You are on page 1of 13

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.13.2.189-201 Volume 13 Nomor 2 edisi April-Juni 2018

Populasi dan Distribusi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) sebagai Sumber
Pakan Ternak pada Ekosistem Persawahan di Kota Bengkulu

Population and Distribution of Golden Snail (Pomacea canaliculata L.) as Feed Resources in
Paddy Field Ecosystem in Bengkulu City

K. Saputra, Sutriyono, dan B. Brata

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu


Jl. WR Supratman, Kandang Limun, Bengkulu, 38371A
Email: kurniawansaputra26@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine the presence of a golden snail (Pomacea canaliculata L.) in terms of population and its
distribution in nature. This research has been conducted in September-October 2017 located in Bengkulu City. This
research used survey method with sampling technique in systematic sampling with quadratic frame measuring 5x5
meter as many as 17 plots based on sequence from member of population which amounted to 49 plots at each
observation station. Environmental condition of observation station has humidity ranged from 71% - 83.4%,
environmental temperature of 28.4 – 28.8 oC, pH of wetland waters 5.9 – 6.5, and temperature of rice field of 25.3 –
28.8 oC . The density of mas snail population ranged from 0 - 5.78 individuals / m2 with the value of Morisita Index
at the observation station of Rawa Makmur, Semarang, and Bukit Besar villages ranged from 0.002 to 0.024 which
showed a regular dispersion pattern (Id <1), whereas observation station in Kelurahan Kandang Limun did not get
the index value of morisita because no golden snail samples were found during the research. The frequency of
finding the golden snail on the three observation stations of 100%, except in the Village of Kandang Limun which
has a frequency of 0%. The abundance of snail mas on the three stations is quite rare with the abundance of 3.52 tail
/ m2 – 5.78 tail / m2, while the observation station Kandang Limun Village has an abundance of 0 tail / m2 or very
rare. From this research, it can be concluded that golden snail population in paddy field ecosystem in Bengkulu City
has regular distribution pattern (Id <1) with rare abundance up to very rare.
Key words: population, distribution, golden snail, ecosystem

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan keong mas (Pomacea canaliculata L.) ditinjau dari sisi
populasi dan penyebarannya di alam. Penelitian ini telah dilaksakan pada bulan September-Oktober tahun 2017
bertempat di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengambilan sampel secara
sistematis sampling dengan kerangka kuadrat berukuran 5x5 meter sebanyak 17 plot berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang jumlahnya sebanyak 49 plot pada masing-masing stasiun pengamatan. Kondisi lingkungan
stasiun pengamatan memiliki kelembaban berkisar antara 71% - 83,4%, suhu lingkungan 28,4 - 28,8 oC, pH perairan
sawah 5,9 - 6,5, dan suhu perairan sawah 25,3 - 28,8 oC. Kepadatan populasi keong mas berkisar antara 0 – 5,78
individu/m2 dengan nilai Indeks Morisita pada stasiun pengamatan Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Semarang,
dan Kelurahan Bukit Besar berkisar antara 0,002 - 0,024 yang menunjukkan pola penyebaran teratur (Id<1),
sedangkan pada stasiun pengamatan Kelurahan Kandang Limun tidak diperoleh nilai indeks morisita karena tidak
ditemukan sampel keong mas saat penelitian berlangsung. Frekuensi ditemukannya keong mas pada ketiga stasiun
pengamatan sebesar 100%, kecuali pada Kelurahan Kandang Limun yang memiliki frekuensi 0%. Kelimpahan
keong mas pada ketiga stasiun pegamatan cukup jarang dengan kelimpahan 3,52 ekor/m 2 - 5,78 ekor/m2, sedangkan
pada stasiun pengamatan Kelurahan Kandang Limun memiliki kelimpahan 0 ekor/m2 atau sangat jarang. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa populasi keong mas pada ekosistem persawahan di Kota Bengkulu memiliki
pola distribusi teratur (Id<1) dengan kelimpahan jarang hingga sangat jarang.
Kata kunci: populasi, distribusi, keong mas, ekosistem

PENDAHULUAN Ampullariidae merupakan keong air tawar


pendatang dari Amerika Selatan yang masuk
Keong mas atau keong murbei ke Indonesia sekitar awal 1980-an dan menjadi
(Pomacea canaliculata L.) dari suku hama tanaman padi yang serius di Indonesia

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 189


juga di Asia Tenggara. Ribuan hektar semai dan masyarakat menjadi berkurang bahkan
padi, atau tanaman padi berumur muda rusak berangsur-angsur menghilang.
dihamai oleh keong mas yang selama ini Pada saat ini penyediaan bahan baku
diidentifikasi sebagai jenis Pomacea pakan lokal menjadi demikian penting dan
canaliculata. Keong mas merupakan moluska sifatnya mendesak, terutama bila dikaitkan
yang ditetapkan sebagai organisme dengan harga pakan unggas yang terus
pengganggu tanaman (OPT) atau hama utama mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal
pada tanaman padi (Oryza sativa) di sawah. ini mudah dimaklumi karena bahan baku
Organisme ini berpotensi sebagai hama utama dalam pakan umumnya adalah impor, sehingga
karena sawah merupakan habitat yang cocok sudah saatnya sekarang melakukan upaya
bagi perkembangannya, sehingga keong mas alternatif berupa penyediaan bahan baku lokal
dapat berkembang biak sangat cepat dan (Pagala, 2010).
mampu merusak tanaman padi dalam waktu Salah satu bahan baku lokal yang
yang cepat (Hendarsih dan Kurniawati, 2009). banyak terdapat di Indonesia adalah keong
Penyebaran keong mas di Kota mas (Pomacea canaliculata L.). Menurut
Bengkulu cukup luas jangkauannya, dan Halimah dan Ismail (1989), daging keong mas
hampir di semua area persawahan Kota diperkirakan mengandung protein 11,64% dan
Bengkulu dapat ditemui ratusan hingga ribuan lemak 0,54% dari bobot basah, dan setiap 100
keong mas. Salah satu kasus penyebaran gram dagingnya mengandung sedikitnya 12
keong mas yaitu yang terjadi di Tanjung gram protein, 64 kkal energi, 2 gram
Agung Kota Bengkulu. Pasca turun tanam padi karbohidrat dan sejumlah mineral seperti
dan hingga berumur 2 minggu, petani di phosphor, besi, kalsium, magnesium dan
Tanjung Agung, Kota Bengkulu, diresahkan iodium serta mengandung vitamin C
dengan keberadaan hama keong mas yang (Sihombing, 1999). Sementara itu
berkembang biak lebih cepat di musim Martawidjaya et al. (2008) menjelaskan bahwa
penghujan. Diperkirakan setiap petak sawah, salah satu sumber bahan baku yang dapat
ribuan keong mas bertebaran, baik anak keong digunakan sebagai pakan itik petelur adalah
yang baru menetas maupun keong mas dewasa tepung keong mas karena mengandung nutrisi
(Portal Berita Info Publik, 2016). cukup tinggi seperti protein sekitar 54%,
Pemberantasan keong mas hingga saat lemak 4-5%, karbohidrat 30% serta sejumlah
ini masih terus dilakukan oleh para petani mineral penting lainnya seperti kalsium dan
khususnya di Kota Bengkulu. Hal tersebut fosfor. Penggunaan tepung keong mas pada
membuat keberadaan dari keong mas menjadi level 10% ransum dapat meningkatkan
terancam seiring dengan maraknya upaya produksi telur pada varietas itik Tegal (Pagala,
pemberantasan yang dilakukan baik itu 2010). Selain itu penambahan tepung keong
menggunakan pestisida kimia ataupun mas (Pomacea canaliculata L.) pada pakan
menggunakan cara alami. Dengan ayam petelur dapat meningkatkan kualitas
berkurangnya populasi keong mas, potensi pakan dan kandungan Omega-3 pada telur
yang seharusnya dapat dimanfaatkan petani ayam ras petelur (Nurmufidah, 2015). Dari

190 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa canaliculata L.) sebagai sumber pakan ternak
pemberian keong mas pada itik dan ayam di Kota Bengkulu.
mampu meningkatkan produksi telur dan
MATERI DAN METODE
bobot badan (Susanto, 1993). Potensi yang
dimiliki oleh keong mas hingga saat ini masih Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sangat sedikit termanfaatkan. Hal tersebut September – Oktober 2017 di empat lokasi
dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan dan persawahan yang berbeda dalam Kota
pengalaman petani dalam memanfaatkan Bengkulu. Lokasi penelitian terdiri dari
potensi keong mas sebagai sumber protein Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan
hewani, baik untuk pakan ternak ataupun Semarang (area persawahan Dinas Pangan dan
sebagai sumber protein hewani alternatif untuk Pertanian Kota Bengkulu), Kelurahan Dusun
manusia. Besar, dan terakhir di area persawahan dalam
Informasi mengenai pola distribusi lingkungan Universitas Bengkulu Kelurahan
keong mas masih sangat kurang, khususnya di Kandang Limun Kota Bengkulu. Penelitian
Kota Bengkulu. Studi populasi dan pola dilaksanakan pada pagi hari pukul 06.00 –
distribusi mengenai keong mas di Kota 09.00 WIB.
Bengkulu hingga saat ini belum ada yang Alat dan bahan yang digunakan terdiri
melakukannya. Oleh karena itu, penelitian ini dari meteran, tali rafiah, tonggak kayu, jam,
diharapkan dapat memperoleh informasi kamera, kantong plastik yang telah diberi
mengenai pola distribusi keong mas khususnya nomor plot, termometer, higrometer, pH meter,
yang hidup pada ekosistem persawahan di air bersih dan alat tulis.
Kota Bengkulu, agar kedepannya dapat Tahapan penelitian meliputi penentuan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam lokasi penelitian, pembuatan kuadrat (plot),
kegiatan berburu keong mas di alam untuk pengamatan suhu air sawah, pH air sawah,
dijadikan sumber pakan ternak. Marwoto et al. suhu lingkungan, dan kelembaban lingkungan,
(2011) mengatakan bahwa mempelajari serta pengambilan sampel keong mas
keanekaragaman jenis keong air tawar akan (Pomacea canaliculata L.) pada masing-
berguna untuk mendukung kegiatan lain dalam masing plot yang telah ditentukan.
pengelolaan lingkungan, seperti memprediksi Lokasi ditentukan secara purposive
tingkat pencemaran suatu perairan, menjaga sampling yaitu metode penetapan
siklus alami dan memberantas penyakit yang sampel/lokasi dengan memilih beberapa
disebabkan oleh cacing parasit. sampel/lokasi tertentu yang dinilai sesuai
Tujuan penelitian untuk mengetahui dengan tujuan atau masalah penelitian dalam
keberadaan keong mas (Pomacea canaliculata suatu populasi (Nursalam, 2008).
L.) ditinjau dari sisi populasi dan
Pembuatan Kuadrat (Plot)
penyebarannya di alam. Dapat dijadikan
Sebelum penelitian dilaksanakan,
pedoman dalam berburu keong mas (Pomacea
dilakukan pembuatan kuadrat (plot)
menggunakan tonggak dan tali rafiah dengan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 191


masing-masing kuadrat berukuran 5 m x 5 m memungkinkan untuk dapat mempengaruhi
sebanyak 49 plot. Taknik pengambilan sampel pola distribusi keong mas seperti ketersediaan
menggunakan teknik sistematis sampling yaitu makanan bagi keong mas, adanya
teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan kemungkinan predator, dan usaha
dari anggota populasi yang telah diberi nomor pemberantasan hama keong mas oleh petani.
urut (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini
Pengambilan Sampel Keong Mas
menggunakan plot yang jumlahnya 49. Plot Pengambilan sampel keong mas
yang terpilih untuk diambil sampelnya dimulai
dilakukan bertahap mulai dari plot 1, 3, 6, 9
dari plot nomor 1 dan dilanjutkan dengan plot hingga plot 48. Ukuran keong mas yang
yang memiliki kelipatan bilangan 3. Jadi plot diambil sebagai sampel tidak berdasarkan
yang terpilih untuk diambil sampelnya yaitu ukuran, artinya keong mas yang berukuran
plot nomor 1, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, kecil hingga berukuran besar semuanya
33, 36, 39, 42, 45, dan 48 sehingga total plot diambil sebagai sampel. Jumlah keong mas
terpilih berjumlah 17 plot. Plot yang terpilih diperoleh dari hasil pengambilan sampel dan
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. dihitung jumlahnya pada tiap-tiap plot terpilih
1 2 3 4 5 6 7 (baik yang di permukaan perairan, di dalam
perairan maupun yang menempel di atas
8 9 10 11 12 13 14
tumbuhan air).
15 16 17 18 19 20 21
Variabel yang diamati
22 23 24 25 26 27 28 Variabel yang diamati pada penelitian
ini meliputi kepadatan, pola distribusi,
29 30 31 32 33 34 35
frekuensi dan kelimpahan keong mas pada
36 37 38 39 40 41 42 ekosistem persawahan di Kota Bengkulu.
43 44 45 46 47 48 49 Kepadatan
Kepadatan keong mas (Pomacea
Gambar 1. Gambaran plot penelitian dengan
canaliculata L.) pada setiap stasiun
sistematis sampling
pengamatan dihitung dan dikonversikan dalam
Pengamatan Kondisi Lingkungan
satuan individu/m2 menggunakan rumus
Penelitian
Brower and Zar (1990) :
Pengamatan kondisi lingkungan
penelitian dilakukan untuk mengetahui =
pengaruh lingkungan terhadap pola distribusi dimana D = jumlah individu per satuan luas
keong mas (Pomacea canaliculata L.) pada (individu/m2), N = jumlah total individu dalam
area persawahan yang diteliti. Kondisi satuan luas, dan A = luas plot kuadrat (meter 2).
lingkungan yang diamati terdiri dari
Pola Distribusi
pengamatan pH air sawah, suhu air sawah,
suhu lingkungan dan kelembaban lingkungan, Pola distribusi yaitu mengambil dan
serta mengamati faktor-faktor lain yang menghitung semua individu yang terdapat di

192 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
tiap-tiap plot, selanjutnya dianalisis dengan A=
menggunakan rumus Indeks Morisita (Elfazuri,
dimana: A = Kelimpahan populasi (ind/m2), Xi
1993):
= Jumlah individu, dan Ni = Luas (m2).
Id =
Analisis Data
dimana Id = Indeks Morisita, ni = Jumlah Data yang telah diperoleh kemudian
individu tiap plot, dan N = Jumlah total disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta
individu semua plot, dengan ketentuan sebagai dibahas secara deskriptif.
berikut Id = 1 pola distribusi adalah acak, Id >
1 pola distribusi adalah mengelompok, dan Id HASIL DAN PEMBAHASAN
< 1 pola distribusi adalah teratur. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Frekuensi Kota Bengkulu merupakan ibu kota
Frekuensi adalah proporsi jumlah plot Provinsi Bengkulu yang memilki luas 151.7
ditemukannya suatu spesies dari semua plot km2. Kota Bengkulu terletak di posisi barat
yang diamati. Frekuensi kehadiran dihitung Pulau Sumatera berada diantara 30,45o–30,59o
dengan rumus seperti berikut (Suin, 1999) : Lintang Selatan serta 102,02o Bujur Timur.
Fi = x 100% Kota Bengkulu memilki relief permukan tanah
dimana Fi = Frekuensi jenis ke i, ji = Jumlah yang bergelombang, terdiri dari daratan pantai
plot dimana spesies ke i terdapat, dan k = dan daerah bukit-bukit serta di beberapa
Jumlah semua plot yang diamati. tempat terdapat cekungan alur sungai kecil
(Permendagri No. 66 tahun 2011). Dalam
Kelimpahan
penelitian ini, lokasi yang dipilih sebagai
Analisis kelimpahan keong mas
stasiun pengamatan terdiri dari Kelurahan
berdasarkan jumlah individu per satuan luas
Rawa Makmur, Kelurahan Semarang,
dihitung dengan menggunakan rumus (Bakus,
Kelurahan Dusun Besar, dan Kelurahan
1990):
Kandang Limun.
Tabel 1. Keadaan umum lokasi penelitian
Kelembaban Suhu pH Perairan Suhu Perairan
Stasiun Pengamatan
Lingkungan (%) Lingkungan (oC) Sawah Sawah (oC)
Rawa Makmur 71 28,5 6,5 25,3
Semarang 76 28,8 6,4 28,8
Dusun Besar 83,4 28,7 5,9 27,5
Kandang Limun 83 28,4 6,2 27,7

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat penelitian ini yaitu berkisar antara 25,3-28,8
o
diketahui kelembaban lokasi penelitian C. Suhu perairan tersebut termasuk ideal
berkisar antara 71% hingga 83,4%, suhu untuk perkembangbiakan keong mas di alam.
lingkungan 28,4-28,8 oC, pH perairan sawah Hal tersebut didukung oleh pendapat
5,9-6,5, dan suhu perairan sawah 25,3-28,8 oC. Sulistiono (2007) yang menyatakan bahwa
Suhu perairan yang berhasil diamati dalam keong mas toleransi terhadap suhu antara 18-

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 193


28 oC. Hal yang sama juga disampaikan oleh ideal untuk lingkungan tempat hidup keong
Susanto (1993) bahwa keong mas menyukai mas karena masih berada pada kisaran 5,9-6,5.
daerah yang lembab atau berair dengan Menurut Sulistiono (2007), keong mas dapat
perairan yang dangkal, dan air yang mengalir hidup pada air yang memiliki pH 5-8.
pelan secara terus menerus, dengan kondisi
Kepadatan Keong Mas
lingkungan yang jernih serta suhu air yang Kepadatan keong mas pada empat
berkisar antara 10°C-35°C. Selain itu pH stasiun pengamatan di Kota Bengkulu
perairan yang diamati juga masih tergolong
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kepadatan keong mas
Stasiun Pengamatan
Nomor Plot Rawa Kandang
Semarang Dusun Besar
Makmur Limun
1 42 13 12 0
3 33 18 7 0
6 16 14 16 0
9 27 25 14 0
12 34 12 24 0
15 19 16 16 0
18 22 19 24 0
21 38 14 21 0
24 21 11 25 0
27 13 23 27 0
30 36 27 16 0
33 39 13 22 0
36 27 14 13 0
39 20 17 28 0
42 47 22 21 0
45 34 29 14 0
48 24 13 19 0
Jumlah (per 5 m2) 492 300 319 0
Rata-rata (per 5 m2) 28,94 17,64 18,76 0
Jumlah ind/ m2 5,78 3,52 3,75 0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat adanya keong mas. Tingginya kepadatan
bahwa kepadatan rata-rata tertinggi Pomacea keong mas di stasiun pengamatan Kelurahan
canaliculata terdapat di stasiun pengamatan Rawa Makmur mungkin disebabkan oleh
Kelurahan Rawa Makmur dengan kepadatan adanya jenis produsen yang lebih bervariasi
5,78 individu/m2, kemudian diikuti oleh dibandingkan dengan stasiun pengamatan
stasiun pengamatan Kelurahan Dusun Besar lainnya, disamping itu faktor abiotik seperti
dengan kepadatan 3,75 individu/m2, dan kecerahan air yang lebih tinggi dan substrat
stasiun pengamatan Kelurahan Semarang yang berlumpur akan lebih mendukung bagi
dengan kepadatan 3,52 individu/m2, kehidupan populasi keong mas di area
sedangkan untuk stasiun pengamatan di persawahan Kelurahan Rawa Makmur ini.
Kelurahan Kandang Limun tidak ditemukan Pernyataan ini didukung oleh pendapat

194 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
Nurhidayati (1993), yang menyatakan keong banyak tumbuhan air dan substrat yang
mas lebih menyukai perairan yang jernih, berlumpur.

Kepadatan Populasi Keong Mas


7 5.78
Kepadatan (Ind/m2)
6
5 3.75
4 3.52
3 Kepadatan
2 Populasi
1 0
0
Rawa Makmur Semarang Dusun Besar Kandang
Limun
Stasiun Pengamatan

Gambar 2. Grafik Kepadatan Populasi Keong Mas

Keberadaan keong mas pada suatu Bengkulu sebagian besar memberantasnya


wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor. dengan cara manual, yaitu dengan cara
Seperti halnya pada stasiun pengamatan mengambilnya menggunakan tangan
Kelurahan Kandang Limun, tidak kemudian dimasukkan ke dalam kantong
ditemukannya keong mas menunjukkan plastik atau karung, setelah itu keong mas
adanya faktor tertentu yang mempengaruhi dibiarkan di dalam kantong plastik atau karung
keberadaannya di alam. Berdasarkan sampai akhirnya membusuk. Hal tersebut
pengamatan yang telah dilakukan, faktor dilakukan agar dapat mengurangi keberadaan
utama yang menjadi penyebab tidak hama keong mas yang dapat merugikan petani.
ditemukannya keong mas pada area Menurut IRRI (2003), keong mas
persawahan di Kelurahan Kandang Limun mampu bertahan hidup di dalam tanah sampai
yaitu tidak adanya persediaan makanan karena 6 bulan lamanya dan jika mendapat pengairan
area persawahan yang menjadi lokasi maka keong akan berkembang biak kembali.
penelitian telah berubah menjadi rawa Hal ini juga kemungkinan besar menjadi
sehingga sumber makanan bagi keong mas penyebab tidak ditemukannya keong mas pada
tidak tersedia lagi. Selain itu, kondisi sawah stasiun pengamatan Kelurahan Kandang
yang seringkali mengering juga diduga Limun karena kondisi persawahan sudah
menjadi penyebab tidak ditemukannya sampel berubah menjadi rawa karena telah lama tidak
keong mas pada stasiun pengamatan diolah dan juga kondisi lahan yang tidak stabil,
Kelurahan Kandang Limun. hanya berair setelah turun hujan dan kembali
Selain itu, faktor lain yang dapat kering setelah menerima panas matahari yang
mempengaruhi kepadatan populasi keong mas cukup lama. Hal tersebut menyebabkan keong
pada keempat stasiun pengamatan yaitu mas sulit untuk bertahan hidup.
adanya upaya pemberantasan hama keong mas
oleh petani. Masyarakat petani di Kota

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 195


Pola Distribusi komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada
Pola distribusi keong mas pada empat persaingan yang keras sehingga timbul
stasiun pengamatan di Kota Bengkulu kompetisi yang mendorong pembagian ruang
disajikan pada Tabel 3. hidup yang sama. Menurut Setiono (1999),
pola penyebaran secara teratur jarang terjadi di
Tabel 3. Pola distribusi keong mas
Nilai Indeks alam dan umumnya terjadi hanya pada
Stasiun Pola
Morisita ekosistem yang dikelola. Penyebaran secara
Pengamatan Penyebaran
(Id)
teratur menggambarkan jarak antara individu
Rawa Makmur 0,024 Teratur
Semarang 0,002 Teratur satu dan individu lainnya relatif sama seperti
Dusun Besar 0,005 Teratur terlihat pada gambar 3 di bawah ini.
Kandang Limun - -
Keterangan : Id = 1 pola distribusi adalah acak, Id > 1
pola distribusi adalah mengelompok, dan Id < 1 pola
distribusi adalah teratur (Elfazuri, 1993).

Berdasarkan Tabel 3 di atas, terlihat Berkelompok Teratur Acak

pola disribusi dari ketiga stasiun pengamatan


Gambar 3. Pola penyebaran individu dalam
memiliki pola penyebaran teratur, sedangkan
populasi
untuk stasiun pengamatan Kelurahan Kandang
Limun tidak diperoleh nilai indeks morisita Noviyana (2012) menyatakan bahwa
karena tidak diperoleh sampel keong mas saat faktor habitat seperti fisik, kimia, dan musuh
penelitian berlangsung. Nilai indeks morisita keong mas (seperti semut merah, burung,
(Id) dari ketiga stasiun di atas yaitu < 1, yang bebek dan manusia) serta ketersediaan sumber
membedakan hanya nilai dari indeks morisita. makanan bagi keong mas mempengaruhi
Pada stasiun pengamatan Kelurahan Rawa keberadaan keong dan pola distribusinya di
Makmur nilai indek morisita yang diperoleh alam. Pola distribusi keong mas yang umum
sebesar 0,024, selanjutnya pada stasiun terdapat di alam yaitu pola distribusi yang
pengamatan di Kelurahan Semarang nilai bersifat mengelompok. Menurut Elfazuri
indeks morisita yang diperoleh sebesar 0,002 (1993), mengelompoknya individu yang
dan pada stasiun pengamatan di Kelurahan bergerak disebabkan oleh ketertarikan
Dusun Besar nilai indeks morisita yang terhadap sumber makanan dan tempat
diperoleh sebesar 0,005. perlindungan. Pola distribusi mengelompok
Pola distribusi teratur yang ditemukan dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah
pada tiga stasiun pengamatan kemungkinan dilakukan oleh Riyanto (2004) di Kecamatan
disebabkan oleh banyaknya sumber makanan Belitang OKU, Rozakiah (2014) di Bendungan
dan adanya daya dukung lingkungan yang baik Batang Samo Kabupaten Rokan Hulu, dan
untuk keong mas sehingga membuat ruang Widiastuti (2014) di Desa Jabungan Semarang
hidup antar individu terbagi secara merata. yang memiliki nilai indeks morisita >1
Menurut Michael (1984), penyebaran teratur sehingga memiliki pola distribusi
atau seragam menggambarkan individu- mengelompok.
individu terdapat pada tempat tertentu dalam

196 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
Frekuensi Frekuensi kehadiran keong mas pada
empat stasiun pengamatan di Kota Bengkulu
disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Frekuensi kehadiran keong mas


Stasiun Pengamatan
Nomor Plot Kandang
Rawa Makmur Semarang Dusun Besar
Limun
1 42 13 12 0
3 33 18 7 0
6 16 14 16 0
9 27 25 14 0
12 34 12 24 0
15 19 16 16 0
18 22 19 24 0
21 38 14 21 0
24 21 11 25 0
27 13 23 27 0
30 36 27 16 0
33 39 13 22 0
36 27 14 13 0
39 20 17 28 0
42 47 22 21 0
45 34 29 14 0
48 24 13 19 0
Frekuensi (%) 100 100 100 0

Berdasarkan Tabel 4 di atas, frekuensi Frekuensi kehadiran suatu jenis


ditemukannya keong mas (Pomacea organisme di suatu habitat menunjukkan
canaliculata L.) pada ketiga stasiun kesering-hadiran jenis tersebut di dalam suatu
pengamatan yang terdiri dari stasiun habitat. Dari frekuensi kehadiran itu dapat
pengamatan Kelurahan Rawa Makmur, tergambar penyebaran jenis tersebut dalam
Kelurahan Semarang, dan Kelurahan Dusun suatu habitat. Bila frekuensi kehadirannya
Besar memiliki frekuensi 100%, sedangkan tinggi berarti jenis itu sering ditemukan di
frekuensi kehadiran untuk stasiun pengamatan habitat tersebut. Dengan demikian, dari
Kelurahan Kandang Limun 0% karena sampel keempat stasiun pengamatan yang terpilih,
keong mas tidak dapat ditemukan pada saat ekosistem persawahan yang memiliki
penelitian. Tingginya frekuensi kehadiran frekuensi kehadiran keong mas (Pomacea
keong mas pada tiga stasiun pengamatan canaliculata L.) yang tinggi yaitu berada di
menunjukkan besarnya potensi keong mas, stasiun pengamatan Kelurahan Rawa Makmur,
baik potensi sebagai hama ataupun potensi Kelurahan Semarang, dan Kelurahan Dusun
sebagai sumber pakan ternak dan sumber Besar yang memiliki frekuensi 100%.
makanan penghasil protein hewani alternatif Sedangkan untuk stasiun pengamatan rawa
bagi manusia.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 197


makmur 0% karena tidak ditemukannya keong penelitian ini termasuk dalam kelompok
mas pada ekosistem sawah yang diamati. absolut karena nilai konstansinya lebih dari
Frekuesi kehadiran sering pula 75% kecuali pada stasiun pengamatan
dinyatakan sebagai konstansi. Konstansi atau kelurahan kandang limun yang memiliki
frekuensi kehadiran dapat dikelompokkan atas frekuensi kehadiran 0% dan termasuk dalam
empat kelompok, yaitu jenis yang aksidental kelompok aksidental.
bila konstansinya 0-25%, jenis assesori yang
Kelimpahan
konstansinya 25-50%, jenis yang konstan yang
Kelimpahan keong mas pada empat
konstansinya 50-75%, dan jenis yang absolut stasiun pengamatan di Kota Bengkulu
bila konstansinya lebih dari 75%. Dengan disajikan pada Tabel 5.
demikian, frekuensi kehadiran dalam

Tabel 5. Kelimpahan keong mas


Stasiun Pengamatan
Nomor Plot Kandang
Rawa Makmur Semarang Dusun Besar
Limun
1 42 13 12 0
3 33 18 7 0
6 16 14 16 0
9 27 25 14 0
12 34 12 24 0
15 19 16 16 0
18 22 19 24 0
21 38 14 21 0
24 21 11 25 0
27 13 23 27 0
30 36 27 16 0
33 39 13 22 0
36 27 14 13 0
39 20 17 28 0
42 47 22 21 0
45 34 29 14 0
48 24 13 19 0
Jumlah (5 m2) 492 300 319 0
Kelimpahan
5,78 3,52 3,75 0
ind/ m2

Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh tepatnya di Kelurahan Rawa Makmur dan


data bahwa keong mas pada keempat stasiun terendah pada stasiun pengamatan Kelurahan
pegamatan cukup berlimpah dengan Kandang Limun. Menurut Budiono (2006),
kelimpahan 3,52 ekor/m hingga 5,78 ekor/m2,
2
kriteria dari kelimpahan yaitu jika < 1
kecuali pada stasiun pengamatan Kelurahan Individu/m2 sangat jarang, 2-5 Individu/m2
Kandang Limun yang memiliki kelimpahan 0 jarang, 6-10 Individu/m2 sedang, 11-15
ekor/m2. Kelimpahan keong mas tertinggi Individu/m2 melimpah, dan >15 Individu/m2
terdapat pada stasiun pengamatan pertama sangat melimpah. Berdasarkan pendapat

198 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
Budiono (2006) tersebut, menunjukkan bahwa Bukit Besar yaitu teratur (Id<1) sedangkan
kriteria kelimpahan pada keempat stasiun pada satu stasiun pengamatan Kelurahan
pengamatan berkisar antara sangat jarang Kandang Limun tidak ditemukan adanya
hingga jarang. Kriteria tersebut terdiri dari keong mas. Kepadatan keong mas berkisar
stasiun pengamatan Kelurahan Rawa Makmur, antara 3,52-5,78 ekor/m2 dengan frekuensi
Semarang, dan Dusun Besar dengan kriteria kehadiran 100% kecuali pada stasiun
kelimpahan jarang, sedangkan pada stasiun pengamatan Kelurahan Kandang Limun.
pengamatan Kelurahan Kandang Limun sangat Kemudian kelimpahan keong mas berkisar
jarang bahkan bisa dikatakan tidak ada karena antara 3,52-5,78 ekor/m2 dengan kelimpahan
tidak ditemukan satu ekorpun keong mas pada tertinggi berada pada stasiun pengamatan
stasiun pengamatan tersebut. Kelurahan Rawa Makmur.
Tingginya populasi keong mas pada
DAFTAR PUSTAKA
stasiun pengamatan Kelurahan Rawa Makmur
diperkirakan karena stasiun tersebut terletak Bakus, G. J. 1990. Quantitative ecology and
dekat dengan muara sungai yang biasanya marine biology. Department of
aliran sungai membawa partikel lumpur yang Biological Science University of
Southern California. Los Angeles. C. A.
banyak mengandung bahan organik seperti 90089-0371. A-A.
detritus yang berasal dari sisa-sisa hancuran Balkeman/Roterdam : 164 pp.
tumbuhan dan hewan sehingga membuat
Brower, J.E. and J.H. Zar. 1990. Field and
sumber makanan bagi keong mas berlimpah laboratory methods for general ecology.
walaupun kondisi sawah tidak sedang musim W. M. Brown Company Publ. Dubuque
tanam. Sedangkan pada stasiun pengamatan Lowa, 237 p.
Kelurahan Semarang dan Kelurahan Dusun Budiyono, S. 2006. Teknik mengendalikan
Besar sumber pengairan berasal dari irigasi keong mas pada tanaman padi. Jurnal
danau dendam tak sudah, dan pada stasiun Ilmu-ilmu Pertanian. 2(2): 128-133
pengamatan Kelurahan Kandang Limun Elfazuri. 1993. Ekologi Moluska zona
sumber pengairan sawah berasal dari air hujan intertidal di pantai tanjung rusa
karena sawah di sini berjenis sawah tadah membalong belitung dan
sumbangannya pada pengajaran biologi
hujan sehingga sumber makanan bagi keong
di Sekolah menengah atas. Sarjana
mas tidak sebanyak yang berada di stasiun Biologi FKIP UNSRI. Hal 33-37.
pengamatan Kelurahan Rawa Makmur.
Diperkirakan sumber pengairan dan kondisi Estebenet dan Cazzaniga. 1992. Growth and
demography of Pomacea canaliculata.
persawahan mempengaruhi kelimpahan keong (Gastropoda: Ampullaridae) under
mas dalam suatu ekosistem. laboratory conditions. Malacological.
Review. 25 (2): 1-12.
KESIMPULAN
Halimah dan Ismail. 1989. Penelitian
Pola distribusi keong mas (Pomacea pendahuluan budidaya siput murbai.
canaliculata L.) pada stasiun pengamatan Jawa Barat: Bulletin Penelitian
Kelurahan Rawa Makmur, Semarang, dan Perikanan darat. 38-43.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 199


Hendarsih, S dan Kurniawati, N. 2009. Keong kandungan omega 3 pada telur. Jurusan
mas dari hewan peliharaan menjadi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
hama utama padi sawah. Balai Besar Pengetahuan Alam, Universitas
Penelitian Tanaman Padi. Subang. Hasanuddin, Makassar.
http://www.litbang.depta.go.id/special/
padi/bbpadi_2009_itp_14.pdf diakses Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan
pada 17 Februari 2017. metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
[IRRI] International Rice Research Institute.
2003. Panduan Sistem Karakterisasi Pagala. 2010. Pemberian keong mas (Pomacea
dan Evaluasi Tanaman Padi. Silitonga sp) dalam pakan terhadap penampilan
TS et al., penerjemah; Badan Penelitian itik bali dan itik tegal. Staf Pengajar
dan Pengembangan Pertanian Komisi Pada Jurusan Peternakan Fakultas
Nasional Plasma Nutfah. Bogor. 58 Pertanian Universitas Haluoleo.
hlm. Terjemahan dari : Standard Kendari.
Evaluation System (SES) for Rice 4th
edition, July 1996. Permendagri No. 66, 2011. Kabupaten Kota
Bengkulu.
Martawidjaya, E.I., Martanto, E., dan Tinaprila, http://www.kemendagri.go.id/pages/pr
N. 2008. Panduan lengkap beternak itik ofil-
secara intensif. Jakarta: Agromedia daerah/kabupaten/id/17/name/bengkulu
Pustaka. /detail/1771/kota-bengkulu diakses
pada 20 November 2017.
Marwoto, R.M., N.R. Isnaningsih, N. Mujiono,
Heryanto, Alfiah dan Riena. 2011. Portal Berita Info Publik. 2016. Hama Keong
Keong air tawar pulau jawa (Moluska, Mas Resahkan Petani Tanjung Agung
Gastropoda). Lembaga Ilmu Kota Bengkulu.
Pengetahuan Indonesia. Cibinong, 16 http://infopublik.id/read/145874/hama-
hlm. keong-mas-resahkan-petani-tanjung-
Michael, P. 1984. Metode ekologi untuk agung-kota-bengkulu.html diakses
penyelidikan ladang dan labotorium. pada 16 Februari 2017.
Terjemahan oleh Yanti R. Koestoer.
UI-Press. Jakarta. Riyanto. 2012. Pola Distribusi Populasi Keong
Mas (Pomacea canaliculata L.) di
Noviana, Y., 2012. Karakteristik kimia dan Kecamatan Belitang OKU. Majalah
mikrobiologi silase keong mas Sriwijaya. Vol 31, Nomor 1 April 2004,
(Pomacea canaliculata) dengan Hal 70-75.
penambahan asam format dan bakteri
asam laktat 3b104. Jurnal Fishtech. 1 Rozakiah., Yolanda, R., dan Purnama, A.A.
(1) : 55 – 68. 2014. Kepadatan dan Distribusi Keong
Mas (Pomacea canaliculata L.) di
Nuhidayati. 1993. Studi Biologi Siput Murbai Saluran Irigasi Bendungan Batang
di Sumatra Selatan dan Sumbangannya Samo Desa Suka Maju Kabupaten
pada Pengajaran Biologi di Sekolah Rokan Hulu. Pendidikan Biologi. FKIP.
Menengah Atas. Sarjana Biologi FKIP Universitas Pengaraian.
UNSRI. Hal 39.
Setiono, D. 1999. Keberadaan Taman Nasional
Nurmufidah. 2015. Penambahan Keong Mas Baluran Terancam Acacia Nilotica
Pomacea Canaliculata L pada ransum (Akasia Duri). Jurnal Nasional Taman
ayam petelur dalam peningkatan Baluran. 5 No 14, 1999. Hal 45-58

200 | Populasi dan distribusi keong mas sebagai sumber pakan ternak (Saputra et al., 2018)
Sihombing. 1999. Satwa Harapan I (Pengantar Perikanan Indonesia I. Kampus FPIK,
Ilmu dan Teknologi Budidaya). Bogor: IPB Dramaga, 17-18 Juli 2007: 124-
Cetakan I Pustaka Wirausaha Muda. 136.

Sugiyono. 2015. Metode penelitian tindakan Susanto. 1993. Siput Murbei. Kanisius.
komprehensif. Alfabeta: bandung Jakarta..

Suin, N.M. 1999. Metoda Ekologi. Direktorat Widiastuti, L. R., dkk. 2015. Struktur
Jenderal Pendidikan Tinggi Populasi Dan Analisis Parasitologi
Departemen Pendidikan dan Keong Mas (Pomacea canaliculata
Kebudayaan. Jakarta. Lamarck 1819) Di Desa Jabungan,
Semarang. Universitas Diponegoro:
Sulistiono. 2007. Pengelolaan keong mas Semarang.
(Pomacea canaliculata). Prosiding.
Konferensi Sains Kelautan dan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 13 (2) 2018 Edisi April-Juni | 201

You might also like