You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No.

2 Juli 2019

RELATIONSHIP OF MOTIVATION WITH SELF PROTECTION BEHAVIOR IN FUNGUS


TB FAMILY IN UMBULHARJO I PUSKESMAS YOGYAKARTA
Istichomah1, Salis Miftahul2

ABSTRACT
Background: The World Health Organization (WHO) states that in 2015 there were around 1.4 million people
worldwide who died of pulmonary TB. The risk of transmission of pulmonary TB every year is increasing. The
family is the closest person who has a high risk of contracting TB. Therefore families with pulmonary TB patients
must have motivation in the effort of self protection or prevention of transmission to family members. Family
motivation greatly determines the success of treatment, especially in preventing transmission, because if the
behavior of the client's family diagnosed with pulmonary TB understands what he or she is actually doing, then
the family is indirectly able to protect himself and other family members.
Objective: This study aims to determine the relationship between motivation and self-protection behavior in
families with pulmonary TB patients in Yogyakarta's Umbulharjo I Health Center.
Methods: This research is a quantitative study with analytical survey research design and cross sectional
approach, which was conducted in September 2017. The population in this study were families of pulmonary TB
patients who were in the Umbulharjo I Health Center Yogyakarta, totaling 32 people, the sampling technique
used sampling totals. Analysis of the data used is Kendal Tau, to determine motivation with self-protection
behavior in families with pulmonary TB patients.
Results: The results show kendall correlation value of P-Value 0.004 <α = 0.05. According to Sugiyono (2010), it
is explained that if the probability is less than 0.05, then Ho is rejected, which means there is an influence
between the two variables. So that the analysis results with p value (probability value) of 0.004 are smaller than
0.05. These results indicate that Ho is rejected and Ha is accepted, so the hypothesis of this study states that
there is a relationship between motivation and self-protection behavior of families with pulmonary TB sufferers. A
positive correlation coefficient indicates that the higher a person's motivation, the more someone will lead to
positive behavior.
Conclusion: The motivation of families with pulmonary TB in Yogyakarta's Umbulharjo I Health Center mostly
had moderate motivation of 18 people (56.2%). The self protection behavior of families with pulmonary
tuberculosis sufferers at the Umbulharjo I Health Center in Yogyakarta partly had a positive self protection
behavior of 28 people (87.5%).
Keywords: Motivation, Self Protection Behavior, Fungus TB Family

A. PENDAHULUAN oleh bakteri mycobacterium


Derajat kesehatan setinggi-tingginya tuberculosis, ini menjadi masalah
adalah hak dasar bagi setiap orang kesehatan dan perhatian dunia.
yang merupakan hak asasi manusia, Terutama penderita tidak menutup
manusia pada dasarnya menginginkan mulutnya saat bersin atau batuk, dalam
dirinya dalam kondisi yang sehat, hal ini bagaimana seharusnya keluarga
karena hanya dalam kondisi yang klien yang terdiagnosa TB paru
sehatlah manusia akan dapat mengetahui secara jelas dan benar apa
melakukan segala sesuatu secara sebenarnya penyakit Tuberkulosis ini,
optimal. Akan tetapi pada selama dan bagaimana cara penularan dan
rentang kehidupannya dapat terjadi pencegahannya (Patricia, 2011).
karena motivasi dan perilaku yang World Health Organization (WHO),
kurang baik, diantaranya jarang sekali menyatakan bahwa di tahun 2015
menggunakan masker debu, kontrol terdapat sekitar 1,4 juta penduduk
rutin 6 bulan sekali, serta pemeriksaan dunia yang meninggal karena TB.
dahak, akan memicu salah satu Sejak TB diumumkan oleh WHO
penyakit menular yang disebabkan sebagai keadaan darurat di tahun
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

1993, dan telah ditemukan 8,9 juta fluktuaktif artinya jumlah kasus tidak
kasus TB dengan proporsi 80 persen menentu selama tiga tahun terakhir
terdapat pada 22 negara berkembang (BBKPM DIY, 2016).
termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010). Dari masalah diatas, diperlukan
Asia Tenggara menanggung bagian perilaku yang baik dalam upayaself
yang terberat dari penyebaran penyakit protection dari keluarga penderita TB,
TB paru global yakni sekitar 38% dari dalam hal ini untuk mencegah
kasus TBC dunia (Depkes, 2015). terjadinya resiko penularan kepada
Angka insidensi semua tipe TB Paru anggota keluarga lain, karena keluarga
Indonesia tahun 2015 adalah 450.000 adalah orang yang terdekat dengan
kasus atau 189 per 100.000 penduduk, penderita TB sehingga mempunyai
angka prevalensi semua tipe TB Paru resiko cepat untuk terpapar virus TB
690.000 atau 289 per 100.000 dari penderita.perilaku self protection
penduduk dan angka kematian TB erat kaitannya dengan motivasi
Paru 64.000 atau 27 per 100.000 dimana motivasi merupakan faktor
penduduk atau 175 orang per hari awal dari suatu perubahan perilaku
(Kementrian Kesehatan Republik yang ditandai dengan perubahan
Indonesia, 2015). energi di dalam pribadi seseorang yang
Angka penemuan penderita ditandai dengan timbulnya afektif dan
tuberkulosis dengan BTA positif baru di reaksi untuk mencapai tujuan.
D.I Yogyakarta tahun 2015 sebanyak Seseorang yang sedang sakit
17.318 penderita dengan Case memerlukan motivasi berobat sebagai
Detection Rate (CDR) 49,82%, komponen utama dalam menentukan
menurun pada tahun 2016 dengan perilaku kesehatannya (Notoatmodjo,
CDR 47,45% (Dinkes DIY, 2015). 2010).
Berdasarkan data dari Balai Besar B. METODE PENELITIAN
Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Penelitian ini adalah kuantitatif
D.I Yogyakarta, jumlah kasus TB paru menggunakan survey analitik yaitu
dewasa pada tahun 2014 terdapat 398 penelitian yang mencoba menggali
kasus pada tahun 2015 terdapat 588 bagaimana dan mengapa fenomena ini
kasus, sedangkan pada tahun 2016 terjadi (Mahfoedz, 2015). Kemudian
terdapat 435 kasus. Berdasarkan data melakukan analisa dinamika korelasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa antara fenomena dengan pendekatan
jumlah kasus tuberkulosis pada orang cross sectional yaitu dalam
dewasa di Balai Besar Kesehatan Paru pelaksanaan penelitian antara variabel
Masyarakat D.I Yogyakarta mengalami independen dan variabel dependen
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

dilakukan secara bersama dan pada menjalani pengobatan di puskesmas


saat yang sama (Notoatmodjo, 2012 ). Umbulharjo I Yogyakarta
Sampel adalah terdiri dari bagian 2. Data Sekunder
populasi terjangkau yang dapat Data yang diperoleh dari
dipergunakan oleh subjek penelitian catatan medik di Puskesmas
melalui sampling (Nursalam, 2012). Umbulharjo I Yogyakarta.
Dalam penelitian ini sampel diambil C. HASIL PENELITIAN DAN
dengan menggunakan metode total PEMBAHASAN
sampling, yaitu merupakan cara 1. Analisa univariat
pengambilan sampel jika populasi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Keluarga Penderita TB
digunakan semua populasi digunakan
Paru Berdasarkan Tingkat
sebagai sampel dalam penelitian Pendidikan di Puskesmas
Umbulharjo I Tahun 2017
(Nursalam, 2012). Jadi sampel dalam
Pendidikan Frekuensi Proporsi
penelitian ini yaitu sejumlah 32 orang. SD 3 9.4
SMP 1 3.1
Tekhnik pengumpulan data SMA/SMK 16 50.0
menggunakan data primer dan data Sarjana 12 37.5
Usia Frekuensi Proporsi
sekunder, yaitu : 20-35
23 71,9
tahun
1. Data Primer 9 28,1
>35 tahun
Data primer adalah data yang Total 32 100%
Sumber: Data Primer, 2017
diperoleh secara langsung dari
Berdasarkan pada tabel 4.1
responden sebagai subjek
diketahui tingkat pendidikan
penelitian. Penelitian yakni
keluarga penderita TB Paru di
dilakukan dengan cara peneliti
Puskesmas Umbulharjo I
memberikan kuesioner pertanyaan
Yogyakartasebagian
yang sudah disiapkan sebelumnya
besarberpendidikan SMA/SMK
tentang motivasi 25 pertanyaan dan
sebanyak 16 orang (50,0%).
25 pertanyaan untuk perilaku self
Untuk usia reponden paling
protection keluarga. Peneliti
banyak berusia 20-35 tahun
menunggu responden saat
(71,9%).
pengisian kuesioner dan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
mengobservasi serta Motivasi Keluarga Penderita TB
mengumpulkan pernyataan yang Paru di Puskesmas Umbulharjo I
Tahun 2017
disampaikan oleh responden. Motivasi Frekuensi Proporsi
Kuesioner dibagikan keluarga Tinggi 10 31.2
Sedang 18 56.2
pasien TB paru yang datang Rendah 4 12.5
Total 32 100%
Sumber: Data Primer, 2017
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Berdasarkan pada tabel 4.2 Berdasarkan pada tabel


diketahui motivasi keluarga 4.4diketahui bahwa 10 orang
penderita TB Paru di Puskesmas (31,2%) keluarga penderita TB
Umbulharjo I Yogyakarta sebagian Paru yang memiliki motivasi tinggi
besar memiliki motivasi yang terdapat 10 orang (31,2%) yang
sedang sebanyak 18 orang (56,2%). memiliki perilaku self protection
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi positif dan tidak ada (0%) yang
Perilaku Self Protection Keluarga memiliki perilaku self protection
Penderita TB Paru di Puskesmas negatif. Untuk 17 orang (56,2%)
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun keluarga penderita TB Paru yang
2017 memiliki motivasi sedang terdapat
Perilaku self Frekuensi Proporsi 17 orang (53,1%) yang perilaku
protection
Perilaku self protectionpositif. Sedangkan
28 87.5
Positif untuk 4 orang (3,2%) keluarga
Perilaku
4 12.5
Negatif penderita TB Paru yang memiliki
Total 32 100%
motivasi lemah terdapat 3 orang
Sumber: Data Primer, 2017
(4,3%) yang memiliki perilaku self
Berdasarkan pada tabel 4.3
protection negatif.
diketahui perilaku self protection
Tabel 4.5 Hubungan Motivasi
keluarga penderita TB Paru di
Keluarga Penderita TB Paru
Puskesmas Umbulharjo I
Dengan Perilaku Self Protection
Yogyakartasebagian memiliki
Keluarga Di Puskesmas
perilaku self protection
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun
positifsebanyak 28 orang (87,5%).
2017
2. Analisa bivariat
Variabel Frekuensi P- Hasil
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan (n) value
Motivasi Keluarga Penderita TB Motivasi – 32 0,004 Ho
Paru Dengan Perilaku Self Perilaku Self Ditolak
Protection Keluarga Di Puskesmas Protection
Umbulharjo I Yogyakarta Tahun Sumber: Data Primer, 2017
2017
Perilaku self Tabel 4.5 menunjukan korelasi
Motivasi protection Total % kendall taunilai P-Value 0,004<α
Positif Negatif
N % N % =0,05. Menurut Sugiyono (2010),
Tinggi 10 31,2% 0 0% 10 31,2%
dijelaskan bahwa apabila

Sedang 17 53,1% 1 3,1% 18 56,2% probabilitas kurang dari 0,05,


maka Ho ditolak yang artinya ada
Lemah 1 3,1% 3 9,4% 4 12,5%
Total 28 87,5% 4 12,5% 32 100,0 pengaruh antara kedua variabel.
%
Sehingga hasil analisa dengan p
Sumber: Data Primer, 2017
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

value (nilai probabilitas) sebesar Selain tingkat pendidikan usia


0,004 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini responden juga mempengaruhi
menunjukan bahwa Ho di tolak motivasi repsonden dalam
dan Ha diterima, sehingga mengantarkan keluarga yang
hipotesis penelitian ini menyatakan terkena TB untuk berobat, dalam
bahwa ada hubungan antara penelitian ini rata-rata reponden
motivasi dengan perilaku self paling banyak berusia 20-35 tahun
protection keluarga penderita TB (71,9%). Orang yang lebih muda
Paru. Nilai keofisien korelasi yang mempunyai daya ingat yang lebih
positif menunjukan semakin tinggi kuat dan kreativitas lebih tinggi
motivasi seseorang maka dalam mencari dan mengenal
seseorang akan mengarah ke sesuatu yang belum diketahui
perilaku yang positif. dibandingkan dengan orang yang
Karakteristik responden dalam lebih tua. Disamping itu
penelitian ini menunjukan tingkat kemampuan untuk menyerap
pendidikan keluarga penderita TB pengetahuan baru lebih mudah
Paru di Puskesmas Umbulharjo I dilakukan pada umur yang lebih
Yogyakarta sebagian muda karena otak berfungsi
besarberpendidikan SMA/SMK maksimal pada umur muda
sebanyak 16 orang (50,0%). (Nursalam dan Pariani, 2011).
Responden dengan pendidikan Kematangan usia akan
menengah lebih mudah menerima mempengaruhi pada proses
informasi, selanjutnya berfikir dan pengambilan
mempengaruhi pemikiran dan keputusan dalam melakukan
minat terhadap suatu tindakan dan pengobatan yang menunjang
pada akhirnya dapat meningkatkan kesembuhan pasien.
pengetahuan responden Hasil penelitian motivasi
(Notoatmodjo, 2010). Dalam keluarga penderita TB Paru di
penelitian Febriani 2013, bahwa Puskesmas Umbulharjo I
responden rata-rata memiliki Yogyakarta sebagian besar
tingkat pendidikan SMA/SMK memiliki motivasi yang sedang
memiliki sikap dan perilaku yang sebanyak 18 orang (56,2%).
positif untuk mengantarkan Penelitian ini sejalan dengan
anggota keluarga penderita TB penelitian Zahra, 2014, responden
untuk berobat ke fasilitas memiliki motivasi dalam kategori
pelayanan kesehatan. sedang sebanyak 24 responden
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

(68,7%). Menurut asumsi peneliti Hasil analisa bivariat


hal ini bisa disebabkan oleh berdasarkan uji korelasi kendal-
beberapa faktor antara tingkat tausebesar 16,508 dengan
pendidikan, dalam penelitian ini signifikansi p value 0,004<α =0,05.
rata-rata responden berpendidikan Menurut Sugiyono (2010),
SMA/SMK sebanyak 16 orang dijelaskan bahwa apabila
(50,0%).Responden dengan probabilitas kurang dari 0,05,
pendidikan menengah lebih mudah maka Ho ditolak yang artinya ada
menerima informasi, selanjutnya pengaruh antara kedua variabel.
mempengaruhi pemikiran dan Sehingga hasil analisa dengan p
minat terhadap suatu tindakan value (nilai probabilitas) sebesar
pada akhirnya dapat meningkatkan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
motivasi seseorang menunjukan bahwa Ho di tolak
(Notoatmodjo,2012). dan Ha diterima, sehingga
hipotesis penelitian ini menyatakan
Hasil penelitin yang telah
bahwa ada hubungan antara
diakukan menunjukan bahwa
motivasi dengan perilaku self
perilaku self protection keluarga
protection keluarga penderita TB
penderita TB Paru di Puskesmas
Paru. Hasil penelitian ini
Umbulharjo I Yogyakarta sebagian
menunjukan bahwa semakin
memiliki perilaku self protection
tinggi motivasi seseorang maka
positif sebanyak 28 orang (87,5%).
akan mengarah ke perilaku yang
Menurut asumsi peneliti hal ini
positif juga. Penelitian ini hampir
dapat dipengaruhi oleh tingkat
sama dengan penelitian yang
pengetahuan keluarga penderita
dilakukan oleh Muna,(2014), di
TB Paru. Keluarga mengetahui
Poli Paru BP4 (Balai
bahwa penyakit TB Paru
Pemberantasan dan Pencegahan
merupakan penyakit yang menular
Penyakit Paru) Pamekasan. Hasil
dan juga berbahaya bagi
penelitian uji multivariat ada
kesehatan sehingga keluarga
hubungan dengan kekuatan
meningkatkan upaya self
sedang antara motivasi (OR=0,48;
protection atau pencegahan
p=0,589), dukungan sosial
penularan terhadap anggota
keluarga (OR=21,99; p=0,028)
keluarga yang lain, hal tersebut
dengan kepatuhan berobat.
dapat dilihat drai keluarga selalu
mengantarkan penderita TB Paru
untuk menjalani pengobatan.
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

D. KESIMPULAN perilakuself protection dalam


Penelitian yang bertujuan untuk pencegahan penularan TB paru.
mengetahui Hubungan Antara Motivasi 2. Bagi Petugas Kesehatan
DenganPerilaku Self Protection Pada Puskesmas Umbulharjo I
Keluarga Penderita TB Paru di Hasil penelitian ini diharapkan
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta, dapat dijadikan bahan masukan bagi
menghasilkan kesimpulan sebagai puskesmas Umbulharjo I
berikut: Yogyakarta, dalam melakukan
1. Motivasi keluarga penderita TB Paru pelayanan pada pasien TB paru
di Puskesmas Umbulharjo I khususnya dalam motivasi untuk
Yogyakarta sebagian besar memiliki proses kesembuhan dan perilaku
motivasi yang sedang sebanyak 18 pencegahan penularan pada
orang (56,2%). keluarga.
2. Perilaku self protection keluarga 3. Bagi penelitilain
penderita TB Paru di Puskesmas Sebagai bahan pertimbangan
Umbulharjo I Yogyakartasebagian untuk mengembangkan ilmu
memiliki perilaku self protection pengetahuan dan penelitian lebih
positifsebanyak 28 orang (87,5%). lanjut dan dapat melanjutkan
3. Ada hubungan yang signifikan penelitian mengenai motivasi dan
antara hubungan motivasi perilaku self protection dengan
denganPerilakuself protection pada variabel yang berbeda.
keluarga penderita TB paru,
DAFTAR PUSTAKA
menunjukan uji kendall-tau dengan
1. BBKPM Surakarta. 2010. Jumlah
nilai signifikansi p value 0,004<α Penderita TBC di Jateng Masih
=0,05. Terbesar. www.detik.co.id. diakses
tanggal 22 februari 2017
2. Depkes RI. 2010. Pedoman
E. SARAN penanggulangan nasional TBC.
Berdasarkan pada kesimpulan diatas Jakarta: Depkes RI
dan pengamatan di lokasi penelitian,
maka penulis dapat mengajukan saran 3. Fibriana,L.P. 2013. Hubungan
sebagai berikut: Anatara Sikap Dengan Perilaku
Tentang Pencegahan Penyakit
1. Bagi keluarga pasien TB paru Menular Tuberkulosis Di Wilayah
Hasil penelitian ini diharapkan Kerja Puskesmas Wringinanom-
Gresik. Skripsi
dapat berguna untuk menambah 4. Kemenkes, R.I. 2015. Masalah
pengetahuan pada keluarga pasien Kesehatan Dunia. www.depkes.go.id
5. Latifatul,M.2014. Hubungan Motivasi,
TB paru mengenai motivasi dan
Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 10. No. 2 Juli 2019

Kepatuhan Berobat Pada Pasien TB


Paru Di Poli Paru BP4 (Balai
Pemberantasan Dan Pencegahan
Penyakit Paru) Pamekasan
6. Nester. 2011. Ilmu penyakit paru.
Jakarta: Trans Info Media
7. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta;
Rineka Cipta, Jakarta
8. Notoatmodjo. 2010. Pendidikan dan
perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
9. Nursalam, S. 2010. Manajemen
Keperawatan Dan Aplikasinya,
Penerbit Salemba. Medika, Jakarta
10. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi ,
Thesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
11. Purnawan,G. 2011. Pengaruh
Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis. Jurnal Respirologi
Indonesia.
12. Resmiyati,P. 2011. Penyakit Tropis
Epidemiologi Penularan Dan
Pemberantasannya. Jakarta :
Erlanggga
13. Smeltzer, S.C dan Brenda,G.B. 2011.
Buku ajarkeperawatan medikal bedah
– Brunner & Suddart. Alih Bahasa
AgungWaluyo. Ed.8. Jakarta : EGC
14. Soeparman dan Sarwono. 2009.
Konsep & proses keperawatan
keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

You might also like