Professional Documents
Culture Documents
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Terhadap Bakteri Penyebab Infeksi Kulit Dengan Metode Difusi Agar
Minawati Said Suat1, apt. Rachmat Kosman, S.Si., M.Kes2, apt. Rusli, S.Si., M.Si.3
1Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
2Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
3Departemen Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia
ABSTRACT
Article Info:
Received: -
Review: - Patchouli leaves (Pogostemon cablin Benth) are effective as
Accepted: - antiseptic, anti-inflammatory, antibacterial, and antioxidant. This
Available Online: - investigation seeks to examine the antibacterial activity of
patchouli leaves against skin-infecting microorganisms
(Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis). The
Keywords: method employed was agar diffusion. Antibacterial screening
Agar diffusion; Antibacterial; results with doses of 0.1% and 0.5% were capable of inhibiting
Patchouli leaves; Pogostemon the growth of the test bacteria. Based on the results of the
cablin Benth; Skin disease Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test, the biggest
inhibitory zone against Staphylococcus aureus and
Corresponding Author: Staphylococcus epidermidis was 8.60 mm at a concentration of
Penulis Kedua
Departemen ilmu Farmasi, Fakultas
12.8% and 3.12 mm at a concentration of 12.8%. Based on the
Farmasi, Universitas Muslim results of the Minimum Kill Concentration (MKC) test, the biggest
Makassar inhibition zone against Staphylococcus aureus and
Indonesia Staphylococcus epidermidis was 8.72 mm at a concentration of
email:
corresppondingauthor@example.com
12.8% and 3.12 mm at a concentration of 12.8%. The results of
agar diffusion test obtained the largest inhibition zone for
Staphylococcus aureus at a 10% concentration with an inhibition
zone diameter of 10.85 mm and for Staphylococcus epidermidis
at a 10 percent concentration with an inhibition zone diameter of
10.73 mm. These data indicate that patchouli leaves possess
strong antibacterial activity.
Copyright © 2020 Journal As-Syifaa Farmasi by Faculty of Pharmacy, Muslim University. This is an open-access
article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International License.
1
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
ABSTRAK
Daun nilam (Pogostemon cablin Benth) bermanfaat sebagai antiseptik, antioksidan, antiinflamasi, dan
antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun nilam terhadap bakteri
penyebab infeksi kulit (Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis). Metode yang
digunakan yaitu difusi agar. Hasil skrining antibakteri dengan konsentrasi 01,% dan 0,5% mampu
menghambat pertumbuhan bakteri uji. Berdasarkan hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
diperoleh zona hambat terbesar 8,60 mm pada konsentrasi 12,8% dan 3,12 mm pada konsentrasi
12,8% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hasil uji
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) diperoleh zona hambat terbesar 8,72 mm pada konsentrasi 12,8%
dan 3,12 mm pada konsentrasi 12,8% terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri
Staphylococcus epidermidis. Hasil uji difusi agar diperoleh zona hambatan terbesar pada bakteri
Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,85 mm dan
untuk bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu
10,73 mm. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa daun nilam memiliki aktivitas antibakteri yang kuat.
Kata kunci: Antibakteri; difusi agar; daun nilam, penyakit kulit; Pogostemon cablin Benth.
2
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
3
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
Alat-alat yang digunakan pada penelitian dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari
ini yaitu alat-alat gelas, autoklaf, cawan cahaya. Setelah itu saring dan residunya
petri, gelas enlemeyer 250 dan 500 mL, direndam lagi dengan etanol 96% (pelarut
gelas kimia 250 dan 500 mL, inkubator, yang baru). Hal ini dilakukan hingga
oven, ose dan timbangan analitik. penyairan yang didapat kemudian uapkan
96%, DMSO (Dimetil sulfoksida), NaCl 0,9 Alat-alat yang digunakan terlebih
murni Staphylococcus aureus dan yang terbuat dari kaca dicuci dengan
nilam (Pogostemon cablin Benth) yang autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
berasal dari Dusun Lakalukku Ose dan pinset disterilkan dengan cara
4
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
5
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
dan suspensi bakteri yang telah padat. tidak rusak. Penggunaan etanol 96% karena
Dilakukan hal yang sama pada bakteri memiliki kandungan air yang sedikit sehingga
Staphylococcus epidermidis dan menghindari rusaknya ekstrak dengan
dilakukan sebanyak 3 kali pada masing- tumbuhnya jamur serta tidak toksik. Sebelum
masing bakteri (tiga replikasi). Dilakukan dilakukan ekstraksi, daun nilam yang kering
hal yang sama juga terhadap disk sebanyak 327 gram diekstraksi dengan metode
antibiotic kloramfenikol sebagai maserasi menggunakan etanol 96 % sebanyak
pembanding. Selanjutnya diinkubasi pada 3,5 L sehingga diperoleh 23 gram ekstrak
suhu 370C selama 1x24 jam, kemudian etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth).
dilakukan pengamatan dan pengukuran Tabel 1. Hasil ekstraksi daun nilam
zona hambat yang terbentuk.11 (Pogostemon cablin Benth)
6
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
Tabel 2. Hasil skrining antibakteri ekstrak metode difusi (Tortora, dkk, 2010).
7
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
Tabel 3. Hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon
cablin Benth) terhadap bakteri uji dengan metode difusi
SE - - - - - - - - 3,12 12,8
Keterangan :
SA : Staphylococcus aureus
SE : Staphylococcus epidermis
Hasil yang diperoleh dari uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol daun nilam
(Pogostemon cablin Benth) yaitu zona hambat terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona hambat 8,60 mm dan untuk bakteri Staphylococcus
epidermidis yaitu pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona hambat yaitu 3,12 mm. Hasil dari uji
KHM kemudian disimpan didalam incubator kembali selama 24 jam untuk selanjutnya amati dan diukur
kembali zona hambatnya untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).
Pengujian Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) bertujuan untuk melihat konsentrasi terendah
antimikroba yang mampu membunuh mikroorganisme yang ditandai dengan tidak tumbuhnya bakteri
pada media Agar. Hasil ini uji dilihat dari hasil uji KHM yang sudah disimpan kembali di inkubator selama
24 jam. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Hasil uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon
cablin Benth) terhadap bakteri uji dengan metode difusi
SE - - - - - - - - 3,12 12,8
Keterangan :
SA : Staphylococcus aureus
SE : Staphylococcus epidermidis
8
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
Hasil penelitian dari uji KBM ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) zona
hambat terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 12,8% dengan diameter zona
hambat 8,72 mm dan untuk bakteri Staphylococcus epidermidis yaitu pada konsentrasi 12,8% dengan
diameter zona hambat yaitu 3,12 mm. Dengan adanya hasil dari uji KBM maka dapat ditentukan variasi
konsentrasi untuk uji aktivitas antimikroba secara difusi agar, dimana konsentrasi yang diambil dari
hasil KHM dan KBM yaitu 6,4% sehingga konsentrasi daun nilam (Pogostemon cablin Benth) yang
digunakan untuk uji aktivitas secara difusi agar yaitu 5%, 7,5% dan 10%.
Pengujian aktivitas dengan metode difusi agar bertujuan untuk melihat zona hambat terbesar
dari sampel terhadap bakteri uji. Pengujian ini dilakukan dengan tiga variasi konsentrasi yaitu
konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% dan menggunakan paper disk untuk melihat zona hambat yang
terbentuk. Hasil uji aktivitas secara difusi agar ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis memiliki zona hambat yang
berbeda-beda. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian aktivitas ekstrak etanol daun nilam (Pogostemon cablin Benth) terhadap
bakteri uji dengan metode difusi agar
Kontrol negatif 0 0
Daun nilam 5% 8,96 7,44
7,5% 9,89 9,83
Dari tabel 5 dapat dilihat zona hambatan terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,85 mm sedangkan pada bakteri
Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat yaitu 10,73 mm.
Menurut Davis dan Stout (1971) dalam Ngajowa (2013) menyebutkan bahwa bila memiliki
daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti memiliki kekuatan antibakteri sangat kuat, bila daerah
hambatan yang dimilikinya berkisar antara 10-20 mm berarti kuat, bila daerah hambatan 5-10 mm
berarti sedang dan bila daerah hambatannya 5 mm atau kurang dari 5 mm maka aktivitas antibakterinya
tergolong lemah. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa ekstrak etanol daun nilam
(Pogostemon cablin Benth) memiliki aktivitas terhadap bakteri uji dan memiliki potensi kuat sebagai
antibakteri.
9
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
10
As-Syifaa Jurnal FarmasiNovember 2022;13(2):93-103.
ISSN : 2502-9444 (electronic); 2085-4714 (printed)
Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
11