You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DAN DERAJAT SERANGAN


ASMA PADA PENDERITA DEWASA ASMA BRONKIAL
(Studi di WilayahKerja Puskesmas Gunungpati, Kota Semarang
Tahun 2016)

Yusnik Adi Putra, Ari Udiyono, Sri Yuliawati


Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : adiputrafkmundip@gmail.com

Abstract : Bronchial asthma is a chronic inflammatory disease infected


respiratory tract caused by the onset of someone airway due to a stimulation from
extrinsic factor such as allergic or intrinsic factor such as anxiety. This study aims
to know anxiety level overview and the degree of asthma attack in bronchial
asthma patient at Health Center of Gunungpati working area. This study was a
descriptive observational study with cross sectional study design. The sample of
this study were 48 bronchial asthma patients. Descriptive analyisis showed that
bronchial asthma patient who experienced more anxiety (79,2%) compared to
patient who did not experience anxiety (20,8%). The level of anxiety experienced
by most is severe anxiety (55,3%) occured on women (52,4%), aged 46-65 years
(61,9%), with revenues ≤UMR (85,7%), did not work (52,4%), last in elementary
education (52,4%). The level of asthma attack degree by most is moderate
asthma attack (54,2%), occured on women (69,2%), aged 46-65 years (53,8%),
with revenues ≤UMR (76,9%), did not work (50,0%), last in elementary education
(50,0%). Asthma patient who experienced mild asthma attack, moderate nor
severe by most experienced severe anxiety. Conclused that most bronchial
asthma patient experienced moderate asthma attack with severe level of anxiety
before attack occured. It is advisable to people with asthma and their families to
frequently follow counseling to health workers in order to apply efforts and a
healthy lifestyle to prevent the onset of anxiety in asthma sufferers who can
trigger asthma attacks.

Keywords : Anxiety Level, Degree of Asthma Attack, ZSAS, HARS

PENDAHULUAN
Asma adalah suatu penyakit Asma dan serangan asma
inflamasi kronik yang biasanya merupakan dua hal yang berbeda,
menginfeksi saluran pernafasan, dan seorang penderita asma persisten
dapat mengakibatkan hiperresponsif berat dapat mengalami serangan
jalan pernafasan yang biasa ditandai asma ringan saja, namun terdapat
dengan suatugejala episodik kemungkinan pada penderita asma
berulang berupa batuk, sesak nafas, yang tergolong episodik jarang dapat
mengi dan rasa berat di dada mengalami serangan asma berat,
terutama pada waktu malam hari bahkan bila tidak ditangani dapat
dan dini hari yang pada umumnya mengakibatkan henti nafas yang
bersifat reversible baik dengan menyebabkan kematian.2
maupun tanpa pengobatan.1

357
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Menurut WHO, asma penyempitan pada rongga dada,


termasukkedalam salah satu dari 4 nafas cenderung pendek, mudah
PTM utama.3Menurut data studi lelah setelah berolahraga dan
Survei Kesehatan Rumah Tangga mengalami kesulitan untuk tidur
(SKRT) yang dilakukan di berbagai akibat batuk dan kesulitan nafas.7
provinsi di Indonesia, menyatakan Asma dibedakan menjadi dua
bahwa asma termasuk dalam 10 jenis berdasarkan faktor
besar penyebab kesakitan dan pencetusnya yaitu faktor ekstrinsik
kematian di Indonesia.4 asma yang sering terjadi karena
Berdasarkan data RISKESDA responsif terhadap pemicu yang
tahun 2014 prevalensi penyakit berasal dari alergen dan faktor
asma di Indonesia sebesar 4,5%. interinsikasma yang terjadi seperti
Menurut provinsi, prevalensi tertinggi faktor psikologis.8
terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), Stres adalah suatu kondisi
Sedangkan provinsi Jawa Tengah ketegangan kemudian
juga mempunyai prevalensi yang mempengaruhi fisik, mental dan
cukup tinggi dibandingkan provinsi perilaku seseorang. Stress
yang lain yaitu sekitar 4,3 %.3 merupakan gangguan psikologis
Jumlah kasus asma pada sering sekali terjadi pada penderita
orang dewasa di Kota Semarang asma dan dapat mengantarkan
berdasarkan data dari Dinas inidividu pada
Kesehatan Kota Semarang kecemasan.9Kecemasan ini
menunjukkan bahwa pada tahun merupakan komplikasi yang sangat
2012 kasus asma mengalami umum terjadi pada penyakit
peningkatan menjadi 2.300 kasus pernafasan kronik. Kecemasan
dibandingkan dengan tahun 2011 dapat memicu dilepaskannya suatu
hanya 1.443 kasus. Tahun 2013 zat yang bernama histamin yang
kasus asma mengalami penurunan dapat menyebabkanterjadinya
menjadi 1.108 kasus, kemudian kontraksi otot polos dan peningkatan
menurun lagi menjadi 895 kasus pembentukan lendir.Keadaan ini
pada tahun 2014 dan kembali membuat diameter saluran nafas
meningkat pada tahun 2015 menjadi menyempit (bronko-kontriksisi). Saat
1.281.5Tahun 2015 salah satu bronkokontriksi ini terjadi, penderita
puskesmas dengan prevalensi akan sangat sulit untuk bernafas
jumlah kasus serangan asma yang sehingga memicu serangan asma.10
cukup tinggi adalah Puskesmas Cemas (Anxiety) adalah
Gunungpati. Tahun 2014 terdapat 76 respon emosional terhadap penilaian
kasus dan mengalami kenaikan yang menggambarkan keadaan
pada tahun 2015 yaitu sebesar 91 khawatir, gelisah, takut, tidak
kasus asma bronkialserta pada tentram disertai berbagai keluhan
tahun 2016 dari bulan Januari fisik.10Sedangkan kecemasan
sampai dengan Aguatus terdapat 50 adalah sesuatu yang menimpa
kasus penderita dewasa asma hampir setiap orang pada waktu
bronkial.6 tertentu dalam kehidupannya.11
Penyakit asma merupakan Kecemasan merupakan reaksi
penyakit yang tidak dapat normal terhadap situasi yang sangat
disembuhkan, obat-obatan yang ada menekan kehidupan
hanya berfungsi untuk menekan seseorang.Kecemasan bisa muncul
gejala kekambuhannya saja seperti sendiri atau bergabung dengan
batuk, bunyi nafas mengi, terjadi gejala-gejala lain dari berbagai

358
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

gangguan emosional.Bagi orang 3. Menggambarkan derajat


yang penyesuaiannya kurang baik, serangan asma dari penderita
maka kecemasan merupakan bagian asma bronkial di wilayah kerja
terbesar dalam kehidupannya. Puskesmas Gunungpati menurut
Apabila penyesuaiannya tidak sosiodemografi
tepat,akan mengakibatkan dampak 4. Menggambarkan tingkat
terhadap kesehatan jasmani dan kecemasan dan derajat serangan
psikis.12 asma yang dialami penderita
Serangan asma yang dialami asma bronkial di wilayah kerja
oleh individu dapat disebabkan oleh puskesmas Gunungpati
tiga faktor pemicu menurut
Davidson, Neale, dan King (2006) METODE PENELITIAN
yaitu alergen, infeksi dan psikologis. Penelitian ini meruapakan
Faktor pemicu yang disebabkan oleh penelitian deskriptif melalui
faktor psikologi terjadi saat pendekatan cross sectional. Teknik
individumerasa frustasi, depresi, pengambilan sampel adalah total
cemas yang berlebihan, dan tidak sampling. Sampel berjumlah 48
dapat menerima keadaan diri.13 penderita asma.
Berdasarkan fakta yang Variabel yang digunakan
diperoleh dari penelitian yang dalam penelitian ini adalah karakter
pernah ada, hasil dari studi sosiodemografi (umur, jenis kelamin,
pendahuluan serta belum tingkat pendidikan, tingkat
diketahuinya gambaran tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan),
kecemasan dan derajat serangan tingkat kecemasan dan derajat
asma bronkial diwilayah kerja serangan asma.Pengambilan data
puskesmas Gunungpati ini maka dilakukan menggunakan kuesioner
peneliti ingin mengetahui ZSAS dan kuesioner HARS di
“Bagaimana gambaran tingkat wilayah kerja Puskesmas
kecemasan dan derajat serangan Gunungpati. Analisis data dilakukan
asma pada penderita dewasa asma secara univariat dan bivariat
bronkial?”. Peneliti melakukan menggunakan tabel silang(Cross
penelitian pada wilayah kerja tab).
Puskesmas Gunungpati yang
memiliki prevalensi kasus asma HASILPENELITIAN
tertinggi kedua di kota Semarang 1. Karakteristik Responden
pada tahun 2015 Berdasarkan penelitian
diperoleh responden terbanyak
TUJUAN perempuan (56,3%), berumur>46
Penelitian ini dilakukan dengan tahun (64,6%), tingkat
tujuan : pendidikan(64,6%) SD, jenis
1. Mengambarkan pekerjaan (50,0%) tidak bekerjadan
tingkatkecemasan dan derajat memiliki pendapatan ≤UMR (72,9%).
serangan asma pada penderita 2. Deskripsi Variabel Penelitian
asma bronkial di wilayah kerja a. Tingkat Kecemasan
puskesmas Gunungpati.. Berdasarkan hasil penelitian
2. Menggambarkan tingkat menunjukkan bahwa dari 48
kecemasan penderita asma responden (79,2%) mengalami
bronkial di wilayah kerja kecemasan sebelum serangan
Puskesmas Gunungpati menurut asmadan kecemasan berat yang
sosiodemografi.

359
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

paling banyak dialami responden menyatakan bahwa kecenderungan


(57,9%). penyakit asma akan lebih sering
b. Derajat Serangan Asma terjadi pada orang yang berjenis
Berdasarkan hasil penelitian kelamin perempuan.14
menunjukkan bahwa(54,2%) Dalam penelitian lain juga
mengalamai derajat serangan menyatakan bahwa ditemukan lebih
asma sedang yaitu 26 orang. banyak kasus asma bronkial pada
3. Analisis Bivariat responden yang berjenis kelamin
c. Gambaran Tingkat Kecemasan perempuan.15 Hal ini sesuai dengan
menurut Kuesioner (ZSAS) data dari CDC, WHO dan NCHS
Responden yang cemas yang menyatakan bahwa prevalensi
perempuan (52,6%), berusia 46- morbiditas asma bronkial lebih tinggi
65 tahun (68,40%), pendapatan terjadi pada orang yang berjenis
<UMR (76,3%), tidak bekerja kelamin perempuan.16
(50,0%), dan pendidikan SD Penelitian Lim RH et al
(54,8%). departemen imunologi dan
d. Gambaran Tingkat Kecemasan biomolekular dari Universitas
menurut Kuesioner HARS Harvard serta penelitian yang
Tingkat kecemasan banyak dilakukan oleh Vrieza A et al
dialami adalah cemas berat, mendapatkan bahwa prevalensi
perempuan (50,0%), berusia 46- asma bronkial yang tinggi pada
65 tahun (72.70%), pendapatan perempuan disebabkan oleh kadar
<UMR (81,90%), tidak bekerja esterogen yang beredar dalam tubuh
(50,0%), pendidikan SD (72,0%). dapat meningkat degranulasi
e. Gambaran Derajat Serangan eosinofil sehingga dengan mudah
Asma berdasarkan Karakteristikb serangan asma bronkial. Kadar
Responden esterogen yang tinggi dapat
Derajat serangan asma yang menyebabkan substansi
dialami oleh responden adalah proinflamasi terutama
serangan asma sedang, mempengaruhi sel mast, dimana sel
perempuan (69,2%), berusia 46- mast merupakan sel yang memicu
65 tahun (53,8%), pendapatan reaksi hipersensitifitas dengan
<UMR (76,9%), dan tidak bekerja melepaskan kadar histamin dan
(50,0%), serta pendidikan SD mediator inflamasi lainnya, sehingga
(50,0%). memperberat morbiditas asma pada
pasien perempuan.17,18
PEMBAHASAN 2. Gambaran Usia Responden
a. Gambaran Karakteristik Pada penelitian ini penyakit
1. Gambaran Jenis Kelamin asma bronkial dialami responden
Responden usia 46-65 tahun 58,3% usia 26-45
Berdasarkan penelitian yang sebanyak 35,4% dan usia>66 tahun
telah dilakukan di wilayah kerja 6,3%.
Puskesmas Gunungpati penyakit Hasil analisis bivariat
asma bronkial banyak dialami menunjukkan bahwa responden
respondenberjenis kelamin dengan serangan asma berat dan
perempuan dibandingkan dengan sedang paling banyak berusia 46-65
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu tahun dengan serangan sedang
sebesar 56,3%. sebanyak 53,8% dan serangan berat
Hal tersebut sejalan dengan sebanyak 68,8%. Hal tersebut
penelitian sebelumnya yang sejalan dengan penelitian

360
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebelumnya yang menyatakan menyebabkan timbulnya peyakit


bahwa penyakit asma bronkial lebih asma.21
sering terjadi pada penderita berusia Sesuai teori yang menyatakan
45-64 tahun yang tergolong kedalam bahwa semakin rendah status
usia lansia yaitu 55,8%, dikarenakan sosioekonomi seseorang semakin
adanya perkembangan dan mudah mengalami cemas dan stres
perubahan yang sangat cepat yang Individu yang status sosial
dapat mempengaruhi hipotalamus ekonominya rendah akan mengalami
dan mengakibatkan produksi kortisol kesulitan sehingga memicu
menurun yang berhubungan dengan timbulnya kecemasan.22
adanya kelainan inflamasi yang 4. Gambaran Jenis Pekerjaan
dapat menimbulkan penyempitan Responden
bronkus menimbulkan serangan Berdasarkan jenis pekerjaan,
asma bronkial.19 Hal tersebut sejalan penderita asma bronkial di wilayah
juga dengan penelitian Rosma kerja puskesmas Gunungpati paling
Karina Haq yang menyatakan usia banyak berstatus tidak bekerja
45-64 tahun tergolong usia lansia sebesar 50%, tidak bekerja yang
yang paling banyak mengalami dimaksud dalam penelitian ini
serangan asma.14 meliputi pensiunan, ibu rumah
3. Gambaran Tingkat tangga, dan pengangguran.
Pendapatan Responden Responden penderita asma yang
Berdasarkan tingkat seorang ibu rumah tangga, dalam
pendapatan, penderita asma hal ini karena ibu tersebut mendapat
bronkial di penghasilan dari suami atau anak
wilayah kerja Puskesmas yang sudah bekerja, sedangkan
Gunungpati paling banyak responden penderita asma yang
pendapatan ≤UMR sebesar 72,9%. pensiunan mendapatkan
Begitu pula analisis bivariat yang penghasilan dari gaji pada masa
menyatakan bahwa responden tuanya dan untuk responden
dengan serangan asma sedang dan penderita asma yang pengangguran
berat paling banyak dialami dia tidak memiliki penghasilan.
responden yang memiliki Responden penderita asma banyak
pendapatan ≤UMR serangan asma dialami pada usia 46 – 65 tahun
sedang memiliki tingkat pendapatan dimana pada usia ini mereka banyak
≤UMR yaitu 76,9% dan asma berat yang sudah tidak bekerja namun
dengan pendapatan ≤UMR yaitu masih tetap memiliki penghasilan.
75,0%. Hasil analisis bivariat
Hal tersebut sesuai dengan menyatakan bahwa serangan asma
penelitian Mielck yang menemukan sedang dan berat banyak dialami
adanya hubungan antara status oleh responden yang tidak bekerja
sosioekonomi dengan prevalensi dikarenakan faktor genetik dan
derajat asma. Dimana prevalensi faktor lingkungan kerja. Faktor
derajat asma paling banyak terjadi genetik menyebabkan seseorang
pada penderita dengan status menderita asma karena faktor
sosioekonomi yang rendah yaitu keturunan dari keluarga dekat yang
40%.20Hal tersebut juga sesuai sama-sama memiliki alergi. Faktor
dengan penelitian lain yang genetik yang diturunkan tersebut
menyatakan tingkat sosial ekonomi adalah kecenderungan dalam
merupakan faktor risiko yang memproduksi IgE yang berlebihan
menunjukkan bahwa mereka

361
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki sifat atopik, keadaan ini responden asma responden yang


disebut atopi.23Faktor lingkungan mengalami cemas sebelum
kerja dapat disebabkan karena serangan paling banyak dialami oleh
pekerjaan yang dilakukan responden responden yang menempuh
terdahulu sebelum berhenti bekerja pendidikan di tingkat SD juga yaitu
memudahkan penderita asma sebesar 50%.
terpapar alergen, seperti saat Latar belakang pendidikan
responden bekerja sebagai buruh yang rendah membuat mereka tidak
pabrik dimana lingkungan mengetahui tentang penyakit yang
pekerjaanya memicu timbulnya dideritanya dan faktor-faktor apa
alergen yang membuat responden saja yang dapat memicu serangan
tersebut terpapar alergen dalam asma. Hal ini sesuai penelitian
jangka waktu yang lama. Hasil sebelumnya yang menyatakan
penelitian di lapangan juga bahwa tingkat pendidikan akan
memperlihatkan banyak responden semakin mempengaruhi
yang terkena asma akibat dari kemampuan berfikir seseorang.26
pekerjaanya yang terdahulu,
sehingga banyak dari responden b. Gambaran Tingkat Kecemasan
yang menderita asma lebih dari 10 dan Derajat Serangan Asma
tahun. Hal ini sesuai dengan Tingkat kecemasan pada
penelitian sebelumnya yang penderita asma bronkial di wilayah
menyatakan bahwa penyakit asma kerja Puskesmas Gunungpati diukur
paling banyak ditemukan pada menggunakan dua kuesioneryaitu
responden yang bekerja sebagai kuesioner ZSAS dan HARS.Dari
buruh.24 kuesioner ZSAS di dapatkan
5. Gambaran Tingkat Pendidikan responden yang mengalami cemas
Responden sebelum serangan lebih banyak
Berdasarkan tingkat yaitu 79,2%. Hal ini sesuai dengan
pendidikan, asma bronkial paling penelitian sebelumnya yang
banyak dialami oleh responden yang menyatakan bahwa kecemasan
menempuh pendidikanya hingga SD merupakan respon dari stres,
yaitu 52,1%. Responden banyak dimana stres dapat menjadi
yang hanya tamat sekolah dasar hal pencetus serangan asma bahkan
ini dikarenakan masih rendahnya dapat memperberat serangan asma
kesadaran masyarakat tentang yang sudah ada.28 Selain itu juga
pendidikan, Tamat SD merupakan sesuai dengan penelitian lain yang
hal wajar menurut pandangan menyatakan terdapat lebih banyak
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pasien yang mengalami kecemasan
penelitian sebelumnya yang pada pasien asma bronkial yang
menyatakan bahwa sebagian besar berobat di Poli Paru RSD dr.
pasien asma dalam penelitian Soebandi Jember.29Hal ini juga
tersebut memiliki tingkat pendidikan sesuai dengan teori yang
yang rendah.25 Responden dengan menyatakan bahwa kecemasan
tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor yang
kurang begitu memahami tentang dapat berpengaruh terhadap
penyakit asma dan belum mampu timbulnya rangsangan pada saluran
mencari tau cara mencegah pemicu pernapasan penderita asma.30
serangan asma. Hasil pengukuran
Berdasarkan hasil analisis menggunakan kuesioner HARS, dari
bivariat pada menyatakan bahwa 38 responden yang dinyatakan

362
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

cemas bahwa tingkat kecemasan kecemasan sangat berat 2,6%,


yang paling banyak dialami oleh berat 55,3%, sedang 26,3%,
penderita asma bronkial yaitu cemas dan ringan 15,8%.
berat 55,3%, sedang 26,3%, ringan b. Presentase derajat serangan
15,8%, serta sangat berat 2,6%. Hal asma yang dialami penderita
ini sesuai dengan yaitu serangan asma berat
penelitiansebelumnya yang 33,3%, sedang 54,2% dan
menyatakan bahwa terdapat ringan 12,5%.
tingkatan kecemasan dari ringan c. Karakteristik responden
sampai sangat berat pada penderita penderita asma bronkial
asma bronkial di BP4 Semarang. berdasarkan jenis kelamin
Hasil analisis bivariat tingkat paling banyak dialami
dengan derajat serangan asma perempuan 56,3%, kelompok
menyatakan respondenyang usia 46-65 tahun 58,3%,
mengalami serangan asma sedang tingkat pendapatan <UMR
dan berat paling banyak dialami oleh 72,9%, status tidak bekerja
responden yang mengalami cemas 50%, dan tingkat pendidikan
terlebih dahulu sebelum SD 52,1%
serangan.Hal ini sesuai dengan 2. Saran
penelitian sebelumnya yang Saran bagi penderita asma
menyatakan bahwa penderita asma maupun keluarganya untuk sering
dengan serangan asma ringan lebih mengikuti konseling ke petugas
banyak tidak mengalami cemas, kesehatan agar dapat menerapkan
sedangkan penderita dengan upaya dan gaya hidupsehat untuk
serangan sedang dan berat lebih mencegah timbulnya kecemasan
banyak mengalami cemas. Selain itu pada penderita asma yang dapat
sesuai juga dengan penelitian lain menjadi pencetus serangan asma.
yang menyatakan bahwa
kecemasan dapat menjadi pencetus DAFTAR PUSTAKA
serangan asma dan dapat 1. GINA. Gobal Strategy for Asthma
memperberat serangan asma yang Management and Prevention.
sudah ada.14Hal ini disebabkan Canada (Tor). 2006.
karena kecemasan akan memicu 2. IDAI. Konsensus Nasional Asma
Anak.Pediatri. 2000;2:50-66.
dilepaskannya histamin yang
3. Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar.
menyebabkan terjadinya kontraksi Jakarta; 2013.
otot polos dan peningkatan 4. Soepardi J. Data Dan Informasi
pembentukan lendir sehingga Kesehatan Penyakit Tidak Menular.
membuat diameter saluran Kementerian Kesehatan RI. 2012
pernapasan menyempit 5. Dinkes. Profil Kesehatan Kota
(bronkokonstriksi), dimana ketika Semarang Tahun 2014. Semarang;
bronkokonstriksi ini terjadi, penderita 2015.
akan sangat sulit bernafas dan 6. Dinkes. Laporan Jumlah Kasus Lama
memicu munculnya serangan dan Kasus Baru Penyakit Tidak
Menular. Semarang; 2015.
asma.31
7. Utami SN, Widiasavitri PN.
Hubungan antara dukungan sosial
KESIMPULAN DAN SARAN keluarga dengan penerimaan diri
1. Kesimpulan individu yang mengalami asma. J
a. Penderita asma mengalami Psikologi UDAYANA. 2013;1(01).
kecemasan sebelum terjadinya 8. Hadioroto I. Asma Oleh Tim Redaksi
serangan asma yaitu Vital Health. Jakarta: Gramedia
Pustakautama.

363
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

9. Widyarini N. Psikologi Populer: Kunci Pernafasan. Jakarta: Salemba


Pengembangan Diri.Elex Media Medika; 2008.
Komputindo. 24. Diah SW. Gambaran Tingkat
10. Eddy S, Susanto YS, Peran Stress Kecemasan pada Penderita Asma
Pada Serangan Asma.FK UNS: 32. Bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas
11. Hawari D. Manajemen Cemas Dan Kedungmundu. Fak Kesehat Masy
Depresi. Jakarta: Balai Penerbit Univ Diponegoro.
Fakultas Kedokteran UI; 2001. 25. Permatasari S. Hubungan Antara
12. Stuart G. Buku Saku Keperawatan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat
Jiwa. 3rd Ed. Jakarta: EGC; 1998 Kontrol Asma Pada Pasien Asma
13. Prasetyo J. Aspek Psikiatrik Pada Dewasa Poliklinik Paru RSUD Dokter
Asma Bronkial. Jiwa. 1994; 3:57-67. Soedarso Pontianak. Pontianak;
14. Haq RK. Hubungan Tingkat 2014.
Kecemasan dengan Serangan Asma 26. Untari I, Rohmawati. Faktor-Faktor
pada Penderita Asma Bronkial di yang Mempengaruhi Kecemasan
BP4 Semarang. J Kesmadaska. dalam Usia Pertengahan dalam
2010;1. Menghadapi Proses Menua (Aging
15. Annisa Ratna Darmila. Hubungan process). Keperawatan.
Karakteristik Pasien Asma Bronkial 2014;1(2):83-90.
dengan Gejala Penyakit Refluks 27. Stuart GW, Sunden SJ.Principles
Gastroesofagus (PRGE) di RSUD dr. and Practice of Psyciatric Nursing,
Soedarso Pontianak. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 3rd
16. CDC - Asthma - Data and Ed. (Y A, Ed). Jakarta: EGC; 2002.
Surveillance - Asthma Surveillance 28. Hasma, Hasanuddin Bahar HB.
Data. Gambaran Faktor Pencetus
17. Lim R et al. Sexsualension in the Serangan Asma Bronchial di Rumah
airways: the puzzing dualty of Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
estrogen in asthma. Am J Respir Cell Makasar. 2012;1(3).
Mol Biol. 2008:499-500. 29. Hostiadi M, Mardijana A, Nurtjahja E.
18. A Vrieze, Postma D, Kerstjens H. Hubungan Antara Tingkat
Perimenstrual asthma: a syndrome Kecemasan dengan Frequensi
without known cause or cure. J Kekambuhan Keluhan Sesak Napas.
Allergy Clin Immunol. 2007;112:271- J Agromedicine Med Sci. 2015;1(1)
282. 30. Tambayong J. Patofisiologi Untuk
19. Lange P, Parner J, Prescott E, Ulrik Keperawatan. Jakarta:EGC; 2000.
C, Vestbo J. Exogenous Female Sex 31. Soesanto E, Nurkholis. Hubungan
Steroid Hormones and Risk of Komunikasi Terapeutik Perawat
Asthma and Asthma-like Symptoms: dengan Kecemasan Pasien
A Cross Sectional Study of the Gangguan Kardiovaskuler yang
General Population. Thorax. 2001; Pertama Kali di Rawat di Intensive
56:613-616. Coronary Care Unit RSU Tugurejo
20. Melck A, Reitmeir P, Wist M. Severity Semarang. TUGUREJO
of Childhood Asthma by SEMARANG. J Keperawatan. 1(2):1-
Socioeconomic Statues. Epidemiol. 11.
1996; 25:386-393.
21. Rodriquez M, Winkleby M, Ahn D, J
S HC K. Identification of Population
Subgroups of Children and
Adolescents with High Asthma
Prevalence. 2002; 156:269-275.
22. Sunaryo. Psikologi
UntukKeperawatan. Jakarta:
EGC;2004.
23. Muttaqim A. Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Sistem

364

You might also like