You are on page 1of 8

SAGU, Maret 2017 Vol. 16 No.

1 : 13-20
ISSN 1412-4424

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM PATI TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN


MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT SEBAGAI ANTIBAKTERI

[CHARACTERISTICS OF TAPIOCA EDIBLE FILM WITH ADDITION KAFFIR


LEAVES ESSENTIAL OILAS ANTIBACTERIA]

AGUNG SURYADI PRATAMA PUTRA*, AKHYAR ALI, DAN RASWEN EFENDI

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian


Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru

ABSTRACT
Edible film is a biodegradable packaging that composed from organic compound. Edible film can be
contaminated by pathogen bacteria. Kaffir lime leaves essential oil has able to inhibit bacteria growth. The
aim of the study was to determine the best concentration of kaffir lime leaves essential oil as antibacteria on
tapioca edible film. The experiment research used a completely randomized design, which consist of five
treatments within three replications. The treatmens were concentration of essential oil i.e A1 (0% v/v), A2
(0,5% v/v), A3 (1% v/v), A4 (1,5% v/v) and A5 (2% v/v). Data were obtained using analysis of variance and
continued by Duncan New Multiple Range Test at level 5%. The result showed that the treatments significantly
affected on water content, solubility, resistance of water, and water vapour transmission rate. Edible film with
additional of essential oil inhibit the growth of Staphylococcus aureus FNCC-19 and Escherichia coli
FNCC-15. The best treatment was A5 (2% of essential oil) with thickness 0,156 mm, water content 22,87%,
solubility 30,82%, resistance of water 161,29%, water vapour transmission rate 0,291 g/m2/h, diameter
inhibition 20.16 mm of Staphylococcus aureus FNCC-19, and 30.45 mm of Escherichia coli FNCC-15.

Key word: kaffir lime leaves essential oil, antibacteria, edible film

ABSTRAK
Edible film sebagai kemasan biodegradabel tersusun dari komponen organik. Edible film dapat terkontaminasi
oleh bakteri patogen. Minyak atsiri daun jeruk purut memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik minyak atsiri daun jeruk purut
sebagai antibakteri pada edible film pati tapioka. Penelitian dilakukan menggunakan metode rancangan acak
lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah konsentrasi minyak atsiri
daun jeruk purut sebagai berikut A1 (0% v/v), A2 (0,5% v/v), A3 (1% v/v), A4 (1,5% v/v) dan A5 (2% v/v). Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dan diuji lanjut dengan DNMRT. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air, kelarutan, ketahanan terhadap air, dan
laju perpindahan uap air. Edible film dengan penambahan minyak atsiri daun jeruk purut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus FNCC-19 dan Escherichia coli FNCC-15. Perlakuan terbaik adalah
A5 (2% minyak atsiri daun jeruk purut) dengan ketebalan 0,156 mm, kadar air 22,87%, kelarutan 30,82%, ketahanan
terhadap air 161,29%, laju perpindahan uap air 0,291 g/m2/jam, diameter daya hambat bakteri Staphylococcus
aureus FNCC-19 20,16 dan Escherichia coli FNCC-15 30,45 mm.

Kata kunci: minyak atsiri daun jeruk purut, antibakteri, edible film

* Korespondensi penulis:
Email: agungspp18@gmail.com

Sagu 16 (1): 2017 13


AGUNG SURYADI PRATAMA PUTRA, AKHYAR ALI, DAN RASWEN EFENDI

PENDAHULUAN minyak atsiri kayu manis 1,5% menghasilkan


Edible film adalah lapisan tipis yang karakteristik edible film dengan ketebalan 0,067
dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk mm, transmisi uap air 0,367 g/m2/jam, kadar air
di atas komponen makanan atau diletakan 9,93%, antibakteri Escherichia coli 9,843 mm
diantara komponen makanan yang berfungsi dan Staphylococcus aureus 15,633 mm.
sebagai penghambat terhadap transfer massa Penelitian bertujuan untuk mendapatkan
seperti kelembaban, oksigen maupun zat terlarut. konsentrasi terbaik penggunaan minyak atsiri
Edible film umumnya terbuat dari bahan-bahan daun jeruk purut sebagai antibakteri pada edible
organik seperti lemak, protein, dan karbohidrat film.
(pati/non-pati). Bahan-bahan organik yang
digunakan dalam pembuatan edible film dapat BAHAN DAN METODE
berperan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
perkembangan mikroba patogen sehingga adalah pati tapioka, daun jeruk purut dari Pasar
kemasan edible film akan rusak dan produk yang Panam, alumunium foil, lem UHU, alkohol 70%,
dikemas akan terkontaminasi. Oleh karena itu, akuades, gliserol, karagenan, Nutrient Agar (NA),
diperlukan adanya suatu bahan yang dapat Nutrient Broth (NB), tween80, bakteri uji
mencegah kerusakan pada edible film. Escherichia coli FNCC-15 dan Staphylococcus
Senyawa antibakteri dapat ditambahkan aureus FNCC-19 yang didapat dari
ke dalam kemasan edible film. Kemasan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
antibakteri adalah kemasan yang mampu Universitas Riau. Alat-alat yang digunakan
mengurangi, menghambat atau memperlambat adalah wadah plastik, pisau, alat destilasi uap air,
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Salah hot plate, pipet volume, pipet tetes, batang
satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai pengaduk, tabung reaksi, cawan petri, cawan
antibakteri adalah minyak atsiri. Minyak atsiri porselen, erlenmeyer, hoki stik, gelas ukur,
yang memiliki sifat antibakteri adalah minyak termometer, timbangan analitik, magnetic stirrer,
atsiri daun jeruk purut (Yuliani dan Satuhu, 2012). oven, autoclave, mikrometer, jangka sorong,
Minyak atsiri daun jeruk purut terdiri atas desikator, bola hisap, bunsen, dan inkubator.
monoterpen teroksigenasi dalam jumlah besar
yaitu 86,15% dari total minyak atsiri. Komponen Metode Penelitian
utamanya adalah â-sitronelal (66,85% dari total Metode yang digunakan dalam penelitian
minyak atsiri) yang diikuti oleh â-sitronelol, adalah metode eksperimen dengan menggunakan
linalool, dan sitronelol (Loh dkk., 2011). Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
Yuliani dkk. (2011), minyak atsiri daun jeruk purut dari lima perlakuan dan diulang sebanyak tiga
konsentrasi 1% dan 2% dapat menghambat kali sehingga total ada 15 unit percobaan.
pertumbuhan Escherichia coli dan Perlakuan mengacu pada Yuliani dkk. (2011).
Staphylococcus aureus. Berikut adalah perlakuan:
Penelitian terkait edible film dari A1=0% minyak atsiri daun jeruk purut
berbagai macam bahan baku pati dengan A2=0,5% minyak atsiri daun jeruk purut
penambahan minyak atsiri telah banyak A3=1% minyak atsiri daun jeruk purut
dikembangkan, antara lain edible film pati tapioka A4=1,5% minyak atsiri daun jeruk purut
dengan penambahan minyak atsiri kunyit putih A5=2% minyak atsiri daun jeruk purut
(Utami dkk., 2013). Menurut Utami dkk. (2013),
penambahan 0,1% minyak atsiri kunyit putih Pelaksanaan Penelitian
pada edible film pati tapioka mampu Penyulingan Minyak Atsiri
menghambat Pseudomonas putida dan Penyulingan minyak atsiri daun jeruk
Pseudomonas fluorescens. Pramadita (2013) purut mengacu kepada Yuliani dkk. (2011). Daun
melakukan penambahan minyak atsiri kayu jeruk purut segar sebanyak 500 g yang sudah
manis pada edible film tepung porang dengan dicuci, dipotong-potong ukuran 0,5 cm dan
formulasi 1% tepung porang dan konsentrasi dikering anginkan. Dimasukan ke dalam ketel

14 Sagu 16 (1): 2017


Karakteristik Edible Film Pati Tapioka Dengan Penambahan Minyak Atsiri Daun Jeruk

penyulingan yang telah diisi air, lalu disuling Keterangan :


dengan sistem kukus sampai uap air dan minyak Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan
atsiri keluar. Proses destilasi dihentikan ketika ulangan ke-j
volume minyak atsiri yang keluar tidak bertambah. m : Rata-rata nilai dari seluruh perlakuan
Hasil penyulingan dipisahkan dengan cara ôi : Pengaruh perlakuan ke-i
disentrifus. Ó ij: Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
Pembuatan Edible Film Data yang diperoleh pada analisis kimia
Prosedur pembuatan edible film akan dianalisa secara statistik dengan
mengacu pada Firdaus dkk. (2008) yaitu pati 3 g, menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).
ditambahkan dengan gliserol 2 ml, karagenan 1 g Jika Fhitung e” Ftabel pada taraf uji 5% maka
dan akuades sesuai formulasi, kemudian perlakuan berpengaruh nyata dan analisis akan
dipanaskan pada suhu 95°C sambil diaduk selama dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%.
30 menit. Selanjutnya didinginkan kemudian
ditambahkan minyak atsiri daun jeruk purut sesuai HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan dan tween80 sebanyak 0,25 ml, Ketebalan
selanjutnya diambil 20 ml dan dicetak dalam Ketebalan merupakan parameter
cawan petri. Adonan dikeringkan dalam oven penting yang berpengaruh terhadap edible film
pada suhu 50°C selama 8 jam kemudian dan tujuan penggunaannya untuk pengemas atau
didinginkan di dalam desikator dan selanjutnya pelapis produk. Hasil dari sidik ragam
dilakukan pengamatan. Pengamatan yang menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi
dilakukan adalah ketebalan, kelarutan, ketahanan minyak atsiri daun jeruk purut yang berbeda pada
terhadap air, kadar air, laju perpindahan air, dan edible film memberikan pengaruh tidak nyata
aktivitas antibakteri. terhadap nilai ketebalan edible film. Rata-rata
ketebalan edible film disajikan pada Tabel 1.
Analisis Data Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
Model rancangan percobaan yang ketebalan edible film yang diperoleh berbeda
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan tidak nyata pada setiap perlakuannya.. Hal ini
Acak Lengkap. disebabkan karena selisih penambahan
Model matematis Rancangan Acak konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut pada
Lengkap yaitu: setiap perlakuan hanya sedikit, sehingga tidak
mempengaruhi total padatan terlarut dalam
Yij = ì + ôi + Ó ij edible film. Menurut Suryaningrum dkk. (2005)
faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan
edible film adalah total padatan terlarut dan luas
plat kaca yang digunakan.
Tabel 1. Karakteristik edible film
Karakteristik Perlakuan
A1 A2 A3 A4 A5
Ketebalan (mm) 0,136 0,144 0,147 0,148 0,156
Kadar air (%) 28,74c 26,34b 26,10b 24,00a 22,87a
Kelarutan 72,6e 52,24d 37,65 c
35,03b 30,82a
(%)
Persen Swelling 312,58d 282,71c 231,45b 227,04b 161,29a
(%)
Laju 0,857c 0,769c 0,557b 0,451ab 0,291a
perpindahan uap
air (g/m2/jam)
Ket: angka bercetak tebal menandakan memenuhi persyaratan karakteristikedible film

Sagu 16 (1): 2017 15


AGUNG SURYADI PRATAMA PUTRA, AKHYAR ALI, DAN RASWEN EFENDI

Tabel 2. Daya hambat antibakteri Perlakuan Zona bening antibakteri (mm)


y
Zona bening antibakteri (mm)
Perlakuan Escherichia coli Sthapylococcus aureus
FNCC-15 FNCC-19
A1 0 0
A2 0 0
A3 17,7 17,2
A4 20,3 18,6
A5 30,45 20,16

Kadar Air di dalam air selama 24 jam (Gontard dkk., 1993).


Kadar air merupakan persentase air Hasil dari sidik ragam menunjukkan bahwa
yang terkandung pada suatu bahan. Kadar air konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut yang
sangat mempengaruhi masa simpan dari bahan. berbeda memberikan pengaruh nyata (p<0,05)
Hasil dari sidik ragam menunjukkan bahwa terhadap nilai kelarutan edible film. Rata-rata
penambahan konsentrasi minyak atsiri daun jeruk nilai kelarutan edible film setelah diuji lanjut
purut yang berbeda pada edible film memberikan dengan DNMRT taraf 5% disajikan pada Tabel
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai kadar air. 1.
Rata-rata kadar air edible film setelah diuji lanjut Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
dengan DNMRT taraf 5% disajikan pada Tabel semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun
1. jeruk purut yang digunakan maka nilai
Edible film tanpa penambahan minyak kelarutannya semakin rendah. Hal ini
atsiri memiliki kadar air tertinggi, hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat penggunaan
dikarenakan pada edible film tanpa penambahan minyak atsiri yang bersifat hidrofobik maka akan
minyak atsiri masih memiliki gugus hidroksil yang menurunkan gugus hidroksil pada edible film.
cukup tinggi sehingga mudah untuk mengikat air. Gugus hidroksil yang lebih mudah larut dalam
Edible film yang telah ditambahkan minyak atsiri air akan digantikan dengan gugus hidrofobik dari
daun jeruk purut akan memiliki gugus hidroksil minyak atsiri daun jeruk purut. Menurut Bourtoom
lebih sedikit karena telah tergantikan oleh gugus (2007), edible film yang menggunakan pati
hidrofobik dari minyak atsiri daun jeruk purut. sebagai bahan baku akan memiliki sifat hidrofilik.
Menurut Guenther (1996), minyak atsiri bersifat Bahan-bahan pembentuk edible film yang
hidrofobik karena minyak atsiri memiliki senyawa bersifat hidrofilik akan lebih cepat larut dalam
terpen berantai karbon panjang sehingga air dibandingkan dengan bahan yang bersifat
kemampuan mengikat airnya kecil. hidrofobik.
Konsentrasi minyak atsiri daun jeruk Penurunan kelarutan film dikarenakan
purut yang semakin tinggi akan meningkatkan minyak atsiri memiliki senyawa terpen yang
sifat adhesive antara molekul dari minyak atsiri tersusun dari rantai karbon yang bersifat
daun jeruk purut sehingga jumlah air yang terikat hidrofobik dan sehingga sulit larut dalam air.
dengan senyawa polisakarida akan mengalami Semakin banyak rantai karbon pada edible film
penurunan yang menyebabkan kadar airnya yang telah ditambahkan minyak atsiri maka
semakin rendah. Hasil penelitian ini sebanding edible film tersebut akan semakin sulit untuk
dengan penelitian (Pramadita, 2013) yang larut dalam air. Hal ini dapat dilihat dari data yang
menunjukan semakin tinggi konsentrasi minyak diperoleh, edible film tanpa penambahan minyak
atsiri kayu manis pada edible tepung porang atsiri (kontrol) memiliki nilai kelarutan 72,60%
maka kadar air pada edible film semakin rendah. sedangkan edible film dengan penambahan 2%
minyak atsiri memiliki nilai kelarutan 30,82%.
Kelarutan
Kelarutan merupakan persen berat
kering dari film yang terlarut setelah dicelupkan

16 Sagu 16 (1): 2017


Karakteristik Edible Film Pati Tapioka Dengan Penambahan Minyak Atsiri Daun Jeruk

Ketahanan terhadap Air nyata (p<0,05) terhadap nilai laju perpindahan


Uji ketahanan air adalah uji untuk uap air. Rata-rata laju perpindahan uap air edible
mengetahui seberapa besar daya serap edible film setelah diuji lanjut dengan DNMRT taraf
film terhadap air yang dinyatakan dalam persen 5% disajikan pada Tabel 1.
penggembungan (persen swelling) dimana edible Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
film yang memiliki ketahanan air yang tinggi semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun
memiliki persen swelling yang rendah. Hasil dari jeruk purut yang ditambahkan maka laju
sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan perpindahan uap air edible film akan semakin
konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut yang rendah. Hal ini dikarenakan edible film dengan
berbeda pada edible film memberikan pengaruh bahan baku karbohidrat memiliki tingkat
nyata (p<0,05) terhadap nilai ketahanan edible ketahanan terhadap uap air sangat rendah karena
film terhadap air. Rata-rata ketahanan edible sifat hidrofiliknya. Minyak atsiri yang
film terhadap air setelah diuji lanjut dengan ditambahkan ke dalam edible film akan
DNMRT taraf 5% disajikan pada Tabel 1. mengurangi sifat hifrofilik dan akan memberikan
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sifat hidrofobik pada edible film sehingga dapat
semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri daun menurunkan nilai laju perpindahan uap air. Hasil
jeruk purut yang digunakan maka persen penelitian ini sejalan dengan penelitian Pramadita
swelling akan semakin rendah. Hal ini (2013), dimana edible film dari tepung porang
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi minyak akan memiliki laju perpindahan uap air yang kecil
atsiri yang ditambahkan maka semakin banyak seiring dengan penambahan minyak atsiri kayu
gugus hidrofilik yang akan tersubstitusi oleh gugus manis. Laju perpindahan uap air sangat
hidrofobik dari minyak atsiri sehingga akan dipengaruhi oleh panjang rantai dan konsentrasi
mengurangi penyerapan air ke dalam edible film. minyak atsiri daun jeruk purut.
Edible film tanpa penambahan minyak atsiri Menurut Guenther (1996) konsentrasi
daun jeruk purut memiliki persen swelling yang senyawa terpen mempunyai pengaruh terhadap
tinggi, hal ini menandakan bahwa edible film sifat penghambatan terhadap uap air yang
tanpa penambahan minyak atsiri memiliki nilai dihasilkan. Semakin banyak senyawa terpen
ketahanan terhadap air yang rendah dikarenakan yang ditambahkan, maka sifat hidrofobik edible
gugus hidroksil (OH) pada edible film lebih film akan semakin besar sehingga laju
banyak sehingga lebih mudah dalam menyerap perpindahan uap air akan semakin turun, hal
air. Selain itu, pati tapioka lebih banyak tersebut dikarenakan senyawa terpen akan
mengandung amilopektin yang memiliki banyak membentuk barier pada permukaan edibel film
percabangan. Percabangan ini mengakibatkan sehingga migrasi uap air hanya terjadi pada bagian
ikatan antar rantai dalam amilopektin mudah hidrofilik. Penambahan materi hidrofobik dapat
putus. Sifat amilopektin yang lebih amorf menurunkan laju perpindahan uap air mencapai
menyebabkan banyak ruang kosong sehingga 60% (Sztuka dan Kolodziejska, 2009).
rapat massa antar rantai dalam pati tapioka tidak
terlalu besar dan penyerapan airnya cukup besar Aktivitas Antibakteri Edible Film
sehingga ketahanan airnya rendah. Pengujian antibakteri yang dihasilkan
oleh minyak atsiri daun jeruk purut perlu dilakukan
Laju Perpindahan Uap Air untuk mengetahui kemampuannya sebagai
Laju perpindahan uap air digunakan antibakteri setelah diaplikasikan pada edible film.
untuk mengetahui kemampuan film untuk Minyak atsiri daun jeruk purut yang telah
menahan perpindahan uap air. Edible film diaplikasikan pada edible film memiliki
sebagai kemasan diharapkan memiliki laju kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
perpindahan uap air yang kecil. Hasil dari sidik patogen yaitu Sthapylococcus aureus FNCC-
ragam menunjukkan bahwa penambahan 19 dan Escherichia coli FNCC-15 yang
konsentrasi minyak atsiri daun jeruk purut yang ditandai dengan terbentuknya zona bening di
berbeda pada edible film memberikan pengaruh sekitar edible film. Diameter penghambatan

Sagu 16 (1): 2017 17


AGUNG SURYADI PRATAMA PUTRA, AKHYAR ALI, DAN RASWEN EFENDI

minyak atsiri daun jeruk purut terhadap bakteri menentukan penetrasi, ikatan, dan antivitas
patogen dapat dilihat pada Tabel 2. senyawa antibakteri.
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri
daun jeruk purut pada edible film akan Penentuan Edible Film Formulasi Terbaik
meningkatkan kemampuan edible film dalam Edible film sebagai kemasan yang
menghambat pertumbuhan bakteri uji sedangkan efektif telah banyak dikembangkan saat ini.
edible film tanpa penambahan minyak atsiri Edible film diharapkan dapat berfungsi sebagai
(kontrol) tidak memiliki kemampuan dalam pembatas (barrier) kelembaban, oksigen, flavor,
menghambat pertumbuhan bakteri. Hal tersebut aroma dan minyak untuk memperbaiki kualitas
sesuai dengan pernyataan (Setiawan, 2012) yang pangan, selain itu juga dapat memberikan
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi perlindungan mekanis pada pangan dan
suatu zat antibakteri semakin tinggi pula mengurangi kerusakan.
kandungan zat antibakterinya, sehingga semakin Tabel 1 menunjukkan karakteristik
banyak pertumbuhan bakteri yang terhambat jika masing-masing edible film sesuai dengan
konsentrasi zat antibakteri lebih tinggi. perlakuan. Menurut Skurtys dkk. (2006) edible
Berdasarkan data Tabel 2 dapat film dapat dikatakan memenuhi syarat bahan
diketahui bahwa edible film dengan penambahan pengemas apabila memiliki ketebalan <0,250 mm.
minyak atsiri daun jeruk purut lebih efektif dalam Edible film yang terlalu tebal atau melebihi batas
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia kemampuan maksimum maka akan
coli FNCC-19 dibandingkan pada mempengaruhi bahan yang dikemas, seperti
Sthapylococcus aureus FNCC-15. Hasil mengubah aroma, rasa dan lain-lain. Edible film
penelitian Yuliani dkk. (2011) menunjukan bahwa A1, A2, A3, A4 dan A5 telah memenuhi
Escherichia coli cenderung lebih mudah persyaratan tersebut.
dihambat pertumbuhannya oleh minyak atsiri Kelarutan edible film menurut
daun jeruk purut dibandingkan Staphylococcus Nurjannah (2004) tergantung pada jenis produk
aureus. Hal ini dapat disebabkan karena di dalam yang dikemas. Namun semakin tinggi nilai
minyak atsiri terkandung senyawa sitronellal kelarutan edible film maka edible film tersebut
sebesar 68,93% dari total kandungan minyak mudah terurai dan mudah mengalami kerusakan.
atsiri. Menurut Yuliani dkk. (2011) senyawa Edible film yang memenuhi persyaratan tersebut
sitronellal lebih efektif dalam menghambat adalah edible film perlakuan A5 dengan nilai
pertumbuhan bakteri Escherichia coli, kelarutan 30,85%.
sedangkan senyawa yang berperan dalam Edible film yang baik untuk kemasan
menghambat pertumbuhan Staphylococcus menurut Setiani dkk. (2013) memiliki nilai
aureus adalah sitronellol. Kandungan sitronellol ketahanan terhadap air yang kecil karena
dalam minyak atsiri daun jeruk purut hanya kemampuan menahan proses penyerapan airnya
6,72%. semakin tinggi sehingga bahan makanan yang
Perbedaan sensitivitas bakteri patogen dikemas aman dari kemungkinan kerusakan
terhadap antibakteri diantaranya disebabkan oleh akibat air. Oleh sebab itu semakin kecil nilai
struktur dinding selnya yang berbeda. ketahanan terhadap air kualitas edible film
Escherichia coli merupakan bakteri Gram semakin baik. Edible film perlakuan A5 telah
negatif dan Staphylococcus aureus merupakan memenuhi persyaratan tersebut.
bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif Laju perpindahan uap air edible film
memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis yang baik untuk kemasan pangan menurut
dibandingkan dengan bakteri Gram positif McHugh dan Krochta (1994) adalah yang
sehingga senyawa antibakteri akan lebih mudah memiliki kemampuan menyerap air yang kecil
masuk ke dalam membran sel dan merusak sel agar produk yang dikemas terhindar dari
bakteri Gram negatif. Menurut Jawetz dan kerusakan yang disebabkan oleh udara.
Adelberg (2005) perbedaan struktur dinding sel Perlakuan A4 dan P5 telah memenuhi
persyaratan tersebut.

18 Sagu 16 (1): 2017


Karakteristik Edible Film Pati Tapioka Dengan Penambahan Minyak Atsiri Daun Jeruk

Edible film sebagai kemasan aktif harus memiliki Gontard, N., S. Guilbert dan J.L. Cuq. 1993.
kemampuan untuk menghambat ataupun Edible wheat film: influence of the
membunuh mikroba untuk melindungi produk main process variables on film
yang dikemas dari cemaran mikrobiologis properties of an edible wheat gluten
sehingga produk memiliki umur simpan yang lebih film. Journal of Food Science. Volume 58
lama. Berdasarkan Tabel 2 edible film dengan (1): 206-211.
minyak atsiri daun jeruk purut perlakuan A3, A4, Guenther, E. 1996. Minyak Atsiri Jilid I.
dan A5 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Sthapylococcus aureus FNCC-19 dan Jawetz, M. dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi
Escherichia coli FNCC-15 sebagai bakteri uji Kedokteran Edisi 20. EGC. Jakarta.
sehingga edible film tersebut telah memenuhi Loh, F.S., Awang, R.M., Omar, D., dan Rahmani,
persyaratan sebagai kemasan aktif. Berdasarkan D. 2011. Insecticidal properties of
uraian tersebut maka edible film perlakuan A5 Citrus hystrix DC leaves essential oil
dipilih sebagai formulasi terbaik. against Spodoptera litura fabricius.
Journal of Medicinal Plants Research.
KESIMPULAN Volume 5 (16): 3739-3744.
Berdasarkan hasil penelitian dapat McHugh, T. H dan J.M. Krochta. 1994. Water
disimpulkan bahwa konsentrasi minyak atsiri Vapor Permeability Properties of
daun jeruk purut yang berbeda memberikan Edible Whey Protein-lipid Emulsion
pengaruh terhadap karakteristik yaitu Films. Journal of the American Oil
menurunkan kadar air, menurunkan kelarutan, Chemists’ Society, 71: 307-312.
meningkatkan ketahanan terhadap air dengan Nurjannah, W. 2004. Isolasi dan karakterisasi
menurunkan persen swelling, menurunkan laju alginat dari rumput laut Sargassum sp.
perpindahan air edible film, dan dapat untuk pembuatan biodegradable film
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia komposit alginat tapioka. Skripsi
coli FNCC-15 dan Staphylococcus aureus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
FNCC-19. Formulasi terbaik adalah edible film Gadjah Mada. Yogyakarta.
perlakuan A5 dengan konsentrasi penambahan Pradipta, I.M.D. dan L.J. Listiyaningsih. 2012.
minyak atsiri daun jeruk purut 2% yang memiliki Pembuatan dan karakterisasi polimer
ketebalan 0,156 mm, kadar air 22,87%, kelarutan ramah lingkungan berbahan dasar
30,85%, ketahanan terhadap air 161,29%, laju glukomanan umbi porang. Jurnal Sains
perpindahan uap air 0,291 g/m2/jam, daya hambat dan Seni POM ITS. Volume 1 (1):1-6.
bakteri Sthapylococcus aureus FNCC-19 20,16 Pramadita, R. C. 2013. Karakterisasi edible
mm dan Escherichia coli FNCC-15 30,45 mm. film dari tepung porang
(Amorphophallus oncophyllus) dengan
DAFTAR PUSTAKA penambahan minyak atsiri kayu manis
Bourtoom, T. 2007. Effect of of some process (Cinnamon burmani) sebagai
parameters on the properties of edible antibakteri. Skripsi Fakultas Teknologi
film prepared from starch. Department Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
of Material Product Technology. Setiani, W., T. Sudiarti dan R. Lena. 2013.
Songkhala. Preparasi dan karakterisasi edible film
Firdaus, F., S. Mulyaningsih dan H. Anshory. dari poliblend pati sukun-kitosan.
2008. Sintesis film kemasan ramah Jurnal Valensi. Volume 3(2):100-109.
lingkungan dari komposit pati, Setiawan, T. H. 2012. Aktivitas antibakteri
khitosan, dan asam poliaktat dengan dan skrining fitokimia fraksi etil
pemlastik gliserol: Studi morfologi asetat akstrak ampas teh hijau. Skipsi.
dan karakteristik mekanik. Jurnal Fakultas Sains dan Matematika
logika, volume 5 (1). Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.

Sagu 16 (1): 2017 19


AGUNG SURYADI PRATAMA PUTRA, AKHYAR ALI, DAN RASWEN EFENDI

Skurtys, O., C. Acevedo., F. Pedreschi., J. transglutaminase or 1 ethyl-3- (3-


Enrions., F. Osorio dan J.M. Aquilera. dimethylaminopropyl) carbodiimide
2011. Food hydrocolloid edible films (EDC). Food Hydrocolloids. Volume 23:
and coating. Department of Food Science 1062-1064.
and Technology. Universidad de Santiago Utami, R., N. Edhi dan Andre. 2013. Pengaruh
de Chile. Chile. penambahan minyak atsiri kunyit
Suryaningrum, Th. D., J. Basmal, dan putih (Kaempferia rotunda) pada edible
Nurrochmawati 2005. Studi pembuatan film pati tapioka terhadap aktivitas
Edibel Film dari Karagenan. Jurnal antimikroba dan sensoris. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Teknosains Pangan, Volume 2.
Pasca Panen. Badan Riset Perikanan dan Yuliani, R., P. Indrayudha dan S. S. Rahmi. 2011.
Kelautan Departemen Kelautan dan Aktivitas antibakteri minyak atsiri
Perikanan. Volume 2 (4) : 1 – 13. daun jeruk purut (Citrus hystrix)
Sztuka, K. and I. Kolodziejska. 2009. The terhadap Staphyloccocus aureus dan
influence of hydrophobic substances Escherichia coli. Jurnal Farmasi. Volume
on water vapor permeability of fish 12 (2): 50-54.
gelatin films modified with

20 Sagu 16 (1): 2017

You might also like