You are on page 1of 6

Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)

ISSN : 2774-0524 (Cetak)

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KONTROL ASMA BRONKIAL

Marlin Sutrisna1, Elsi Rahmadani2


Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu1,2
marlinsutrisna@yahoo.co.id, elsirahmadani@yahoo.co.id,

ABSTRACT
Asthma is a chronic respiratory disease that ranks tenth as a cause of death in Indonesia. It is
estimated that the prevalence of asthma in Indonesia is 5% of the entire population of Indonesia,
meaning that currently there are 12.5 million asthma patients in Indonesia. Asthma cannot be
cured but can be controlled. High self-efficacy can lead to active coping strategies, such as
taking prescription asthma control medications or asthma relievers. It is necessary to increase
self-efficacy to improve the quality of life of asthma patients. The aim of the study was to analyze
the relationship between self-efficacy and control of bronchial asthma. Methods: This type of
research is analytic observational with a cross sectional approach. A sample of 51 asthma
patients undergoing outpatient treatment at the Sukamerindu Public Health Center was selected
using a purposive sampling technique. The dependent variable studied was control of bronchial
asthma. The independent variables studied included self-efficacy. The result in this study is that
there is a relationship between self-efficacy and control of bronchial asthma (p=0.000). The
conclusion in this study is that there is a relationship between self-efficacy and control of
bronchial asthma in the Sukamerindu Public Health Center Work Area, Bengkulu City in 2020.
The researcher suggests that the Sukamerindu Public Health Center can provide counseling or
health education about asthma, increasing the participation of asthmatics in asthma intervention
programs.

Keywords : self-efficacy, bronchial asthma control

ABSTRAK
Asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronik yang menempati urutan kesepuluh sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh
penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia. Asma tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol.. Efikasi diri yang tinggi dapat menyebabkan strategi koping
aktif, seperti mengambil kendali asma obat sesuai resep atau obat pereda asma. Perlu adanya
peningkatan efikasi diri untuk meningkatkan kualitas hidup pasien asma. Tujuan Penelitian
adalah untuk menganalisis hubungan Self-efficacy dengan kontrol asma bronkial. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 51 pasien
asma yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Sukamerindu dipilih dengan teknik purposive
sampling. Variabel dependen yang diteliti adalah kontrol asma bronkial. Variabel independen
yang diteliti meliputi self efficacy. Hasil dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
self efficacy dengan kontrol asma bronkial (p=0,000). Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat
hubungan antara self efficacy dengan kontrol asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2020.Peneliti menyarankan kepada pihak Puskesmas
Sukamerindu untuk dapat memberikan penyuluhn atau pendidikan kesehatan tentang asma,
meningkatkan partisipasi penderita asma dalam program intervensi penyakit asma.

Kata kunci : self-efficacy, kontrol asma bronkial


episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
ENDAHULUAN penyumbatan saluran napas terutama pada
Asma merupakan penyakit inflamasi malam hari atau pagi hari. Asma mempunyai
kronik saluran napas ditandai dengan mengi

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1999


Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)
ISSN : 2774-0524 (Cetak)

tingkat fatalitas yang rendah, namun kasus asma di Indonesia tahun 2018 berjumlah
nya cukup banyak ditemukan pada 1.017.290 orang, dimana asma menempati
masyarakat. WHO memperkirakan 100-150 sepuluh besar penyebab kesakitan dan
juta penduduk dunia menderita asma, dan kematian di Indonesia. Secara nasional yang
diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah tergambar dari data survei kesehatan rumah
sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. tangga (SKRT) diberbagai provinsi di
Menurut laporan Global Initiative for Asthma Indonesia. Sebanyak 9 provinsi yang
(GINA), pada tahun 2012 pasien asma sudah mempunyai prevalensi penyakit asma
mencapai 300 juta orang. Asma tidak dapat tertinggi antara lain, Jawa Barat di urutan
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pertama di ikuti Jawa Timur, Jawa Tengah,
pemberian obat-obatan yang tepat, sehingga Sumatera Utara, Banten, DKI
kualitas hidup dapat tetap optimal. Sedangkan Jakarta,Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan,
menurut (Mumpuni, 2013) pengobatan hanya dan Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2018).
dapat memperingan atau mengendalikan Sementara itu, prevalensi terendah terdapat di
frekuensi terjadinya serangan asma yang Provinsi Lampung (1,6%), kemudian diikuti
berlangsung dan disebut asma terkontrol. Riau, dan Bengkulu (2%), sementara untuk
Artinya penyakit asma dapat dikontrol Provinsi Jawa Tengah (4,3%) (Profil
ataupun dikendalikan agar serangan asma Kesehatan Indonesia, 2018).
tidak terjadi sewaktu-waktu. Dampak penyakit asma sendiri
Menurut data World Health bermacam–macam tergantung dari faktor
Organization (WHO) tahun 2017, kematian penyebab asma itu sendiri ada yang bisa
akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 menyebabkan sesak nafas, batuk kronis,
jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan mudah lelah, hingga kematian (Ratih, 2010).
kurang lebih 1% keseluruhan kematian di Penyakit asma merupakan penyakit kronis,
Indonesia. Kira-kira 1.1% komunitas karena itu pasien harus mengenal penyakit
Indonesia menderita asma. Data WHO, dengan baik. Dengan demikian, pasien dapat
prevalensi asma bronchiale di seluruh dunia mencegah serangan asma dan bila terjadi
adalah sebesar 8-10% pada orang dewasa dan serangan asma pasien tidak mengalami
dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar kepanikan serta dapat mengambil langkah
50%. Setiap tahun mortalitas asma bronchiale yang tepat. Bila penderita salah dalam
meningkat di seluruh dunia dari 0,8% per menilai beratnya serangan asma dapat
100.000 pada tahun 2016, menjadi 1,2% per menjadi berbahaya. Selain itu pasien juga
100.000 pada tahun 2017 dan meningkat lagi dapat menghindari faktor penyebab terjadinya
menjadi 2,1% per 100.000 pada tahun 2018. frekuensi asma seperti (debu, serbuk, infeksi
Selain itu WHO juga memperkirakan 100- saluran napas, stress emosi, olahraga
150 juta penduduk di dunia saat ini terkena berlebihan). Menghindari faktor-faktor
penyakit asma dan diperkirakan akan terus tersebut frekuensi asma dapat dihindarkan
bertambah 180.000 setiap tahun (WHO, (Nursalam, dkk, 2017).
2017). Penyakit asma ini juga kerap kali
WHO (2021) menunjukan bahwa menggangu individu penderita asma, hal yang
penyakit asma mempengaruhi sekitar 262 juta terganggu berupa gangguan yang terjadi pada
orang dan menyebabkan 461000 kematian. fisik hingga terjadi pada psikologis para
Kemenkes RI (2017) di Indonesia penderitanya. Individu yang penderita
mengatakan penyakit asma masuk dalam penyakit asma juga terganggu psikisnya,
sepuluh besar penyebab kesakitan dan terkadang individu merasa tidak bebas
kematian. Angka kejadian asma 80% terjadi bahkan merasa tertekan karena individu
di negara berkembang akibat kemiskinan, tersebut harus mengkonsumsi obat-obatan
kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan secara rutin (Utami, 2013). Keadaan ini
dan fasilitas pengobatan. Di Indonesia menyebabkan tidak sedikit penderita asma
berdasarkan hasil survey, prevalensi penderita yang merasa stres denga npenyakitnya

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2000


Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)
ISSN : 2774-0524 (Cetak)

tersebut. Dwitantyanov dalam (Utami, 2013) hasil kesehatan. Jadi dengan adanya self-
mengungkapkan hal yang sama bahwa efficacy yang tinggi dalam diri individu
gangguan psikis tersebut dapat memicu penderita asma, ia mampu mencegah dan
timbulnya stres dalam kehidupan individu memperkecil jumlah serangan asma yang
yang menderita asma, sehingga penyakit yang muncul, sehingga individu dapat melakukan
tengah dialamioleh individu tersebut menjadi kegiatan sehari-hari dengan lancar.
bertambah parah dan prognosis menjadi Kontrol asma dapat dilihat dari
semakin buruk. frekuensi serangan asma adalah jumlah
Keinginan individu penderita asma kondisi memburuknya gejala asma secara
untuk dapat mencegah asma nya dapat tiba-tiba yang disebabkan oleh pengetatan
dicapai oleh keyakinan individu untuk dapat otot-otot di sekitar saluran udara
melakukan perilaku yang dapat mengatasi (bronkospasme). .Perhimpunan Dokter Paru
asma tersebut. Keyakinan seseorang akan Indonesia dan GINA menetapkan bahwa
kemampuan atau kompetensinya, dalam tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
mencapai tujuan atau mengatasi sebuah meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hambatan disebut self-efficacy (Baron& hidup penderita, agar asma dapat terkontrol
Bryne, 2005). Dalam konsep self-efficacy ini, dan penderita asma dapat hidup normal tanpa
individu yang memiliki sesuatu suatu hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
penyakit dan memiliki keyakinan akan hari. Apabila penderita asma mengetahui cara
kemampuannya dalam mencapai tujuan untuk mengontrol serangan asma, maka diharapkan
sehat maka ia akan mencari informasi frekuensi serangan asma dapat menurun,
mengenai penyakitnya (Lee, et.al, 2008). sehingga kualitas hidup penderita asma
Efikasi diri yang tinggi dapat menjadi meningkat (GINA, (2012).
menyebabkan strategi koping aktif, seperti Berdasarkan data di Provinsi
mengambil kendali obat asma sesuai resep Bengkulu tahun 2018 penderita asma bronkial
atau obat pereda bila diperlukan serta berjumlah 788 orang. Data di Puskesmas
berkonsultasi dengan dokter jika timbul SukamerinduKota Bengkulu pada tahun 2016
gejala secara persisten. Self-efficacy asma berjumlah 35, tahun 2017 meningkat menjadi
telah dikaitkan dengan kepatuhan terhadap 162 dan tahun 2018 berjumlah 97 penderita.
pemeliharaan asma, serta peningkatan Sedangkan data penderita asma dari bulan
kualitas hidup asma. Penelitian cohort telah Januari-Desember 2019 meningkat menjadi
menunjukkan bahwa efikasi diri asma adalah 101 orang penderita asma pada kelompok
prediktor independen kualitas hidup asma, umur 20-59 tahun.
dan itu meningkat dalam self-efficacy Tujuan penelitian ini untuk mengangkat
(melalui program manajemen asma) telah kasus dengan judul “hubungan self-efficacy
dikaitkan dengan peningkatan manajemen diri dengan kontrol asma bronkial”.
perilaku asma, peningkatan kualitas hidup .
terkait aktivitas, dan menurun pada lama hari METODE
peningkatan terjadinya gejala gejala asma
(Ejebe, I. H., Jacobs, E. A., & Wisk, L. E. Jenis penelitian yang digunakan pada
(2015). penelitian ini adalah metode analitik dengan
Menurut hasil penelitian Scherer YK, pendekatan cross sectional. Penelitian ini
Bruce S. (2001) dan (Talreja N, Soubani AO, dilakukan di Puskesmas Sukamerindu Kota
Sherwin RL, Baptist AP, (2012) menyatakan Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini adalah
Efikasi diri asma yang rendah telah dikaitkan pasien asma bronkial yang berkunjung di
dengan peningkatan rawat inap asma dan Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
kunjungan ke instalasi gawat darurat (IGD). berjumlah 51 responden. Waktu penelitian
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa self- dilakukan pada Bulan Juni Tahun 2022. Self
efficacyasma adalah faktor penentu penting efficacy di ukur dengan menggunakan
dari manajemen perilaku diri dan prediksi kuesioner Self Efficay yaitu dari AMES

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2001


Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)
ISSN : 2774-0524 (Cetak)

(Asthma Self-Efficcay Of Self-Management Of Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa


Asthma Survey dan kontrol asma di ukur sebagian besar 28 orang atau (54.9%)
dengan menggunakan kuisioner baku yaitu memiliki self-efficacyyang tinggi.
ACT (Asthma Control Test).
Penelitian ini tidak dilakukan uji etik Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kontrol
karena bukan merupakan penelitian Asma Bronkial.
eksperimen, namun peneliti memperhatikan Variabel Kategori Frekuensi Persentase
aspek legal etik dalam penelitian. Data Kontrol Tidak 13 25.5
Asma terkontrol
dilakukan analisis uji statistik Chi-Square.
Sebagian 15 29,4
terkontrol
HASIL Terkontrol 23 45,1
Total 51 100
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Self- Efficacy
Variabel Kategori Frekuensi Persentase Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa hampir
Self- Rendah 23 45.1 sebagian dari responden 23 orang atau
Efficacy
Tinggi 28 59.9
(45.1%) responden yang memiliki asma
Total 51 100 % terkontrol.

Tabel 3. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan kontrol asma bronkial


Variabel Kontrol Asma Bronkial
Self Tidak Sebagian Total P-Value
Terkontrol
Efficacy Terkontrol Terkontrol
n % n % N % n % 0.000

Rendah 12 52.2 7 30.4 4 17.4 23 100

Tinggi 1 3.6 8 28.6 19 67.9 28 100


Total 13 15 23 51 100

Tabel 3. diketahui bahwa dari 23 PEMBAHASAN


responden yang memiliki Self-Efficacy rendah
didapatkan serangan asma tidak terkontrol Dari hasil analisa data di atas,
sebanyak 12 responden atau (52,2%),[ ditemukan bahwa mayoritas penderita asmadi
sebanyak 7 responden atau (30,4%) serangan Puskesmas Sukamerindu Kota
asma sebagian terkontrol dan 4 responden Bengkulumemiliki tingkat self-efficacy tinggi
atau (17,4%) serangan asma terkontrol. dengan persentase 54,9% (28 orang) berada
Sedangkan dari 28 responden yang memiliki pada tingkat self efficacy tinggi.Tingkat self-
Self-Efficacy tinggi diperoleh serangan asma efficacy yang tinggi menunjukkan bahwa
tidak terkontrol 1 orang atau (3,6%), 8 sebagian besar penderita asma cukup yakin
responden atau (28,6%) sebagian terkontrol dengan kemampuannya serta merasa cukup
dan 19 responden atau (67,9%) serangan mampu melaksanakan tugas di berbagai
asma terkontrol. Hasil analisis uji Chi-Square aktifitas dan situasi.
menunjukkan bahwa nilai p=0.000 yang Pada penelitian ini yang sudah
berarti kurang dari α= 0,05, dilakukan ternyata adanya hubungan self-
efficacy dengan kontrol asma bronkial pada
Maka dapat disimpulkan terdapat penderita asma di Puskesmas Sukamerindu
hubungan yang bermakna antara self-efficacy Kota Bengkulu yang signifikan dengan
dengan kontrol asma bronkial di Wilayah ditunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000
Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota yang lebih kecil dari taraf kepercayaan yang
Bengkulu Tahun 2020. digunakan peneliti yaitu sebesar 5% (0,05).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2002


Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)
ISSN : 2774-0524 (Cetak)

Dalam menentukan indikator untuk menghadapi berbagai hambatan terkait


mengukur self-efficacy menggunakan dimensi dengan kesulitan yang dialami. Self-efficacy
self-efficacy menurut Bandura (1997) yaitu merupakan keyakinan seseorang atas
level/magnitude, strength dan generativity. kemampuannya untuk melakukan sesuatu
Level/magnitude terletak pada keyakinan dalam menyelesaikan tugas atau tindakan
individu atas kemampuannya terhadap tingkat yang diperlukan untuk mencapai hasil
kesulitan tugas dan keyakinan individu tertentu (Ghufron&Rini, 2011: 74). Dengan
berimplikasi pada pemilihan tingkah laku keyakinan seseorang bahwa ia mampu untuk
berdasarkan hambatan atau tingkat kesulitan melakukan sesuatu dalam menyelesaikan
suatu tugas atau aktivitas. Strength yaitu sebuah tugas, maka seseorang tersebut akan
tingkat kekuatan dari keyakinan atau mampu beradaptasi dengan kondisi sulit yang
pengharapan individu mengenai dialaminya sehingga tidak mudah tertekan
kemampuannya. Sedangkan generativity yaitu dan semakin bisa menghadapi stress.
tingkat kekuatan dari keyakinan atau Hasil penelitian ini sejalan dengan
pengharapan individu mengenai penelitian Mustika, Alissa Ridha (2013) yang
kemampuannya. menggunakan Skala Self-Efficacy dalam
Tinggi dan rendahnya tingkat self- mencegah Serangan Asma yang disusun oleh
efficacy penderita asma dalam menjalani peneliti dalam berdasarkan dimensi self-
pengobatan asma di Puskesmas Sukamerindu efficacy (Bandura, 1997) dan perilaku
Kota Bengkulu bisa disebabkan oleh banyak pencegahan asma (Sundaru, 2009). Hasil
faktor, karena memang banyak hal yang penelitian menunjukkan bahwa adanya
mempengaruhi self-efficacy seseorang hubungan negatif antara self-efficacy dalam
(Bandura (1994: 79) dalam (Chen S-Y,,et.al, mencegah serangan asma pada penderita
2010) asma Universitas Pendidikan Indonesia.
Bagi para penderita asma tidak Koefisien korelasi yang dihasilkan dari
terkontrol merupakan tugas yang tidak ringan. penelitian ini sebesar -0.481.
Penderita asma pada awalnya memiliki
semangat, motivasi dan minat yang tinggi KESIMPULAN
terhadap kesembuhan pengobatan, perawatan
dan pencegahan asma keadaan itu menurun Kesimpulan dalam penelitian ini
seiring dengan kesulitan-kesulitan yang bahwa terdapat hubungan antara self efficacy
dialami. Kesulitan itu membuat penderita dengan kontrol asma bronkial di Wilayah
asma sering putus asa dan menyebabkan Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
penderita asma tidak dapat menjalani Bengkulu Tahun 2020
pengobatan, perawatan dan pencegahan
asmasecara teratur. Kesulitan-kesulitan UCAPAN TERIMAKASIH
tersebut merupakan stressor yang dapat
membebani penderita asma yang sedang Ucapan terimakasih kepada Pihak
menjalani pengobatan, perawatan dan Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu yang
pencegahan asma. Kondisi yang membebani telah memberikan kesempatan dan bimbingan
inilah yang membuat mereka putus asa dan kepada peneliti sehingga peneliti mampu
menyebabkan asma tidak terkontrol. Hasil menyelesaikan penelitian ini dengan lancar.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Atmoko. 2011 di Poliklinik Asma DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta dengan
prevalensi asma tidak terkontrol 81 responden Alisa Ridha Mustika, 2013. Self Efficancy
(75,7%) dan asma yangterkontrol adalah 26 studi korelasi pada penderita
responden (24,3%). asmapenderita asma di Universitas
Tingginya self-efficacy seseorang Indonesia. Skripsi Universitas
berkontribusi terhadap kemampuan seseorang Pendidikan Indonesia.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2003


Volume 6, Nomor 3, Desember 2022 ISSN : 2774-5848 (Online)
ISSN : 2774-0524 (Cetak)

Bandura, A. 1997. Self-efficacy – The ad health self-efficacy on the use of


Exercise of Control (Fifth Printing, health information and its
2002). New York: W.H. Freeman & outcomes.Communication Research.
Company 35(358), Doi:
Bandura, A. (2006). Article of guide for 10.1177/0093650208315962.
Contructing Self-efficacy Scales. By Mumpuni, Y., & Ari, W. (2013). Cara Jitu
Information Age Publishing. Mengatasi Asma Pada Anak dan
Baron, R.A. dan Byrne, D. 2005. Psikologi Dewasa. Yogyakarta: Repha
sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2. Jakarta: Publishing.
Erlangga. Nursalam, Hidayati dan Sari. 2017. Faktor
Chen, Su-Yueh; Sheu, Sheila; Chang, risiko asma dan perilaku pencegahan
Ching-Sheng; Wang, Tung-Heng; Huang, berhubungan dengan tingkat kontrol
Ming-Shyan. The Effects of the Self- penyakit asma. Ejournal Ners Unair.
Efficacy Method on Adult Asthmatic Fakultas Keperawatan Universitas
Patient Self-Care Behavior, Journal of Airlangga.
Nursing Research: December 2010 - Pervin, L.A. & John. 2001. Personality:
Volume 18 - Issue 4 - p 266-274 doi: Theory and Research (8th ed.). New
10.1097/NRJ.0b013e3181fbe33f York: John Wiley and Sons
Ejebe, I. H., Jacobs, E. A., & Wisk, L. E. Ratih, 2010. Faktor-faktor yang berhubungan
2015. Persistent differences in asthma dengan penyakit asma di Indonesia.
selfefficacy by race, ethnicity, and Jakarta. Puslitbang BMF
income in adults with asthma.Journal of Schreitmüller J& Loerbroks A. 2019. The
Asthma, 52(1),105–113. role of self-efficacy and locus of control
https://doi.org/10.3109/02770903.2014.947429 in asthma-related needs and outcomes: a
Friedman, Howard S., dan Miriam W. cross-sectional study. Journal of
Schustack. 2006. Kepribadian, teori Asthma. 2019 Jan 11:1-9. doi:
klasik dan riset modern. (Terjemahan 10.1080/02770903.2018.1556687.
oleh Dariyanto, Sutrisna M, Pranggono, E & Kurniawan, T.
Badrus Samsul Fata, Abi, dan Jhon Rinaldi). Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Terhadap ACT (Asthma Control Test).
Global Initiative For Asthma, 2012. Global Jurnal Keperawatan Silampari. Jurnal
Strategy for Asthma Management and Keperawatan Silampari (JKS).
Prevention. Global Initiative For Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018
Asthma : Canada. e-ISSN : 2581-1975. p-ISSN : 2597-
Global Initative for Asthma (GINA). (2021).
7482
GINA Report, Global Strategy for
Sutrisna, M & Arfianti, M. 2020. Pengaruh
Asthma
Teknik Pernapasan Buteyko terhadap
Management and Prevention. Diakses
Fungsi Paru Pada Pasien Asma
dari https://ginasthma.org/wp-
Bronchial. SAINTEK: Jurnal Ilmiah
content/uploads/2021/05/Whats-new-
Sains dan Teknologi Industri 3 (1),
in-GINA-2021_final_V2.
140-150
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil
Utami, N.M.S.N., 2013. Hubungan Antara
Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Dukungan Sosial Keluarga dengan
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31
Penerimaan Diri Individu yang
Januari 2020 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdati Mengalami Asma. Jurnal Psikologi
n/profil kesehatanindonesia/Profil- Udayana, Vol.1 No.1, p.12-13.
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf.
Lee, S. Y., Hwang, H., Hawkins, R., Pingree,
S. (2008). Interplay of negative emotion

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2004

You might also like