Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Basil leaf has active compounds such as essential oils, alkaloids, saponins, flavonoids ,
triterpenoids , steroids, tannins and phenols. Some of these chemical ingredients can inhibit the growth of
Escherichiacoli , Staphylococcus aureus , and Klebsiellapneumonia bacteria such as alkaloid
compounds, atsiridan oil and phenols. The aim of this research is to formulate the liquid soap from the
ethanol extract of Basil leaf and to test the antibacterial effectiveness of liquid soap from the ethanol
extract of Basil leaf with concentration of 3%, 6% and 9% to Staphylococcus aureus bacteria growth.
Liquid soap formulations from the ethanol extract of Basil leaf with concentration 3%, 6% and 9% then
done by organoleptic test, pH, high foam, moisture content, free alkali and weight type test. Testing of
antibacterial effectiveness on growth of Staphylococcus aureus was done by diffusion method. The results
of quality test of liquid soap that meets the requirements according to standard of SNI were organoleptic
test, pH, high foam, moisture content, free alkali and weight type test. The results of antibacterial
effectiveness test of liquid soap from the ethanol extract of Basil leaf obtained that can inhibit
Staphylococcus aureus bacteria, that is with concentration 3%, 6% and 9% which fall into category of
strong inhibition zone.
ABSTRAK
Daun Kemangi memiliki senyawa aktif sepertiminyak atsiri, alkaloid, saponin,
flavonoid,triterpenoid, steroid, tannin dan fenol. Beberapagolongan kandungan kimia tersebut
dapatmenghambat pertumbuhan bakteri Escherichiacoli, Staphylococcus aureus, dan
Klebsiellapneumonia seperti senyawa alkaloid, minyak atsiridan fenol. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi sediaan sabun cair ekstrak etanol daun Kemangi dan menguji efektivitas antibakteri sabun
cair ekstrak etanol daun Kemangi dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9% terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Formulasi sabun cair ekstrak etanol daun Kemangi dengan konsentrasi 3%, 6%
dan 9% dilakukan pengujian organoleptik, pH, tinggi busa, kadar air, kadar alkali bebas dan bobot jenis.
Pengujian efektivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dilakukan dengan metode
difusi. Hasil pengujian mutu sabun cair yang memenuhi persyaratan sesuai standar yang ditetapkan SNI
ialah uji organoleptik, pH, tinggi busa, kadar air, kadar alkali bebas dan bobot jenis. Hasil uji efektivitas
antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun Kemangi yang diperoleh dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus, yakni dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9% masuk dalam kategori zona hambat
yang kuat.
76
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
77
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
sediaan farmasi yaitu sabun cair antibakteri. Sampel daun Kemangi diambil pada
Sabun cair saat ini banyak diproduksi karena pagi hari. Cara pengambilan daun yaitu
penggunaannya yang lebih praktis dan bentuk dengan memilih daun yang sudah dewasa dan
yang lebih menarik dibanding bentuk sabun yang masih segar. Sampel yang diperoleh
lain.Disamping itu sabun dapat digunakan segera dicuci bersih untuk menghilangkan
untuk mencegahpenyakit, seperti mengobati kotoran yang menempel pada daun kemudian
penyakit kulit yang disebabkanoleh bakteri diangin-anginkan selama 2 hari dan pada hari
(Anggraini, 2012). Peneliti tertarik untuk ke-3 dikeringkan dengan oven pada suhu
memformulasi dan menguji apakah ekstrak 400C. Setelah kering, sampel diblender
daun Kemangi yang dibuat dalam bentuk menjadi serbuk dan diayak dengan ayakan
sediaan sabun cair memenuhi parameter mesh 65.
kualitas dengan konsentrasi yang bervariasi
dan apakah sabun cair Kemangi dapat
memberikan efek antibakteri. Ekstraksi Sampel
METODE PENELITIAN Daun Kemangi diambil sebanyak 10
kg dicuci hingga bersih dan
Alat dan Bahan dikeringanginkan. Setelah kering daun
Alat yang digunakan dalam penelitian Kemangi diblender sampai halus, sehingga
yaitu alat untukdestilasi minyak atsirikertas menjadi serbuk kemudian dimaserasi dengan
indikator universal, gelas piala, gelas ukur, menggunakan pelarut etanol 96% selama3 x
kaca arloji, batang pengaduk, pipet tetes, 24 jam dalam suhu kamar. Setiap 1 x 24 jam
erlenmeyer, timbangan analitik (Ae Adam), simplisia yang telah dimaserasi dengan
labu takar, cawan petri, inkubator, autoklaf, larutan etanol disaring hingga di peroleh
oven (Ecocell MMM Group), blender filtrat. Filtrat pelarut tersebut kemudian
(Waring Commercial), beker gelas, rotary diuapkan dengan menggunakan alat
evaporator (Steroglass Strike 300), penangas evaporator sehingga dihasilkan ekstrak kental
(Nesco Lab), piknometer uncalibrated 10 ml daun Kemangi.
(pyrex ® Iwaki), jarum ose, pinset, eco
pipette (CAPP) 100 -1000 µl, eco pipette Formulasi Sabun Cair Ekstrak Daun
(CAPP) 20-200 µl dan mistar berskala. Kemangi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Formulasi sediaan sabun cair yang
yaitu daun Kemangi, bakteri Staphylococcus akan dibuat berbeda konsentrasi 3%, 6% dan
aureus, minyak zaitun, kalium hidroksida 9%.
(KOH), carboksil metal celulosa (CMC),
asam stearat, butyl hidroksi anisol (BHA),
fenolftalein, alkohol 96%, Nutrien Agar
(Oxoid), sabun detol, NaCl 0,9 %, HCl 0,1 N
dan aluminium foil.
Persiapan Sampel
78
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
79
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
80
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri c. Larutan detol digunakan sebagai kontrol
uji. positif diteteskan pada sumur dan
diteteskan sebanyak 50 µl menggunakan
Pembuatan Media Pengujian mikropipet.
Media uji dibuat dengan metode d. Cawan petri diinkubasi dalam inkubator
difusi agar (difusi Kirby dan baeur yang pada suhu 370C selama 24 jam.
dimodifikasi) dengan cara sumuran dengan 2
lapisan media agar (Nainggolan, 2000) yang Pengamatan dan pengukuran
pengerjaannya sebagai berikut : Pengamatan dilakukan setelah 1x24
a. Lapisan dasar dibuat dengan jam masa inkubasi. Daerah bening
menuangkan masing-masing 10 ml NA merupakan petunjuk kepekaan bakteri
ke dalam 9 cawan petri, kemudian terhadap antibiotik atau bahan antibakteri
dibiarkan memadat. lainnya yang digunakan sebagai bahan uji
b. Setelah memadat, permukaan lapisan yang dinyatakan dengan lebar diameter zona
dasar ditanam 3 pecandang baja yang hambat (Vandepitte et al., 2005).
diatur jaraknya agar daerah pengamatan
tidak bertumpu pda masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN
cawan. Ekstraksi
c. Suspensi bakteri dicampurkan ke dalam
media pembenihan NA. Sebanyak 10 kg daun Kemangi dicuci
d. Selanjutnya dituangkan 15 ml NA pada bersih dan dikeringkan dengan cara diangin-
tiap cawan petri yang diletakkan anginkan selama 2 hari dan pada hari ke 3
pecandang sebagai lapisan kedua. dikeringkan dengan oven pada suhu 40 C.
e. Setelah lapisan kedua memadat, Setelah kering sampel diblender dan
pecandang diangkat secara aseptik didapatkan 256,5213 g simplisia daun
menggunakan pinset dari masing-masing Kemangi. Sampel kemudian diekstraksi
cawan petri, sehingga terbentuk sumur- dengan metode maserasi, daun
sumur. Kemangisebanyak 250 g dilarutkan dengan
Uji aktivitas antibakteri secara In-vitro etanol 96% sebanyak 1250 mL, direndam
Uji aktivitas antibakteri secara in-vitro selama 5 hari sambal sesekali diaduk,
dilakukan dengan cara : kemudian disaring. Sisa simplisia di
a. Larutan uji sabun cair ekstrak daun remaserasi dengan etanol 96% sebanyak 750
Kemangi dengan konsentrasi yang mL selama 3 hari kemudian disaring. Hasil
berbeda (3%, 6% dan 9%) diteteskan filtrat I dan II diuapkan dan didapatkan
pada sumur yang berbeda sebanyak 50 µl 22,3415 g ekstrak kental daun Kemangi.
menggunakan mikropipet.
Uji Mutu Sabun Cair Ekstrak Bunga
b. Larutan Basis sabun digunakan sebagai
Daun Kemangi
kontrol negatif diteteskan pada sumur
sebanyak 50 µl menggunakan Uji Organoleptik
mikropipet.
81
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
Uji organoleptik dilakukan untuk sabun yang ditetapkan oleh Standar Nasional
melihat bentuk, warna, dan bau dari sediaan Indonesia (SNI) yaitu 13-220 mm. Hasil uji
sabun cair. Hasil yang didapat dari sediaan tinggi busa dapat dilihat pada Tabel 7:
sabun cair dapat dilihat pada Tabel 5: Sediaan Tinggi Keterangan
Sediaan Bentuk Bau Warna Busa
(mm)
Basis sabun cair 75 Memenuhi
Basis sabun cair Cair Mint Kuning syarat
82
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6Sediaan
No. 1 FEBRUARI2017 Bobot jenis- 2493
ISSN 2302 Keterangan
(g/ml)
Basis sabun cair 0% 1,0128 Memenuhi
Alkali Bebas
syarat
Uji alkali bebas dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya alkali bebas pada Sabun cair 1,0188 Memenuhi
sabun cair. Menurut SNI, alkali bebas dalam Konsentrasi 3 % syarat
suatu sediaan sabun cair maksimal 0,1%.
Hasil uji alkali bebas dapat dilihat pada Tabel Sabun cair 1,0380 Memenuhi
9: Konsentrasi 6 % syarat
Sabun cair 0, 112% Memenuhi Sediaan Hasil pengukuran diameter zona hambat Keteran
Konsentrasi 9 % syarat (mm) gan
Perlakua Perlakua Perlakua Rata-
rata
n n n
1 2 3
Sabun cair 17 17 17 17 Sedang
Uji Bobot Jenis
Konsentrasi
3%
Uji bobot jenis dilakukan untuk Sabun cair 17.5 17.5 17 17.33 Sedang
mengetahui bobot jenis dari sabun cair. Bobot Konsentrasi
jenis dari suatu sediaan sabun cair menurut 6%
SNI adalah 1,01 – 1,1 g/ml. Hasil uji bobot
Sabun cair 19 16 20 18.33 Sedang
jenis dapat dilihat pada Tabel 10:
Konsentrasi
9%
Kontrol + 27.5 30.16 27.5 28.38 Kuat
(sabun
Detol)
Kontrol – 0 0 0 0 Lemah
(basis
sabun)
83
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
84
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
http://www.Google.com, diakses
_____. 2016. Inilah Komposisi Sabun Detol 30 September 2015.
Cool.
http://sabunkesehatankulit.blogspot.co Jawetz, E,.,J.L.Melnick, E.A. Adelberg, G.F.
m/2016/01/inilah-komposisi-sabun- dettol- Brooks, J.S. Butel, L.N. Ornston.
cool.html 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Ed.20. ECG, Jakarta.
Dalimartha, Setiawan. 1991. Atlas Tumbuhan
Indonesia. Jilid 1. Departemen Mariyati dkk., (2007), Uji Aktivitas
Kesehatan Republik Antibakteri Minyak Atsiri Daun
Indonesia, Jakarta. Kemangi terhadap Staphylococcus
aureus dan Eschericia coli, Jurnal
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Penelitian Sains dan Teknologi,
Obat Indonesia. Jilid II. Trobus 8(1),30-38
Agriwidya, Bogor.
Marzoeki, A. 1980. Teknologi Pembuatan
Dowshen, S., Izenberg N, Bass E. 2002. Sabun. Ujung Pandang.
Staphylococcus aureus.
http:ud/ac.id/primahapsa/files/2012/0 Pitojo, Setijo. 1996. Kemangi dan Selasih.
6/jtptunimus- gdl-primahapsa-5337- Ungaran: Trubus Agriwidya
1-bab1.pdf. diakses 25 september
2015. Sasongko,W. 2008. Armageddon II : Antara
Petaka dan Rahmat. Gema Insani,
Davis, W.W., Stout, TR. 1971. Disc Plate Jakarta.
Methods Of Microbiological
Antibiotic Assay. Microbiology. Setiabudy, R. 2007. Antimikroba : Dalam
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5 (
Dzen, S.M. 2003. Bakteriologik Medik. Edisi Cetak ulang Dengan Perbaikan,
Pertama. Cetakan Pertama. 2008). FKUI, Jakarta.
Bayumedia Publishing, Malang.
. Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S,
Hadipoenyanti, E & Wahyuni, S, DonatusIA & Purnomo, 2002,
2008,Keragaman Selasih (Ocimum Tumbuhan Obat II(Hasil Penelitian,
Spp.)Berdasarkan Sifat-Sifat, danPenggunaannya), Pusat
KarakterMorfologi,Produksi dan Studi ObatTradisional Universitas
Mutu Herba, halaman 141-148 Gadjah Mada,Jakarta, Halaman 136-
140
Itqiyah, N. 2007. Dermatis Atopi. Yayasan Tranggono, R dan I, Latifah, F. 2007. Buku
Orang Tua Peduli. Pegangan Ilmu Pengetahuan
85
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 1 FEBRUARI2017 ISSN 2302 - 2493
86