You are on page 1of 6

CERATAJurnal Ilmu Farmasi

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.online


ISSN 2, Desember 2021
2685-1229
Vol. 12. No.2, Desember 2021 Print 2089-1458

Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dengan Zat Aktif


Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea Americana MILL)
Zaenal Fanani1*, Vivin Rosvita1, Nur Aisah1, Novam Danu Pamungkas1, Ilun Fadillah1
1
Prodi Sarjana Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kudus, Kudus, Indonesia
*Email: zaenalfanani@umkudus.ac.id

Abstract
Avocado peel contains alkaloids, flavonoids and saponins, where these compounds have
potential as antibacterial. This study aims to utilize avocado peel extract in the form of bath
soap which has the potential to remove dirt, dead skin cells, dull skin amd prevent skin
irritation. By paying attention to formula for the solid soap, in terms of addition 3 types of oil
and variations in the concentration of coconut oil. This study used sample of avocado peel
extract, Persea Americana Mill. The extraction method uses maceration, with 96% ethanol as
solvent. Quality testing based on organoleptic, including (color, shape, and smell). Based on
the pH value of soap, using universal indicator pH instrument. Quality testing also includes
foam height and stability, moisture content, and free alkali which is carried out by the
alkalimetric titration method. The pH value test results obtained an average of 10.6, so that it
meets SNI 2016 which is 99-11. Testing the foam height with an average of 2.23 cm, so that it
meets SNI 2016 which is 1.3-22 cm. Foam stability obtained an average of 25.62%, so that it
meets SNI 2016 which is 60-70%. The moisture content obtained an average of 14.3%, so
that it meets SNI 2016 which is maximum of 15%. And the alkali value obtained an average
of 0.53%, does not meet SNI 2016 because the maximum alkali value is 0.1%.
Keywords: Extract; Peel; Avocado; Solid soap.

Abstrak
Kulit buah alpukat memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin
dimana senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi sebagai antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk memanfaatkan ekstrak kulit buah alpukat dalam bentuk sediaan sabun
mandi yang berpotensi sebagai penghilang kotoran, mengangkat sel kulit mati,
mencegah iritasi kulit, serta menghilangkan kulit kusam. Dengan memperhatikan
formula sediaan sabun padat tersebut, ditinjau dari penambahan 3 jenis minyak dan
variasi konsentrasi minyak kelapa. Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak kulit
buah alpukat jenis Persea Americana Mill. Metode ekstraksi menggunakan maserasi,
dengan etanol 96% sebagai pelarut. Pengujian kualitas berdasarkan organoleptik,
meliputi (warna, bentuk, dan bau). Berdasarkan nilai pH sabun, menggunakan alat ukur
pH indikator universal. Pengujian kualitas juga meliputi tinggi dan stabilitas busa, kadar
air, serta alkali bebas yang dilakukan dengan metode titrasi alkalimetri. Hasil uji nilai pH
diperoleh rata-rata 10,6 sehingga memenuhi SNI 2016 yaitu 99-11. Pengujian tinggi
busa dengan rata-rata 2,23 cm, sehingga memenuhi SNI 2016 yaitu 1,3-22 cm. Stabilitas
busa diperoleh rata-rata 25,62%, sehingga memenuhi SNI 2016 yaitu 60-70%. Kadar air
diperoleh rata-rata 14,3%, sehingga memenuhi SNI 2016 yaitu maksimal 15%. Dan nilai
alkali yang diperoleh rata-rata yaitu 0,53%, tidak memenuhi SNI 2016 karena nilai alkali
maksimal 0,1%.
Kata Kunci:Ekstrak; Kulit buah; Alpukat; Sabun padat.

21
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.2, Desember 2021

1. PENDAHULUAN bakteri Staphylococcus aureus(Kosińska,


Sabun mandi padat sering 2014). Staphylococcus adalah penyebab
mengandung asam lemak bebas untuk utama infeksi bernanah pada manusia yang
memperbaiki kekerasan sabun dan terdapat di rongga hidung dan kulit
meningkatkan penampilan fisik produk. sebagian besar populasi manusia. S. aureus
Sabun yang baik memiliki total asam merupakan patogen utama pada manusia
lemak dengan nilai lebih besar dari 70%, dan hampir setiap orang pernah mengalami
artinya bahan-bahan yang ditambahkan infeksi S. aureus yang bervariasi dalam
sebagai bahan pengisi (bahan aditif) dalam beratnya, mulai dari keracunan makanan
pembuatan sabun sebaiknya kurang dari hingga infeksi kulit ringan sampai berat
30%. Pemilihan lemak dan minyak serta yang mengancam jiwa. Jika S. aureus
rasio yang digunakan dalam pembuatan menyebar dan terjadi bakterimia, maka
sabun ditentukan dengan keseimbangan kemungkinan bisa terjadi endocarditis,
kinerja produk, biaya, dan osteomyelitis hematogenus akut,
manufakturabilitas (Sukawaty, 2016). meningitis, dan infeksi paru-paru (Rini dan
Pemilihan minyak digunakan dalam Ratih, 2016).
pembuatan sabun padat sangat menentukan Oleh karena itu, melihat kulit buah
kinerja produk. Salah satu contoh minyak alpukat yang memiliki banyak kandungan
dilihat dari segi kinerja produk adalah yang salah satunya sebagai antibakteri
minyak kelapa. Minyak kelapa sebagai maka peneliti bertujuan untuk
salah satu bahan dasarsabun padat dapat memanfaatkan kulit buah alpukat dijadikan
memberikan daya dan stabilitas busa yang sabun mandi. Dari kandungan kulit buah
baik serta warna yang lebih menarik alpukat di atas jika dijadikan sabun mandi
(Rasidin, 2018). akan menghasilkan sabun mandi yang
Ekstrak kulit dan biji alpukat dengan berpotensi sebagai penghilang kotoran,
methanol 80% banyak mengandung mengangkat sel kulit mati, mencegah
senyawa fenolik seperti golongan iritasi kulit, serta menghilangkan kulit
flavonoid, prosianidin, dan asam kusam. Dengan memperhatikan formula
hidroksinamat. Kandungan fenolik tersebut sediaan sabun padat tersebut ditinjau dari
lebih besar di kulit alpukat daripada di biji penambahan 3 jenis minyak dan variasi
alpukat. Prosianidin, katekin, kuarsetin, konsentrasi minyak kelapa diharapkan
dan 5-O-caffeoylquinic acid adalah sabun sesuai dengan SNI 2016. Peneliti
beberapa senyawa yang ditemukan baik mengevaluasi apakah sabun yang
dalam kulit maupun biji alpukat (Arukwe, dihasilkan sudah memenuhi persyaratan
2012). Senyawa fenolik pada kulit buah standar nasional Indonesia 2016 ataukah
alpukat mempunyai aktivitas antioksidan belum, sehingga perlu dilakukan beberapa
yang tinggi dalam berbagai uji in vitro uji dintaranya uji organoleptis, uji pH, uji
yang telah dilakukan. Senyawa fenol kadar air, serta uji asam lemak bebas.
memiliki kemampuan sebagai anti-
inflamasi, antikoagulan, antioksidan, serta 2. METODE
peningkatan sistem imun (Hidalgo, 2010). Alat yang digunakan dalam penelitian
Aktivitas farmakologi dari senyawa ini adalah beaker glass, batang pengaduk,
flavonoid adalah sebagai antialergi, panci infusa, gelas ukur, pH indikator strip,
antiviral, antiinflamasi, dan antioksidan cawan petri, oven, desikator, timbangan
(Dessy, 2014). neraca digital, tabung reaksi, sendok
Dari hasil penelitian ekstrak kulit tanduk, Erlenmeyer, klem statif, hotplate.
buah alpukat (Persea americana Mill) Bahan yang digunakan dalam
memiliki zona hambat yang kuat (sensitif) penelitian ini adalah ekstrak kulit buah
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. alpukat, NaOH, aquadest, minyak zaitun,
Didapatkan pula hasil Kadar Hambat minyak sawit, minyak kelapa, essensial oil,
Minimum (KHM) sebesar 16,43 mm pada

22
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No. 2, Desember 2021

pewarna, alcohol 96%, methanol 90%,, yang dilakukan yaitu melarutkan NaOH
indikator fenolftalein,KOH, HCl. dalam Aquadest. NaOH digunakan dalam
Data hasil penelitian yang diperoleh pembuatan sabun dikarenakan NaOH
dari setiap pengujian. Uji organoleptis, pH, berfungsi sebagai penetralisir asam karena
kadar air, dan asam lemak bebas atau NaOH bersifat basa dan sifatnya yang
alkali, diolah dan dikumpulkan dalam tidak mudah larut air (Saepul, 2013).
bentuk tabel. Data dianalisis secara Pemilihan basa NaOH agar diperoleh
deskriptif dengan membandingkan kualitas sabun yang padat, tetapi jika digunakan
sabun yang sesuai SNI 2016 dan sabun basa KOH maka akan diperoleh sabun cair.
mandi padat dari masing-masing formula Setelah melarutkan NaOH langkah
(Tabel 1). selanjutnya adalah mencampurkan minyak
Tabel 1.Formula Sabun Mandi Padat kelapa, minyak zaitun, dan minyak jagung.
Minyak kelapa dipilih sebagai bahan dasar
sabun dikarenakan minyak kelapa
Nama Kegunaan Sediaan
memiliki sifat memadatkan. Oleh sebab itu
Bahan Sabun (%) ditambahkan minyak zaitun dan minyak
F1 F2 jagung agar kepadatan sabun tidak terlalu
keras. Minyak zaitun berfungsi sebagai
Ekstrak Bahan Aktif 8% 8% pelembab sabun sedangkan minyak jagung
Kulit Buah berfungsi sebagai pengawet sabun.
Alpukat Pencampuran minyak dilakukan dengan
pemanasan suhu 70°C. Tujuan dari
Minyak Basis Sabun 15% 20% pemanasan adalah untuk mempercepat
Kelapa reaksi saponifikasi yang terjadi. NaOH
yang telah dilarutkan dengan aquadest tadi
Minyak Pengawet 18% 18%
dituangkankan sedikit demi sedikit sambil
Sawit terus diaduk menggunakan hand blender
Minyak Pelembab 25% 25% hingga terbentuk trace. Trace adalah
kondisi dimana massa sabun telah
Zaitun
terbentuk yang ditandai dengan massa
NaOH Basis Sabun 10% 10% sabun mengental. Kemudian ditambahkan
Pewarna Pewarna Q.s Q.s
ekstrak kulit buah alpukat sebagai
antibakteri, H2O2 sebagai antivirus
Parfum Pengaroma Q.s Q.s (Pelczar dan Chan, 2010), Sodium lauryl
Aquadest Pelarut Add Add sulphate sebagai penghasil busa, dan
essential oil sebagai pengharum.
100% 100% Selanjutnya dihomogenkan kembali
menggunakan hand blender. Setelah
homogen, sabun segera dituang dalam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN cetakan dan tunggu sampai 1 minggu
untuk proses pengeringan sabun. Selama 1
Penelitian ini dimulai dengan minggu akan terjadi reaksi kimia antara
mengekstraksi kulit buah alpukat yang kaustik soda, minyak, dan air yang
sudah dikeringkan, dihaluskan dengan nantinya akan menghasilkan sabun padat.
blender, hingga diperoleh 1.050 gram Selain itu kandungan air dalam sabun juga
serbuk simplisia. Ekstraksi dilakukan akan menguap sehingga sabun lebih keras
dengan metode maserasi dengan sewaktu digunakan. Pemakaian sabun
menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak harus aman digunakan oleh manusia agar
4.200 ml selama 4x24 jam dan diperoleh tidak membahayakan kulit pemakai dan
ekstrak kental sebanyak 155 gram. memiliki kualitas yang baik. Untuk itu
Selanjutnya masuk pada tahap peneliti melakukan beberapa uji
pembuatan sabun mandi padat. Setelah diantaranya yaitu uji organoleptis, pH,
semua bahan ditimbang, langkah pertama

23
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.2, Desember 2021

tinggi busa, kadar air, dan asam lemak NaOH yang merupakan basa kuat,
bebas/alkali bebas. sehingga mempengaruhi pH sabun
3.1. Uji Organoleptis menjadi basa. Sedangkan syarat nilai
Uji organoleptis yaitu merupakan pH sesuai SNI 3532-2016 yaitu 9-11.
evaluasi terhadap pengamatan warna, Sehingga pH sabun mandi ekstrak
bau, dan bentuk, hal ini dilakukan kulit buah alpukat memenuhi syarat
karena terkait penerimaan konsumen SNI No 3532-2016.
terhadap produk. Berdasarkan dari 3.3. Uji Tinggi Busa
data penelitian, warna yang Uji tinggi busa dan stabilitas
dihasilkan yaitu bewarna hitam sabun merupakan salah satu cara
kemerahan, hal ini dipengaruhi dari untuk mengontrol sediaan sabun
penambahan ekstrak kulit buah mandi padat memiliki kemampuan
alpukatnya yang bewarna hitam dalam menghasilkan busa. Pembusaan
kemerahan. Sediaan sabun ini sabun dipengaruhi oleh beberapa
disengaja peneliti tidak dilakukan faktor yaitu adanya bahan aktif sabun,
penambahan pewarna sabun surfaktan, penstabil busa, serta bahan
dikarenakan warna ekstrak yang penyusun sabun lainnya seperti jenis
sudah kuat. Bentuk sabun bertekstur minyak yang digunakan. Dalam
padat karena peneliti bertujuan pembuatan sabun ekstrak kulit buah
membuat sabun padat. Oleh sebab itu, alpukat ini, peneliti menambahkan
peneliti memberi penambahan NaOH natrium lauril sulfat (surfaktan) dan
dan minyak kelapa pada formula minyak kelapa sebagai pembusaan
sabun. Serta sabun berbau khas kulit sabun. Dari hasil evaluasi sabun
buah alpukat dikarenakan adanya ekstrak kulit buah alpukat memiliki
penambahan ekstrak kulit buah tinggi busa yaitu 2,23 cm sedangkan
alpukat pada sediaan sabun. untuk stabilitas sabunnya yaitu
3.2. Uji Ph 25,62%. Syarat tinggi busa menurut
Uji pH merupakan parameter SNI 2016 yaitu 1,3-22 cm dan untuk
kimiawi untuk mengetahui sabun stabilitas busa yaitu 60-70%. Sehingga
yang dihasilkan bersifat basa atau untuk tinggi busa sabun ekstrak kulit
asam, sehingga menentukan buah alpukat memenuhi syarat
kelayakan sabun untuk digunakan sedangkan untuk stabilitas busa sabun
sebagai sabun mandi. Sabun dengan ekstrak kulit buah alpukat belum
pH yang terlalu tinggi dapat memenuhi syarat SNI 2016. Hal ini
meningkatkan pertumbuhan bakteri disebabkan karena peneliti telah
Propionibacterium dan membuat melakukan penambahan surfaktan
kulit kering. Hal ini terjadi karena yang sudah sesuai sehingga tinggi
sabun dengan pH tinggi dapat busa memenuhi syarat. Sedangkan
membengkakkan keratin sehingga peneliti tidak menambahkan penstabil
memudahkan masuknya bakteri yang busa seperti betain pada formula sabun
menyebabkan kulit menjadi kering (Suryani dkk., 2017).
dan pecah-pecah. Sedangkan sabun 3.4. Uji Kadar Air
dengan pH terlalu rendah dapat Uji kadar air pada sabun mandi
menyebabkan iritasi pada kulit padat adalah pengukuran berat
(Prima,2014). pH sabun yang setelah pengeringan pada suhu 105°C
dihasilkan dalam penelitian ini yaitu selama 30 menit. Berdasarkan SNI
10. pH 10 menunjukkan bahwa sabun No 3532-2016, kadar air dalam
bersifat basa, hal ini dikarenakan

24
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No. 2, Desember 2021

sediaan sabun mandi padat maksimal Untuk mengetahui berapa jumlah


15%. Pengujian kadar air pada sabun alkali bebas yang terkandung dalam
mandi padat dilakukan karena kadar sampel peneliti melakukan titrasi
air akan mempengaruhi kualitas alkalimetri dan diperoleh hasil dengan
sabun. Banyaknya kadar air dapat rata-rata 0,53%. Hal ini berarti kadar
mempengaruhi kelarutan sabun dalam alkali bebas belum memenuhi SNI No
air pada saat digunakan. Apabila 3532-2016 yang ditetapkan tidak
kandungan air pada sabun terlalu lebih dari 0,1%. Kadar alkali sabun
tinggi akan menyebabkan sabun yang diperoleh sejumlah 0,53%
mudah menyusut dan tidak nyaman dikarenakan jumlah NaOH yang
saat digunakan. Hasil uji kadar air ditambahkan pada formula terlalu
sabun mandi ekstrak kulit buah banyak, sehingga kadar alkali
alpukat setelah penyimpanan 1 melebihi SNI 2016. Pada sabun, bila
minggu yaitu 14,3%. Sehingga sabun kadar alkali bebas lebih besar dari
mandi padat ekstrak kulit buah 0,1% maka dapat mengakibatkan
alpukat memenuhi syarat SNI No kulit menjadi kering atau iritasi
3532-2016. Diperoleh kadar air (Widyasanti, 2016).
14,3% karena kandungan air dari
penambahan aquadest sebagai pelarut 4. KESIMPULAN
dan kadar air yang terkandung dalam Hasil uji nilai pH diperoleh rata-rata
ekstrak kulit buah alpukat. Jumlah 10,6 sehingga memenuhi SNI 2016 yaitu
kadar air juga dipengaruhi dari lama 99-11. Pengujian tinggi busa dengan rata-
penyimpanan sabun. Semakin lama rata 2,23 cm, sehingga memenuhi SNI
waktu penyimpanan sabun, kadar 2016 yaitu 1,3-22 cm. Stabilitas busa
airnya akan semakin berkurang diperoleh rata-rata 25,62%, sehingga tidak
memenuhi SNI 2016 yaitu 60-70%. Kadar
karena air didalam sabun menguap
air diperoleh rata-rata 14,3%, sehingga
(Illyya, 2017). memenuhi SNI 2016 yaitu maksimal 15%.
3.5. Penetapan Alkali Bebas Dan nilai alkali yang diperoleh rata-rata
Pada penetapan alkali bebas atau yaitu 0,53%, tidak memenuhi SNI 2016
asam lemak bebas, peneliti karena nilai alkali maksimal 0,1%. Secara
melakukan penetapan secara kualitatif umum kualitas sabun mandi padat ekstrak
terlebih dahulu, agar mengetahui kulit buah alpukat memenuhi SNI 2016.
apakah sampel sabun ekstrak kulit
REFERENSI
buah alpukat termasuk kedalam sabun
alkali atau asam. Cara penetapannya Almazini Prima. Pengaruh Sabun Terhadap
Kesehatan Kulit. 2014. [cited 20 April
dengan cara 5 gram sampel 2020]. Available from:
dimasukkan dalam Erlenmeyer dan http://myhealing.wordpress.com/2009/06
ditambahkan 25 ml alkohol netral. /13/pengaruh-sabun-terhadap-ph-kulit/
Agar lemak atau minyak dalam Arukwe. Chemical Composition of Persea
sampel larut dan dapat bereaksi Americana leaf Fruit and Seed. IJJRAS.
dengan basa alkali, kemudian 2012; 11:346-348.
dipanaskan dengan suhu 80°C selama Asri Widyasanti. Pembuatan Sabun Padat
10 menit agar mempercepat reaksi Transparan Menggunakan Minyak
dan ditambahkan 0,5 ml indikator pp. Kelapa Sawit (Palm oil) Dengan
Hasil dari percobaan yang peneliti Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh
lakukan, sampel sabun ekstrak kulit Putih. Lampung. Universitas Padjadjaran;
buah alpukat bewarna merah, hal ini 2016.
berarti sampel bersifat alkali bebas.

25
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.2, Desember 2021

Dessy. Frekuensi Β-Lactamase Hasil Pelczar MJ, Chan ECS. Dasa-Dasar


Staphylococcus Aureus Secara Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: Universitas
IodometriDi Laboratorium Mikrobiologi Indonesia Press; 2010.
Fakultas Kedokteran Universitas Rini U, Ratih H. Pengaruh Kinerja
Andalas. Gradien. 2014; 10:992-995. Repositoning Terhadap Brand Equity.
Fatma, Iffa Illyya. Uji Kualitas Madu Pada Business Management and
Beberapa Wilayah Budidaya Lebah Enterpreneurship Education. 2016; 1:81-
Madu Di Kabupaten Pati. Jurnal Biologi. 97.
2017. Rohman Saepul. Bahan Pembuatan Sabun.
Hidalgo. Flavonoid-Flavonoid Interaction and 2013. [cited 2020 Jan 3]. Available from:
Its Effect On Their Antioxidant Activity. http://majarimagazine.com/2009/07/baha
Food Chemistry. 2010; 121(3):691–696. n-pembuatan-sabun/
Khulafaur Rasidin. Uji Kualitas Sabun Suryani A, Windarwati S, Hambali E.
Dengan Bahan Aditif Minyak Cengkeh Pemanfaatan Gliserin Hasil Samping
Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Produksi Biodiesel Dari Berbagai Bahan
Staphylococcus Epidermidis. Universitas Baku (Sawit, Jarak, Kelapa) Untuk Sabun
Negeri Yogyakarta; 2018. Transparan. Institut Pertanian Bogor;
Kosińska A. Phenolic Compound Profiles and 2017.
Antioxidant Capacity of Persea Yullia Sukawaty. Formulasi Sediaan Sabun
Americana Mill. Peels and seeds of two Mandi Padat Ekstrak Etanol Umbi
varieties, J. Agric. Food Chem. 2012; Bawang Tiwai (Eleutherine Bulbosa
60:4613-4619. (Mill.) Urb). Media Farmasi. 2016;
13(1):14-22.

26

You might also like