You are on page 1of 11

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 8, No. 2, 111-121, Juni 2019

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK KASAR DAUN PEPE
(Gymnema reticulatum Br.) PADA BERBAGAI JENIS PELARUT
Identification of Phytochemical Compounds and Antioxidant Activity of Pepe Leaves
(Gymnema reticulatum Br.) Crude Extract in Various Solvent Types

Dewa Gede Eka Prayoga1), Komang Ayu Nocianitri2), Ni Nyoman Puspawati2)


1)Mahasiswa Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
2)Dosen Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud

Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

This research was conducted to identify the phytochemical compounds and antioxidant activity of pepe
leaves (Gymnema reticulatum Br.) crude extract in various solvent types. The experimental design used in this
research was a completely randomized design with solvent type treatments consisting of 5 types : aquadest, ethyl
acetate 96%, acetone 70%, ethanol 70%, and methanol 95%. The treatment was repeated three times, so that 15
experimental units were obtained. Qualitative data obtained in this research were displayed with tables, while
quantitative data were analyzed by variance and if the treatment had a significant effect, then followed by
Duncan's test. The results showed that the treatment of solvent types affected phytochemical compounds that was
extracted from pepe leaves and had a significant effect (P<0.01) on yield, total phenol, total flavonoids, and
antioxidant activity. The best results showed that 70% acetone solvents were able to extract phytochemical
compounds from alkaloids, saponins, phenols, flavonoids, and steroids in the form of sterols and had the highest
antioxidant activity based on 62.06% free radical inhibition percentage with IC50 values of 200.775 mg/L, yield
32.35%, total phenol 36.14 mgGAE/g extract, and total flavonoids 50.37 mgQE/g extract.

Keywords : pepe leaves, extraction, solvent, phytochemical compounds, antioxidant.

PENDAHULUAN dari daun pepe. Daun pepe bersama-sama


Tanaman pepe (Gymnema reticulatum Br.) dengan bahan lain juga digunakan sebagai
merupakan sejenis tumbuhan merambat yang ramuan obat muntaber dalam pembuatan jamu
berasal dari India. Bagian tanaman pepe yang tradisional (loloh) (Putra, 1991). Penggunaan
sering digunakan adalah daun dan akar. Di daun pepe sebagai obat muntaber telah
Bali, daun pepe sering digunakan sebagai menunjukkan hasil positif diantaranya mampu
salah satu bagian dalam isian sarana upakara, menghambat pertumbuhan Staphylococcus
sayuran, dan jamu tradisional (loloh). Sayur aereus dan Eschericia coli. Di dalam daun
pepe dibuat dengan menggunakan bagian pepe terdapat kandungan senyawa 3,7,11,15-
daun (kecuali yang telah menguning) yang tetrametil-2-hexadesena-1-ol, ester metil
direbus terlebih dahulu sebelum dipotong, hexadekanoat, dan dioktil-1,2-
kemudian dicampurkan dengan bumbu, benzenedikarboksilat sebagai antibakteri yang
cacahan daging dan sedikit santan. Sayur telah diidentifikasi dari fraksi aktif ekstrak
daun pepe atau yang lebih dikenal dengan daun pepe pada pelarut metanol 70%
urab don pepe memiliki rasa yang gurih (Swantara et al., 2010). Menurut Thakur et
karena adanya santan dan sedikit rasa pahit al., (2012) tanaman gymnema pada umumnya

*Korespondensi Penulis:
Email: prayogadekaega@gmail.com1)

111
Prayoga, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

memiliki kandungan senyawa fitokimia memerlukan keahlian khusus dalam


diantaranya alkaloid, flavonoid, saponin, serta penerapannya, serta tidak menggunakan panas
fenol. Beberapa senyawa fitokimia dalam dibandingkan dengan beberapa metode
tanaman gymnema tersebut dapat berperan ekstraksi yang lain. Berdasarkan uraian
sebagai antioksidan. tersebut di atas maka penting dilakukan
Senyawa fitokimia pada suatu tanaman identifikasi senyawa fitokimia serta uji
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. aktivitas antioksidan terhadap ekstrak kasar
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daun pepe pada berbagai jenis pelarut.
proses ekstraksi diantaranya bagian tanaman,
ukuran bahan, suhu, metode, waktu, METODE PENELITIAN
konsentrasi pelarut, serta jenis pelarut
(Kumoro, 2015). Polaritas dari jenis pelarut Tempat dan Waktu Penelitian
yang digunakan dalam ekstraksi harus sama Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
atau sangat dekat dengan polaritas bahan aktif Pengolahan Pangan, Laboratorium
yang diekstrak agar ekstraksi berjalan secara Mikrobiologi Pangan, Laboratorium Analisis
efisien sebab menurut prinsip like dissolves Pangan, Laboratorium Biokimia dan Nutrisi
like tidak semua senyawa akan terlarut dalam Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
suatu cairan pelarut (Mottaleb dan Sarker, Fakultas Teknologi Pertanian, dan
2012). Laboratorium Fitokimia Program Studi
Berdasarkan penelitian Suryani et al. Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
(2015), jenis pelarut terbaik untuk Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
menghasilkan kandungan total flavonoid dan Waktu pelaksanaan penelitian mulai Mei
aktivitas antioksidan tertinggi pada daun sampai Agustus 2018.
matoa secara berturut-turut adalah pelarut
metanol 95% dan aseton 90% dengan metode Bahan dan Alat
maserasi. Shabri dan Rohdiana (2016) Bahan yang digunakan dalam penelitian
menyatakan bahwa ekstraksi teh hijau dengan adalah daun pepe (Gymnema reticulatum Br.)
labu ekstraktor menggunakan pelarut aseton yang diperoleh dari Desa Tegal Tugu,
70% menghasilkan rendemen dan kadar Kecamatan Gianyar, serta bahan kimia yang
polifenol tertinggi. Sementara pada penelitian terdiri dari aquades, metanol, etanol, etil
uji aktivitas antioksidan daun manggis hutan asetat, aseton, pereaksi Dragendorff, pereaksi
(Garcinia daedalanthera Pierre.) hasil Wagner, pereaksi Meyer, FeCl3 (Merck),
ekstraksi dengan metode maserasi, jenis serbuk magnesium, HCl (Merck), kloroform
pelarut yang menunjukan hasil terbaik adalah (Merck), asam asetat anhidrat, H2SO4
etil asetat 96% (Erawati, 2012). Penelitian (Merck), reagen Folin-Ciocalteau (Merck),
Widarta dan Arnata (2017) menunjukan Na2CO3 (Merck), NaNO2 (Merck), AlCl3
bahwa pelarut yang tepat digunakan untuk (Merck), NaOH (Merck), air es, asam galat
memperoleh aktivitas antoksidan yang (Sigma), kuersetin (Sigma), dan 1,1-diphenyl-
tertinggi pada ekstraksi daun alpukat dengan 2-picrylhydrazil (DPPH) (Sigma).
bantuan ultrasonik adalah etanol 70%. Maka, Peralatan yang dipergunakan dalam
dalam penelitian ini dipilih lima jenis pelarut penelitian ini terdiri dari botol sampel,
yaitu aquades, metanol 95%, etanol 70%, aluminium foil, kertas saring Whatman No. 1,
aseton 70%, dan etil asetat 96%. Sementara rotary vaccum evaporator (IKA RV10 basic),
itu, metode ekstraksi yang digunakan adalah pipet volume (pyrex), timbangan analitik
metode maserasi karena memiliki kelebihan (sartorius), spektrofotometer UV-VIS
yaitu : biaya proses yang rendah, tidak (Biochrom Libra), pipet tetes, pipet volume

112
Vol.8, No.2, Juni 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas .…

(pyrex), beaker glass (pyrex), vortex, gelas Penelitian ini menggunakan Rancangan
ukur (pyrex), erlenmeyer (pyrex), labu ukur, Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 5
spatula, corong, pisau, tampah, shaker jenis pelarut yaitu : aquades (Q), etil asetat
(HEALTH), cawan porselen, blender 96% (S), aseton 70% (A), etanol 70% (E), dan
(Philips), oven (Blue-M), loyang, water bath, metanol 95% (M). Penelitian ini diulangan
tabung reaksi, kuvet, ayakan 60 mesh sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit
(Retsch), dan kertas label. percobaan. Data kualitatif yang diperoleh
pada penelitian ini ditampilkan dalam bentuk
Pelaksanaan Penelitian table kemudian dideskripsikan, sementara
Persiapan Sampel data kuantitatif selanjutnya dianalisis dengan
Daun yang dipilih dari tanaman pepe sidik ragam dan jika perlakuan berpengaruh
adalah 8 daun pertama dari pucuk tanaman. nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan
Daun pepe segar dicuci bersih kemudian (Gomez dan Gomez, 1995).
dipotong-potong dengan lebar ± 1 cm dan
dikeringkan dengan oven pada suhu 400C HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 24 jam (kadar air ≤ sebesar 7,71%). Rendemen
Daun pepe yang telah dikeringkan, dihaluskan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
menggunakan blender kemudian diayak jenis pelarut yang dipergunakan dalam
dengan ayakan 60 mesh. (Widarta dan Arnata, ekstraksi berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
2017). terhadap rendemen ekstrak daun pepe. Grafik
hubungan antara jenis pelarut dengan
Ekstraksi Daun Pepe rendemen ekstrak kasar daun pepe dapat
Serbuk daun pepe ditimbang masing dilihat pada Gambar 1.
masing 50 gram dan ditambahkan pelarut 45
38,74 ± 1,07 a
40
dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:10, 32,35 ± 1,38 b
Rendemen (%)

35 31,45 ± 0,39 b
selanjutnya dimaserasi selama 30 jam pada 30
22,83 ± 0,73 c
suhu ruang. Selama proses maserasi 25

dilakukan proses pengadukan dengan bantuan 20

15
shaker pada jam ke 12 dan jam ke 24, masing- 10
6,18 ± 0,80 d
masing selama 30 menit. Setelah 30 jam 5

larutan disaring dengan kertas whatman no.1 0


Aquades Etil asetat Aseton Etanol Metanol

kemudian filtrat yang diperoleh diuapkan


dengan vacuum rotary evaporator pada suhu Jenis Pelarut

400C dengan kecepatan 100 rpm (Suryani et Keterangan : Notasi yang sama menunjukkan
perlakuan berbeda tidak nyata
al., 2015., yang dimodifikasi). Ekstrak kental (P>0,05).
yang diperoleh ditimbang untuk dihitung
rendemen ekstraknya kemudian ditempatkan Gambar 1. Grafik hubungan antara jenis
di dalam botol, untuk selanjutnya dilakukan pelarut dengan rendemen ekstrak
uji secara kualitatif dan kuantitatif. Uji kasar daun pepe.
kualitatif dilakukan untuk identifikasi
senyawa fitokimia meliputi: alkaloid, fenol, Berdasarkan pada Gambar 1 dapat dilihat
flavonoid, saponin, triterpenoid dan sterol. bahwa rata-rata rendemen rendemen ekstrak
Sementara itu uji kuantitatif meliputi daun pepe tertinggi didapat pada perlakuan
penentuan total fenol, total flavonoid, dan ekstraksi dengan pelarut aquades yaitu
aktivitas antioksidan. 38,74%, sementara rendemen terendah
Rancangan Penelitian dan Analisis Data terdapat pada perlakuan ekstraksi dengan

113
Prayoga, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

pelarut etil asetat 96% yaitu 6,18%. Jenis adalah aquades (9), metanol (6,6), aseton
pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi (5,4), etanol (5,2), dan etil asetat (4,3)
mempengaruhi hasil rendemen ekstrak daun (Barwick, 1997). Polaritas pelarut-pelarut ini
pepe. Menurut Voight (1994) proses ekstraksi akan semakin meningkat seiring dengan
terjadi dengan mengalirnya pelarut ke dalam penurunan konsentrasinya jika dilarutkan
sel yang menyebabkan protoplasma dalam air (Kumoro et al., 2009). Senyawa-
membengkak dan bahan yang terkandung senyawa yang terkandung pada daun pepe
dalam sel akan terlarut sesuai dengan kemungkinan memiliki sifat polar dan
kelarutannya. Kemampuan melarutkan yang mendekati kepolaran pelarut aquades
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran sehingga menghasilkan persentase rendemen
pelarut dan kepolaran senyawa yang yang lebih tinggi dibanding dengan pelarut
diekstraksi (Vogel, 1978). Semakin mirip yang lainnya. Penelitian Syafitri et al., (2014)
kepolaran pelarut dengan kepolaran zat yang menunjukan bahwa pelarut air menghasilkan
terkandung dalam bahan yang diekstraksi persentase rendemen yang tinggi pada
maka akan semakin banyak komponen zat ekstraksi buah harendong mentah
yang dapat diekstraksi sehingga dapat terjadi dibandingkan pelarut etanol 96% dan etanol
peningkatan rendemen yang diperoleh. 70%.
Peningkatan tersebut disebakan oleh semakin
mudahnya pengikatan zat dalam bahan oleh Identifikasi Senyawa Fitokimia Secara
pelarut. Setiap jenis pelarut memiliki polaritas Kualitatif
yang berbeda, dan pada jenis pelarut yang Data hasil identifikasi senyawa fitokimia
sama dengan konsentrasi yang berbeda juga ekstrak daun pepe pada perlakuan berbagai
memiliki polaritas yang berbeda (Tan et al., jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 1.
2013). Polaritas dari pelarut secara berurutan

Tabel 1. Hasil identifikasi senyawa fitokimia


Ekstrak Senyawa fitokimia
Alkaloid Saponin Fenol Flavonoid Triterpeniod Sterol
Aquades + + + + - -
Etil asetat - - + + - +
Aseton + + + + - +
Etanol + + + + - -
Metanol + + + + - +
Keterangan : Tanda (+) menunjukan adanya senyawa yang diuji, sementara tanda (-) menunjukan senyawa
yang diuji tidak ada pada ekstrak.

Identifikasi senyawa fitokimia dilakukan terjadinya pembentukan endapan putih.


setelah proses ekstraksi untuk mengetahui Sementara itu, pada reagen Dragendorff
golongan senyawa yang terdapat dalam reaksi positif dengan terbentuknya endapan
ekstrak kasar daun pepe berdasarkan jenis coklat muda hingga kuning ditunjukkan pada
pelarut yang digunakan. Pengujian senyawa perlakuan pelarut aquades, aseton, etanol, dan
alkaloid dilakukan dengan mereaksikan metanol. Begitu pual pada reagen Wagner
ekstrak yang telah diencerkan dengan reagen terjadi endapan coklat muda hingga kuning
Mayer, reagen Dragendorff, dan reagen yang menunjukkan reaksi positif ditunjukkan
Wagner. Reaksi positif pengujian alkaloid pada perlakuan pelarut aquades, aseton,
dengan reagen Mayer ditunjukkan pada etanol, dan metanol. Pembentukan endapan
semua perlakuan jenis pelarut dengan terjadi karena terbentuknya senyawa

114
Vol.8, No.2, Juni 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas .…

kompleks dari reaksi senyawa alkaloid pada sampel. Menurut Robinson (1991)
dengan ion logam K+ pada masing-masing senyawa saponin memiliki gugus polar dan
pereaksi yang digunakan (Marliana et al., non-polar bersifat aktif permukaan sehingga
2005). Hasil positif untuk pengujian alkaloid saat saponin dikocok dengan air akan
minimal ditunjukkan oleh reaksi mengalami hidrolisis dan dapat membentuk
pembentukan endapan pada dua reagen dari misel. Struktur misel yang terbentuk
tiga reagen yang dipergunakan dalam menyebabkan gugus polar menghadap keluar
pengujian sehingga pada pengujian alkaloid, dan gugus non-polar menghadap kedalam
sehingga hasil positif ditunjukkan oleh sehingga akan tampak seperti busa.
perlakuan dengan pelarut aquades, aseton, Hasil positif pengujian fenol dengan
etanol, dan metanol. Ekstrak dengan terjadinya warna hijau hingga hijau kehitaman
perlakuan pelarut etil asetat menunjukkan pada sampel setelah penambahan FeCl3 5 %
reaksi positif hanya terjadi pada reagen Mayer ditunjukkan pada semua perlakuan jenis
dengan terbentuknya endapan putih sehingga pelarut. Senyawa fenol memiliki gugus
pengujian dapat dianggap negatif. Menurut hidroksil yang dapat bereaksi dengan ion Fe3+
Endarini (2016) garam alkaloid berbeda pada larutan FeCl3 5 % sehingga terjadinya
sifatnya dengan alkaloid bebas dalam bentuk pembentukan senyawa kompleks berwarna
basa. Alkaloid dalam bentuk basa biasanya hijau kehitaman (Harborne, 1987).
tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam Hasil positif pengujian flavonoid dengan
pelarut organik (seperti benzena, eter, terjadinya warna merah, kuning atau jingga
kloroform) sementara dalam bentuk pada sampel setelah penambahan serbuk Mg
garamnya, alkaloid mudah larut dalam pelarut dan HCl ditunjukkan pada semua perlakuan
polar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan jenis pelarut. Serbuk logam Mg dan HCl
senyawa alkaloid didalam ekstrak daun pepe berfungsi mereduksi inti benzopiron yang
merupakan senyawa alkaloid dalam bentuk terdapat pada struktur flavonoid dan
garamnya karena reaksi positif ditunjukkan membentuk garam flavilium yang berwarna
pada pelarut yanng bersifat polar. merah atau jingga (Achmad, 1986 dalam
Uji saponin dilakukan dengan metode Khotimah, 2016).
Forth, yaitu hidrolisis saponin dalam air. Pengujian triterpenoid dan steroid
Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan menunjukkan hasil negatif pada golongan
adanya glikosida yang mempunyai senyawa triterpenoid disemua perlakuan jenis
kemampuan membentuk buih dalam air yang pelarut. Sementara hasil positif ditunjukkan
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa pada golongan steroid dengan terbentuknya
aglikonnya. Hasil positif pengujian saponin warna hijau setelah penambahan asam asetat
dengan terjadinya pembentukan busa anhidrida dan asam sulfat pekat pada
ditunjukkan pada perlakuan dengan pelarut perlakuan pelarut etil asetat, aseton dan
aquades, aseton, etanol, dan metanol. Reaksi metanol. Hal ini dikarenakan ketiga pelarut
positif ditandai dengan busa yang terbentuk tersebut memiliki kepolaran dan sifat yang
tidak kurang dari 10 menit setelah sesuai dengan golongan senyawa steroid
pengocokan serta stabil dengan penambahan dikarenakan steroid adalah senyawa turunan
HCl 2M (Setyowati et al., 2014). Sementara lipid yang tidak terhidrolisis (Iling et al.,
pada perlakuan dengan pelarut etil asetat, 2017). Penambahan asam asetat anhidrida
pembentukan busa tidak terjadi sehingga dalam uji Liebermann-Burchard berfungsi
pengujian dapat dianggap negatif dikarenakan untuk menyerap air dan membantu
kelarutan sampel etil asetat sangat rendah pengoksidasian asam oleh asam sulfat, karena
didalam air sehingga terjadi pengendapan reaksi pengoksidasian asam tersebut tidak

115
Prayoga, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

akan berlangsung jika masih terkandung air Folin-Ciocalteau dan absorbansinya dapat
didalam senyawa yang direaksikan. diukur pada panjang gelombang 760 nm.
Senyawa fenolat (garam alkali) atau gugus
Identifikasi Senyawa Fitokimia Secara fenolik-hidroksi akan mereduksi asam
Kuantitatif heteropoli yang terdapat pada reagen Folin-
1. Total Fenol Ciocalteau menjadi suatu kompleks
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa molibdenum-tungsten yang berwarna biru.
jenis pelarut yang dipergunakan dalam Penambahan Na2CO3 berfungsi untuk
ekstraksi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menciptakan kondisi basa agar terjadi
terhadap total fenol ekstrak daun pepe. Grafik disosiasi proton pada senyawa fenolik
hubungan antara jenis pelarut dengan total menjadi ion fenolat sehingga dapat bereaksi
fenol ekstrak kasar daun pepe dapat dilihat dengan reagen Folin-Ciocalteau (Apsari dan
pada Gambar 2. Susanti, 2011 dalam Wachidah, 2013).
50
45
43,40 ± 1,20 a Penelitian Fidrianny et al. (2013)
Total Fenol (mg GAE/g ekstrak)

40
32,77 ± 0,84 c
36,14 ± 1,25 b
menyatakan bahwa pelarut etanol
35
30
menghasilkan persentase total fenol yang
23,33 ± 0,50 d
25
20
17,44 ± 0,93 e
lebih tinggi dibandingkan pelarut etil asetat
15 dan n-Heksan pada ekstrak daun binahong.
10
5
Widarta dan Arnata (2017) juga mendapatkan
0
Aquades Etil asetat Aseton Etanol Metanol
hasil kandungan total fenol yang tinggi
Jenis Pelarut menggunakan pelarut etanol 70%
Keterangan : Notasi yang sama menunjukkan dibandingkan pelarut aseton 70% pada
perlakuan berbeda tidak nyata
(P>0,05).
ekstrak daun alpukat. Sementara pada ekstrak
daun gayam, kandungan total fenol yang
Gambar 2. Grafik hubungan antara jenis paling besar didapat dari ekstrak etanol
pelarut dengan total fenol dibandingkan ekstrak metanolnya (Lestari et
ekstrak kasar daun pepe. al., 2018).

Gambar 2 menunjukkan nilai rata-rata total 2. Total Flavonoid


fenol terendah diperoleh menggunakan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pelarut etil asetat 96% yaitu 17,44 mg GAE/g jenis pelarut yang dipergunakan dalam
ekstrak dan rata-rata tertinggi total fenol ekstraksi berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
diperoleh pada pelarut etanol 70% yaitu 43,40 terhadap total flavonoid ekstrak daun pepe.
mg GAE/g ekstrak. Hal tersebut menunjukan Grafik hubungan antara jenis pelarut dengan
bahwa senyawa fenol dalam daun pepe total flavonoid ekstrak kasar daun pepe dapat
terekstraksi secara efektif dengan pelarut dilihat pada Gambar 3.
400
etanol 70%. Etanol merupakan pelarut polar 350
320,93 ± 5,27 a
Total Flavonoid (mg QE/g ekstrak)

yang dapat menarik senyawa polar. Menurut 300

Hanani (2017) senyawa fenol yang terdapat 250

200
dalam tumbuhan umumnya adalah senyawa 150

fenol yang berikatan dengan gula membentuk 100


50,37 ± 1,83 c
67,63 ± 1,20 b

glikosida yang lebih mudah larut pada pelarut 50

0
12,70 ± 0,61 e 20,10 ± 0,78 d

polar. Aquades Etil asetat Aseton Etanol Metanol

Jenis pelarut
Pengujian total fenol didasarkan pada
Keterangan : Notasi yang sama menunjukkan
prinsip pembentukan senyawa kompleks perlakuan berbeda tidak nyata
berwarna biru ketika bereaksi dengan reagen (P>0,05).

116
Vol.8, No.2, Juni 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas .…

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa


Gambar 3. Grafik hubungan antara jenis jenis pelarut yang dipergunakan dalam
pelarut dengan total flavonoid ekstraksi berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
ekstrak kasar daun pepe. terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun
pepe. Grafik hubungan antara jenis pelarut
Gambar 3 menunjukkan nilai rata-rata total dengan aktivitas antioksidan ekstrak kasar
flavonoid terendah diperoleh menggunakan daun pepe dapat dilihat pada Gambar 4.
pelarut aquades yaitu 12,70 mg QE/g ekstrak 70 62,06 ± 0,99 a

dan rata-rata tertinggi total flavonoid

Aktivitas Antioksidan (%)


60
50,16 ± 0,99 b
43,55 ± 1,21 c 49,04 ± 1,53 b
diperoleh pada pelarut etil asetat 96% yaitu 50
36,51 ± 0,99 d
40
320,93 mg QE/g ekstrak. Hal tersebut
30
menunjukan bahwa senyawa flavonoid dalam 20
daun pepe terekstraksi secara efektif dengan 10

pelarut etil asetat. Golongan senyawa 0


Aquades Etil asetat Aseton Etanol Metanol
flavonoid terbagi dalam beberapa jenis dan Jenis Pelarut
memiliki kepolaran yang berbeda-beda tiap Keterangan : Notasi yang sama menunjukan perlakuan
jenisnya tergantung pada jumlah dan posisi berbeda tidak nyata (P>0,05).
gugus hidroksilnya (Harbone, 1987).
Umumnya flavonoid ditemukan berikatan Gambar 4. Grafik hubungan antara jenis
dengan gula membentuk glikosida yang pelarut dengan aktivitas
menyebabkan senyawanya lebih mudah larut antioksidan ekstrak kasar daun
dalam pelarut polar. Sementara dalam bentuk pepe.
aglikonnya, senyawa flavonoid memiliki sifat
kurang polar sehingga cenderung lebih mudah Gambar 4 menunjukkan nilai rata-rata
larut dalam pelarut non-polar (Hanani, 2017). aktivitas antioksidan terendah diperoleh
Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan menggunakan pelarut aquades yaitu 36,51%,
dapat melarutkan senyawa polar maupun non- sementara rata-rata tertinggi aktivitas
polar sehingga senyawa flavonoid pada daun antioksidan diperoleh pada pelarut aseton 70%
pepe baik yang bersifat polar maupun non- yaitu 62,06%. Penelitian Suryani et al. (2015)
polar dapat terekstraksi lebih efektif. menyatakan bahwa pada ekstrak daun matoa,
Penelitian Fidrianny et al. (2013) pelarut aseton menunjukan aktivitas antioksidan
menyatakan bahwa pelarut etil asetat yang lebih tinggi dibandingkan pelarut aquades,
menghasilkan persentase total flavonoid yang metanol, etanol, dan isopropanol. Demikian juga
lebih tinggi dibandingkan pelarut etanol dan pada ekstrak kacang tunggak, didapatkan
n-Heksan pada ekstrak daun binahong. Total aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
flavonoid yang tertinggi pada ekstrak daun menggunakan pelarut aseton dibandingkan
kersen juga didapatkan dari hasil fraksi etil metanol dan etanol (Yulistian et al., 2015). Pada
asetat dibandingkan ekstrak etanol, fraksi n- penelitian ini, aktivitas antioksidan berdasarkan
heksan, dan fraksi airnya (Puspitasari et al., penangkapan radikal DPPH memiliki hubungan
2017). Sementara itu, hasi penelitian Pratiwi dengan kandungan fenolik dan flavonoid
et al. (2010) didapatkan bahwa pada pelarut tanaman. Senyawa-senyawa fenol telah
etil asetat menghasilkan kandungan total dilaporkan mempunyai aktivitas antioksidan
flavonoid lebih tinggi dibandingkan metanol karena sifat-sifat redoksnya. Senyawa fenolik
dan air pada ekstraksi daun kumis kucing. beraksi sebagai agen pereduksi, pemberi
hidrogen, peredam oksigen singlet, dan juga
Aktivitas Antioksidan sebagai pengkelat logam yang potensial

117
Prayoga, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

(Kahkonen et al., 1999 dalam Rohman 2007). memiliki korelasi positif dengan
Grafik hubungan antara total fenol dengan meningkatnya total fenol yang dihasilkan.
aktivitas antioksidan dan total flavonoid dengan Sementara berdasarkan peningkatan total
aktivitas antioksidan pada ekstrak daun pepe flavonoid terhadap aktivitas antioksidan
dapat dilihat pada Gambar 5A dan 5B. ekstrak daun pepe, korelasi positif
50 etanol ditunjukkan pada pelarut aquades, etanol dan
total fenol (mg GAE/g ekstrak)

45
aseton. Hal ini sesuai dengan penelitian
40
aseton
35
aquades Rohman et al. (2007) yang menyatakan
30 bahwa terdapat korelasi antara total fenol
25 metanol
20 etil asetat
R² = 0,9936 dengan aktivitas antioksidan dan total
15 flavonoid dengan aktivitas antioksidan pada
10 ekstrak daun mengkudu.
5
0
Berdasarkan hasil analisis yang telah
A)
0 20 40
aktivitas antioksidan (%)
60 80
dilakukan, pelarut aseton 70% memberikan
perlakuan terbaik dibandingkan dengan
350
etil asetat
pelarut aquades, etil asetat, etanol dan
total flavonoid (mg QE/g ekstrak)

300
metanol pada ekstraksi daun pepe ditunjukkan
250
dengan persentase penghambatan radikal
200
bebasnya yang lebih tinggi, sehingga
150
perlakuan ini dipilih untuk diuji penentuan
metanol
100
aseton
IC50. Grafik hubungan antara konsentrasi
50
aquades etanol
R² = 0.8974
ekstrak daun pepe dengan aktivitas
0
0 20 40 60 80
antioksidannya dapat dilihat pada Gambar 6.
B) aktivitas antioksidan (%)
60
Aktivitas Antioksidan (%)

y = 0,2503x - 0,2539
Gambar 5. Hubungan antara total fenol dengan 50
R² = 0,9972

aktivitas antioksidan (A) dan total 40

flavonoid dengan aktivitas antioksidan 30


(B) pada ekstrak daun pepe. 20

10
Gambar 5 menunjukkan korelasi antara
0
total fenol dengan aktivitas antioksidan dan 0 50 100 150 200 250

total flavonoid dengan aktivitas antioksidan Konsentrasi ekstrak (mg/L)

pada ekstrak daun pepe dengan perlakuan Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi
jenis pelarut. Koefisien korelasi (R²) antara ekstrak daun pepe dengan aktivitas
total fenol dengan aktivitas antioksidan antioksidan.
ekstrak daun pepe pada pelarut etil asetat, Gambar 6 menunjukkan bahwa
metanol, dan aseton sebesar 0,9936, peningkatan konsentrasi ekstrak berbanding
sementara koefisien korelasi (R²) antara total lurus dengan persentase aktivitas antioksidan.
flavonoid dengan aktivitas antioksidan Berdasarkan analisis regresi linier diperoleh
ekstrak daun pepe pada pelarut aquades, persamaan yaitu y = 0,2503x – 0,2539 dengan
etanol, dan aseton sebesar 0,8974. Sarwono nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9972.
(2006) menyatakan bahwa koefisien korelasi Berdasarkan persamaan tersebut didapatkan
(R²) yang mempunyai nilai 0,75 keatas dapat nilai IC50 sebesar 200,775 mg/L. Menurut
dikategorikan memiliki korelasi sangat kuat. Blois (1958) nilai IC50 yang didapat dalam
Aktivitas antioksidan ekstrak daun pepe pada penelitian ini termasuk dalam kategori lemah.
pelarut etil asetat, metanol, dan aseton Semakin rendah nilai IC50 maka semakin

118
Vol.8, No.2, Juni 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas .…

besar kemampuan antioksidannya Barwick, V. J. 1997. Strategies for Solven


dikarenakan IC50 menunjukkan besarnya Selection – A Literature Review.
konsentrasi suatu senyawa dalam Trends In Analytical Chemistry, 16 (6),
menghambat radikal DPPH sebanyak 50%. 293-309.
Nilai IC50 dari ekstrak aseton daun pepe lebih
rendah dibandingkan nilai IC50 dari ekstrak Blois, M.S. 1958. Antioxidant Determinations
aseton daun kelor yaitu 427,49 mg/L by the Use of a Stable Free Radical. J.
(Meigaria et al., 2016). Akan tetapi nilai IC50 Nature, 181 : 1199-1200.
dari ekstrak aseton daun pepe lebih tinggi Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan
dibandingkan nilai IC50 dari ekstrak aseton Fitokimia. Badan Pengembangan dan
daun matoa yaitu 43,53 mg/L (Suryani et al., Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
2015). Kesehatan, Jakarta.

KESIMPULAN DAN SARAN Erawati. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Daun Garcinia daedalanthera
Kesimpulan Pierre. dengan Metode DPPH dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa Dari Fraksi Paling Aktif. Skripsi S1.
hal sebagai berikut : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UI, Depok.
1. Jenis pelarut berpengaruh terhadap jenis
zat fitokimia yang terekstrak dan Fidrianny, I., K. R. Wirasutisna, dan P.
berpengaruh sangat nyata terhadap Amanda. 2013. Senyawa Antioksidan
rendemen, total fenol, total flavonoid, dan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong
aktivitas antioksidan ekstrak daun pepe. (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Babakan Ciparay, Bandung
pelarut aseton 70% mampu mengekstraksi Selatan, Indonesia. Acta Pharmaceutica
senyawa fitokimia alkaloid, saponin, Indonesia, Vol. XXXVIII, No. 1
fenol, flavonoid, dan steroid dalam bentuk Gomez, K. A., dan A. A. Gomez. 1995.
sterol serta memiliki aktivitas antioksidan Prosedur Statistik Untuk Penelitian
tertinggi berdasarkan persentase Pertanian. UI Press, Jakarta.
penghambatan radikal bebas yaitu 62,06%
dengan nilai IC50 sebesar 200,775 mg/L, Hanani, E. 2017. Analisis Fitokimia. Penerbit
rendemen sebesar 32,35%, total fenol Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
sebesar 36,14 mgGAE/g ekstrak, dan total
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia :
flavonoid sebesar 50,37 mgQE/g ekstrak.
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Saran
Tumbuhan (diterjemahkan oleh Kosasih
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Padmawinata dan Iwang Soediro).
terkait pengaruh konsentrasi dari pelarut
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
terhadap ekstraksi daun pepe sehingga
mendapatkan ekstrak dengan aktivitas Illing, I., W. Safitri, dan Erfiana. 2017. Uji
antioksidan yang lebih tinggi serta aplikasinya Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal
pada produk pangan. Dinamika Vol. 08. No.1 : 66-84.

DAFTAR PUSTAKA Khotimah, K. 2016. Skrining Fitokimia dan


Identifikasi Metabolit Sekunder
Senyawa Karpain pada Ekstrak Metanol

119
Prayoga, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Daun Carica pubescens Lanne & K. Puspitasari, A. D., dan R. L. Wulandari. 2017.
Koch dengan LC/MS. Skripsi S1. UIN Aktivitas Antioksidan, Penetapan Kadar
Maulana Malik Ibrahim, Malang. Fenolik Total dan Flavonoid Total
Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
Kumoro, A.C., M. Hasana dan H. Singha. calabura L.). J. Pharmaciana vol.7,
2009. Effects of Solvent Properties on no.2, pp. 147-158.
the Soxhlet Extraction Of Diterpenoid
Lactones from Andrographis paniculata Putra, S. 1991. Taru Premana, Cetakan V. PT
leaves. J. Science Asia 35 : 306-309. Upada Sastra, Denpasar.
Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Robinson, T. 1991. The Organic Constituen
Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman of HigherPlants. 6th Edition.
Obat. Plantaxia, Yogyakarta. Department of
Biochemistry. University of Massachus
Lestari, D. M., N. Mahmudati, Sukarsono, etts
Nurwidodo, dan Husamah. 2018.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenol Rohman, A. S. Riyanto, dan N. K. Hidayati.
Daun Gayam (Inocarpus fagiferus 2007. Aktivitas Antioksidan,
Fosb.). J. Biosfera vol. 35 no. 1 pp. 37 – Kandungan Fenolik Total, dan Flavonid
43 Total Daun Mengkudu. Jurnal
AGRITECT, Vol. 27, No. 4
Marliana, S. D., V. Suryanti, dan Suyono.
2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu,
Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Yogyakarta
Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. J.
Biofarmasi 3 (1): 26-31 Setyowati, W. A. E., S. R. D. Ariani.,
Ashadi., B. Mulyani dan C. P.
Meigaria, K. M., I. W. Mudianta, dan N. W. Rahmawati. 2014. Skrining Fitokimia
Martiningsih. 2016. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama
dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Metanol Kulit Durian (Durio
Aseton Daun Kelor (Moringa oleifera). zibethinus Murr.) Varietas Petruk.
J. Wahana Matematika dan Sains, vol. Seminar Nasional Kimia dan
10, no. 2. Pendidikan Kimia UNS, Surakarta.
Mottaleb, M. A., dan S. D. Sarker. 2012. Shabri, dan D. Rohdiana. 2016. Optimasi dan
Accelerated Solvent Extraction for Karakterisasi Ekstrak Polifenol Teh
Natural Product Isolation. In : S. D. Hijau dari Berbagai Pelarut. Jurnal
Sarker and Lutfun Nahar (eds.), Natural Penelitian Teh dan Kina, 19 (1), pp. 57-
Product Isolation, Method in Molecular 66
Biology vol. 864 pp. 75-88.
Suryani, N. C., D. G. M. Permana, dan
Pratiwi, P., M. Suzery, dan B. Cahyono. A.A.G.N. A. Jambe. 2015. Pengaruh
2010. Total Fenolat dan Flavonoid dari Jenis Pelarut Terhadap Kandungan
Ekstrak dan Fraksi Daun Kumis Kucing Total Flavonoid dan Aktivitas
(Orthosiphon stamineus B.) Jawa Antioksidan Ekstrak Daun Matoa
Tengah serta Aktivitas Antioksidannya. (Pometia pinnata). Skripsi S1. Tidak
J. Sains & Matematika vol. 18 no.4. dipublikasikan. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana, Bali.

120
Vol.8, No.2, Juni 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia dan Aktivitas .…

Swantara, I M. D., I. B. Darmayasa, dan S. Pelarut. AGRITECH, vol. 37, no. 2,


Lestari. 2010. Karakterisasi Fraksi Aktif Hal. 148-157.
Antibakteri Ekstrak Dari Daun Pepe
(Gymnema reticulatum Br.). Jurnal Yulistian, D. P., E. P. Utomo, S. M. Ulfa, dan
Kimia 4 (2), pp. 101-112. E. Yusnawan. 2015. Studi Pengaruh
Jenis Pelarut terhadap Hasil Isolasi dan
Syafitri, N. E., M. Bintang, dan S.Falah. Kadar Senyawa Fenolik dalam Biji
2014. Kandungan Fitokimia, Total Kacang Tunggak (Vigna unguiculata
Fenol, dan Total Flavonoid Ekstrak (L.) Walp) sebagai Antioksidan. Kimia
Buah Harendong (Melastoma affine D. Student Journal, vol.1, no. 1, pp. 819 –
Don). J. Current Biochemistry vol. 1 825.
(3): 105 - 115
Tan, M.C., C.P. Tan dan C.W. Ho. 2013.
Effects of Extraction Solvent System,
Time and Temperature on Total
Phenolic Content of Henna (Lawsonia
inermis) Stems. International Food
Research Journal 20: 3117-312.
Thakur G. S., R. Sharma dan B.S. Sanodiya.
2012. Gymnema sylvestre: An
Alternative Therapeutic Agent for
Management of Diabetes. Journal of
Applied Pharmaceutical Science vol. 2
(12), pp. 001-006.
Vogel, A. I. 1978. Textbook of Quantitative
Chemical Analysis. Woolwich
Polytechnic, London
Voight, R. 1994. Buku Pengantar Teknologi
Farmasi (diterjemahkan oleh Soedani,
N.). Edisi V. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta
Wachidah, L. N. 2013. Uji Aktivitas
Antioksidan serta Penentuan
Kandungan Fenolat dan Flavonid Total
dari Buah Parijto. Skripsi S1. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Widarta, I. W. R., dan I. W. Arnata. 2017 .
Ekstraksi Komponen Bioaktif Daun
Alpukat dengan Bantuan Ultrasonik
pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi

121

You might also like