You are on page 1of 16

ANALISIS JURNAL

PERNAFASAN BUTEYKO BERMANFAAT DALAM


PENGONTROLAN ASMA

Oleh :
Made Okthaviani Susilawati Dewi
18.321.2876
A12-B

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
Volume 2, No. 1
e-ISSN : 2685-1997
April, 2019

REAL in Nursing Journal (RNJ)


Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Pernafasan Buteyko Bermanfaat Dalam


Pengontrolan Asma

Lisavina Juwita & Ine Permata Sary

Program Studi Pendidikan Ners


STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

Pernafasan Buteyko Bermanfaat Dalam Pengontrolan Asma


REAL in Lisavina Juwita & Ine Permata Sary
Nursing
Journal (RNJ) ABSTRACT

https://ojs.fdk.ac.id/inde The epidemiological problems of mortality and morbidity of asthma still tend to
x.php/Nursing/index
be high, predicts that the current number of asthma patients in the world
reaches 334 million people, continues to increase by 400 million people by
2025 and there are 250 thousand deaths from asthma including children
(WHO). The purpose of this study to determine the difference between
Asthma Control, controlling the asthma before and after the implementation of Buteyko
Buteyko Respiratory breathing. This research uses Quasy Exsperiment design design with pretest -
posttest. The population of this research are all patients suffering from asthma
Korespondensi: disease in Working Area of Bukittinggi City Health Care Cente 2018 which
Lisavina Juwita amounted to 44 people and the number of samples in the research is 15
fdklisa@gmail.com people. Statistical test results obtained p value 0,000 means there is a
difference between controlling the asthma before and after the implementation
of respiratory Buteyko. Recommendation for the Health Care Center Leader to
Stikes Fort De
conduct socialization and training so that all nurses have the same ability in
Kock Bukittinggi
implementing breathing techniques Buteyko on asthma sufferers.

ABSTRAK

Masalah epidemiologi mortalitas dan morbiditas penyakit asma masih cenderung tinggi, saat ini jumlah
pasien asma di dunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan
sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma termasuk anak-anak
(WHO). Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan antara pengontrolan asma sebelum dan sesudah
pelaksanaan pernapasan Buteyko di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang. Penelitian ini mengunakan
rancangan desain Quasy Exsperiment design dengan rancangan pretest-posttest. Populasi penelitian ini
adalah semua pasien yang menderita penyakit asma di Wilayah Kerja salah satu Puskesmas Bukittinggi
tahun 2018 yang berjumlah 44 orang dan jumlah sampel dalam penelitian adalah 15 orang. Hasil uji statistik
didapatkan p value 0,000 berarti ada perbedaan antara pengontrolan asma sebelum dan sesudah
pelaksanaan pernafasan Buteyko. Dapat disimpulkan pernafasan Buteyko bermafaat dalam pengontrolan
asma. Disarankan pada pihak Puskesmas untuk mengadakan sosialisasi dan pelatihan agar semua perawat
memiliki kesamaan kemampuan dalam melaksanakan teknik pernapasan Buteyko pada penderita asma.

Kata Kunci : Pengontrolan Asma, Pernafasan Buteyko

10 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

PENDAHULUAN mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia,


Kesehatan merupakan bagian dari penerapan dan beberapa indicator telah menunjukkan
pembangunan global,salah satu aspek yang bahwa prevalensinya terus menerus
akan dicapai dari 2016 pencapaian meningkat, khususnya pada anak-anak.
pembangunan millenium SDGs adalah Masalah epidemiologi mortalitas dan morbiditas
kesehatan. Salah satu diantaranya adalah penyakit asma masih cenderung tinggi,
kesehatan dalam rangka SDGs yaitu yang saat menurut world health organization (WHO) yang
ini menjadi perhatian baru di SDGs salah bekerja sama dengan organisasi asma di dunia
satunya adalah pembahasan mengenai yaitu Global Astma Network (GAN)
kontaminasi dan polusi air,udara,tanah. memprediksikan saat ini jumlah pasien asma di
Kontaminasi dari polusi udara saat ini juga dunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan
menjadi perhatian baru di SDGs masalah angka ini akan terus mengalami peningkatan
kesehatan yang berkembang saat ini samgat sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025 dan
bervariasi, salah satu penyakit yang menjadi terdapat 250 ribu kematian akibat asma
faktor penyebab gangguan pernapasan salah termasuk anak-anak (GAN, 2014).
satunya adalah asma (KEMENKES RI, 2015).
National health interview survey di Amerika
Menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5
penderita asma pada 2025 diperkirakan juta orang penduduk negeri itu mengidap
mencapai 400 juta. Prevalensi asma di dunia bronkhitis kronik, lebih dari 2 juta orang
sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta
menunjukkan peningkatan kejadian asma, orang menderita salah satu bentuk asma.
terutama di negara-negara maju. Adapun di Laporan organisasi kesehatan dunia (WHO)
Indonesia, penyakit asma merupakan sepuluh dalam world health report 2015 menyebutkan
besar penyebab kesakitan dan kematian. bahwa 17,4% kematian di seluruh dunia
Selain mengganggu aktivitas, asma tidak dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit paru utama
disembuhkan. Bahkan, dapat menimbulkan dimana salah satunya adalah asma. Penyakit
kematian (Kementerian Kesehatan Republik asma di Indonesia termasuk dalam sepuluh
Indonesia, 2015). Data WHO memperkirakan, besar penyakit penyebab kesakitan dan
pada 2025 di seluruh dunia terdapat 255.000 kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari
jiwa meninggal karena asma. Jumlah ini dapat hasil survey Riskesdas di tahun 2013 mencapai
meningkat lebih besar mengingat asma 4.5% dengan penderita terbanyak adalah
merupakan penyakit yang un-derdiagnosed. perempuan yaitu 4.6 % dan laki-laki sebanyak
Sebagian besar atau 80 persen kematian justru 4.4% (Kemenkes RI, 2015).
terjadi di negara-negara berkembang.
Tingginya angka kematian akibat asma banyak Pada umumnya penderita asma akan
karena kontrol asma yang buruk. Hal ini juga mengeluhkan gejala batuk, sesak napas,rasa
karena sikap pasien dan dokter yang sering kali tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa
meremehkan tingkat keparahannya keadaan batuk mungkin merupakan satu-
(Risnawaty, 2014) satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada
malam hari dan saat udara dingin, biasanya
Asma merupakan salah satu penyakit kronis bermula mendadak dengan batuk dan rasa
yang tidak menular. Penyakit asma telah tertekan didada, disertai dengan sesak napas

11 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

(dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami menit hingga hitungan jam. Semakin sering
pada awalnya susah, tetapi segera menjadi serangan asma terjadi maka akibatnya akan
kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas
adalah berupa batuk kering, paroksismal, penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan
iritatif, dan non produktif, kemudian pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan dan aspekkehidupan lain (Brunner & Suddard,
kental. Jalan napas yangtersumbat 2010).
menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan panjang dibanding Banyaknya penderita asma di Indonesia,
inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tentunya membutuhkan suatu solusi agar
tegak dan menggunakan setiap otot aksesori penyakit asma bisa berkurang, selain dengan
pernapasan. Penggunaan otot aksesori penanganan dokter, harus ada penanganan di
pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka luar itu yang berfungsi sebagai terapi untuk
panjang dapat menyebabkan penderita asma membantu mengurangi gejala asma. Terapi
kelelahan saat bernapas ketika serangan atau yang tepat agar dapat membantu dan
ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2010). mengurangi penderita asma di Indonesia, yaitu
dengan terapi komplementer (nonfarmakologis)
Tingkat gejala asma yang dialami oleh salah satunya dapat dilakukan dengan olah
penderita asma telah diklasifikasikan menjadi teknik pernapasan.Dalam teknik ini diajarkan
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan teknik mengatur napas bila pasien mengalami
jenis asma yang terjadi bulanan dengan gejala asma. Salah satu metode yang dikembangkan
kurang dari satu kali seminggu, tidak untuk memperbaiki cara bernapas pada pasien
menimbulkan gejala di luar serangan dan asma adalah teknik olah napas, dapat berupa
biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) olahraga aerobik, senam, dan teknik
Persisten ringan yang serangannya terjadi pernapasan Buteyko,Teknik pernapasan
mingguan dengan gejala lebih dari satu kali buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dikembangkan oleh profesor konstantin
yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur.3) buteyko dari rusia. Ia meyakini bahwa
Persisten sedang dengan gejala yang muncul penyebab utama penyakit asma menjadi kronis
setiap hari dan membutuhkan bronkodilator karena masalah hiperventilasi yang
setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi tersembunyi, dengan program dasar
secara kontinyu, gejala terus menerus, sering memperlambat frekuensi pernapasan agar
kambuh dan aktivitas fisik terbatas menurut menjadi normal. Program tersebut termasuk
global initiative for asthma (GINA, 2014). sebuah panduan untuk memperbaiki
pernapasan diafragma (dada) dan belajar
Asma mempunyai dampak yang sangat bernapas melalui hidung (Fadhil, 2009).
mengganggu aktivitas sehari-hari.Gejala asma Latihan pernapasan Buteyko tidak
dapat mengalami komplikasi sehingga bertentangan dengan manajemen asma secara
menurunkan produktifitas kerja dan kualitas konvensional. Latihan pernapasan Buteyko
hidup menurut global initiative for asthma menjadi pelengkap manajemen asma.
(GINA, 2014). Pada penderita asma Awalnya, manfaat dari Latihan pernapasan
eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu- Buteyko yaitu terlihat pada pengurangan gejala
waktu, yang berlangsung dalam beberapa

12 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

dan pengurangan penggunaan bronkodilator sebelum dan sesudah pelaksanaan


(Ruth, 2014) pernapasan buteyko di Wilayah Kerja
Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018.
Buteyko digunakan untuk mengontrol gejala
asma, banyak keunggulan dari buteyko seperti Populasi dalam penelitian ini adalah subjek
dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, yang mempunyai kualitas dan karakteristik
danmudah dilaksanakan. Menurut Austin G, tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
(2013:16), keunggulan dari latihan pernapasan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Buteyko yaitu, (1) mendorong pasien untuk (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini
bernapas sedikit, (2) melatih pola pernapasan adalah pasien asma yang menderita asma di
pasien menggunakan serangkaian latihan Puskesmas Guguk Panjang usia 21-70 tahun
pernapasan, (3) meningkatkan kontrol gejala sebanyak 44 orang.
asma dan kualitas hidup, (4) dapat digunakan
bersama dengan obat konvensional, (5) dapat Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak. purposive sampling yaitu teknik penentuan
sampel dengan kriteria ditentukan oleh peneliti
Ditinjau dari Puskesmas Guguk Panjang sendiri untuk dijadikan sampel. Sampel dalam
terdapat angka kejadian asma selama 6 bulan penelitian ini adalah 15 orang pasien asma
terakhir pada bulan Mei sampai bulan Oktober yang menderita asma diwilayah kerja
tahun 2017 ini sebanyak 44 orang dengan Puskesma Guguak Panjang dengan kriteria
umur diatas 21 tahun. Berdasarkan hasil inklusi 1) Bersedia menjadi responden dan
pengamatan didapat bahwa di Bukittinggi menandatangani informed concent, 2) Usia
terdapat banyak penderita asma. Oleh karena diatas 20 tahun – 40 tahun, 3) pasien yang
itu penulis tergerak untuk lebih meneliti tentang terdiagnosa asma , 4) Mempunyai respon yang
Perbedaan Pengontolan Asma Sebelum Dan kooperatif terhadap teknik pernapasan
Sesudah Pelaksanaan Pernafasan Buteyko. Buteyko, 5) Responden berada ditempat pada
saat melakukan penelitian, 6) Responden asma
dengan persisten sedang dengan gejala tiap
METODE PENELITIAN hari, dan gejala malam > 1x/seminggu, 7)
Penelitian ini menggunakan desain Quasi- Responden yang tidak sedang dirawat dirumah
Eksperimental dengan rancangan pre and post sakit.
test. Peneliti hanya melakukan intervensi pada
satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas Instrumen pengontrolan asma menggunakan
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan pengukuran Astma Control Test. Pengukuran
nilai post test dengan pre test Asma Control Test dilakukan sebelum dan
(Notoatmodjo,2012). Kelompok subjek diukur sesudah intervensi Pernafasan Buteyko.
dengan pengontrolan asma sebelum diberikan Intervensi dilakukan selama dua minggu
intervensi teknik buteyko (pre test), kemudian sebanyak dua kali seminggu dengan durasi 30
diukur pengontrolan asma sesudah dilakikan - 40 detik.
intervensi teknik buteyko (post test) untuk
mengetahui perbedaan pengontrolan asma

13 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Karakteristik Responden
Kategori f %
Jenis Kelamin Laki - Laki 5 33.3
Perempuan 10 66.7
Usia Dewasa Awal (20 – 25) 9 60.0
Dewasa menengah (26 – 34) 6 40.0
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 6 40.0
Petani 3 20.0
Wiraswasta 6 40.0
Suku Minang 8 53.0
Jawa 4 27.0
Batak 3 20.0
Tinggi Badan 145 – 155 cm 8 53.0
156 – 160 cm 1 7.0
161- 170 cm 6 40.0
Berat Badan 50 – 60 kg 4 27.0
61 – 70 kg 7 46.0
71 – 80 kg 4 27.0
Lama Diagnosa 1 – 3 tahun 8 53.0
4– 6 tahun 7 47.0

Tabel diatas menunjukkan bahwa karakteristik berjumlah 53.0 %, jawa 27 % dan batak
responden berdasarkan jenis kelamin laki – laki berjumlah 20.0 %, karakteristik responden
berjumlah 33.3% sedangkan perempuan berdasarkan TB, rentang TB 145-155
berjumlah 66.7%, berdasarkan umur, rentang berjumlah 53.0 %, 156-160 berjumlah 1 orang
umur Dewasa Awal (20 – 25 tahun) berjumlah dan 161-170 berjumlah 40.0 %, karakteristik
60.0 % sedangkan Dewasa menengah (26 – 34 responden berdasarkan BB, rentang BB 50-60
tahun) berjumlah 40.0 %, karakteristik berjumlah 27.0 %, 61 – 70 berjumlah 46.0%
responden berdasarkan pekerjaan, ibu rumah dan 71 – 80 berjumlah 27.0, karakteristik
tangga berjumlah 40.0 %, petani 20.0 % dan responden berdasarkan lama diagnosa,
wiraswasta berjumlah 40.0 %, karakteristik rentang 1-3 tahun berjumlah 60.0 % sedangkan
responden berdasarkan suku, minang 4-6 tahun berjumlah 40.0 %.

Pengontrolan asma sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko

Tabel 2. Perbedaan pengontrolan asma sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko
Mean Standar Standar
Mean
Variabel Deviasi Min - Maks Deviasi 95% CI P Value
Def
(SD) (SD)
Pengontrolan asma
sebelum 11.53 1.187 10.88 - 12.19
sesudah 19.87 1.727 -8.33 -2.193 -7.119 – -9.548 0,000
18.91- 20.00

14 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kental. Jalan napas yangtersumbat


pengontrolan asma sebelum pelaksanaan menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi
pernapasan Buteyko pada responden adalah selalu lebih sulit dan panjang dibanding
11.53 dengan standar deviasi 1.187, inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk
pengontrolan asma tertinggi adalah 12.19 dan tegak dan menggunakan setiap otot aksesori
terendah 10.88, Rata-rata pengontrolan asma pernapasan. Penggunaan otot aksesori
sesudah pelaksanaan pernapasan Buteyko pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka
pada responden adalah 19.87 dengan standar panjang dapat menyebabkan penderita asma
deviasi 1.727, pengontrolan asma tertinggi kelelahan saat bernapas ketika serangan atau
adalah 20.00 dan terendah 18.91. Perbedaan ketika beraktivitas (Nurdiansyah,2013).
rata-rata pengontrolan asma sebelum dan
sesudah pelaksaan pernafasan Buteyko adalah Asma mempunyai dampak yang sangat
-8.33 dengan standar deviasi -2.193. Hasil uji mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala asma
statistik didapatkan p Value 0,000 berarti ada dapat mengalami komplikasi sehingga
perbedaan antara pengontrolan asma sebelum menurunkan produktifitas kerja dan kualitas
dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko. hidup. Pada penderita asma eksaserbasi akut
dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang
PEMBAHASAN berlangsung dalam beberapa menit hingga
Rata- Rata pengontrolan asma sebelum hitungan jam. Semakin sering serangan asma
pelaksanaan pernafasan Buteyko terjadi maka akibatnya akan semakin fatal
sehingga mempengaruhi aktivitas penting
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata- seperti kehadiran di sekolah, pemilihan
rata pengontrolan asma sebelum pelaksanaan pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik
pernapasan Buteyko pada responden adalah dan aspek kehidupan lain (Nurdiansyah,2013)
11.53 (asma tidak terkontrol) dengan standar
deviasi 1.187, pengontrolan asma tertinggi Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zara
adalah 12.19 dan terendah 10.88. (2012) tentang pengaruh teknik pernapasan
buteyko terhadap penurunan gejala asma di
Pada umumnya penderita asma akan Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru
mengeluhkan gejala batuk, sesak napas,rasa Kecamatan Bayang Painan Pesisir Selatan,
tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa dimana dari hasil penelitian pemberian teknik
keadaan batuk mungkin merupakan satu- pernapasan buteyko kepada responden
satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas
malam hari dan saat udara dingin, biasanya pasar baru kecamatan bayang dengan rata-
bermula mendadak dengan batuk dan rasa rata 6,90 sebelum perlakuan (pretesst).
tertekan didada, disertai dengan sesak napas
(dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami Diketahui 100 % responden tidak dapat
pada awalnya susah, tetapi segera menjadi mengontrol asma, karena masih banyak yang
kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma belum mengetahui manfaat dan tujuan
adalah berupa batuk kering, paroksismal, pernapasan Buteyko. Dari 15 responden yang
iritatif, dan non produktif,kemudian diteliti semua responden mengatakan belum
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan pernah mendapatkan informasi tentang teknik

15 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

pernapasan buteyko. Sebagian responden ada Buteyko pada prakteknya mempunyai fungsi
yang beranggapan kalau teknik pernapasan yaitu memperbaiki jalan napas, menguatkan
Buteyko tidak bisa sepenuhnya otot pernapasan, melebarkan saluran
menyembuhkan penyakitnya,dan sebagian pernapasan. Hal ini dapat mengurangi gejala-
responden sudah terbiasa dengan teknik gejala asma dan dapat meningkatkan nilai arus
pernapasan buteyko dan sudah mengetahui puncak ekspirasi sehingga asma terkendali.
tujuan dan manfaat pernapasan Buteyko. Pada
pernapasan Buteyko jenis kelamin antara Banyaknya penderita asma di Indonesia,
perempuan dan laki-laki lebih banyak terjadi tentunya membutuhkan suatu solusi agar
pada perempuan dibandingkan laki-laki karena penyakit asma bisa berkurang, selain dengan
dipengaruhi oleh faktor hormonal.sebagian penanganan dokter, harus ada penanganan di
responden masih banyak yang salah dalam luar itu yang berfungsi sebagai terapi untuk
melakukan langkah-langkah latihan membantu mengurangi gejala asma. Terapi
pernapasan buteyko terutama pada saat ambil yang tepat agar dapat membantu dan
napas lalu tahan selama 30 detik,namun masih mengurangi penderita asma di Indonesia, yaitu
banyak responden yang sudah benar dalam dengan terapi komplementer
melakukan langkah-langkah pernapasan (nonfarmakologis) salah satunya dapat
buteyko. dilakukan dengan olah teknik pernapasan.

Rata- Rata pengontrolan asma sesudah Dalam teknik ini diajarkan teknik mengatur
pelaksanaan pernafasan Buteyko napas bila pasien mengalami asma. Salah satu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa metode yang dikembangkan untuk
rata-rata pengontrolan asma sesudah memperbaiki cara bernapas pada pasien asma
pelaksanaan pernapasan Buteyko pada adalah teknik olah napas, dapat berupa
responden adalah 19.87 (asma terkontrol olahraga aerobik, senam, dan teknik
sebagian) dengan standar deviasi 1.727, pernapasan Buteyko, teknik pernapasan
pengontrolan asma tertinggi adalah 20.00 dan buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
terendah 18.91. yang dikembangkan oleh profesor konstantin
buteyko dari rusia. Ia meyakini bahwa
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma penyebab utama penyakit asma menjadi kronis
adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari karena masalah hiperventilasi yang
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan tersembunyi, dengan program dasar
danmempertahankan kualitas hidup agar memperlambat frekuensi pernapasan agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa menjadi normal. Program tersebut termasuk
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- sebuah panduan untuk memperbaiki
hari. (Nurdiansyah, 2013) pernapasan diafragma (dada) dan belajar
bernapas melalui hidung (Fadhil, 2009).
Penderita asma memiliki gejala-gejala seperti
dada terasa berat, batuk,mengi, dan sesak Penelitian ini sejalan dengan penelitian zara
napas. Gejala tersebut diakibatkan obstruksi (2012) tentang pengaruh teknik pernapasan
jalan napas. Hal ini kemudian menjadikan nilai buteyko terhadap penurunan gejala asma di
Arus Puncak Ekspirasi menurun dan Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru
memperparah asma. Latihan pernapasan Kecamatan Bayang Painan Pesisir Selatan,

16 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

dimana dari hasil penelitian : pemberian teknik Latihan Pernapasan Buteyko merupakan salah
pernapasan buteyko kepada responden satu teknik olah napas yang bertujuan untuk
penderita asma di wilayah kerja puskesmas menurunkan ventilasi alveolar terhadap
pasar baru kecamatan bayang mengalami hiperventilasi paru penderita asma .Latihan
penurunan gejala asma dengan rata rata 3,72, pernapasan Buteyko tidak bertentangan
dengan means 6,90 sebelum perlakuan dengan manajemen asma secara
(pretesst), dan means 3,18 sesudah perlakuan konvensional. Latihan pernapasan Buteyko
(posstest), dan klasifikasi asma rentang menjadi pelengkap manajemen asma.
penurunannya berada dari sedang ke ringan. Awalnya, manfaat dari Latihan pernapasan
Buteyko yaitu terlihat pada pengurangan gejala
Setelah intervensi semua responden sudah dan pengurangan penggunaan bronkodilator
bisa melakukan langkah-langkah latihan (Ruth, 2014).
pernapasan Buteyko dari awal sampai akhir
tidak ada yang salah setiap langkah-langkah Huyton (2006) menyatakan bahwa dengan
pernapasan Buteyko. Dari 15 responden yang diberikan teknik pernafasan Buteyko pada
diteliti sudah bisa mengontrol asma dengan pasien dengan asma menghasilkan perbedaan
teknik pernapasan Buteyko, dengan asma yang signifikan pada pengontrolan asma. Hal
tekontrol sebagian. Hal ini sesuai dengan ini didasarkan pada teori yang menenrangkan
pernyataan Burhan bahwa faal paru terjadi bahwa hiperventilasi bertanggung jawab
perlahan-lahan sesuai dengan pertambahan terhadap peningkatan bronkospasme yang
usia. Dan menurut laporan survey di inggris merupakan akibat dari upaya tubuh menahan
tentang kunjungan berobat pasien asma karbondioksida, dengan menggunakan teknik
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. pernafasan Buteyko yang prinsip dasarnya
Angka konsultasi per 10.000 populasi naik dari adalah nasal breathing (pernafasan hidung),
417 pada umur 21-30 dan meningkat menjadi efek turbulensi disaluran nafas yang
1032 pada umur 31-45,pada lama asma diakibatkan oleh penyempitan jalan nafas akan
diderita jumlah terbanyak yaitu antara 1-3 berkurang sehingga ventilasi-perfusi didalam
Tahun,pada usia remaja menuju dewasa bisa paru akan meningkat serta kondisi yang
dipengaruhi oleh pola hidup yang kurang baik mengakibatkan tubuh harus menyimpan
seperti makanan yang kurang sehat, obesitas, karbondioksida berlebih di dalam tubuh dapat
merokok dan lingkungan. berkurang.

Perbedaan pengontrolan asma sebelum dan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko dilakukan oleh Melastuti, E (2015) tentang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas teknik pernafasan buteyko terhadap
perbedaan rata-rata pengontrolan asma pengontrolan asma di Balai Kesehatan Paru
sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Masyarakat Semarang, dimana setelah
Buteyko adalah 8.33 dengan standar deviasi dilakukan tehnik pernafasan Buteyko
2.193. Hasil uji statistik didapatkan p value mnunjukan nilai signifikansi (p value < 0,05)
0,000 berarti ada perbedaan antara untuk pengukuran dengan menggunakan
pengontrolan asma sebelum dan sesudah asthma control test adalah 0,000. Berdasarkan
pelaksaan pernafasan Buteyko di Wilayah hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018.

17 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan ini. Selanjutnya kepada Bagian Litbang Prodi
sesudah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko. Keperawatan, Ketua LPPM STIKes Fort De
Kock, Kepala Kesbangpol Bukittinggi, Kepala
Pada penelitian ini diketahui bahwa ada Puskesmas Guguk Panjang yang telah
perbedaan pengontrolan asma sebelum dan memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat
sesudah dilakukan teknik pernafasan buteyko. dilaksanakan dengan baik. Dengan dukungan
Hal ini disebabkan karena setelah dilakukan dari semua pihak sehingga penelitian ini dapat
teknik pernafasan buteyko, jalan nafas diselesaikan dengan tepat waktu.
responden lebih terbuka sehingga oksigen bisa
masuk secara maksimal ke paru- paru dan REFERENSI
frekuensi pernafasan responden menjadi stabil Adha, D. (2013). Pengaruh Teknik Pernapasan
atau dalam batas normal dan karena selama Buteyko Terhadap Peningkatan Control
peneliti menjelaskan langkah-langkah latihan Pause Pada Pasien Asma.
pernapasan Buteyko responden Alan Ruth. (2014). “The Buteyko breathing
memperhatikan dengan serius apa yang technique in effective asthma
jelaskan oleh peneliti. Hal ini lah yang management.” Nursing in General
menyebabkan kemudahan responden dalam Practice March. Sumber:
melakukan teknik pernapasan Buteyko. http://www.lenus.ie/hse/bitstream/10147/3
15225/1/MAR14Art2.pdf. Diakses pada
SIMPULAN 20 Juli 2016.
Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan Alligood, T. M. dan M. (2013). Nursing Theorist
hipotesis, hasil penelitian dan pembahasan and Their Work.
yang telah dikemukakan, maka penelitian ini Bowler, S. D., Green, A., & Mitchell, C. A.
dapat disimpulkan 1) Rata-rata pengontrolan (1998). Buteyko breathing techniques in
asma sebelum pelaksanaan pernapasan asthma : a blinded randomised controlled
Buteyko pada responden adalah 11.33 dengan trial, 1–11.
standar deviasi 1.345, pengontrolan asma Bruton, A. (2013). A Protocol Summary of a
tertinggi adalah 14 dan terendah 9, 2) Rata-rata Randomised Controlled Trial, 1–7.
pengontrolan asma sesudah pelaksanaan Charles, E. (2013). Living Without Asthma:The
pernapasan Buteyko pada responden adalah Buteyko Method.
19.60 dengan standar deviasi 1.682, Dandy, P. (2016). Pengaruh Latihan
pengontrolan asma tertinggi adalah 22 dan Pernapasan Buteyko Terhadap Arus
terendah 17, 3) Ada perbedaan antara Puncak Ekspirasi (APE).
pengontrolan asma sebelum dan sesudah Dedi, A. (2013). Pengaruh Teknik Pernapasan
pelaksanaan pernafasan Buteyko di Wilayah Buteyko Tehadap Peningkatan Control
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018 Pause Pada Pasien Asma.
dengan p value 0.000. Dramawan, A. (2015). Latihan Pernapasan
Teknik Buteyko Terhadap Saturasi
UCAPAN TERIMAKASIH Oksigen Pada Pasien Asma, 150–161.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang Dupler, D. (2012).. Buteyko." Gale
sebesar - besarnya kepada Ketua STIKes Fort Encyclopedia of Alternative Medicine.
De Kock Bukittinggi, Ketua Program Studi Fadhil.(2015).TeknikPengolahanNafas.http:/ww
Keperawatan yang telah mendukung penelitian w.wikipedia.com/teknik_pengolahan_nafa

18 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

s.html, diakses pada tanggal 2 november Penurunan Gejala Pasien Asma.


2011. Novozhilov, Andrey. living without asthma: The
Fatma Hassan, A. (2012). The Buteyko Buteyko Method. Germany: Mobiwell
Breathing Technique on Patients with Verlag. 2008.
Bronchial Asthma. Rahajeng, E. (2012). Upaya Pengendalian
Francis, C. (2011). Perawatan Respirasi Penyakit Tidak Menular Di Indonesia.
Ikawati, Z. (2016). "Penatalaksanaan terapi Menular.
penyakit sistem pernapasan. Rakhimov, A. (2014). Normal Breathing. The
Yogyakrta:Bursa ilmu Key To Vital.
Initiative, G., Strategy, G., & Management, A. Ray, P. (2016). Effectiveness of Buteyko
(2016). Global Strategy for Asthma Breathing Technique on Respiratory
Management and Prevention ( 2016 Physiological Parameters among Patients
update ). with Asthma, 7(5), 28–31.
J, P. C. R., Bruton, A., Kirby, S., Arden-close, RI, P. D. dan I. K. K. (2014). You Can Control
E., Taylor, L., Webley, F., … Thomas, M. Your Atshma.” InfoDATIN.
(2013). PCRS-UK - reproduction
prohibited The BREATHE study : Rakhimov, Artour. Normal Breathing: The Key
Breathing REtraining for Asthma – Trial of to Vital Health.
Home Exercises . A protocol summary of http:/www.normalbreathing.com diakses
a randomised controlled trial, 22(2), 1–7. pada tanggal 2 april 2012.
James, R. (2013). Effectiveness of Breathing
Retraining in Asthma Management. Robert L. Cowie, etc. (2008). “A Randomised
Lina, R. C., Leysa, M. D. V, Lirio, M. F. I., Controlled Trial of The Buteyko
Liwag, A. A., Ramos, G. D., & Natividad, Technique As An Adjunct To
M. M. (2012). Effectiveness of Buteyko Conventional Management of
Method in Asthma Control and Quality of Asthma.”Respiratory Medicine.
Life of School-age Children, 1–14. Sumber:http://www.buteyko.ie/pdf/Butey
McHugh, P. (2012). Buteyko Breathing koCalgaryHospitaltrial.pdf. Diakses pada
Technique for Asthma.an effective 21 Juli 2016 || 09.00 WIB.
intervention.http:/wwww.nzma.org.nz/jour
nal/vacancies.html, diakses pada tanggal Rosalba Courtney, DO. (2008). “Strengths,
2 november 2011. Weaknesses, and Possibilities of the
McKeown, P. (2010). Close Your Buteyko Breathing Method.”
Mounth.Ireland:Buteyko Books an Biofeedback. Volume 36, Issue 2, pp.
Imprint.2010. 59-63.
Melastuti, E. (2015). Efektivitas Teknik Sumber:https://www.resourcenter.net/im
Pernapasan Buteyko Terhadap ages/AAPB/Files/Biofeedback/2008/biof_
Pengontrolan Asma Di Balai Kesehatan summer_buteyko_breathing.pdf. Diakses
Paru Masyarakat Semarang, 1–7. pada 2 september 2016
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Ruth, A., & Medicine, B. (2013). The Buteyko
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta breathing technique in effective asthma
Nurdiansyah. (2013). Pengaruh Teknik management, (c).
Pernapasan Buteyko Terhadap Villareal, G. M. C., Villazor, B. P. U., Villegas,

19 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20

A. M., Visaya, S. N., Vista, M. E., Tan, C.


B., & G, C. E. (2014). Health and
Medicine Effect of Buteyko Method on
Asthma Control and Quality of Life of
Filipino Adults with Bronchial Asthma,
2(1), 44–60.
Wahani, A. M. I., Riset, B., Timur, T., Selatan,
S., & Utara, S. (2016). Prevalensi dan
faktor-faktor risiko yang menyebabkan
asma pada anak di RSU GMIM Bethesda
Tomohon periode Agustus 2011 – Juli
2016, 4–7.
Zara. 2012. Pengaruh teknik pernapasan
buteyko terhadap penurunan gejala asma
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru
Kecamatan Bayang Painan Pesisir
Selatan. Skripsi

20 | R N J
ANALISIS JURNAL

JUDUL : Pernafasan Buteyko Bermanfaat Dalam Pengontrolan Asma


PENULIS : Lisavina Juwita & Ine Permata Sary
PUBLIKASI : REAL in Nursing Journal (RNJ), Volume 2, No. 1, April 2019

POPULASI : Populasi dalam penelitian ini adalah pasien asma yang menderita
asma di Puskesmas Guguk Panjang usia 21-70 tahun sebanyak 44 orang. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan kriteria ditentukan oleh peneliti sendiri untuk dijadikan
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang pasien asma yang menderita
asma diwilayah kerja Puskesma Guguak Panjang dengan kriteria inklusi 1)
Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent, 2) Usia diatas
20 tahun – 40 tahun, 3) pasien yang terdiagnosa asma, 4) Mempunyai respon yang
kooperatif terhadap teknik pernapasan Buteyko, 5) Responden berada ditempat
pada saat melakukan penelitian, 6) Responden asma dengan persisten sedang
dengan gejala tiap hari, dan gejala malam > 1x/seminggu, 7) Responden yang tidak
sedang dirawat dirumah sakit.

INTERVENSI : Penelitian ini menggunakan desain Quasi-Eksperimental dengan


rancangan pre and post test. Peneliti hanya melakukan intervensi pada satu
kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test. Kelompok subjek diukur dengan
pengontrolan asma sebelum diberikan intervensi teknik buteyko (pre test),
kemudian diukur pengontrolan asma sesudah dilakikan intervensi teknik buteyko
(post test) untuk mengetahui perbedaan pengontrolan asma sebelum dan sesudah
pelaksanaan pernapasan buteyko di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
Tahun 2018. Instrumen pengontrolan asma menggunakan pengukuran Astma
Control Test. Pengukuran Asma Control Test dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi Pernafasan Buteyko. Intervensi dilakukan selama dua minggu sebanyak
dua kali seminggu dengan durasi 30 - 40 detik.
COMPARATION : Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zara (2012) tentang
pengaruh teknik pernapasan buteyko terhadap penurunan gejala asma di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Baru Kecamatan Bayang Painan Pesisir Selatan, dimana
dari hasil penelitian : pemberian teknik pernapasan buteyko kepada responden
penderita asma di wilayah kerja puskesmas pasar baru kecamatan bayang
mengalami penurunan gejala asma dengan rata rata 3,72,dengan means 6,90
sebelum perlakuan (pre test), dan means 3,18 sesudah perlakuan (post test), dan
klasifikasi asma rentang penurunannya berada dari sedang ke ringan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melastuti, E (2015)
tentang efektifitas teknik pernafasan buteyko terhadap pengontrolan asma di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, dimana setelah dilakukan tehnik pernafasan
Buteyko menunjukan nilai signifikansi (p value < 0,05) untuk pengukuran dengan
menggunakan asthma control test adalah 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah
dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.

Pada penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan pengontrolan asma sebelum dan
sesudah dilakukan teknik pernafasan buteyko. Hal ini disebabkan karena setelah
dilakukan teknik pernafasan buteyko, jalan nafas responden lebih terbuka sehingga
oksigen bisa masuk secara maksimal ke paru-paru dan frekuensi pernafasan
responden menjadi stabil atau dalam batas normal dan karena selama peneliti
menjelaskan langkah-langkah latihan pernapasan Buteyko responden
memperhatikan dengan serius apa yang jelaskan oleh peneliti. Hal ini lah yang
menyebabkan kemudahan responden dalam melakukan teknik pernapasan Buteyko.

Jurnal pembanding yang digunakan yaitu jurnal oleh Heny Siswanti (2019) yang
berjudul Efektifitas Pemberian Teknik Pernapasan Buteyko terhadap Kekambuhan
pada Pasien Asma dimana dari hasil penelitian didapatkan sebelum diberikan
tindakan pernapasan buteyko di Puskesmas Mayong 1 Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara kekambuhan asma pada responden yang di intervensi teknik
pernapasan Buteyko mengalami penurunan sedangkan pada responden kontrol
tidak mengalami penurunan. Perbandingan penurunan gejala asma pre-post teknik
pernapasan Buteyko memiliki perbedaan yang signifikan dengan p value < 0.05 dan
teknik pernapasan Buteyko memiliki pengaruh kuat terhadap perbedaan tersebut
dengan eta squared > 0.14. Namun pada perbandingan penurunan gejala asma pre-
post pada responden kontrol tidak mengalami perbedaan dengan p value > 0.05.

OUTCOME : Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan hipotesis, hasil penelitian


dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat disimpulkan
1) Rata-rata pengontrolan asma sebelum pelaksanaan pernapasan Buteyko pada
responden adalah 11.33 dengan standar deviasi 1.345, pengontrolan asma tertinggi
adalah 14 dan terendah 9, 2) Rata-rata pengontrolan asma sesudah pelaksanaan
pernapasan Buteyko pada responden adalah 19.60 dengan standar deviasi 1.682,
pengontrolan asma tertinggi adalah 22 dan terendah 17, 3) Ada perbedaan antara
pengontrolan asma sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko di
Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018
dengan p value 0.000.

TIME : Dalam jurnal tertera penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas


Guguk Panjang Tahun 2018 dan dipublikasikan oleh peneliti pada April 2019.

You might also like