You are on page 1of 12

PHYSICAL TEST AND ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF THE ETHANOL CREAM

EXTRACT OF AIRLEAF (ZIZIPHUS SPINA-CHRISTI L.) ON PROPIONIBACTERIUM


ACNES ATCC 6919

UJI SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN
BIDARA (ZIZIPHUS SPINA-CHRISTI L.) TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES
ATCC 6919

Monik Krisnawati*

ABSTRACT
Acne is a chronic inflammatory disease of the polysebaceous region characterized by the
appearance of comedones, papules, pustules, nodules, and cysts. Bidara contains phenolics and
flavonoids which are useful as anti-inflammatory, antioxidant, antimicrobial, and prevent tumors.
Other chemical constituents of Bidara that play a role in treatment are alkaloids, phenols, flavonoids,
and terpenoids. This study aims to determine the effect of the concentration of the ethanolic extract
of Bidara leaves (Ziziphus-Spina Christi L.) on the physical properties of the cream and the
antibacterial activity of the Bidara leaf cream against the bacteria Propionibacterium acnes ATCC
6919 made in type O/W (Oil in Water) using a vanishing cream with 3 kinds of concentration, namely
10%, 12.5%, and 15%. Physical properties (organoleptic, spreadability, adhesion, and protection)
and antibacterial activity against Propionibacterium acnes were measured using the well diffusion
method. The results of the test of physical properties and antibacterial activity were analyzed using
statistical tests with a 95% confidence level. The results of the physical properties test showed that
the cream of ethanol extract of Bidara leaves had the aroma of Bidara leaves, greenish color,
semisolid form, and homogeneous texture. The cream of ethanol extract of Bidara leaves with a
concentration of 15% showed the greatest dispersion and adhesion at 6.9 cm and 6 seconds. The
protection ability of bidara ethanol extract cream at the overall concentration was shown up to 5
minutes. In addition, the ethanol extract cream of Bidara leaves had the best antibacterial activity
against Propionibacterium acnes at a concentration of 15% as indicated by the formation of the
largest diameter of the inhibition zone, which was 7.73 mm.

Keywords: Acne, Antibacterial Activity, Bidara

INTISARI
Jerawat merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari bagian polisebasea yang ditandai
dengan munculnya komedo, papula, pustula, nodul, dan kista. Bidara memiliki kandungan fenolat
dan flavonoid yang bermanfaat sebagai anti inflamasi, antioksidan, antimikroba, dan mencegah
timbulnya tumor. Kandungan kimia lain Bidara yang
Afiliasi Penulis berperan pada pengobatan yakni alkaloid, fenol,
flavonoid, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk
Poltekkes TNI AU Adisutjipto
mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun
Korespondensi kepada Bidara (Ziziphus-Spina Christi L.) terhadap sifat fisik krim
dan aktivitas antibakteri krim daun Bidara terhadap
Monik Krisnawati
monikkrisnawati5@gmail.com bakteri Propionibacterium Acnes ATCC 6919 dibuat
dalam tipe M/A (Minyak dalam Air) menggunakan

Journal of Health | 55
Journal.gunabangsa.ac.id
vanishing cream dengan 3 macam konsentrasi yaitu 10%, 12,5%, dan 15%. Sifat fisik (organoleptis,
daya sebar, daya lekat, dan daya proteksi) dan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes yang diukur menggunakan metode difusi sumuran. Hasil uji sifat fisik dan aktivitas antibakteri
dianalisis menggunakan uji statistik dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji sifat fisik menunjukkan
bahwa krim ekstrak etanol daun Bidara mempunyai aroma daun Bidara, warna kehijauan, bentuk
semipadat, dan tekstur homogen. Krim ekstrak etanol daun Bidara konsentrasi 15 % menunjukkan
daya sebar dan daya lekat paling besar yakni 6,9 cm dan 6 detik. Kemampuan proteksi krim ekstrak
etanol bidara pada keseluruhan konsentrasi ditunjukkan sampai dengan menit ke-5. Selain itu, krim
ekstrak etanol daun Bidara memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik terhadap
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 15 % yang ditunjukkan dengan terbentuknya diameter
zona hambat yang paling besar yakni 7,73 mm.

Kata kunci: Aktivitas Antibakteri, Bidara, Jerawat

PENDAHULUAN yakni pada usia 14-17 tahun, 83 %-85 % pada


Kulit merupakan salah satu panca indera perempuan dan pada laki-laki usia 16-19 tahun
yang berada di permukaan tubuh. Secara dengan presentase 95-100 %. Baik di negara
alamiah kulit berusaha melindungi diri dari maju maupun berkembang penderita jerawat
serangan mikroorganisme dengan adanya lebih didominasi laki-laki dibandingkan
lemak dan adanya lapisan kulit luar sebagai perempuan (Handayani dkk., 2013).
sawar kulit. Namun pada kondisi tertentu Penggunaan antibiotik pada sebagaian
perlindungan alamiah tersebut tidak kasus infeksi sangat diperlukan, tetapi jika
mencukupi. Seringkali adanya bakteri yang penggunaannya berlebihan dapat
melekat pada kulit menyebabkan terjadinya menyebabkan bakteri resisten atau tetap
jerawat (Ulaen dkk., 2012). Jerawat (acne bertahan hidup karena adanya perubahan
vulgaris) merupakan suatu penyakit genetik (Muttaqein, 2013). Salah satu
peradangan kronik dari bagian pilisebasea tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh
yang ditandai dengan munculnya komedo, masyarakat adalah Bidara (Ziziphus-Spina
papula, pustula, nodul, dan kista (Saragih dkk., Christi L.). Tanaman Bidara memiliki
2016). Penyebab jerawat belum diketahui kandungan fenolat dan flavonoid yang akan
secara pasti, akan tetapi telah dikemukakan manfaat antara lain anti inflamasi, antioksidan,
beberapa faktor penyebabnya antara lain antimikroba dan mencegah timbulnya tumor.
stress, faktor keturunan, hormon, obat dan Kandungan kimia lain pada tanaman Bidara
bakteri khususnya Propionibacterium acnes, yang berperan pada pengobatan yakni
Staphylococcus albus, Malassezia furfur yang alkaloid, fenol, flavonoid, dan terpenoid (Lestari
berperan dalam etiologi (Marfu dkk., 2019). dkk., 2020).
Propionibacterium acnes berperan pada Krim adalah sediaan setengah padat
patogenesis jerawat dengan menghasilkan yang mengandung satu atau lebih bahan obat
lipase yang memecah asam lemak bebas dari terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
lipid kulit. yang sesuai. Krim mengandung air tidak
Penderita jerawat di Indonesia terus kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
meningkat, menurut catatan dermatologi pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim minyak
kosmetika yakni 60 % penderita acne vulgaris dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M).
pada tahun 2006, 80 % pada tahun 2007, dan Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci
90 % pada tahun 2009. Perevalensi tertinggi dengan air, jika digunakan di kulit akan terjadi

56 | Vol. 8 | No. 2
penguapan dan peningkatan konsentrasi dari mortir, stamper, timbangan analitik, sendok
suatu obat yang terlarut dalam air sehingga sungu, alat-alat gelas. Alat yang digunakan
mendorong penyerapannya ke dalam jaringan untuk menguji sifat fisik krim meliputi cawan
kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013). porselen, anak timbang, timbangan analitik,
Penelitian terkait dengan uji aktivitas kertas saring, dan gelas objek. Alat yang
antibakteri Bidara antara lain (Taufiq, 2015) digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri
dengan hasil ekstrak etanol Ziziphus Spina- meliputi alat-alat gelas (Pyrex), timbangan
Christi L. pada konsentrasi 1 % b/v, 3 % b/v, analitik (merk Ohaus), autoklaf (Merk GEA),
dan 9 % b/v mampu menghambat ose, dan lemari pendingin.
pertumbuhan Candida albicans dan Bahan yang digunakan dalam
Escherichia coli. Sementara itu, (Lestari dkk., pembuatan krim adalah serbuk daun Bidara
2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Arab (Ziziphus Spina-Christi L.) berasal dari
Ekstrak daun Bidara Arab (Ziziphus Spina- Merapi Farma Herbal. Bahan lain yakni asam
Christi L.) setelah diformulasikan dalam benruk stearat, natrium tetraborat, gliserin,
sediaan sabun cair dapat mempengaruhi sifat triethanolamin, aquadest, dan nipagin. Bahan-
fisik sabun cair secara organoleptis seperti bahan yang digunakan dalam pengujian
warna, juga terhadap tinggi daya busa dan pH aktivitas antibakteri adalah nutrien agar,
sediaan sabun cair. nutrient broth, aquades, etanol 70 %, spiritus,
Berdasarkan potensi senyawa yang NaCl 0,9 %, KOH, dan kertas cakram.
terkandung dalam daun Bidara sebagai Keseluruhan bahan yang dipergunakan pada
antibakteri maka perlu pengembangan bentuk penelitian ini berasal dari PT. Bratachem.
sediaan topikal yang sesuai dan memberikan Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini
kenyamanan bagi pengguna. Pada penelitian adalah Propionibacterium acnes ATCC 6919.
ini ekstrak daun Bidara diformulasikan ke Bakteri uji diperoleh dari Laboratorium
dalam bentuk sediaan krim M/A dengan basis Mikrobiologi UGM. Sementara itu krim
vanishing cream. Krim M/A dipilih karena tipe Clindamycin 0,1% diperoleh dari produksi
tersebut memiliki kestabilan fisik yang baik jika Kimia Farma dengan batas kadaluarsa yakni
dibandingkan dengan basis krim lain 13 Mei 2022.
(Faradiba, 2011). Pada penelitian ini, sifat fisik Penelitian ini dilaksanakan di
krim minyak cengkeh dievaluasi dan Laboratorium Farmakologi Poltekkes TNI AU
konsentrasi optimum dari krim ekstrak daun Adisutjipto pada bulan April 2020.
Bidara ditentukan dengan melakukan uji
aktivitas antibakteri pada Propionibacterium Persiapan Bahan Uji
acnes. Dengan demikian, diharapkan Serbuk daun Bidara (Ziziphus Spina-
penelitian ini menghasilkan sediaan topikal Christi L.) ditimbang sebanyak 500 gram dan
krim ekstrak daun Bidara yang memiliki sifat dimasukkan ke dalam wadah maserasi,
fisik yang baik dan efektif sebagai sediaan kemudian ditambahkan etanol 70 % hingga
topikal yang dapat dipergunakan untuk kulit sampel terendam secara sempurna sebanyak
yang mengalami infeksi Propionibacterium 1:2 (Taufiq, 2015). Wadah maserasi ditutup
acnes. dan disimpan selama 3 x 24 jam ditempat yang
terlindung dari sinar matahari sambil sesekali
digojog. Maserat disaring dan dipisahkan
METODE antara ampas dan filtrat. Kemudian ampas
Alat yang dipergunakan untuk tersebut dimaserasi kembali dengan
pembuatan krim meliputi cawan porselen, menggunakan pelarut etanol yang baru

Journal of Health | 57
Journal.gunabangsa.ac.id
dengan jumlah yang sama. Hal tersebut Formulasi Krim Daun Bidara
dilakukan sebanyak 2 kali. Ekstrak etanol yang Formulasi bahan dasar krim ekstrak
telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan daun Bidara pada penelitian ini menggunakan
cairan penyarinya diuapkan dalam waterbath resep standar vanishing cream sebanyak 30 g.
60 ºC hingga diperoleh ekstrak etanol yang Formula krim daun Bidara disajikan pada tabel
kental. 1.

Tabel 1 | Formulasi Krim Daun Bidara

F1 F2 F3
Asam Stearat 3,82 3,71 3,60
Gliserin 2,69 2,61 2,54
Natrium Tetraborat 0,07 0,06 0,06
Trietanolamin 0,27 0,26 0,25
Aquadest 20,16 19,60 19,03
Nipagin q.s. q.s. q.s.
Ekstrak daun Bidara 3,00 3,75 4,5
Total 30 30 30

Konsentrasi ekstrak daun Bidara pada kasar. Karakteristik aroma diuji melalui organ
masing-masing formula yakni 10%, 12,5%, dan hidung terhadap aroma yang mendominasi dari
15 %. Metode pembuatan krim yaknii tahap masing-masing formula krim daun Bidara.
pertama dengan memanaskan asam stearat Warna krim diuji melalui pengamatan warna
dan gliserin di atas waterbath pada suhu 75 0C. yang terbentuk dari masing-masing formula
Natrium tetraborat dan trietanolamin krim daun Bidara.
selanjutnya dilarutkan dalam air panas Uji daya lekat krim dilakukan dengan
secukupnya. Fase minyak dan fase air cara menimbang 500 mg krim diletakkan di
digabungkan dalam mortir yang telah atas gelas objek, kemudiaan gelas objek lain
dipanaskan di atas waterbath pada suhu 75 0C. diletakkan di atas krim dan ditekan dengan
Krim diaduk dengan penambahan air panas, beban 1 kg selama 5 menit. Gelas objek
kemudian diaduk kembali hingga dingin. Tahap kemudian dipasang pada alat uji dan
kedua, ekstrak daun Bidara sedikit demi sedikit dilepaskan beban seberat 80 gram kemudian
ditambahkan dan diaduk sampai terbentuk dicatat waktu hingga kedua gelas objek
massa homogen. terlepas (Rahmawati dkk., 2010).
Uji daya sebar krim dilakukan dengan
Evaluasi Sifat Fisik Krim daun Bidara cara mengambil 500 mg krim dan diletakkan di
Serangkaian sifat fisik daun Bidara yang tengah kaca. Sementara itu, kaca yang lain
mencakup penampilan fisik, uji daya lekat, uji diletakkan di atas krim dan didiamkan selama
daya sebar, dan kemampuan proteksi. Uji 1 menit, kemudian diukur diameter penyebaran
penampilan fisik krim (organoleptis) diamati krim. Beban selanjutnya ditambah sebesar 50
dari parameter homogenitas, karakteristik gram dan didiamkan selama 1 menit, kemudian
aroma, dan perubahan warna pada krim. dicatat diameter penyebaran krim (Nurlaela
Homogenitas krim dilakukan dengan cara dkk., 2012).
meletakkan 500 mg krim diantara dua kaca Uji proteksi krim dilakukan dengan cara
objek, kemudian diamati ada/tidaknya partikel mengambil kertas saring ukuran 10 cm x 10 cm

58 | Vol. 8 | No. 2
yang telah dibasahi dengan fenolftalein dan selama 3x24 jam. Maserasi merupakan
dikeringkan. Selanjutnya 500 mg krim metode ekstraksi dingin yang banyak
ditimbang dan diletakkan di atas kertas saring digunakan dan paling sederhana diantara
tersebut. Pada kertas saring yang lain, metode lain Maserasi dilakukan dalam bejana
dibasahi dengan parafin cair dan kertas saring tertutup dan terhindar dari cahaya matahari
ditempelkan di atas krim. Sebanyak 3 tetes untuk menghindari rusaknya senyawa yang
KOH diteteskan dan diamati ada/tidaknya noda terkandung dalam daun Bidara. Pada proses
pada waktu tertentu (Octaviani dkk., 2019). maserasi dilakukan pengadukan secara
berkala dengan tujuan untuk menghindari
Evaluasi Aktivitas Antibakteri mengedapnya serbuk. Serbuk daun Bidara
Aktivitas antibakteri krim daun Bidara yang telah dimaserasi kemudian disaring untuk
diperoleh dengan melakukan uji aktivitas krim memisahkan filtrat dan ampasnya. Ampas
daun Bidara terhadap bakteri serbuk daun Bidara kemudian dimaserasi
Propionibacterium acnes menggunakan kembali (remaserasi) menggunakan etanol
metode difusi sumuran. Uji dilakukan dengan 70% sebanyak 1 liter selama 3x24 jam.
cara menanam bakteri pada lempeng agar Remaserasi bertujuan untuk mendapatkan
yang sesuai, kemudian diletakkan cakram atau senyawa yang lebih banyak karena dengan
silinder yang sudah ditetesi dengan bahan uji. adanya pergantian pelarut dengan pelarut
Media yang berisi molekul bakteri dan bahan yang baru maka gradient konsentrasi antara
uji diinkubasi pada suhu 36-370C selama 12-24 pelarut dan sel berbeda jauh, sehingga
jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan mempermudah penarikan senyawa yang ada
mengukur diameter zona hambat pertumbuhan dalam sel (Susanti dkk., 2014). Maserat daun
bakteri di sekitar cakram, lubang atau cangkir Bidara selanjutnya dipekatkan menggunakan
agar (Sari dkk., 2017). waterbath pada suhu 60 oC hingga pelarut
menguap dan terbentuk ekstrak kental. Ekstrak
Analisis Data etanol daun Bidara yang diperoleh pada
Analisis deskriptif dipergunakan peneliti penelitian ini 75,847 g dengan nilai rendemen
untuk menjelaskan data hasil uji sifat fisik sebesar 15,17%.
organoleptis (homogenitas, karakteristik Pembuatan krim pada penelitian ini
aroma, dan perubahan warna). Analisis menggunakan tipe basis vanishing cream.
statistika yakni uji T dipergunakan untuk Pembuatan krim dilakukan dengan cara fase
menjelaskan data hasil ketiga uji sifat fisik yang minyak (asam stearat) dan fase air
lain yakni daya sebar, daya lekat, kemampuan (triethanolamin, gliserin, natrium benzoat, dan
proteksi, serta uji aktivitas antibakteri yang aquadest) masing-masing dipanaskan diatas
sebelumnya telah dilakukan uji homogenitas penangas air pada suhu 70 oC hingga melebur
dan normalitas. Bakteri Propionibacterium sempurna (Rahmawati dkk., 2010). Hal ini
acnes yang dipergunakan pada penelitian ini dilakukan agar semua bahan dapat halus dan
disertai dengan ethical clearance yang saat pencampuran dan didapatkan hasil yang
dikeluarkan oleh Laboratorium Penelitian dan homogen. Fase air ditambahkan ke dalam fase
Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada minyak, diaduk di atas waterbath kemudian
nomor 652/KEC-LPPT/III/2020. diangkat sambil diaduk hingga terbentuk
massa krim. Konsentrasi ekstrak etanol daun
HASIL DAN PEMBAHASAN Bidara pada penelitian ini yakni 10 %, 12,5 %,
Serbuk daun Bidara sebanyak 500 g dan 15 % (Elfasyari dkk., 2019). Ekstrak etanol
diekstraksi dengan pelarut etanol 70% 1 liter daun Bidara pada konsentrasi 10%, 12,5% dan

Journal of Health | 59
Journal.gunabangsa.ac.id
15% selanjutnya ditambahkan pada masing- memiliki kadar air yang cukup banyak,
masing basis krim diaduk hingga homogen. sedangkan sediaan dengan konsentrasi 12,5
% lebih kental dari sediaan dengan konsentrasi
Organoleptis Krim daun Bidara 10 %, dan untuk sediaan dengan konsentrasi
Uji penampilan sifat fisik krim dilakukan 15 % memiliki sifat semi padat. Ketiga sediaan
dengan pengamatan secara visual yang krim tersebut juga memiliki aroma yang khas
meliputi aroma, warna, bentuk, dan tekstur dari simplisia daun Bidara. Krim dengan
sediaan krim ekstrak daun Bidara (Pranawati kandungan ekstrak etanol daun Bidara 10 %
dkk., 2016). Berdasarkan data hasil pengujian berwarna hijau kecoklatan, krim dengan
menunjukkan bahwa dari 3 sediaan krim kandungan ekstrak etanol daun Bidara 12,5 %
ekstrak etanol daun Bidara memiliki bentuk berwarna hijau tua, dan krim dengan
yang berbeda, yakni sediaan dengan kandungan ekstrak etanol daun Bidara 15%
konsentrasi 10 % terlihat lebih encer karena berwarna hijau tua lebih pekat.

(a) (b) (c)


Gambar 1 | (a) Krim 10%, (b) Krim 12,5 %, (c) Krim 15 %

Hal itu menunjukkan bahwa semakin lurus dengan kenaikan beban yang
besar konsentrasi ekstrak yang terkandung di ditambahkan, semakin tinggi konsentrasi
dalam krim maka semakin pekat pula warna ekstrak maka luas area penyebaran pada krim
yang dihasilkan. Sementara itu, ketiga krim semakin kecil (Pranawati dkk., 2016). Daya
ekstrak daun Bidara pada pengujian sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi
homogenitas terbukti homogen. Hal itu semisolid yang sangat nyaman dalam
ditunjukkan dengan warna krim yang merata penggunaan (Dewi, Anita, 2010). Hasil dari uji
untuk setiap formula dan tidak ditemukan daya sebar krim ekstrak etanol daun Bidara
partikel dalam krim karena bahan-bahan dalam disajikan pada gambar 1.
krim sudah tercampur dengan baik.

Daya Sebar
Evaluasi daya sebar krim dilakukan
untuk mengetahui luasnya penyebaran krim
pada saat dioleskan di kulit, sehingga dapat
dilihat kemudahan pengolesan sediaan krim ke
kulit. Permukaan penyebaran yang dihasilkan
dengan menaiknya perbedaan ditujukan untuk
menggambarkan karakteristik daya sebar.
Luas permukaan yang dihasilkan berbanding

60 | Vol. 8 | No. 2
8

Daya Sebar (mm)


6
4
2
0
tanpa beban beban 50 g

10% 12,50% 15%

Gambar 2 | Grafik Hubungan Konsentrasi Krim Ekstrak Etanol Daun Bidara dengan Daya Sebar

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil Daya Lekat


pada pengujian menunjukkan bahwa daya Uji daya lekat bertujuan untuk
sebar krim ekstrak etanol daun Bidara pada mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
konsentrasi 10% sebesar 6,9 mm, konsentrasi sediaan untuk melekat pada kulit, semakin
12,5% sebesar 6,8 mm, sedangkan pada lama waktu yang dibutuhkan maka semakin
konsentrasi 15% sebesar 6,5 mm dengan lama daya kerja obat. Daya lekat yang baik
penambahan beban 50 g. Data hasil uji daya untuk sediaan topikal adalah tidak kurang dari
sebar dari basis krim memiliki daya sebar baik 4 detik (Ulaen dkk., 2012). Hasil dari uji daya
dan dari ketiga konsentrasi krim ekstrak etanol lekat krim ekstrak etanol daun Bidara disajikan
daun Bidara menunjukkan telah memenuhi pada gambar 2.
persyaratan daya sebar yang baik yaitu 5-7
mm (Pranawati dkk., 2016).

8
Daya Lekat (detik)

F1 (10 %) F2 (12,5 %) F3 (15 %)

Gambar 3 | Grafik Hubungan Konsentrasi Krim Ekstrak Etanol Daun Bidara dengan Daya Lekat

Pada penelitian ini diperoleh daya lekat konsentrasi 15 % menunjukkan daya lekat
basis krim dan krim ekstrak etanol daun Bidara yang paling baik daripada konsentrasi 10 %
pada konsentrasi 10% selama 3 detik, dan 12,5 %. Hal itu dikarenakan semakin
konsentrasi 12,5 % selama 4 detik, dan banyak ekstrak yang ditambahkan
konsentrasi 15 % selama 6 detik. Dari hasil uji meningkatkan viskositas, sehingga semakin
daya lekat tersebut maka dapat dicermati banyak zat aktif krim yang diabsorbsi oleh kulit.
bahwa krim ekstrak etanol daun Bidara

Journal of Health | 61
Journal.gunabangsa.ac.id
Kemampuan Proteksi selama 24 jam. Inkubasi dilakukan dengan
Uji kemampuan proteksi bertujuan untuk tujuan untuk mengkondisikan lingkungan pada
mengetahui kemampuan krim melindungi kulit suhu optimum perkembangan bakteri. Hal itu
dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, bertujuan agar bakteri berkembang dengan
polusi dan sinar matahari (Shovyana & baik dan dapat dilakukan pengukuran diameter
Zulkarnain, 2013). Pengujian kemampuan zona hambat. Konsentrasi yang digunakan
proteksi menggunakan senyawa KOH 0,1 N pada penelitian uji aktivitas antibakteri krim
yang bersifat basa kuat. KOH 0,1N mewakili ekstrak etanol daun Bidara ini adalah 10 %,
zat yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja 12,5 %, dan 15 %. Diameter sumuran yang
krim terhadap kulit. KOH 0,1 N akan bereaksi digunakan yakni 6 mm/sumuran. Kontrol positif
dengan phenolphtalein membentuk warna pada penelitian ini menggunakan
merah muda yang berarti krim tidak mampu Clindamycin dan kontrol negatif menggunakan
memberikan proteksi terhadap pengaruh luar. basis salep. Pemilihan Clindamycin sebagai
Sediaan krim yang baik seharusnya mampu kontrol positif dikarenakan Clindamycin
memberikan proteksi terhadap semua memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
pengaruh luar yang ditandai dengan tidak senyawa saponin yang terkandung dalam daun
munculnya noda merah pada kertas saring Bidara yaitu menghambat sintesis protein pada
yang ditetesi dengan KOH 0,1 N bakteri (Handayani dkk., 2013).
sehingga mengaruhi efektifitas salep tersebut Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan
terhadap kulit tetap terjaga (Pranawati dkk., dengan metode difusi sumuran, dilakukan
2016). Hasil dari uji kemampuan proteksi krim pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap
ekstrak daun Bidara menunjukkan bahwa krim perlakuan bahan uji dan pembanding (kontrol
ekstrak etanol daun Bidara pada ketiga positif dan kontrol negatif) yang bertujuan
konsentrasi tidak menghasilkan warna merah menambah ketepatan hasil dan mengurangi
setelah lebih dari 5 menit pengujian. Dengan tingkat kesalahan pada penelitian. Hasil yang
demikian, ketiga krim tersebut menghasilkan diperoleh dari penelitian ini adalah krim
perlindungan yang baik terhadap pengaruh ekstrak etanol daun Bidara pada konsentrasi
dari luar. 10 %,12,5 %, dan 15 % menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.
Aktivitas Antibakteri Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan
Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini terbentuknya diameter zona hambat di sekitar
menggunakan metode difusi sumuran. Sumur sumuran. Di sisi lain, krim Clindamycin yang
dibuat pada media agar yang telah ditanami digunakan sebagai kontrol positif juga
dengan mikroorganisme kemudian diberi agen menunjukkan hasil yang sama dengan krim
antimikroba yang diuji (Anwar, Aan ekstrak etanol daun Bidara. Berbeda dengan
Yulianingsih, Arwie, 2019). Sumuran yang kontrol negatif yaitu basis krim, tidak
dibuat pada media bakteri berukuran ±6 mm, menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Hal
dengan sampel dan kontrol yang diuji itu diketahui dengan tidak terbentuknya
sebanyak 50 μm/sumuran. Media bakteri yang diameter zona hambat di sekitar sumuran.
digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrient Data diameter zona hambat hasil uji aktivitas
Agar (NA). Peremajaan bakteri dilakukan antibakteri ekstrak etanol daun Bidara,
dengan menanam bakteri pada media Nutrient disajikan pada tabel 2.
Agar (NA) yang diinkubasi pada suhu 37 oC

62 | Vol. 8 | No. 2
Tabel 2 | Data Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Daun Bidara

Formula Rerata Diameter Zona Hambat (mm)


Vanishing cream 0±0,00
Clindamycin 0,1 % 14,6±0,01
Krim 10% 5,10±0,00
Krim 12,5 % 6,23±0,00
Krim 15 % 7,73±0,00

Berdasarkan data hasil pengujian, dapat signifikansi 0,735 (signifikansi >0,05) dapat
dijelaskan bahwa vanishing cream tidak dimaknai bahwa keseluruhan data hasil
membentuk zona hambat. Hal itu ditunjukkan pengukuran diameter zona hambat adalah
dengan hasil pengukuran diameter zona homogen.
hambat bernilai nol. Sementara itu, krim Berdasarkan kedua nilai signifikansi
clindamycin 0,1% membentuk zona hambat yang diperoleh dari uji normalitas dan
dengan hasil pengukuran diameter zona homogenitas varian menunjukkan bahwa
hambat yakni 14,6 mm. Di sisi lain, krim keseluruhan data hasil pengukuran diameter
minyak Cengkeh dengan konsentrasi 10%, zona hambat terdistribusi normal dan
12,5%, dan 15% membentuk zona hambat homogen. Dengan demikian peneliti
dengan hasil pengukuran diameter zona menggunakan analisis parametrik yakni
hambat secara berurutan adalah 5,1 mm; 6,23 Independent Sample T-Test untuk
mm; dan 7,73 mm. Apabila dicermati hasil mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri
pengukuran diameter zona hambat tersebut, pada masing-masing formula. Data hasil uji
maka dapat diartikan bahwa krim minyak daun Independent Sample T Test diperoleh nilai
Bidara konsentrasi 15 % memberikan signifikansi sebesar 0,002 (signifikansi <0,05)
diameter zona hambat yang paling besar yang dapat dimaknai bahwa terdapat
dibandingkan krim daun Bidara dengan perbedaan aktivitas antibakteri pada masing-
konsentrasi 10% dan 12,5 % ataupun dengan masing formula. Di sisi lain, hasil uji aktivitas
krim Clindamycin. Keseluruhan data yang antibakteri, vanishing cream tidak
diperoleh berdasarkan diameter zona hambat menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
yang terbentuk, selanjutnya diuji secara yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya
statistik untuk mengetahui adanya perbedaan zona hambat pertumbuhan bakteri. Hal itu
yang bermakna pada masing-masing formula. dikarenakan vanishing cream tidak
Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan mengandung senyawa yang mempunyai
homogenitas varian untuk menentukan jenis aktivitas antibakteri. Sementara itu, pada
pengujian statistik yakni parametrik atau non perlakuan Clindamycin dan krim daun Bidara
parametrik. pada konsentrasi 10%, 12,5%, dan 15 %
Berdasarkan uji normalitas data menunjukkan aktivitas antibakteri. Hasil
menggunakan One Sample Shapiro-Wilk pengujian ini sejalan dengan uji aktivitas
diperoleh nilai signifikansi 0,067 (signifikansi > antibakteri Bidara (Taufiq, 2015) yang
0,05) dapat dimaknai bahwa keseluruhan data memberikan hasil bahwa ekstrak etanol
hasil pengukuran diameter zona hambat Ziziphus Spina-Christi L. pada konsentrasi 1
terdistribusi normal. Hasil analisis varian % b/v, 3 % b/v, dan 9 % b/v mampu
menggunakan Levene’s Test diperoleh nilai menghambat pertumbuhan Candida albicans

Journal of Health | 63
Journal.gunabangsa.ac.id
dan Escherichia coli. Penelitian ini KESIMPULAN
menggunakan ekstrak etanol daun Bidara Kesimpulan yang diperoleh dari
yang diformulasikan ke dalam sediaan krim penelitian ini adalah krim ekstrak etanol daun
dengan basis vanishing cream. Daun Bidara Bidara (Ziziphus spina-christi L) pada
mengandung senyawa saponin, tanin, alkaloid konsentrasi 10%, 12,5% dan 15% memiliki
dan flavonoid yang mampu menghambat sifat fisik yang baik dilihat dari uji penampilan
aktivitas antibakteri terhadap fisik/organoleptis, daya lekat, daya sebar dan
Propionibacterium acnes. kemampuan proteksi. Krim ekstrak etanol
Mekanisme kerja flavonoid sebagai daun Bidara (Ziziphus spina-christi L) pada
antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu konsentrasi 10%, 12,5%, dan 15%
menghambat sintesis asam nukleat, menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
menghambat fungsi membran 12 sel, dan Propionibacterium acnes ATCC 6919. Krim
menghambat metabolisme energi. ekstrak etanol daun Bidara memiliki aktivitas
Mekanisme antibakteri senyawa fenol dalam antibakteri yang paling baik terhadap
membunuh mikroorganisme yaitu dengan Propionibacterium acnes pada konsentrasi 15
mendenaturasi protein sel. Permeabilitas % yang ditunjukkan dengan terbentuknya
dinding sel dan membran sitoplasma yang zona hambat yang paling besar yakni
terganggu dapat menyebabkan berdiameter 7,73 mm.
ketidakseimbangan makromolekul dan ion
dalam sel, sehingga sel menjadi lisis. Efek APRESIASI
antibakteri tanin melalui reaksi dengan
Peneliti mengucapkan terima kasih
membran sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi
kepada Politeknik Kesehatan Adisutjipto yang
fungsi materi genetik. Mekanisme kerja
telah memberikan kesempatan dan dukungan
saponin sebagai antibakteri yaitu dapat
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
menyebabkan kebocoran protein dan enzim
dengan baik.
dari dalam sel. Sedangkan mekanisme kerja
alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara
DAFTAR PUSTAKA
mengganggu komponen penyusun
Anwar, Aan Yulianingsih, Arwie, D. (2019). Uji
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
Bioaktivitas Ekstrak Daun Bidara
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
(Ziziphus mauritiana lam.) terhadap
dan menyebabkan kematian sel tersebut
Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
(Marfu dkk., 2019). Mekanisme kerja
Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 4(1),
Clindamycin yaitu bekerja dengan cara
49–57.
mencegah sintesis protein pada bakteri
melalui penghambatan ikatan terhadap
Dewi, Anita, P. (2010). Formulasi Krim Minyak
subunit ribosom 50S dan 23S. Mekanisme
Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma
tersebut sesuai dengan mekanisme senyawa
heyneana Val & Zijp):Uji Sifat Fisik dan
flavonoid yang terkandung dalam daun Bidara
Daya Antijamur Terhadap Candida
selain mekanisme lain yang dimiliki oleh
albicans Secara In Vitro. Majalah Obat
senyawa saponin, fenol, alkaloid, dan tanin.
Tradisional, Vol. 15 (2, 56–63.
Krim daun Bidara konsentrasi 15%
menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi
Elfasyari, T. Y., Putri, L. R., & Wulandari, S.
dibandingkan krim daun Bidara dengan
(2019). Formulasi dan Evaluasi Gel
konsentrasi 10% dan 12,5 %.
Antioksidan Ekstrak Daun Bidara (

64 | Vol. 8 | No. 2
Ziziphus jujuba Mill .) Formulation and Nurlaela, E., Nining, S., & Ikhsanudin, A.
Evaluation of Antioxidant Gel Formulated (2012). Optimasi Komposisi Tween 80
from Jujube ( Ziziphus jujuba Mill .) dan Span 80 Sebagai Emulgator dalam
Leaves Extract. Jurnal Farmasi Rapelan Minyak Atsiri Daun Sere
Indonesia, 16(02), 278–285. (Cymbopogon citratus (DC) Stapf)
Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti Betina
Faradiba. (2011). Formulasi Salep Ekstrak pada BAsis Vanisihing Cream Dengan
Dietil Eter Daging Buah Pare ( Metode Simplex Lattice Design. Jurnal
Momordica charantia L .) Dengan Ilmu Kefarmasian, 2.
Berbagai Variasi Basis. Majalah Farmasi
Dan Farmakologi, 15(1), 40–46. Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E.
(2019). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak
Handayani, F. W., Muhtadi, A., Farmasi, F., Etanol dari Kulit Bawang Merah (Allium
Padjadjaran, U., Dara, T., Manis, K., & cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram.
Aktif, S. (2013). Review Artikel: Aktivitas Pharm Sci Res, 6(1), 62–68.
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garnicia mangistana L.) Terhadap Pranawati, E., Sugihartini, N., Yuwono, T.,
Bakteri Penyebab Jerawat. Farmaka, 4, Farmasi, F., Dahlan, U. A., & Email, C.
1–15. (2016). Sifat Fisik dan Daya Iritasi Krim
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/ar Tipe A/M Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (
ticle/download/5871/4358 Syzigium aromaticum ) dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi. Jurnal Ilmiah
Gina Lestari, Ike Suciati, & Herlina. (2020). Farmasi, 12(1), 1–7.
Formulasi Sediaan Sabun Cair Dari
Ekstrak Daun Bidara Arab (Ziziphus Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha,
Spina-Christi L). Jurnal Ilmiah JOPHUS : P. (2010). Formulasi Krim Minyak Atsiri
Journal Of Pharmacy UMUS, 1(02), 29– Rimpang Temu Giring ( Curcuma
36. Diambil dari heyneana Val & Zijp ): Uji Sifat Fisik dan
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/jophus Daya Antijamur Terhadap Candida
/article/view/135 albicans In Vitro. Majalah Obat
Tradisional, 15(2), 56–63.
Marfu, N., Ramadhani, C. A., & Hasanah, A. Saragih, D. F., Opod, H., & Pali, C. (2016).
M. (2019). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Hubungan tingkat kepercayaan diri dan
Daun Bidara ( Ziziphus spina- christi L .) jerawat (Acne vulgaris) pada siswa-siswi
terhadap Pertumbuhan kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. Jurnal
Propionibacterium acne. Pharmasipha, E-Biomedik, 4(1), 0–7.
3(1). https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.1
2137
Muttaqein. (2013). Pola Kepekaan
Staphylococcus aureus Terhadap Sari, R., Muhani, M., & Fajriaty, I. (2017). Uji
Antibiotik Penisilin Periode Tahun 2008- Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
2013 di Bandar Lampungle. Skripsi Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.)
Fakultas Kesehatan Universitas Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Lampung. dan Proteus mirabilis Antibacterial
Activity of Ethanolic Leaves Extract of

Journal of Health | 65
Journal.gunabangsa.ac.id
Agarwood (Aquilaria microcarpa Baill.)
Against Staphyloco. Pharm Sci Res, 4(3),
143–154.

Shovyana, H. H., & Zulkarnain, A. K. (2013).


Physical Stability and Activity of Cream
W/O Etanolik Fruit Extract Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarph (scheff.) Boerl,) as
a Sunscreen. Traditional Medicine
Journal, 18(2), 109–117.
https://doi.org/10.22146/tradmedj.8041

Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani,


N. P. L., Widjaja, I. N. K., Rismayanti, A.
A. M. I., & Wirasuta, I. M. A. G. (2014).
Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Refluks Terhadap
Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees). Universitas Udayana,
29–32.

Taufiq. (2015). Efektifitas Efek Antimikroba


Ekstrak Etanol daun Bidara Laut
(Ziziphus mauritiana Lam.) Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans dan
Escherichia coli.

Ulaen, S. P. J., Banne, Y., & Suatan, R. A.


(2012). Pembuatan Salep Anti Jerawat
Dari Ekstrak Rimpang Temulawak (
Curcuma xanthorrhiza Roxb .). Jurnal
Ilmiah Farmasi.

66 | Vol. 8 | No. 2

You might also like