Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Made Okthaviani Susilawati Dewi
18.321.2876
A12-B
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index
https://ojs.fdk.ac.id/inde The epidemiological problems of mortality and morbidity of asthma still tend to
x.php/Nursing/index
be high, predicts that the current number of asthma patients in the world
reaches 334 million people, continues to increase by 400 million people by
2025 and there are 250 thousand deaths from asthma including children
(WHO). The purpose of this study to determine the difference between
Asthma Control, controlling the asthma before and after the implementation of Buteyko
Buteyko Respiratory breathing. This research uses Quasy Exsperiment design design with pretest -
posttest. The population of this research are all patients suffering from asthma
Korespondensi: disease in Working Area of Bukittinggi City Health Care Cente 2018 which
Lisavina Juwita amounted to 44 people and the number of samples in the research is 15
fdklisa@gmail.com people. Statistical test results obtained p value 0,000 means there is a
difference between controlling the asthma before and after the implementation
of respiratory Buteyko. Recommendation for the Health Care Center Leader to
Stikes Fort De
conduct socialization and training so that all nurses have the same ability in
Kock Bukittinggi
implementing breathing techniques Buteyko on asthma sufferers.
ABSTRAK
Masalah epidemiologi mortalitas dan morbiditas penyakit asma masih cenderung tinggi, saat ini jumlah
pasien asma di dunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan
sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma termasuk anak-anak
(WHO). Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan antara pengontrolan asma sebelum dan sesudah
pelaksanaan pernapasan Buteyko di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang. Penelitian ini mengunakan
rancangan desain Quasy Exsperiment design dengan rancangan pretest-posttest. Populasi penelitian ini
adalah semua pasien yang menderita penyakit asma di Wilayah Kerja salah satu Puskesmas Bukittinggi
tahun 2018 yang berjumlah 44 orang dan jumlah sampel dalam penelitian adalah 15 orang. Hasil uji statistik
didapatkan p value 0,000 berarti ada perbedaan antara pengontrolan asma sebelum dan sesudah
pelaksanaan pernafasan Buteyko. Dapat disimpulkan pernafasan Buteyko bermafaat dalam pengontrolan
asma. Disarankan pada pihak Puskesmas untuk mengadakan sosialisasi dan pelatihan agar semua perawat
memiliki kesamaan kemampuan dalam melaksanakan teknik pernapasan Buteyko pada penderita asma.
10 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
11 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
(dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami menit hingga hitungan jam. Semakin sering
pada awalnya susah, tetapi segera menjadi serangan asma terjadi maka akibatnya akan
kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas
adalah berupa batuk kering, paroksismal, penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan
iritatif, dan non produktif, kemudian pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik
menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan dan aspekkehidupan lain (Brunner & Suddard,
kental. Jalan napas yangtersumbat 2010).
menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan panjang dibanding Banyaknya penderita asma di Indonesia,
inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tentunya membutuhkan suatu solusi agar
tegak dan menggunakan setiap otot aksesori penyakit asma bisa berkurang, selain dengan
pernapasan. Penggunaan otot aksesori penanganan dokter, harus ada penanganan di
pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka luar itu yang berfungsi sebagai terapi untuk
panjang dapat menyebabkan penderita asma membantu mengurangi gejala asma. Terapi
kelelahan saat bernapas ketika serangan atau yang tepat agar dapat membantu dan
ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2010). mengurangi penderita asma di Indonesia, yaitu
dengan terapi komplementer (nonfarmakologis)
Tingkat gejala asma yang dialami oleh salah satunya dapat dilakukan dengan olah
penderita asma telah diklasifikasikan menjadi teknik pernapasan.Dalam teknik ini diajarkan
empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan teknik mengatur napas bila pasien mengalami
jenis asma yang terjadi bulanan dengan gejala asma. Salah satu metode yang dikembangkan
kurang dari satu kali seminggu, tidak untuk memperbaiki cara bernapas pada pasien
menimbulkan gejala di luar serangan dan asma adalah teknik olah napas, dapat berupa
biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) olahraga aerobik, senam, dan teknik
Persisten ringan yang serangannya terjadi pernapasan Buteyko,Teknik pernapasan
mingguan dengan gejala lebih dari satu kali buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dikembangkan oleh profesor konstantin
yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur.3) buteyko dari rusia. Ia meyakini bahwa
Persisten sedang dengan gejala yang muncul penyebab utama penyakit asma menjadi kronis
setiap hari dan membutuhkan bronkodilator karena masalah hiperventilasi yang
setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi tersembunyi, dengan program dasar
secara kontinyu, gejala terus menerus, sering memperlambat frekuensi pernapasan agar
kambuh dan aktivitas fisik terbatas menurut menjadi normal. Program tersebut termasuk
global initiative for asthma (GINA, 2014). sebuah panduan untuk memperbaiki
pernapasan diafragma (dada) dan belajar
Asma mempunyai dampak yang sangat bernapas melalui hidung (Fadhil, 2009).
mengganggu aktivitas sehari-hari.Gejala asma Latihan pernapasan Buteyko tidak
dapat mengalami komplikasi sehingga bertentangan dengan manajemen asma secara
menurunkan produktifitas kerja dan kualitas konvensional. Latihan pernapasan Buteyko
hidup menurut global initiative for asthma menjadi pelengkap manajemen asma.
(GINA, 2014). Pada penderita asma Awalnya, manfaat dari Latihan pernapasan
eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu- Buteyko yaitu terlihat pada pengurangan gejala
waktu, yang berlangsung dalam beberapa
12 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
13 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Karakteristik Responden
Kategori f %
Jenis Kelamin Laki - Laki 5 33.3
Perempuan 10 66.7
Usia Dewasa Awal (20 – 25) 9 60.0
Dewasa menengah (26 – 34) 6 40.0
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 6 40.0
Petani 3 20.0
Wiraswasta 6 40.0
Suku Minang 8 53.0
Jawa 4 27.0
Batak 3 20.0
Tinggi Badan 145 – 155 cm 8 53.0
156 – 160 cm 1 7.0
161- 170 cm 6 40.0
Berat Badan 50 – 60 kg 4 27.0
61 – 70 kg 7 46.0
71 – 80 kg 4 27.0
Lama Diagnosa 1 – 3 tahun 8 53.0
4– 6 tahun 7 47.0
Tabel diatas menunjukkan bahwa karakteristik berjumlah 53.0 %, jawa 27 % dan batak
responden berdasarkan jenis kelamin laki – laki berjumlah 20.0 %, karakteristik responden
berjumlah 33.3% sedangkan perempuan berdasarkan TB, rentang TB 145-155
berjumlah 66.7%, berdasarkan umur, rentang berjumlah 53.0 %, 156-160 berjumlah 1 orang
umur Dewasa Awal (20 – 25 tahun) berjumlah dan 161-170 berjumlah 40.0 %, karakteristik
60.0 % sedangkan Dewasa menengah (26 – 34 responden berdasarkan BB, rentang BB 50-60
tahun) berjumlah 40.0 %, karakteristik berjumlah 27.0 %, 61 – 70 berjumlah 46.0%
responden berdasarkan pekerjaan, ibu rumah dan 71 – 80 berjumlah 27.0, karakteristik
tangga berjumlah 40.0 %, petani 20.0 % dan responden berdasarkan lama diagnosa,
wiraswasta berjumlah 40.0 %, karakteristik rentang 1-3 tahun berjumlah 60.0 % sedangkan
responden berdasarkan suku, minang 4-6 tahun berjumlah 40.0 %.
Tabel 2. Perbedaan pengontrolan asma sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko
Mean Standar Standar
Mean
Variabel Deviasi Min - Maks Deviasi 95% CI P Value
Def
(SD) (SD)
Pengontrolan asma
sebelum 11.53 1.187 10.88 - 12.19
sesudah 19.87 1.727 -8.33 -2.193 -7.119 – -9.548 0,000
18.91- 20.00
14 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
15 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
pernapasan buteyko. Sebagian responden ada Buteyko pada prakteknya mempunyai fungsi
yang beranggapan kalau teknik pernapasan yaitu memperbaiki jalan napas, menguatkan
Buteyko tidak bisa sepenuhnya otot pernapasan, melebarkan saluran
menyembuhkan penyakitnya,dan sebagian pernapasan. Hal ini dapat mengurangi gejala-
responden sudah terbiasa dengan teknik gejala asma dan dapat meningkatkan nilai arus
pernapasan buteyko dan sudah mengetahui puncak ekspirasi sehingga asma terkendali.
tujuan dan manfaat pernapasan Buteyko. Pada
pernapasan Buteyko jenis kelamin antara Banyaknya penderita asma di Indonesia,
perempuan dan laki-laki lebih banyak terjadi tentunya membutuhkan suatu solusi agar
pada perempuan dibandingkan laki-laki karena penyakit asma bisa berkurang, selain dengan
dipengaruhi oleh faktor hormonal.sebagian penanganan dokter, harus ada penanganan di
responden masih banyak yang salah dalam luar itu yang berfungsi sebagai terapi untuk
melakukan langkah-langkah latihan membantu mengurangi gejala asma. Terapi
pernapasan buteyko terutama pada saat ambil yang tepat agar dapat membantu dan
napas lalu tahan selama 30 detik,namun masih mengurangi penderita asma di Indonesia, yaitu
banyak responden yang sudah benar dalam dengan terapi komplementer
melakukan langkah-langkah pernapasan (nonfarmakologis) salah satunya dapat
buteyko. dilakukan dengan olah teknik pernapasan.
Rata- Rata pengontrolan asma sesudah Dalam teknik ini diajarkan teknik mengatur
pelaksanaan pernafasan Buteyko napas bila pasien mengalami asma. Salah satu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa metode yang dikembangkan untuk
rata-rata pengontrolan asma sesudah memperbaiki cara bernapas pada pasien asma
pelaksanaan pernapasan Buteyko pada adalah teknik olah napas, dapat berupa
responden adalah 19.87 (asma terkontrol olahraga aerobik, senam, dan teknik
sebagian) dengan standar deviasi 1.727, pernapasan Buteyko, teknik pernapasan
pengontrolan asma tertinggi adalah 20.00 dan buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
terendah 18.91. yang dikembangkan oleh profesor konstantin
buteyko dari rusia. Ia meyakini bahwa
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma penyebab utama penyakit asma menjadi kronis
adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari karena masalah hiperventilasi yang
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan tersembunyi, dengan program dasar
danmempertahankan kualitas hidup agar memperlambat frekuensi pernapasan agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa menjadi normal. Program tersebut termasuk
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- sebuah panduan untuk memperbaiki
hari. (Nurdiansyah, 2013) pernapasan diafragma (dada) dan belajar
bernapas melalui hidung (Fadhil, 2009).
Penderita asma memiliki gejala-gejala seperti
dada terasa berat, batuk,mengi, dan sesak Penelitian ini sejalan dengan penelitian zara
napas. Gejala tersebut diakibatkan obstruksi (2012) tentang pengaruh teknik pernapasan
jalan napas. Hal ini kemudian menjadikan nilai buteyko terhadap penurunan gejala asma di
Arus Puncak Ekspirasi menurun dan Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru
memperparah asma. Latihan pernapasan Kecamatan Bayang Painan Pesisir Selatan,
16 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
dimana dari hasil penelitian : pemberian teknik Latihan Pernapasan Buteyko merupakan salah
pernapasan buteyko kepada responden satu teknik olah napas yang bertujuan untuk
penderita asma di wilayah kerja puskesmas menurunkan ventilasi alveolar terhadap
pasar baru kecamatan bayang mengalami hiperventilasi paru penderita asma .Latihan
penurunan gejala asma dengan rata rata 3,72, pernapasan Buteyko tidak bertentangan
dengan means 6,90 sebelum perlakuan dengan manajemen asma secara
(pretesst), dan means 3,18 sesudah perlakuan konvensional. Latihan pernapasan Buteyko
(posstest), dan klasifikasi asma rentang menjadi pelengkap manajemen asma.
penurunannya berada dari sedang ke ringan. Awalnya, manfaat dari Latihan pernapasan
Buteyko yaitu terlihat pada pengurangan gejala
Setelah intervensi semua responden sudah dan pengurangan penggunaan bronkodilator
bisa melakukan langkah-langkah latihan (Ruth, 2014).
pernapasan Buteyko dari awal sampai akhir
tidak ada yang salah setiap langkah-langkah Huyton (2006) menyatakan bahwa dengan
pernapasan Buteyko. Dari 15 responden yang diberikan teknik pernafasan Buteyko pada
diteliti sudah bisa mengontrol asma dengan pasien dengan asma menghasilkan perbedaan
teknik pernapasan Buteyko, dengan asma yang signifikan pada pengontrolan asma. Hal
tekontrol sebagian. Hal ini sesuai dengan ini didasarkan pada teori yang menenrangkan
pernyataan Burhan bahwa faal paru terjadi bahwa hiperventilasi bertanggung jawab
perlahan-lahan sesuai dengan pertambahan terhadap peningkatan bronkospasme yang
usia. Dan menurut laporan survey di inggris merupakan akibat dari upaya tubuh menahan
tentang kunjungan berobat pasien asma karbondioksida, dengan menggunakan teknik
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. pernafasan Buteyko yang prinsip dasarnya
Angka konsultasi per 10.000 populasi naik dari adalah nasal breathing (pernafasan hidung),
417 pada umur 21-30 dan meningkat menjadi efek turbulensi disaluran nafas yang
1032 pada umur 31-45,pada lama asma diakibatkan oleh penyempitan jalan nafas akan
diderita jumlah terbanyak yaitu antara 1-3 berkurang sehingga ventilasi-perfusi didalam
Tahun,pada usia remaja menuju dewasa bisa paru akan meningkat serta kondisi yang
dipengaruhi oleh pola hidup yang kurang baik mengakibatkan tubuh harus menyimpan
seperti makanan yang kurang sehat, obesitas, karbondioksida berlebih di dalam tubuh dapat
merokok dan lingkungan. berkurang.
Perbedaan pengontrolan asma sebelum dan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sesudah pelaksanaan pernafasan Buteyko dilakukan oleh Melastuti, E (2015) tentang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas teknik pernafasan buteyko terhadap
perbedaan rata-rata pengontrolan asma pengontrolan asma di Balai Kesehatan Paru
sebelum dan sesudah pelaksanaan pernafasan Masyarakat Semarang, dimana setelah
Buteyko adalah 8.33 dengan standar deviasi dilakukan tehnik pernafasan Buteyko
2.193. Hasil uji statistik didapatkan p value mnunjukan nilai signifikansi (p value < 0,05)
0,000 berarti ada perbedaan antara untuk pengukuran dengan menggunakan
pengontrolan asma sebelum dan sesudah asthma control test adalah 0,000. Berdasarkan
pelaksaan pernafasan Buteyko di Wilayah hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018.
17 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan ini. Selanjutnya kepada Bagian Litbang Prodi
sesudah dilakukan tehnik pernafasan Buteyko. Keperawatan, Ketua LPPM STIKes Fort De
Kock, Kepala Kesbangpol Bukittinggi, Kepala
Pada penelitian ini diketahui bahwa ada Puskesmas Guguk Panjang yang telah
perbedaan pengontrolan asma sebelum dan memfasilitasi penelitian ini sehingga dapat
sesudah dilakukan teknik pernafasan buteyko. dilaksanakan dengan baik. Dengan dukungan
Hal ini disebabkan karena setelah dilakukan dari semua pihak sehingga penelitian ini dapat
teknik pernafasan buteyko, jalan nafas diselesaikan dengan tepat waktu.
responden lebih terbuka sehingga oksigen bisa
masuk secara maksimal ke paru- paru dan REFERENSI
frekuensi pernafasan responden menjadi stabil Adha, D. (2013). Pengaruh Teknik Pernapasan
atau dalam batas normal dan karena selama Buteyko Terhadap Peningkatan Control
peneliti menjelaskan langkah-langkah latihan Pause Pada Pasien Asma.
pernapasan Buteyko responden Alan Ruth. (2014). “The Buteyko breathing
memperhatikan dengan serius apa yang technique in effective asthma
jelaskan oleh peneliti. Hal ini lah yang management.” Nursing in General
menyebabkan kemudahan responden dalam Practice March. Sumber:
melakukan teknik pernapasan Buteyko. http://www.lenus.ie/hse/bitstream/10147/3
15225/1/MAR14Art2.pdf. Diakses pada
SIMPULAN 20 Juli 2016.
Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan Alligood, T. M. dan M. (2013). Nursing Theorist
hipotesis, hasil penelitian dan pembahasan and Their Work.
yang telah dikemukakan, maka penelitian ini Bowler, S. D., Green, A., & Mitchell, C. A.
dapat disimpulkan 1) Rata-rata pengontrolan (1998). Buteyko breathing techniques in
asma sebelum pelaksanaan pernapasan asthma : a blinded randomised controlled
Buteyko pada responden adalah 11.33 dengan trial, 1–11.
standar deviasi 1.345, pengontrolan asma Bruton, A. (2013). A Protocol Summary of a
tertinggi adalah 14 dan terendah 9, 2) Rata-rata Randomised Controlled Trial, 1–7.
pengontrolan asma sesudah pelaksanaan Charles, E. (2013). Living Without Asthma:The
pernapasan Buteyko pada responden adalah Buteyko Method.
19.60 dengan standar deviasi 1.682, Dandy, P. (2016). Pengaruh Latihan
pengontrolan asma tertinggi adalah 22 dan Pernapasan Buteyko Terhadap Arus
terendah 17, 3) Ada perbedaan antara Puncak Ekspirasi (APE).
pengontrolan asma sebelum dan sesudah Dedi, A. (2013). Pengaruh Teknik Pernapasan
pelaksanaan pernafasan Buteyko di Wilayah Buteyko Tehadap Peningkatan Control
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Tahun 2018 Pause Pada Pasien Asma.
dengan p value 0.000. Dramawan, A. (2015). Latihan Pernapasan
Teknik Buteyko Terhadap Saturasi
UCAPAN TERIMAKASIH Oksigen Pada Pasien Asma, 150–161.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang Dupler, D. (2012).. Buteyko." Gale
sebesar - besarnya kepada Ketua STIKes Fort Encyclopedia of Alternative Medicine.
De Kock Bukittinggi, Ketua Program Studi Fadhil.(2015).TeknikPengolahanNafas.http:/ww
Keperawatan yang telah mendukung penelitian w.wikipedia.com/teknik_pengolahan_nafa
18 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
19 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 2, No. 1
Juwita, L & Sary, I.P. (2019). RNJ. 2(1) : 10-20
20 | R N J
ANALISIS JURNAL
POPULASI : Populasi dalam penelitian ini adalah pasien asma yang menderita
asma di Puskesmas Guguk Panjang usia 21-70 tahun sebanyak 44 orang. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan kriteria ditentukan oleh peneliti sendiri untuk dijadikan
sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang pasien asma yang menderita
asma diwilayah kerja Puskesma Guguak Panjang dengan kriteria inklusi 1)
Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent, 2) Usia diatas
20 tahun – 40 tahun, 3) pasien yang terdiagnosa asma, 4) Mempunyai respon yang
kooperatif terhadap teknik pernapasan Buteyko, 5) Responden berada ditempat
pada saat melakukan penelitian, 6) Responden asma dengan persisten sedang
dengan gejala tiap hari, dan gejala malam > 1x/seminggu, 7) Responden yang tidak
sedang dirawat dirumah sakit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melastuti, E (2015)
tentang efektifitas teknik pernafasan buteyko terhadap pengontrolan asma di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang, dimana setelah dilakukan tehnik pernafasan
Buteyko menunjukan nilai signifikansi (p value < 0,05) untuk pengukuran dengan
menggunakan asthma control test adalah 0,000. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontrol asma sebelum dan sesudah
dilakukan tehnik pernafasan Buteyko.
Pada penelitian ini diketahui bahwa ada perbedaan pengontrolan asma sebelum dan
sesudah dilakukan teknik pernafasan buteyko. Hal ini disebabkan karena setelah
dilakukan teknik pernafasan buteyko, jalan nafas responden lebih terbuka sehingga
oksigen bisa masuk secara maksimal ke paru-paru dan frekuensi pernafasan
responden menjadi stabil atau dalam batas normal dan karena selama peneliti
menjelaskan langkah-langkah latihan pernapasan Buteyko responden
memperhatikan dengan serius apa yang jelaskan oleh peneliti. Hal ini lah yang
menyebabkan kemudahan responden dalam melakukan teknik pernapasan Buteyko.
Jurnal pembanding yang digunakan yaitu jurnal oleh Heny Siswanti (2019) yang
berjudul Efektifitas Pemberian Teknik Pernapasan Buteyko terhadap Kekambuhan
pada Pasien Asma dimana dari hasil penelitian didapatkan sebelum diberikan
tindakan pernapasan buteyko di Puskesmas Mayong 1 Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara kekambuhan asma pada responden yang di intervensi teknik
pernapasan Buteyko mengalami penurunan sedangkan pada responden kontrol
tidak mengalami penurunan. Perbandingan penurunan gejala asma pre-post teknik
pernapasan Buteyko memiliki perbedaan yang signifikan dengan p value < 0.05 dan
teknik pernapasan Buteyko memiliki pengaruh kuat terhadap perbedaan tersebut
dengan eta squared > 0.14. Namun pada perbandingan penurunan gejala asma pre-
post pada responden kontrol tidak mengalami perbedaan dengan p value > 0.05.