You are on page 1of 11

As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.

ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)


Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Kulit Dengan Metode Difusi Agar

Antibacterial Assay of Ethanol Extract of Patchouli Leaves (Pogostemon cablin


Benth) against Skin Infection Bacteria by Agar Diffusion

Minawati Said Suat1, apt. Rachmat Kosman, S.Si., M.Kes2, apt. Rusli, S.Si., M.Si.3
1Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
2Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
3Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia

*Email Penulis Korespondensi: corresppondingauthor@example.com


Email Penulis 1: 15020180251@umi.ac.id
Email Penulis 2: author2@example.com
Email Penulis 3: author3@example.com
No.telp: 08xxxxxxxxxxxxxx (Nomor kontak Koresponden)

ABSTRACT
Article Info:
Received: -
Review: - Patchouli leaves (Pogostemon cablin Benth) are effective as
Accepted: - antiseptic, anti-inflammatory, antibacterial, and antioxidant. This
Available Online: - investigation seeks to examine the antibacterial activity of
patchouli leaves against skin-infecting microorganisms
(Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis). The
Keywords: method employed was agar diffusion. Antibacterial screening
Agar diffusion; Antibacterial; results with doses of 0.1% and 0.5% were capable of inhibiting
Patchouli leaves; Pogostemon the growth of the test bacteria. Based on the results of the
cablin Benth; Skin disease Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test, the biggest
inhibitory zone against Staphylococcus aureus and
Corresponding Author: Staphylococcus epidermidis was 8.60 mm at a concentration of
Penulis Kedua
Departemen ilmu Farmasi, Fakultas
12.8% and 3.12 mm at a concentration of 12.8%. Based on the
Farmasi, Universitas Muslim results of the Minimum Kill Concentration (MKC) test, the biggest
Makassar inhibition zone against Staphylococcus aureus and
Indonesia Staphylococcus epidermidis was 8.72 mm at a concentration of
email:
corresppondingauthor@example.com
12.8% and 3.12 mm at a concentration of 12.8%. The results of
agar diffusion test obtained the largest inhibition zone for
Staphylococcus aureus at a 10% concentration with an inhibition
zone diameter of 10.85 mm and for Staphylococcus epidermidis
at a 10 percent concentration with an inhibition zone diameter of
10.73 mm. These data indicate that patchouli leaves possess
strong antibacterial activity.

Copyright © 2020 Journal As-Syifaa Farmasi by Faculty of Pharmacy, Muslim University. This is an open-access
article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International License.

1
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

ABSTRAK

Daun nilam (Pogostemon cablin Benth) bermanfaat sebagai antiseptik, antioksidan, antiinflamasi, dan
antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun nilam terhadap bakteri
penyebab infeksi kulit (Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis). Metode yang
digunakan yaitu difusi agar. Hasil skrining antibakteri dengan konsentrasi 01,% dan 0,5% mampu
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Berdasarkan hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
diperoleh zona hambat terbesar 8,60 mm pada konsentrasi 12,8% dan 3,12 mm pada konsentrasi
12,8% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hasil uji
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) diperoleh zona hambat terbesar 8,72 mm pada konsentrasi 12,8%
dan 3,12 mm pada konsentrasi 12,8% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri
Staphylococcus epidermidis. Hasil uji difusi agar diperoleh zona hambatan terbesar pada bakteri
Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,85 mm dan
untuk bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu
10,73 mm. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa daun nilam memiliki aktivitas antibakteri yang kuat.

Kata kunci: Antibakteri; difusi agar; daun nilam, penyakit kulit; Pogostemon cablin Benth.

PENDAHULUAN mencapai 1 meter dengan radius cabang


Infeksi kulit merupakan penyakit kulit selebar kurang lebih 60 cm.2
yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Tanaman nilam (Pogostemon cablin
dan Streptococcus atau keduanya. Penyebab Benth) merupakan salah satu jenis tanaman
utamanya adalah Staphylococcus aureus penghasil minyak atsiri. Di pasar perdagangan
(Nugerahdita, 2009). Tanda-tanda infeksi kulit internasional, nilam diperdagangkan dalam
bakteri adalah adanya inflamasi dengan sedikit bentuk minyak dan dikenal dengan nama
atau tanpa nekrosis dan adanya pengeluaran Patchouli oil .3
nanah dari jaringan lunak.1 Nilam merupakan salah satu tanaman
Berbagai upaya pencegahan, yang banyak mengandung minyak atsiri,
pengobatan dan terapi telah banyak dilakukan minyak atsiri dari tanaman nilam disebut
untuk mengurangi permasalahan infeksi minyak nilam. Minyak nilam telah digunakan
bakteri Staphilococcus aureus dan salah sebagai ramuan penting yang memiliki banyak
satunya adalah penggunaan tanaman herbal sifat terapi dan banyak digunakan dalam
atau tanaman obat, yang diyakini oleh industri wewangian. Dalam praktik tradisional
masyarakat lebih aman dan memiliki toksisitas minyak nilam digunakan untuk mengobati luka,
lebih rendah.2 pencuci rambut, menghilangkan bau keringat,
Tanaman nilam merupakan jenis gigitan serangga dan ular. Dalam aromaterapi,
tanaman berakar serabut, bentuk daun minyak nilam digunakan untuk menghilangkan
bervariasi dari bulat hingga lonjong dan depresi, stres, menenangkan saraf. Minyak
batangnya berkayu dengan diameter berkisar nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh
antara 10 - 20 mm. Sistem percabangan dengan cara destilasi uap atau ekstraksi
banyak dan bertingkat mengelilingi batang tanaman nilam, yang biasanya berupa daun
antara (3 - 5 cabang per tingkat). Setelah segar. Sebagai komoditi ekspor, minyak nilam
tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mempunyai prospek yang baik karena
dibutuhkan secara kontinyu dalam industri

2
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

kosmetik, farmasi, parfum, pemberi aroma aureus. Staphylococcus aureus merupakan


pada pasta gigi, dan lain-lain.4 bakteri Gram positif. Bakteri ini biasanya
Daun nilam memiliki kandungan minyak terdapat pada beberapa bagian tubuh
atsiri daun nilam yaitu mengandung eugenol, manusia, terutama hidung, tenggorokan dan
geraniol, benzaldehid, keton dan azulen. kulit. Bakteri ini dapat menjadi penyebab
Selain itu, minyak atsiri daun nilam juga infeksi terutama pada kulit. Infeksi yang
mengandung senyawa golongan terpenoid ditimbulkan ditandai dengan adanya
yang lain seperti seychellen, norpatchoulenol, peradangan dan pembentukan abses.7
nortetrapatcoulol, pogostol dan pogostone Penelitian zat berkhasiat sebagai
yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri antibakteri perlu dilakukan guna menentukan
dan antijamur.5 produk antimikroba yang berpotensi untuk
Penelitian sebelumnya juga mengatakan menghambat atau membunuh bakteri yang
bahwa minyak nilam menunjukkan mempunyai resistensi antibiotik. Salah satu alternatif yang
beberapa aktivitas farmakologi seperti sifat dapat digunakan adalah memanfaatkan zat
antibakteri. Antibakteri merupakan yang aktif yang dapat menghambat bakteri yang
mempunyai aktivitas menghambat terkandung dalam tanaman obat.8
(bakteriostatik) atau membunuh bakteri Oleh sebab itu, pada penelitian ini ingin
(bakterisid), khususnya bakteri yang dilihat Apakah ekstrak etanol daun nilam
merugikan manusia.6 (Pogostemon cablin Benth) memiliki aktivitas
Pemanfaatan tanaman nilam selama antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
ini banyak digunakan sebagai bahan aureus dan Staphylococcus epidermidis,
campuran produk kosmetik, kebutuhan berapakah nilai KHM dan KBM eksrak etanol
industri makanan, kebutuhan aroma terapi, daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dan
bahan baku compound dan pengawetan berapakah konsentrasi paling besar ekstrak
barang, serta berbagai kebutuhan industri etanol daun nilam yang dapat menghambat
lainnya (Idris et al., 2014). Tanaman nilam bakteri Staphylococcus aureus dan
juga telah lama dipergunakan secara umum Staphylococcus epidermidis.
pada obat-obatan tradisional di China, India,
dan Arab yaitu berkhasiat sebagai aprodisiak METODE PENELITIAN
(obat kuat), anti septik, meringankan sakit A. Tempat dan Waktu Penelitian
kepala dan demam. Berbagai negara di Asia Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
telah lama memanfaatkan nilam sebagai obat Mikrobiologi Farmasi Program Studi Sarjana
tradisional seperti anti stress, daun nilam Farmasi Universitas Muslim Indonesia,
kering dapat digunakan untuk menghilangkan Makassar Sulawesi Selatan pada Desember
bau badan dan sebagai corrigens dalam 2021 sampai selesai.
beberapa jamu (suatu bahan yang digunakan B. Populasi dan Sampel
untuk memperbaiki aroma, rasa, dan Populasi pada penelitian ini adalah
penampilan jamu tersebut).4 tanaman nilam. Sampel yang digunakan yaitu
Jenis bakteri penyebab infeksi daun nilam (Pogostemon cablin Benth) yang
terutamanya adalah bakteri Staphylococcus

3
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

ada di Dusun Lakalukku Kecamatan Bola Sampel daun nilam (Pogostemon


Kabupaten Wajo cablin Benth) dicuci bersih dengan air
C. Metode penelitian mengalir, kemudian dipotong kecil-
Penelitian ini merupakan penelitian kecil lalu dikeringkan dengan cara
eksperimental laboratorium. Dimana diangin-anginkan dan tidak terkena
dilakukan pengambilan sampel, kemudian oleh sinar matahari langsung.
dimaserasi sehingga didapatkan esktrak Setelahnya sampel kering siap untuk
kental, lalu dilakukan penentuan Konsentrasi diekstraksi.9
Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi c. Ekstraksi sampel
Bunuh Minimum (KBM) lalu dilanjutkan Sampel daun nilam (Pogostemon cablin
dengan pengujian aktivitas antibakteri Benth) yang telah dikeringkan ditimbang
dengan dengan menggunakan metode difusi sebanyak 327 gram dan dimasukan
agar. kedalam wadah maserasi. Kemudian

D. Alat dan Bahan ditambahkan etanol 96% (hingga simplisia

1. Alat yang digunakan daun nilam terendam), ditutup dan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari

ini yaitu alat-alat gelas, autoklaf, cawan cahaya. Setelah itu saring dan residunya

petri, gelas enlemeyer 250 dan 500 mL, direndam lagi dengan etanol 96% (pelarut

gelas kimia 250 dan 500 mL, inkubator, yang baru). Hal ini dilakukan hingga

rotary vacum evaporator, lampu spirtus, proses ekstraksi sempurna. Hasil

oven, ose dan timbangan analitik. penyairan yang didapat kemudian uapkan

2. Bahan yang digunakan dengan alat rotary evaporator ekstrak

Bahan-bahan yangdigunakan pada etanol kental.9

penelitian ini yaitu aquadest steril, etanol 2. Sterilisasi alat

96%, DMSO (Dimetil sulfoksida), NaCl 0,9 Alat-alat yang digunakan terlebih

%, medium Nutrient Agar (NA), biakan dahulu dibersihkan. Khususnya alat-alat

murni Staphylococcus aureus dan yang terbuat dari kaca dicuci dengan

Staphylococcus epidermidis, disk blank menggunakan air bersih dengan posisi

dan ekstrak etanol daun nilam terbalik diudara terbuka. Selanjutnya

(Pogostemon cablin Benth) dibungkus dengan kertas perkamen, lalu

E. Prosedur penelitian disterilkan dengan oven pada suhu 1800C

1. Penyiapan bahan penelitian selama 2 jam. Alat-alat yang mempunyai

a. Pengambilan sampelSampel daun skala dan alat plastik disterilkan dalam

nilam (Pogostemon cablin Benth) yang autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

berasal dari Dusun Lakalukku Ose dan pinset disterilkan dengan cara

Kecamatan Bola Kabupaten Wajo dipijarkan pada lampu spirtus.10

diambil sekitar jam 10.00 pagi WITA.


b. Pengolahan sampel

3. Penyiapan bakteri uji

4
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

a. Peremajaan bakteri uji vial kemudian dilarutkan dengan 1 mL


Peremajaan kultur murni bakteri uji. Bakteri DMSO dan 4 mL aquadest kemudian
diambil dari biakan masing-masing satu ose diencerkan dari konsentrasi tertinggi 12,8%,
kemudian diinokulasi pada medium Nutrient 6,4%, 3,2%, 1,6%, 0,8%, 0,4%, 0,2%, 0,1%
Agar (NA) miring. Masing masing bakteri hingga konsentrasi terkecil yaitu 0,05%.
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada Medium NA steril yang telah dipanaskan
suhu 370C. Setelah itu digunakan sebagai dan disterilkan kemudian didinginkan hingga
bakteri uji.10 suhu 40-500C. Dimasukkan secara aseptis
b. Pembuatan suspensi bakter uji kedalam vial sebanyak 10 mL dan 1 ose
Bakteri uji hasil peremajaan, masing-masing mikroba uji, lalu dihomogenkan dan
disuspensikan dengan larutan NaCl dipindahkan ke cawan petri steril dan
fisiologis 0,9% dan dimasukan kedalam didiamkan hingga memadat. Diskblank
kuvet. Kemudian diukur transmitannya ditetesi dengan ekstrak etanol daun nilam
dengan menggunakan alat spektrometer sesuai konsentrasi diletakan secara aseptis
dengan panjang gelombang 580 nm pada di atas campuran medium dan suspensi
transmitan 25 T untuk bakteri. Sebagai bakteri yang telah padat. Selanjutnya
blangko digunakan NaCl 0,9% steril. diinkubasi pada suhu 370C selama 1x24
4. Uji skrining antibakteri jam, kemudian dilakukan pengamatan dan
Ekstrak etanol daun nilam ditimbang pengukuran zona hambat yang terbentuk.11
sebanyak 10 mg (0,1%) dan 50 mg (0,5%) b. Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
kedalam vial lalu dilarutkan dengan DMSO Hasil inkubasi pada KHM kemudian
sebanyak 200 μL (0,2 mL). Setelah larut diamati kembali dan diukur kembali zona
ditambahkan medium NA 9,8 mL. hambatnya sebagai nilai KBM.
Campuran tersebut dituang kedalam c. Uji aktivitas antibakteri secara difusi agar
cawan petri lalu dihomogenkan dan Ditimbang ekstrak etanol daun nilam
dibiarkan memadat. Bakteri yang telah sesuai konsentrasi yaitu 5%, 7,5% dan
disuspensikan, masing- masing diambil 10% didalam vial kemudian dilarutkan
satu dari ose dan digoreskan diatas dengan 1 mL DMSO dan 4 mL aquadest
medium yang telah memadat steril. Medium NA steril yang telah
menggunakan ose bulat. Kemudian dipanaskan dan disterilkan kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam didinginkan hingga suhu 40-500C.
untuk bakteri. Setelah itu diamati aktivitas Dimasukkan secara aseptis kedalam vial
antibakterinya yang ditandai dengan ada sebanyak 10 mL dan 1 ose bakteri
atau tidaknya pertumbuhan bakteri.11 Staphylococcus aureus menggunakan
5. Pengujian aktivitas antibaketri ose steril lalu dihomogenkan dan di
a. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) masukan dalam cawan petri steril,
Penentuan KHM dilakukan terhadap bakteri kemudian didiamkan hingga memadat.
yang memberikan hasil positif pada uji Diskblank ditetesi dengan ekstrak etanol
skrining. Ditimbang ekstrak etanol daun daun nilam sesuai konsentrasi diletakan
nilam sebanyak 1,2 gram (12,8%) kedalam secara aseptis di atas campuran medium

5
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

dan suspensi bakteri yang telah padat. tidak rusak. Penggunaan etanol 96% karena
Dilakukan hal yang sama pada bakteri memiliki kandungan air yang sedikit sehingga
Staphylococcus epidermidis dan menghindari rusaknya ekstrak dengan
dilakukan sebanyak 3 kali pada masing- tumbuhnya jamur serta tidak toksik. Sebelum
masing bakteri (tiga replikasi). Dilakukan dilakukan ekstraksi, daun nilam yang kering
hal yang sama juga terhadap disk sebanyak 327 gram diekstraksi dengan metode
antibiotic kloramfenikol sebagai maserasi menggunakan etanol 96 % sebanyak
pembanding. Selanjutnya diinkubasi pada 3,5 L sehingga diperoleh 23 gram ekstrak
suhu 370C selama 1x24 jam, kemudian etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth).
dilakukan pengamatan dan pengukuran Tabel 1. Hasil ekstraksi daun nilam
zona hambat yang terbentuk.11 (Pogostemon cablin Benth)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sampe Berat Berat Persen


Tanaman nilam (Pogostemon cablin l simplisi ekstra rendame
Benth) merupakan salah satu jenis tanaman a k n (%)
penghasil minyak atsiri. Dipasar perdagangan
(g) (g)
internasional, nilam diperdagangkan dalam
bentuk minyak dan dikenal dengan nama Daun 327 23 7,0

Patchouli oil (Ibnusantosa, 2000). Tanaman nilam

memiliki kandungan seperti eugenol, geraniol,


benzaldehid, keton dan azulen. Selain itu, Setelah ekstrak etanol daun nilam
minyak atsiri daun nilam juga mengandung (Pogostemon cablin Benth) yang diperoleh
senyawa golongan terpenoid yang lain seperti dilakukan pengujian skrining antibakteri.
seychellen, norpatchoulenol, nortetrapatcoulol, Dimana didalam pengujian ini menggunakan
pogostol dan pogostone yang mempunyai dua bakteri (Staphylococcus aureus dan
aktivitas sebagai antibakteri dan antijamur.5 Staphylococcus epidermidis). Menurut Brooks
Sampel daun nilam (Pogostemon (2001) pemilihan mikroba ini didasarkan pada
cablin Benth) dlolah dengan cara terlebih sifat patogenik. Staphylococcus aureus
dahulu dibuat menjadi simplisia kemudian merupakan bakteri kokus Gram positif yang
diekstraksi secara maserasi. Pembuatan bersifat patogenik menyebabkan infeksi kulit
ekstrak (maserasi) dilakukan karena disamping dan makanan. Sedangkan Staphylococcus
pengerjaan dan peralatan yang digunakan epidermidis merupakan bakteri penyebab
sederhana serta mudah diusahakan, sampel infeksi alat kateter yang menyebabkan
daun nilam juga merupakan jenis sampel lunak. endokartidis serta infeksi kulit.
Pelarut yang digunakan untuk maserasi yaitu Bakteri uji yang digunakan dalam
etanol 96% karena merupakan pelarut penelitian ini terlebih dahulu dibuat dalam
semipolar, dengan demikian pelarut tersebut bentuk suspensi mikroba, dengan cara diukur
dapat menyari komponen kimia yang bersifat transmitannya dengan menggunakan
polar maupun non polar. Selain itu juga untuk spektrofotometer pada panjang gelombang
menjaga agar senyawa kimia dalam sampel maksimum 580 nm. Dimana transmitan untuk

6
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

bakteri ialah 25% T karena ukuran bakteri yang


kecil sehingga lebih banyak yang terserap, Bakteri uji Konsentrasi ekstrak etanol daun
nilam (Pogostemon
sedangkan transmita jamur ialah 75% T karena
cablin Benth)
ukuran jamur yang besar maka yang akan
terserap sedikit. 0,1 % 0,5 %
Ekstrak etanol daun nilam
SA + +
(Pogostemon cablin Benth) yang telah SE + +
diperoleh dilanjutkan dengan pengujian Keterangan :
aktivitas antibakteri menggunakan metode SA = Staphylococcus aureus
dilusi padat dan difusi agar. Metode dilusi padat
SE = Staphylococcus epidermidis
digunakan untuk menentukan konsentrasi
+ = Menghambat pertumbuhan bakteri
ekstrak yang aktif yang dapat menghambat
- = Tidak menghambat pertumbuhan
bakteri uji sedangkan metode difusi agar
bakteri
digunakan untuk menentukan nilai KHM dan Dari hasil pengujian skrining antibakteri
KBM serta melihat daerah hambatan yang menunjukan bahwa ekstrak etanol daun nilam
terbentuk atau dengan kata lain daya (Pogostemon cablin Benth) dapat menghambat
terbentuknya zona bening disekitar disk blank pertumbuhan bakteri Staphyloccous aureus
yang berisi ekstrak daun nilam (Pogostemon dan Staphylococcus epidermidis pada kedua
cablin Benth). konsentrasi. Dari hasil tersebut maka
Uji skrining antimikroba dilakukan dilanjutkan dengan uji Konsentrasi Hambat
untuk mencari ekstrak yang aktif yang dapat Minimum (KHM), Konsentrasi Bunuh Minimum
menghambat bakteri uji. Metode yang (KBM) dan uji aktivitas secara difusi agar.
digunakan pada uji ini ialah metode dilusi padat Pengujian dilanjutkan dengan uji
dengan konsentrasi 0,1% dan 0,5%`. Pada Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dimana
pengujian ini menggunakan dua bakteri yaitu bertujuan untuk melihat pada konsentrasi
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus berapa suatu zat antimikroba mampu
epidermidis dengan menggunakan medium menghambat pertumbuhan bakteri setelah
Nutrient Agar (NA). Hasilnya dapat dilihat pada diinkubasi 24 jam yang diketahui dengan cara
tabel 2. diamati apakah terbentuk zona hambat dengan

Tabel 2. Hasil skrining antibakteri ekstrak metode difusi (Tortora, dkk, 2010).

etanol daun nilam (Pogostemon cablin Konsentrasi Hambat Minimum dilakukan

Benth) dengan beberapa macam konsentrasi 0,05%,


0,1%, 0,2%, 0,4%, 0,8%, 1,6%, 3,2%, 6,4% dan
12,8%. Hasil dari uji KHM dapat dilihat pada
tabel 3

7
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

Tabel 3. Hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon
cablin Benth) terhadap bakteri uji dengan metode difusi

Bakteri Diameter zona hambatan (mm) Nilai


Uji KHM
(%)
0,05 0,1 0,2% 0,4 0,8 1,6 3,2 6,4% 12,8
% % % % % % %
SA - - - - - - - 8,33 8,60 6,4

SE - - - - - - - - 3,12 12,8

Keterangan :
SA : Staphylococcus aureus
SE : Staphylococcus epidermis

Hasil yang diperoleh dari uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol daun nilam
(Pogostemon cablin Benth) yaitu zona hambat terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona hambat 8,60 mm dan untuk bakteri Staphylococcus
epidermidis yaitu pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona hambat yaitu 3,12 mm. Hasil dari uji
KHM kemudian disimpan didalam incubator kembali selama 24 jam untuk selanjutnya amati dan diukur
kembali zona hambatnya untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
Pengujian Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) bertujuan untuk melihat konsentrasi terendah
antimikroba yang mampu membunuh mikroorganisme yang ditandai dengan tidak tumbuhnya bakteri
pada media Agar. Hasil ini uji dilihat dari hasil uji KHM yang sudah disimpan kembali di inkubator selama
24 jam. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Hasil uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon
cablin Benth) terhadap bakteri uji dengan metode difusi

Bakteri Diameter zona hambatan (mm) Nilai


Uji KBM
(%)

0,05% 0,1 0,2% 0,4 0,8 1,6 3,2 6,4% 12,8


% % % % % %
SA - - - - - - - 8,60 8,72 6,4

SE - - - - - - - - 3,12 12,8

Keterangan :
SA : Staphylococcus aureus
SE : Staphylococcus epidermidis

8
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

Hasil penelitian dari uji KBM ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) zona
hambat terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona
hambat 8,72 mm dan untuk bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu pada konsentrasi 12,8% dengan
diameter zona hambat yaitu 3,12 mm. Dengan adanya hasil dari uji KBM maka dapat ditentukan variasi
konsentrasi untuk uji aktivitas antimikroba secara difusi agar, dimana konsentrasi yang diambil dari
hasil KHM dan KBM yaitu 6,4% sehingga konsentrasi daun nilam (Pogostemon cablin Benth) yang
digunakan untuk uji aktivitas secara difusi agar yaitu 5%, 7,5% dan 10%.
Pengujian aktivitas dengan metode difusi agar bertujuan untuk melihat zona hambat terbesar
dari sampel terhadap bakteri uji. Pengujian ini dilakukan dengan tiga variasi konsentrasi yaitu
konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% dan menggunakan paper disk untuk melihat zona hambat yang
terbentuk. Hasil uji aktivitas secara difusi agar ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memiliki zona hambat yang
berbeda-beda. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian aktivitas ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) terhadap
bakteri uji dengan metode difusi agar

Ekstrak Konsentrasi Bakteri uji (Diameter zona hambat)


(%) Staphylococcus Staphylococcus
aureus epidermidis

Kontrol positif 31,33 34,19

Kontrol negatif 0 0
Daun nilam 5% 8,96 7,44
7,5% 9,89 9,83

10% 10,85 10,73

Dari tabel 5 dapat dilihat zona hambatan terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,85 mm sedangkan pada bakteri
Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,73 mm.
Menurut Davis dan Stout (1971) dalam Ngajowa (2013) menyebutkan bahwa bila memiliki
daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti memiliki kekuatan antibakteri sangat kuat, bila daerah
hambatan yang dimilikinya berkisar antara 10-20 mm berarti kuat, bila daerah hambatan 5-10 mm
berarti sedang dan bila daerah hambatannya 5 mm atau kurang dari 5 mm maka aktivitas antibakterinya
tergolong lemah. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa ekstrak etanol daun nilam
(Pogostemon cablin Benth) memiliki aktivitas terhadap bakteri uji dan memiliki potensi kuat sebagai
antibakteri.

9
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

Indonesia”. Fakultas Kehutanan IPB.


KESIMPULAN DAN SARAN
Darmaga Bogor
A. Kesimpulan
4. Dongare P, Dhande S, & Kadam V. 2014.
Berdasarkan hasil penelitian yang
A Review on Pogostemon patchouli.
telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Research Journal of Pharmacognosy and
:
Phytochemistry, 6: 41
1. Ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon
5. Muhammad Dzakwan. 2014. Uji Aktivitas
cablin Benth) memiliki aktivitas antibakteri
Antibakteri Minyak Atsiri Daun Nilam
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
(Pogostemon cablin Benth) terhadap
dan Staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus aureus dan Eschericia
2. Berdasarkan uji KHM dan KBM menunjukan
coli. Farmasis. Universitas Setia Budi.
bahwa nilai dari masing-masing uji yaitu
6. Fauzi M. 2017. Karakterisasi dan uji
6,4% untuk bakteri Staphylococcus aureus
aktivitas antimikroba minyak atsiri daun
dan 12,8 untuk bakteri Staphylococcus
dan batang nilam (Pogostemon cablin
epidermidis
Benth). Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2: 41-
3. Berdasarkan uji daya hambat secara difusi
8.
agar menunjukan bahwa ekstrak etanol
7. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
daun nilam (Pogostemon cablin Benth)
Erlangga: Jakarta
pada bakteri Staphylococcus aureus
8. Jawetz, E. 2001. Mikrobiologi Kedokteran.
diperoleh diameter zona hambatan terbesar
Penerjemah: Eddy Mudihardi, Kuntaman,
pada konsentrasi 10% dengan diameter
Eddy Bagus Wasito, Ni Made Mertaniasih,
zona hambat 10,85 mm dan pada
Setio Harsono, Lindawati Alimsarjono.
Staphylococcus epidermidis pada
Penerbit Salemba Medika. Surabaya
konsentrasi 10% dengan diameter zona
9. Rostinawati, T, Suryana, S, Fajrin, M,
hambat 10,73 mm sehingga dapat
Nugrahani,H. 2018. Aktivitas Antibakteri
dikategorikan kuat sebagai antibakteri.
Ekstrak Etanol Daun Kelaka (Stenochlaena
DAFTAR PUSTAKA
palustris (Burm.F) Bedd) terhadap
1. Baiti, lipinwati. 2018. Pengaruh Pemberian
Salmonella typhi dan Staphylococus aureus
Ekstrak Etanol Biji Buah Pinang Terhadap
dengan metode difusi agar CLSI. Majalah
Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Farmasi, Sains, dan Kesehatan
Secara in vitro
Pharmaruho, Vol.3, no.1
2. Rundengan, C.H., Fatimawali, & H.
10.Setyani. 2016. Pemanfaatan Ekstrak
Simbala. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak
Terstandarisasi Daun Som Jawa Dalam
Etanol Biji Pinang Yaki Terhadap Bakteri
Sediaan Krim Antibakteri Staphylococcus
Staphylococcus aureus dan E. Coli.
aureus. Sleman. Universitas Sanata
3. Ibnusantosa, G.. 2000. Kemandegan
Dharma.
Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia.
Makalah disampaikan pada seminar
“Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan

10
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa

11

You might also like