswa membuat catatan setiap belajar matematika.
Rata-rata persentase siswa yang membuat catatan materi yang
peneliti sampaikan hanya mencapai 65,83%. Dalam membuat catatan
siswa dinyatakan masih kurang dan perlu berbaiakan di siklus ke II.
9. Jika siswa tidak mengerti bertanya kepada peneliti.
Rata-rata persentase siswa mengajukan pertanyaan ketika siswa
tidak mengerti pada saat proses belajar berlangsung hanya mencapai
60%. Persentase ini masih kurang baik karena siswa belum banyak
yang berani bertanya kepada peneliti, masih terlihat ada siswa yang
masih malu dalam bertanya kepada peneliti. Aspek ini perlu
perbaikan di siklus II.
10. Siswa berani mengemukakan pendapat.
Rata-rata siswa yang beranai mengemukakan pendapat hanya
54.38%. Hal ini menunjukan bahwa pada saat proses pelajar siswa
belum berani mengemukakan pendapatnya dan percaya diri akan
pendapatnya. Aspek ini perlu peningkatan di siklus II.
main, tidak peduli dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran dengan
baik. Dengan kata lain siswa tidak sungguh-sungguh memusatkan
perhatiannya pada pelajaran, hanya beberapa orang saja yang
mempunyai catatan setiap belajar matematika. Siswa juga belum berani
memberikan pendapat hanya beberapa orang saja yang mau bertanya
tentang pelajaran yang dianggap sulit, antusia belajar bisa dikatakan
masih kuran baik. Ada juga siswa yang masih mencontek ketemanya
pada saat mengerjakan latihan.
Pada siklus I ini ada beberapa soal latihan yang belum dapat
diselesaikan oleh siswa. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan
perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena
sikap positif siswa belum mencapai 75%. Pada siklus I ini sikap siswa
terhadap pelajaran matematika masih rendah dan perlu perbaiakan di
siklus II.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Advance
Organizer pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang
memberi respon positif 55,625 %, siswa yang memberi respon negatif
23,75%, siswa yang bersikap netral 15%, dan siswa yang tidak
berkomentar sebanyak 5,625%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan
pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal
harian siswa dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut:
Tabel IV.2
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer
Pada Siklus I
No Kategori Respon Siswa
1 - Pelajaran jadi lebih mudah dipahami.
- Pembelajaran cukup menarik karena belum
pernah diterapkan guru.
Positif - Menjadi berani tampil di depan kelas.
- Belajar jadi lebih bersemangat.
70
maupun yang tidak berkomentar. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa
menyatakan respon yang positif terhadap model pembelajaran Advance
Organizer. Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif,
netral maupun yang tidak berkomentar akan dijadikan bahan refleksi
untuk tindakan pembelajaran selanjutnya.
Berikut ini adalah gambar proses pembelajaran matematika siswa
dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada siklus
I:
Gambar 3
Siswa yang berani mengeluarkan pendapat
Gambar 4
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk
72
Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 40
Nilai terendah = 35 Rata-rata = 69
Tabel IV. 5
Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I
7. Siswa tidak tepat waktu dalam 7. Peneliti harus memotivasi siswa agar
menyelesaikan LKS sera PR. menyelesaikan LKS tepat waktu,
yaitu dengan memberika nilai tamba
bagi siswa yang menyelesaikan LKS
tepat waktu, serta yang
mengumpulkan PR tepat waktu.
8. Siswa tidak begitu antusias dalam 8. Peneliti harus sering memotivasi
belajar dan tidak sungguh-sungguh siswa serta memberihkan arahan yang
dalam proses belajar. jelas pada saat proses belajar
berlangsung.
9. Siswa masih ada yang mencontoh 9. Penelitih harus memberih arahan
dalam mengerjakan LKS. kepada siswa yang mencontoh
K 16 cm 24 cm M
12 cm
L
a. Tentukan panjang KL
b. Tentukan panjang MN
c. Hitunglah keliling KLMN
d. Hitunglah luas KLMN
Jawab.
a. = KO2 + LO2
= 162 + 122
= 256+ 144
= 400
KL = 400. = 20 cm
1
d. Luas KLMN = 2 MN x LN
1
= 2 x26,8. x 24
= 321,6.cm2
78
S 6 cm T 5 cm R
Pada bangun trapesium PQRS di atas, 𝑃𝑄 = 6 cm , 𝑆𝑅 = 11 cm , 𝑃𝑆
= 12 cm
Tentukan:
a. Keliling dan luas bangun trapesium PQRS tersebut!
jawaban
a. Untuk mencari sisi 𝑄𝑅 dapat menggunakan dalil phytagoras
sebagai berikut:
𝑄𝑅 = 𝑄𝑇 2 + 𝑇𝑅 2
= 122 + 52
= 144 + 25
= 169. = 13cm.
Keliling = jumlah keempat sisi-sisinya
= 𝑃𝑄 + 𝑆𝑅 + 𝑃𝑆 + 𝑄𝑅
= 6 cm + 11 cm +12. cm + 13cm
= 42 cm
1
Luas = × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2
1
= × ( 𝑆𝑅 + 𝑃𝑄 ) × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2
1
= × (11. cm + 6 cm) × 12 cm
2
1
= × 17𝑐𝑚 × 12𝑐𝑚
2
= 102 𝑐𝑚2
81
kepada siswa siapa yang belajar di rumah tentang materi yang akan
dipelajari dengan memberikan kata pujian bagi siswa yang belajar di
rumah serta mengumpulkan tugas rumah yang telah diberikan.
Peneliti memotivasi siswa untuk mempelajari kembali materi-
materi sebelumnya serta contoh-contoh yang ada kaitannya dengan
materi trapesium sama kaki. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti
menjelaskan dan membimbing siswa memaham materi tentang
trapesium sama kaki beserta contohnya yang diiringi dengan siswa
melakukan aktifitas memperhatikan dan mengerjakan latihan.
Peneliti bersama observer membagikan LKS 7 (Terlampir
halaman 149). Pada saat siswa mengerjakan LKS 7. Peneliti bersama
observer berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa. Pada saat siswa
bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada siswa tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa
siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas
tersebut. peneliti mendampingi siswa yang kurang paham tentang
tugas yang diberikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa yang sudah selesai mengerjakan LKS 7 untuk
mempersentasikan tuganya di depan kelas. Salah seorang siswa
mengerjakan soal no tiga yakni : Diketahui trapesium sama kaki
dengan panjang kedua sisi yang sama panjang = 10 cm, panjang sisi
yang sejajar 16 cm dan 4 cm, dan tinggi 6 cm. hitunglah keliling dan
luas trapesium sama kaki tersebut!
Jawaban:
Keliling = Jumlah keempat sisi-sisinya
= 10cm + 16.cm + 10cm + 4cm
= 40 cm
1
Luas = 2 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
1
= × (16cm + 4 cm) ×6 Cm
2
1
= × 20𝑐𝑚 × 6𝑐𝑚
2
83
= 60 𝑐𝑚2
Setelah selesai mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Peneliti memberikan kata pujian, sebagian besar siswa sudah cukup
baik dalam mengerjakan LKS 7 tersebut, sehingga peneliti tidak perlu
mengulang penjelasan tersebut dari awal.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi
dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, serta
bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari
peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi
selanjutnya di rumah dan mengerjakan latihan yang ada di buku paket.
Kemudian peneliti mengakhiri pembelajaran hari ini dengan
memberikan arahan agar pada pertemuan selanjutnya siswa
diharapkan lebih baik lagi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh setiap
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah: 96.67% siswa mempunyai kesiapan
mengikuiti pelajaran matematika. 93.33% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 90.83% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 83.33% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
92.5% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 86.67% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 92.5% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 89.17% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 86.67% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 80% siswa berani mengemukakan
pendapat.
84
P 9 cm Q
24
cm
S 10 cm T U 7 cm R
Tentukan:
a. Panjang 𝑄𝑅, 𝑄𝑈, 𝑇𝑈, 𝑃𝑆, 𝑆𝑅 !
b. Besar Q dan P!
c. Keliling dan luas Trapesium Sembarang PQRS!
Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang
sudah dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa
bahwa hari Kamis, 20 Mei 2010 akan diadakan tes siklus 11. Siswa
harus lebih giat lagi belajar agar tes siklus 11 nanti, mendapat nilai
yang baik. Terakhir peneliti memberikan jurnal harian untuk diisi oleh
setiap siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan 10 indikator yang terdapat dalam
lembaran ovservasi di amati oleh observator terhadap 40 siswa.
Persentase indikatornya adalah: 97.5% siswa mempunyai kesiapan
mengikuti pelajaran matematika. 94.17% siswa mengerjakan
pekerjaan rumah matematika yang diberikan oleh guru. 95% siswa
mengikuti pelajaran matematika dari awal hingga akhir. 95.83% siswa
antusias terhadap pelajaran matematika yang mudah dan berulang.
98.33% siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap pelajaran
matematika yang sedang dipelajari. 96.67% siswa mengerjakan
tugas/latihan matematika yang diberikan guru. 91.67% siswa
memusatkan perhatian dalam belajar matematika. 90.83% siswa
membuat catatan setiap belajar matematika. 91.67% siswa tidak
mengerti bertanya kepada guru. 85% siswa berani mengemukakan
pendapat.
86
Tabel IV.7
Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap
Model Pembelajaran Advance Organizer Siklus II
No Kategori Persentase pada Pertemuan Rata-rata
6 7 8 9 (%)
1 Positif (72,5%) (77,5%) (80%) (85%) 78,75
2 Netral (7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%) 5,625
3 Negatif (17,5%) (15%) (15%) (12,5) 15
4 Tidak (2,5%) (0%) (0%) (0%) 0,625
Berkomentar
Gambar 5
Siswa yang berani mengeluarkan pendapat
92
Gamabar 6
Siswa yang merespon pertanyaan dari peneliti
Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada
pertemuan ke sepuluh. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada
Tabel IV.8 berikut ini:
Tabel IV.8
Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
Keterangan :
Xmin = 65 Jumlah siswa = 40
Xmax = 100 Rata-rata = 79,37
93
C. Analisis Data
Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Sikap positif siswa dalam belajar matematika
Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti didampingi oleh
observer, observer tersebut adalah guru mata pelajaran yang diberikan
lembaran observasi yang berfungsi untuk mengetahui respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang terdapat pada setiap indikator yang
telah ditentukan peneliti. Lembaran observasi juga digunakan untuk
menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil
dari observasi sikap siswa terhadap indikator yang telah ditentukan dapat
dilihat pada tabel IV.9 berikut:
Tabel IV 9
Rekapitulasi Ketercapaian Sikap Positif Siswa
Siklus I dan Siklus II
Organizer ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena sikap positif
siswa menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.
2. Respon Siswa terhadap model pembelajaran Advance Organizer
Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting
untuk dijadikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan
rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam
sebuah jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir
tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan beragam, ada yang
berkomentar positif, komentar negatif, komentar netral bahkan ada yang
tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung,
persentase jenis pendapatnya dan hasilnya dirangkum pada Tabel IV.10
Tabel IV.10
Rekapitulasi Persentase Respon Siswa
Terhadap Model Pembelajaran Advance Organizer
Rata-Rata persentase tiap
Rata rata
Kategori siklus
(%)
Siklus I Siklus II
Positif 55,625 78,75 67,18
Netral 15 5,625 10,31
Negative 23,75 15 19,37
Tidak berkomentar 5,625 0,625 3,12
BAB V
A. Kesimpulan
101
102
B. Saran
1. Apabila pembelajaran ini akan dilakukan maka guru perlu melakukan
persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa diantaranya,
mempersiapkan RPP, soal latihan, lembar observasi sikap positif siswa,
jurnal harian untuk mengetahui respon siswa tersebut.
2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan
pembelajaran pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui
keinginan siswa sebagai bahan pertimbangan perencanaan yang akan
dipakai.
3. Berhubungan dengan penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan
bangun datar segiempat, peneliti menyarankan model pembelajaran
Advance Organizer dapat diterapkan pada pokok bahasan lain.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang
berminat mengembangkan hasil penelitian dalam ruang lingkup yang
lebih luas.
103
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Joyce, B. dan Weil, M. 2009 Model Of Teaching. Yongyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi
kedelapan.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah
Jakarta. Press.
103
104
Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajara dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza
Media Pustaka.
Syaifuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Prasetya Irawan, Suciati, dkk. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan
Mengajar. Jakarta: PEKERTI.
Suharsimi Arikunto. 2007. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet
ke-4.
183
212
Lampiran 13
Netral 3 3 2 1
5,625
(7,5%) (7,5%) (5%) (2,5%)
Negatif 7 6 6 5
15
(17,5%) (15%) (15%) (12,5%)
Tidak 1 0 0 0
0,625
Berkomentar (2,5%) (0%) (0%) (0%)
224
Lampiran 18
25 A25 80 90
26 A26 70 75
27 A27 35 65
28 A28 70 80
29 A29 60 65
30 A30 70 70
31 A31 90 90
32 A32 70 85
33 A33 50 65
34 A34 50 70
35 A35 40 65
36 A36 70 85
37 A37 35 75
38 A38 75 80
39 A39 60 80
40 A40 75 80
Nilai Minimum 35 65
Nilai Maksimum 100 100
Rata-rata 69 79,37